You are on page 1of 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA


MODUL I

OLEH
ILHAM FATHUL HOIR
K2E 008 023

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oseanografi Kimia dapat didefinisikan sebagai bagian dari ilmu


oseanografi yang khusus mempelajari sifat-sifat kimia laut dan komposisi
sedimen laut (Dahuri et al.,1996).
Keberadaan nutrien dalam perairan seperti nitrat, nitrit, silikat maupun
phosphat serta kadar DO sangat dibutuhkan oleh organisme perairan
khususnya fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak. Dengan
mengetahui kadar nutrien di suatu perairan maka kita dapat mengetahui
kualitas lingkungan perairan, sehingga perlu dilakukan analisa tentang nutrient
terlarut dalam suatu perairan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengenal, mengerti,


memahami, dan dapat melaksanakan prosedur analisa serta mampu
menentukan kadar nitrat dari sampel air laut yang diteliti. Dan dapat
mengetahui cara pengambilan sampel, penanganan sampel setelah didapatkan
dan mengerti cara penggunaan, fungsi alat-alat yang digunakan dalam
praktikum.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Nitrat

Nitrat adalah kation Na+ utama cairan ekstra sel dan sebagian besar
berhubungan dengan klorida dan bikarbonat dalam pengaturan keseimbangan
asam basa. Na+juga penting dalam mempertahankan tekana osmotic cairan tubuh
dan dengan demikian melindungi tubuh terhadap kehilangan cairan yang
berlebihan. Walaupun Na+banyak ditemukan dalam bahan makanan, sumber
utama dalam makanan adalah garam dapur (NaCL) yang dipakai waktu masak dan
membumbui. Pada umumnya daging lebih banyak mengandung Na daripada
bahan makanan nabati, tetapi beberapa makanan yang diproses mendapat
tambahan NaCl ( Harper, 1987 ).

Dan menurut Nontji, 1987 mengatakan bahwa nitrogen dilaut berada


dalam nitrogen molecular ( N) atau sebagai garam-garam anorganik seperti nitrat
(NO3), nitrit (NH4+) dan beberapa senyawa nitrogen organik seperti urea dan asam
amino.

Pada umumnya senyawa nitrogen organik terlarut dalam bentuk hasil


metabolisme bahari dan hasil proses pembusukan. Nitrogen terdapat juga dalam
bentuk molekul-molekul protein pada organisme yang telah mati kemudian diubah
kedalam bentuk-bentuk anorganik oleh serangkaian organisme pengurai, terutama
bakteri pembentuk nitrat. Nitrat yang terbentuk dimanfaatkan oleh tumbuhan
selanjutnya tumbuhan dan hewan yang telah mati akan terurai menjadi asam
amino dan sisa bahan organik. Selain melalui proses tersebut diatas, nitrit yang
terlarut di laut merupakan hasil suplai dari sungai. ( Odum, 1971 ).

Sedangkan menurut Widiastuti keberadaan Nitrat diperairan sangat


penting, karena nitrat sangat diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang
merupakan pakan alami bagi ikan dan udang. Nitrat juga dapat dijadikan indikator
kesuburan perairan. Ion nitrat yang terlarut merupakan bentuk yang stabil dari

3
hasil oksidasi sempurna senyawa nitrogen. Kandungan nitrat dapat berasal dari
bahan organik yang terbawa aliran sungai menuju ke laut. Kadar nitrat yang tinggi
dalam air menunjukan adanya sisa-sisa buangan biologis atau berasal dari sisa-
sisa pemupukan yang berat.

2.2 Nitrat

Senyawa Nitrogen dalam air laut terdapat dalam tiga bentuk utama yang
berada dalam keseimbangan, yaitu Amoniak, Nitrit dan Nitrat. Keseimbangan
tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan Oksigen bebas dalam air. Pada saat
kadar Oksigen rendah, keseimbangan bergerak menuju Amoniak, sedangkan pada
saat kadar Oksigen tinggi keseimbangan bergerak menuju Nitrat. Dengan
demikian Nitrat merupakan hasil akhir dari oksidasi Nitrogen dalam air laut.
Secara termodinamik merupakan senyawa Nitrogen yang paling stabil dengan
adanya oksigen bebas yang cukup dalam air laut. Di beberapa perairan laut, Nitrat
digambarkan sebagai senyawa mikronutrien pengontrol produktifitas primer di
lapisan permukaan daerah eufotik. Kadar Nitrat di perairan eufotik, sangat
dipengaruhi oleh transportasi Nitrat ke daerah tersebut, oksidasi Amoniak oleh
mikroorganisme dan pengambilan Nitrat untuk proses produktifitas primer. Bila
intensitas cahaya yang masuk ke kolom air cukup, maka kecepatan pengambilan
Nitrat lebih cepaat daripada proses transportasi Nitrat ke laisan permukaan.
(Grasshoff, 1976)

