Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 1
Hukum Bisnis
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 2
Hukum Bisnis
BAB II
PEMBAHASAN
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 3
Hukum Bisnis
arbitrase menggunakan forum tribunal yang dibentuk khusus untuk kegiatan tersebut.
Dalam arbitrase, arbitrator bertindak sebagai “hakim” dalam mahkamah arbitrase,
sebagaimana hakim permanen, walaupun hanya untuk kasus yang sedang ditangani.
Menurut Black's Law Dictionary: "Arbitration. an arrangement for taking an
abiding by the judgement of selected persons in some disputed matter, instead of
carrying it to establish tribunals of justice, and is intended to avoid the formalities, the
delay, the expense and vexation of ordinary litigation". Menurut Pasal 1 angka 1
Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada Perjanjian Arbitrase
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Pada dasarnya arbitrase
dapat berwujud dalam 2 (dua) bentuk, yaitu:
1. Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat
para pihak sebelum timbul sengketa (Factum de compromitendo); atau
2. Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul
sengketa (Akta Kompromis).
Sebelum UU Arbitrase berlaku, ketentuan mengenai arbitrase diatur dalampasal
615 s/d 651 Reglemen Acara Perdata (Rv). Selain itu, pada penjelasanpasal 3 ayat(1)
Undang-Undang No.14 Tahun 1970 tentang Pokok-PokokKekuasaan Kehakiman
menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar Pengadilan atas dasar perdamaian
atau melalui wasit (arbitrase) tetapdiperbolehkan.
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 4
Hukum Bisnis
arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah
untuk dieksekusi dari Pengadilan.
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 5
Hukum Bisnis
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 6
Hukum Bisnis
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 7
Hukum Bisnis
c. Lembaga Arbitrase dan ADR tidak mempunyai daya paksa atau kewenangan
melakukan eksekusi putusannya.
d. Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil-hasil penyelesaian yang
dicapai dalam Arbitrase, sehingga mereka seringkali mengingkari dengan
berbagai cara, baik dengan teknik mengulur-ulur waktu, perlawanan,
gugatan pembatalan dan sebagainya.
e. Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suatu mekanisme
extra judicial, Arbitrase hanya dapat bertumpu di atas etika bisnis, seperti
kejujuran dan kewajaran.
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 8
Hukum Bisnis
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 9
Hukum Bisnis
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 10
Hukum Bisnis
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 11
Hukum Bisnis
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 12
Hukum Bisnis
laporan keuangan Semen Padang. Cemex sebelum mengajukan kasus ini ke arbitrase
telah menawarkan sejumlah alternatif penyelesaian. Diantaranya Cemex akan
membeli saham pemerintah di Semen Gresik hingga menjadi mayoritas, atau
sebaliknya pemerintah membeli saham Cemex di Semen Gresik.
Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi, di tempat yang sama mengatakan
pemerintah saat ini tidak memiliki dana untuk mengganti investasi yang telah
dikeluarkan Cemex di Semen Gresik sebesar 400 juta dolar AS hingga 500 juta dolar
AS. Kita tidak punya dana. APBN kita kan defisit. Itu sudah tidak perlu dipertanyakan
lagi,, untuk mengatasi permasalahan di Semen Gresik, kemungkinan pemerintah akan
menjual saham milik Cemex kepada pihak ketiga.
Ia optimis industri semen masih memiliki prospek sangat baik. Namun, hal itu
tergantung pembangunan fisik di Indonesia. "Kalau tumbuh terus pembangunan
fisiknya, infrastruktur dan konstruksi, saya kira permintaan terhadap perusahaan
semen sangat baik. Tidak semata-mata pemerintah yang harus beli. Pemerintah bisa
menjembatani pada pihak ketiga."
