You are on page 1of 4

CONTOH SURAT GUGATAN

HAL : GUGATAN PEMBERHENTIAN SECARA TIDAK HORMAT

Kepada Yang Terhormat,


Bapak Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Makassar
Di Tempat.
 
Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini, bertindak untuk dan atas nama:
Nama : BUYUANG KAMANG
TTL : Bukittinggi, 10 Mei 1984
Pekerjaan : PNS UNP
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan IV No. 34 Bukittinggi
Dan untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT
Dalam hal ini telah memberikan kuasa dan memilih domisili dan kedudukan hukum di alamat
kantor kuasanya yaitu:
M. Eka Putrah, S.H.,Advokat Publik dari Lembaga Bantuan Hukum Bukittinggi bertempat
tinggal di Jl. Cindua Mato No. 7 Bukittinggi, berdasarkan surat kuasa khusus.
 
Dengan ini mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap:
Negara Republik Indonesia cq. Rektor Universitas Negeri Padang Provinsi Sumatera Barat
beralamat di Jl. Jendral Sudirman, selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.

Adapun hal-hal yang menjadi dasar-dasar dan alasan-alasan diajukannya gugatan ini adalah
sebagai berikut:
 
PENDAHULUAN
Sebelum sampai pada alasan-alasan yang faktual diajukannya gugatan ini, terlebih dahulu
PENGGUGAT hendak mengajukan dasar kedudukan dan kepentingan PENGGUGAT untuk
mengajukan gugatan, yaitu sebagai berikut:
1. Bahwa PENGGUGAT adalah warga negara Republik Indonesia, berhak atas pemenuhan
Hak Asasi Manusia yang dijamin dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia tanpa
diskriminasi dalam bentuk apa pun.
2. Bahwa sebagai warga negara Republik Indonesia, PENGGUGAT memiliki hak yang sama
di depan hukum untuk mendapatkan keadilan dan penjaminan kepentingan sebagai warga
negara seperti tercantum dalam pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 :
“setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”
3. Bahwa sebagai warga negara Republik Indonesia, PENGGUGAT juga dijamin
perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusianya seperti tercantum dalam pasal 2 UU No.
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi:
“Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan
dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.”
4. Bahwa selanjutnya diketahui TERGUGAT sebagai penyelenggara Negara Republik
Indonesia adalah pengemban amanat Pembukaan UUD 1945 tersebut di atas untuk
melindungi, memajukan, menegakkan, dan menjamin pemenuhan hak asasi setiap warga
negara Republik Indonesia, termasuk PARA PENGGUGAT.
Hal ini adalah sesuai dengan :
Pasal 28 I ayat (4) Perubahan Kedua UUD 1945,
“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.”
 
Hal ini yang menjadi dasar bagi adanya hubungan hukum antara PENGGUGAT dan
TERGUGAT sebagai penyelenggara Negara Republik Indonesia yang disebut oleh Jean
Jacques Rousseau sebagai Kontrak Sosial yang menetapkan kewajiban TERGUGAT sebagai
penyelenggara Negara Republik Indonesia terhadap PENGGUGAT sebagai warga negara
Republik Indonesia.

Bahwa atas dasar tersebut di atas, maka PENGGUGAT sebagai warga negara Republik
Indonesia, mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum atas terjadinya pelanggaran hak
asasi manusia yakni pemberhentian secara tidak hormat terhadap PENGGUGAT tanpa
disertai alasan yang jelas.
 
Bahwa pasal 14 ayat (1) UU No. 35 tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No. 14 tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman “Pengadilan tidak boleh
menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa
tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.”

Selanjutnya pasal 27 ayat (1) UU No. 35 tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No. 14 tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman menentukan “Hakim
sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai
yang hidup di dalam masyarakat.”
 
Bahwa berdasarkan argumentasi dan ketentuan hukum di atas, maka jelaslah bahwa
PENGGUGAT mempunyai kedudukan dan kepentingan hukum sebagai pihak yang dirugikan
atas Pemberhentian secara tidak hormat tanpa disertai alasan yang jelas yang dilakukan oleh
Rektor UNP . dengan ini mengajukan gugatan warga negara terhadap penyelenggara negara
dalam kasus atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia tersebut.

FAKTA HUKUM
1. Bahwa TERGUGAT telah melakukan pemecatan secara tidak hormat kepada
PENGGUGAT tanpa disertai alasan yang jelas dan dinilai melakukan perbuatan sewenang-
wenang.
2. Bahwa PENGGUGAT telah bekerja selama 5 tahun sebagai PNS UNP tanpa cacat nama
dan telah bekerja sebagai PNS UNP sesuai perosedur yang berlaku.
 
SIFAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM DARI PARA TERGUGAT
 
Bahwa menurut PENGGUGAT, KTUN tersebut dikeluarkan oleh TERGUGAT atas dasar
perbuatan sewenng-wenang sehingga merugikan pihak PENGGUGAT.
 
Bahwa TERGUGAT telah melakukan perbuatan melawan hukum atas posisi dan
kedudukannya sebagai pihak yang paling dirugikan atas KTUN yang dikeluarkan
TERGUGAT yakni Penecatan secara tidak hormat tanpa disertai alasan yang jelas.
 