Distribusi vertikal Nitrat di laut menunjukkan bahwa kadar Nitrat semakin


tinggi bila kedalaman laut bertambah (Hutagalung et al.,1997). Hal ini disebabkan
karena tenggelamnya partikel-partikel yang mengandung Nitrat serta
bertambahnya partikel tersebut menjadi Nitrogen organik, sehingga distribusi
Nitrat di laut dapat dikatakan hampir seragam baik vertikal maupun horizontal.
Selanjutnya distribusi Nitrat di laut dipengaruhi oleh proses fotosintesa, gravitasi
residu organisme air dan gerakan arus atau massa air (Adveksi up, welling dll).
(Sidjabat, 1973).

4
Menurut Parson 1984 Nitrogen merupakan unsur penting untuk
pertumbuhan dan membentuk protein. Sedangkan menurut SIdjabat 1976
Nitrogen diperlukan oleh tumbuhan air untuk melakukan fotosintesis, sehingga
Nitrat sebagai bentuk yang langsung dikonsumsi organisme. Selain itu
fitoplankton juga merupakan senyawa-senyawa Nitrogen organik lainnya, yang
digunakan untuk mensintesis protein dalam bentuk yang langsung dikonsumsi
oleh organisme tersebut. (Koesoebiono, 1980)

Nitrat merupakan ion dari senyawa-senyawa Nitrogen anorganik utama di


dalam perairan. Sumber utama Nitrogen dalam bentuk gas dan molekul N 2,
ditemukan dalam beberapa proses fisika (pencahayaan, kegiatan vulkanik dll)
dapat merubah molekul Nitrogen. (Koesoebiono, 1980). Nitrogen masuk ke
perairan laut melalui aktivitas vulkanik, atmosfir dan sungai (Millero & Sohn,
1991). Meskipun kandungan Nitrogen melimpah, tetapi hanya sebagian kecil saja
yang dapat memakai Nitrogen secara langsung. Nitrogen dalam bentuk bebas
harus diubah dahulu oleh jenis tanaman dan mikroorganisme tertentu yang
jumlahnya terbatas agar menjadi bentuk Amoniak (NH3). Kemudian diubah oleh
bakteri autotrof menjadi ion Nitrit (NO2). Dan kemudian menjadi ion NItrat (NO3)
(Carpenter & Capone, 1983).

Dalam keadaan aerob Nitrogen dapat diikat oleh alga biru, hijau. Seperti
misalnya Annabaena, Trirhodesanium dan lain-lain. Dan selanjutnya oleh bakteri
Nitrifikasi (Nitrobakter dan Nitrosomonas) akan diubah menjadi bentuk Nitrat
(Wardoyo, 1981). Demikian pula Amoniak diubah oleh bakteri menjadi Nitrit dan
selanjutnya menjadi NItrat. Apabila dalam keadaan aerob maka Nitrat dan Nitrit
akan diubah menjadi Amoniak oleh bakteri Amonium (Anggoro, 1983).

Menurut Wada 1991 Nitrat di alam didapat dari siklus Nitrogen, sehingga
dalam pembicaraan tentang Nitrat tidak dapat terlepas dari unsur Nitrogen. Siklus
Nitrogen yang terjadi pada perairan adalah dilihat pada gambar. Pada siklus ini
yang berperan adalah bakteri, organisme nabati, organisme hewani. Dimana
bakteri akan mendominasi proses-proses yang bersifat penurunan atau regenatif
(Koesoebiono, 1980). Dalam tahapan proses dilepaskan dari asam amino yang

5
kemudian dioksidasi oleh bakteri menjadi Nitrit dan Nitrat kembali (Wheaten,
1977).