Namun ketika disinggung pihak mana yang sudah menyatakan minatnya untuk
membeli saham milik Cemex, dia mengaku belum bisa menyebutkan dengan alasan
masih rahasia. Soalnya, saat ini masih terus melakukan pembicaraan dengan Cemex
untuk mencari solusi terbaik. (iz)
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 13
Hukum Bisnis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
• Kata “arbitrase” berasal dari bahasa asing yaitu “arbitrare”. Arbitrase juga
dikenal dengan sebutan atau istilah lain yang mempunyai arti sama, seperti :
perwasitan atau arbitrage (Belanda), arbitration (Inggris), arbitrage atau
schiedsruch (Jerman), arbitrage (Prancis) yang berarti kekuasaan
menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Arbitrase di Indonesia dikenal
dengan “perwasitan” secara lebih jelas dapat dilihat dalam Undang-undang
No. 1 Tahun 1950, yang mengaturtentang acara dalam tingkat banding
terhadap putusan-putusan wasit, dengan demikian orang yang ditunjuk
mengatasi sengketa tersebut adalah wasit atau biasa disebut “arbiter”.
• Secara harfiah, perkataan arbitrase adalah berasal dari kata arbitrare (Latin)
yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan.
Definisi secara terminologi dikemukakan berbeda-beda oleh para sarjana saat
ini walaupun pada akhirnya mempunyai inti makna yang sama.
• Arbitrase diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan dipakainya
Reglement op de Rechtsvordering (RV) dan Het Herziene Indonesisch
Reglement (HIR) ataupun Rechtsreglement Bitengewesten (RBg), karena
semula Arbitrase ini diatur dalam pasal 615 s/d 651 reglement of de
rechtvordering. Ketentuan-ketentuan tersebut sekarang ini sudah tidak laku
lagi dengan diundangkannya Undang Undang Nomor 30 tahun 1999.
• Keunggulan Arbitrase
Putusan peradilan wasit dirahasiakan, sehingga umum tidak mengetahui
tentang kelemahan-kelemahan perushaan yang bersangkutan. Sifat rahasia
pada putusan perwasitan inilah yang dikehendaki oleh para pengusaha.
• Kelemahan Arbitrase
Arbitrase belum dikenal secara luas, baik oleh masyarakat awam, maupun
masyarakat bisnis, bahkan oleh masyarakat akademis sendiri. Sebagai contoh
masyarakat masih banyak yang belum mengetahui keberadaan dan kiprah dari
lembaga-lembaga seperti BANI, BASYARNAS dan P3BI.
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 14
Hukum Bisnis
3.2 Saran
Lembaga arbitrase masih memiliki ketergantungan pada pengadilan, misalnya
dalam hal pelaksanaan putusan arbitrase. Ada keharusan untuk mendaftarkan putusan
arbitrase di pengadilan negeri. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga arbitrase tidak
mempunyai upaya pemaksa terhadap para pihak untuk menaati putusannya. Peranan
pengadilan dalam penyelenggaraan arbitrase berdasar UU Arbitrase antara lain
mengenai penunjukkan arbiter atau majelis arbiter dalam hal para pihak tidak ada
kesepakatan (pasal 14 (3)) dan dalam hal pelaksanaan putusan arbitrase nasional
maupun nasional yang harus dilakukan melalui mekanisme sistem peradilan yaitu
pendafataran putusan tersebut dengan menyerahkan salinan autentik putusan. Bagi
arbitrase internasional mengembil tempat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Seharusnya lembaga arbitrase sudah dapat berdiri sendiri, demi menjunjung ke
Independenan lembaga ini.
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 15
Hukum Bisnis
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ricky W.Griffin dan Ronald J. Ebert (2005). Bisnis edisi Ketujuh Jilid 1. Indeks,
Jakarta
Internet:
http://www.scribd.com
http://www.wikipedia.com
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=21057
http://id.shvoong.com/law-and-politics/1908998-keunggulan-dan-kelemahan-
arbitrase/
http://dodiksetiawan.wordpress.com/2009/04/14/definisi-arbitrase/
http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/08/makalah-tentang-arbitrase.html
Arbitrase_Dhani Haris_709210018_Manajemen 09 B 16