Bahwa TERGUGAT telah melanggar ketentuan perundang-undangan sebagaimana berikut
ini :
Pasal 53 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
KTUN yang digugat bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Badan atau Pejabat TUN telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain daripada yang
dimaksudkannya.
Badan atau Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan KTUN setelah mempertimbangkan
semua kepentingan yang tersangkut tidak sampai pada suatu keputusan atau tidak seharusnya
sampai pada keputusan tersebut”
KERUGIAN YANG DIALAMI PARA PENGGUGAT AKIBAT PERBUATAN PARA
TERGUGAT
Bahwa akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT sebagaimana
dikemukakan diatas, baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun karena kelalaiannya, telah
menimbulkan berbagai bentuk kerugian bagi PENGGUGAT yang dapat diperhitungkan
secara immateriil (moril) maupun materiil;
Bahwa kerugian immateriil PENGGUGAT berasal dari penderitaan PENGGUGAT dan anak
PENGGUGAT yang mengalami trauma, rasa malu akibat perendahan martabat kemanusiaan
PENGGUGAT yang terlanggar;
Bahwa dampak pemecatan secara tidak hormat, PENGGUGAT kehilangan pekerjaan
sehingga kebutuhan kehidupan sehari-hari dan keluarga tidak mencukupi.
Bahwa akibat perbuatan melawan hukum TERGUGAT, secara materiil PENGGUGAT juga
sudah dan akan terus mengalami kerugian, Karena itu dengan mendasarkan pada ketentuan
Pasal 1365 KUHPerdata dimana intinya menetapkan kewajiban hukum bagi pembuat
kerugian untuk mengganti seluruh kerugian materiil yang ditimbulkan karena perbuatannya;
Bahwa selain itu menurut hemat PENGGUGAT sudah sepatutnya pula menurut hukum
Peradilan Tata Usaha Negara Makassar memutuskan bagi TERGUGAT untuk membayar
segala biaya perkara yang timbul dari perkara ini;
Bahwa berdasarkan seluruh dalil yang dikemukan oleh PENGGUGAT, jelas dalil-dalil di
dalam gugatan ini sudah didasarkan pada hukum yang berlaku dengan dilengkapi bukti-bukti
yang cukup serta tidak terbantahkan. Karena itu sudah sepatutnya pula Pengadilan TUN
Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara ini serta memutuskan berdasarkan
keadilan.
Bahwa dengan demikian perbuatan TERGUGAT telah melanggar pasal 1365 KUH Perdata
yang isinya, “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada pihak lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian tersebut, mengganti
kerugian tersebut.”
Bahwa Bahwa gugatan ini didasarkan atas alat-alat bukti sebagaimana dimaksud pasal 180
(1) HIR sehingga putusan dalam perkara ini dapat dinyatakan bisa dijalankan lebih dulu
(serta merta) meskipun ada upaya hukum banding, kasasi atau peninjauan kembali.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka PENGGUGAT memohon kepada Majelis Hakim
yang memeriksa perkara ini untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut:
 
Primair
Mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya ;
Menyatakan TERGUGAT bersalah telah lalai dalam menjalankan kewajibannya untuk
menghormati, melindungi dan memenuhi (To respect, to protect, and to fullfil) hak-hak azasi
manusia dan hak-hak warga negaranya yang menjadi korban pemecatan secara tidak hormat
secara sewenang-wenang.
Menyatakan TERGUGAT bersalah telah mengakibatkan kerugian materiil dan immaterial
warga negara yang menjadi korban pemecatan secara tidak hormat yang dilakukan Rektor
UNPr;
Memerintahkan TERGUGAT meminta maaf kepada PENGGUGAT untuk merehabilitasi
nama baik PENGGUGAT
 
Menghukum TERGUGAT untuk :
Segera membatalkan atau meniadakan KTUN tersebut.
Segera melakukan investigasi dan inventarisasi atas kerugian materiil dan immaterial yang
dialami oleh PENGGUGAT akibat dilakukannya Pemecatan secara tidak hormat yang
sewenang-wenang.
Menghukum PARA TERGUGAT untuk membayar segala biaya perkara yang timbul dari
perkara ini secara tanggung renteng;
Menyatakan bahwa putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun ada upaya
verzet, banding, kasasi; perlawanan dan/atau peninjauan kembali (uitvoerbaar bij Voorraad).
 
Subsidair
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et
bono).

Bukittinggi, 16 Oktober 2010


Hormat kami,
Kuasa HUKUM PENGGUGAT

 
M. EKA PUTRA, S.H.

Lampiran :
surat kuasa Khusus PENGGUGAT
salinan Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan Rektor UNP.
foto kopi KTP PENGGUGAT

PEMBAHASAN
Dalam kasus di atas, dasar dan alasan mengapa KTUN dimaksud yang menjadi obyek
sengketa TUN yakni Pemecatan secara tidak hormat yang melanggar UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 53 ayat 2 bahwa KTUN tersebut dilakukan berdasrkan perbuatan yang sewenang-
wenang.
Pada kasus di atas yang menjadi pihak Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara dalam hal ini adalah Rektor UNP yang telah melakukan Pemecatan secara tidak
hormat kepada Buyuang Kamang PNS  UNP yang tanpa disertai alasan yang jelas dan
bersifat sewenang-wenang.

You might also like