Siklus tersebut menerangkan N2 terlarut dalam air yang berasal dari


atmosfir ada yang langsung digunakan oleh fitoplankton jenis bluegreen algae dan
ada juga yang diubah menjadi NO3 -. Melalui siklus ini kemudian fitoplankton
dimakan oleh zooplankton dengan melewati beberapa tahap N2 akan kembali lagi
ke perairan dalam bentuk N2 yang terlarut dan siap digunakan oleh organisme
perairan. Tetapi ada juga N2 yang hilang bersama-sama aliran keluar dan
terjadinya sedimen yang permanent

2.3 Distribusi Vertikal Nitrat di Laut


Nitrogen memegang peranan kritis dalam siklus organic dalam
menghasilkan asam-asam amino yang membuat protein. Dalam siklus nitrogen,
tumbuh-tumbuhan menyerap N-anorganik dalam salah satu gabungan atau sebagai
nitrogen molekuler. Tumbuh-tumbuhan ini membuat protein yang kemudian
dimakan hewan dan diubah menjadi protein hewan. Jaringan organic yang mati
diurai oleh berbagai jenis bakteri, termasuk didalamnya bakteri pengikat nitrogen
yang mengikat nitrogen molekuler menjadi bentuk-bentuk gabungan (NO2, NO3,
NH4) dan bakteri denitrifikasiyang melakukan hal sebaliknya. Nitrogen lepas ke
udara dan diserap dari udara selama siklus berlangsung. Jumlah nitrogen yang
tergabung dalam mineral dan mengendap di dasar laut tidak seberapa besar
(Romimohtarto dan Juwana, 2001). Pola sebaran nitrogen di Samudera Atlantik,
Pasifik dan Samudera India tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
(Gambar 2) (Davis, 1986).Sebaran menegak dari bentuk bentuk gabungan
nitrogen berbeda di laut. Nitrat terbanyak terdapat di lapisan permukaan,
ammonium tersebar secara seragam, dan nitrit terpusat dekat termoklin. Interaksi-
interkasi antara berbagai tingkat nitrogen organic dan bakteri sedemikian rupa
sehingga pada saat nitrogen diubah menjadi berbagai senyawa anorganik, zat-zat
ini sudah tenggelam di bawah termoklin. Hal ini menimbulkan masalah bagi
penyediaan nitrogen karena termoklin merupakan penghalang bagi migrasi

6
menegak unsur-unsur ini dan kenyataannya persediaan nitrogen akan menjadi
faktor pembatas bagi produktivitas di laut.

Distribusi vertikal Nitrat di laut menunjukkan bahwa kadar Nitrat semakin


tinggi bila kedalaman laut bertambah (Hutagalung et al.,1997). Hal ini disebabkan
karena tenggelamnya partikel-partikel yang mengandung Nitrat serta
bertambahnya partikel tersebut menjadi Nitrogen organik, sehingga distribusi
Nitrat di laut dapat dikatakan hampir seragam baik vertikal maupun horizontal.
Selanjutnya distribusi Nitrat di laut dipengaruhi oleh proses fotosintesa, gravitasi
residu organisme air dan gerakan arus atau massa air (Adveksi up welling dll).
(Sidjabat, 1973).

2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Nitrat di Laut


Faktor-faktor yang mempengaruhi nitrat adalah aktivitas peternakan yang
intensif dan hemat lahan, konsumsi bahan kimiawi yang mengandung unsur fosfat
yang berlebihan, pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin cepat, urbanisasi
yang semakin tinggi, dan lepasnya senyawa kimia nitrat yang telah lama
terakumulasi dalam sedimen menuju badan air.

7
BAB III

METODOLOGI

3.1 Pengambilan sampel

3.1.1 Pengambilan sampel dipermukaan

1. Mengukur kecerahan menggunakan seshidisc


2. Ambil sampel dengan wadah ember
3. Masukkan sampel ke botol yang tidak bening (gelap)
4. Mengukur temperatur dan dicatat
5. Masukkan sampel ke cooling box.
6. Bawa ke laboratorium

3.1.2 Pengambilan sampel dikedalaman

1. Turunkan Nensen Bottle sampai kedalaman


2. Masukkan sampel ke botol yang tidak bening (gelap)
3. Mengukur temperatur dan dicatat
4. Masukkan sampel ke cooling box
5. Bawa ke laboratorium

3.2. Penanganan Sampel

1. Menyaring sampel sebanyak 1 kali


2. Memasukkan hasil saringan kedalam botol gelap yang lain
3. Membuat Reagen

 Sodium hidroksida, 1,0 mol / L: melarutkan 40g Sodium hidroksida


(NaOH) dalam air murni dan encer untuk 1 L. Simpan di botol
polietilen stoppered baik.

 Sodium hidroksida, solusi kerja: Dan 2ml dari reagent9reagent fenol 3)


dan 1mL larutan sitrat (pereaksi 8) untuk 50 ml water.titrate murni

8
dengan NaOH (reagen 1) ke pH 11,0 oh menggunakan pH meter.
Mencairkan 1 mol / L larutan NaOH dengan pH 11,0 ketika 2 mL
ditambahkan. Solusi demikian diperoleh, mengandung sekitar 0,8 mol
/ L NaOH dan digunakan untuk mempersiapkan reagen hipoklorit.
Simpan di botol polythyline tertutup rapat.

 Fenol Pereaksi (metode manual): Larutkan 80 g berwarna fenol


(C6H5OH) dalam 300 mL etanol dan tambahkan 600 ml air murni.
Larutkan 600mg nitroprusside dinatrium dehidrasi [Na2Fe
(CN)5NO.2H2O] dalam 100 ml air. Tambahkan solusi ini dengan
solusi fenol dan simpan dalam botol kaca amber tertutup rapat pada
<80C. reagen ini stabil untuk beberapa bulan.

 reagen Fenol (aliran-analisis): 35g fenol dan 0,4 g dinatrium


nitroprusside dehidrasi [Na2Fe (CN) 5NO.2H2O] dengan 100 ml
etanol yang encer dan dibuat sampai 1L dengan air yang murni. Solusi
stok stabil selama sekitar 4 minggu jika disimpan pada solusi 80C.The
<kerja prepard oleh 350mL pengenceran saham untuk 1L dengan air
yang murni dan stabil selama sekitar satu minggu jika disimpan pada
<80C.

 solusi hipoklorit: solusi hipoklorit, biasanya mengandung 1 mol / L


(3,5%) dari klorin tersedia di ca. 0.1 mol / L NaOH, dapat diperoleh
dari beberapa konten manufacturers.Their klorin tersedia dapat
ditentukan sebagai follows.dissolve sekitar 0.5g kalium iodida atau
natrium dalam 50 mL sekitar 0,5 mol / L acid.Add sulfat 0,1 mL
larutan hipoklorit dan titrasi iodida yang dibebaskan dengan 01 mol / L
larutan thiosolphate dengan cara biasa. Selalu memeriksa larutan stok
sebelum digunakan. Jadi 1 mL larutan tiosulfat adalah setara dengan
0,1 mmol atau 1.77mg klorin monovalen positif (setara dengan 3,54
mg klorin tersedia).

 Hipoklorit reagen (metode manual): Larutkan 0.5g dari dikloro-s-


triazina-2-4-6-(1H, 3H, 5H)-trione garam natrium (Trione, DTT)

9
dalam 100 ml NaOH kerja (pereaksi 2) atau mengencerkan larutan
hipoklorit setara mengandung mmol 300mg atau 847 dari klorin
tersedia untuk 100ml dengan (pereaksi 2) NaOH kerja. Simpan pada
<80C dalam pereaksi kaca ambar bottle.the stabil selama paling tidak 3
minggu.

 Hipoklorit (aliran-analisis): Solusi stok mengandung 20g NaOH dan


2g dari Trione atau solusi hypochlorine setara (mengandung 1.2g
mmol atau 34 dari klorin tersedia) dalam 1 L larutan stok murni
water.The stabil selama sekitar 6 minggu jika disimpan pada solusi
<80C.working adalah 350mL dari masing-masing dibuat larutan stok
sampai 1 L dengan solusi water.Working murni stabil selama sekitar
satu minggu jika disimpan pada <80C.

 Buffer sitrat (metode manual): Larutkan 240g dari dehidrasi trisodium


sitrat (C6H5Na3O7.2H2O) dan 20 g EDTA (garam dinatrium) sekitar
600 ml dari water.Make murni larutan alkali dengan 10 ml larutan
NaOH (pereaksi 1) Tambahkan mendidih. keripik dan menghilangkan
amonia saja dengan mendidih sampai volume kurang dari 0,5 L. Cool
dan encer untuk 500ml dengan water.Store murni dalam botol
polietilen stoppered baik. Solusinya adalah stabil.

 Buffer sitrat (aliran-analisis): 120G sitrat trisodium, 1.5g NaOH dan


10g EDTA (garam dinatrium) yang dilarutkan dalam 1 L air murni.
Rebus solusi ke bawah sekitar setengah volume.Allow asli untuk
mendinginkan dan membuat hingga 1L dengan air yang murni.

 Standart larutan stok: Kering amonium klorida (NH4Cl) di


1000C.Dissolve 53,5 mg (atau 66,07 g NH4SO4) dalam air murni dan
encer untuk 100ml. Tambahkan setetes kloroform sebagai
preservative.Kept dalam botol kaca pada <80C solusi stabil untuk
standar beberapa month.The mengandung 10 mmol / L amonium.

10
4. Masukkan reagen ke hasil saringan
5. Analisis dengan Spectofotometer

3.3 Metode Spectrofotometer

1. Menekan tombol ON yang ada dibelakang Spectrofotometer

2. Memanaskan Spectrofotometer selama 5 sampai 6 menit

3. Menekan tombol ENTER kemudian muncul main menu

4. Memilih panjang gelombang,tekan nomor 1

5. Menekan tombol F1

6. Mencatat panjang gelombang yang dipakai

11
BAB 1V

HASIL

DATA
KELOMPOK 6
SAMPEL STANDART
station depth (m) Abs const blank NO3 const abs abs
0 0,159 4,20445 0,004 0 0 0
1 15 0,148 3,90607 10 0,366 0,362
32 0,266 7,10688 20 0,759 0,755
0 0,19 5,04534 40 1,474 1,47
2 15 0,24 6,40161
29 0,172 4,55708
0 0,15 3,96032
3 30 0,217 5,77773 const abs
61,7 0,53 14,268 0 0 27,12548
0 0,202 5,37085 10 9,996
4 35 0,33 8,84291 20 19,996
76 0,46 12,3692 40 39,996
0 0,031 0,73239
5 60 0,671 18,0927
120 0,512 13,7797
0 0,023 0,51538
6 70 0,33 8,84291
140 0,491 13,2101
0 0,021 0,46113
7 70 0,012 0,217
140 0,511 13,7526
0 0,416 11,1757
8 70 0,418 11,23
140 0,567 15,2716

12
45
y = 0,999x - 0,001
40
R² = 1
35

30

25
Series1
20
Linear (Series1)
15

10

0
0 10 20 30 40 50
-5

13
BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum ini,di peroleh bahwa kadar nitrat pada daerah tersebut
di pengaruhi oleh kedalaman. Karena dari hasil yang di dapat semakin
bertambahnya kedalaman maka konsentrasi nitrat akan smakin bertambah besar
pula. Hal ini di sebabkan karena daerah pengambilan sampel berada pada kawasan
indrusti. Dimana kawasan industri tersebut membuang limbah-limbahnya ke laut.
Limbah tersebut banyak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi ekosistem
yang berada pada perairan tersebut yang salah satunya adalah nitrat.

Nitrat ini lama kelamaan akan terendapkan di perairan yang lebih dalam.
Hal inilah yang menyebabkan mengapa konsentrasi nitrat di perairan dalam lebih
tinggi daripada di perairan yang dangkal atau di permukaan. Dan juga nilai
konsentrasi nitrat dipengaruhi juga dengan nilai absorbansi, dimana nilai
absorbansi adalah jumlah cahaya atau kecerahan yang masuk kedalam suatu
perairan.

14
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum penentuan kadar nitrat dapat disimpulkan bahwa,


semakin bertambahnya kedalaman suatu perairan maka konsentrasi nitrat pada
perairan tersebut juga semakin bertambah. Sehingga kedalaman berbanding lurus
dengan konsentrasi nitrat dan nilai absorbansi mempengaruhi konsentrasi nitrat
pada suatu perairan.

6.2 Saran

Alat-alat yang digunakan untuk praktikum sebaiknya dapat memenuhi


standart untuk terlaksananya praktikum (tidak rusak dan dapat dipergunakan).
Sebaiknya praktikan langsung terjun ke lapangan supaya dapat lebih mengerti
cara pengambilan dan penanganan sampel.

15
DAFTAR PUSTAKA

Koesoebiono.1980 Dasar ekologi Umum,bag.IV.IPB:Bogor

Curtis,O.F dan Clark,D.F.1950.An Introduction to Plant Physiology.Mc Graw-


Hill-Book Company inc
: New York

Hutagulung, H.P,dkk.1997.Metode Analisis air laut, sedimen dan Biota,bUKU


2.LIPI :Jakarta

Grasshoff,k.1976. Determination of natrat.Verlag Chemie-Weinhein : New York

APHA-AWWA-WPCF.1992.Standar Methods for yhe examination of water and


waste water : USA

16
17
18

You might also like