You are on page 1of 32

Bayi Berat Lahir Rendah 

(BBLR)
Posted on Juli 16, 2008 by kuliahbidan
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir (3).

2.2 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan
(4)
berat lahir lebih dari 2500 gram . BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di
7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari
target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat
2010 yakni maksimal 7% (2,3).

2.3 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3).

(1) Faktor ibu

a. Penyakit
Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan.

Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-
eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritas

Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
dengan usia <>

d. Faktor kebiasaan ibu

Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan
ibu pengguna narkotika.

(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).

2.4 Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8):

Hipotermia

Hipoglikemia

Gangguan cairan dan elektrolit


Hiperbilirubinemia

Sindroma gawat nafas

Paten duktus arteriosus

Infeksi

Perdarahan intraventrikuler

Apnea of Prematurity

Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain (3,8):

Gangguan perkembangan

Gangguan pertumbuhan

Gangguan penglihatan (Retinopati)

Gangguan pendengaran

Penyakit paru kronis

Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

Kenaikan frekuensi kelainan bawaan


2.5 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (8).

2.5.1 Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):

Umur ibu

Riwayat hari pertama haid terakir

Riwayat persalinan sebelumnya

Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

Kenaikan berat badan selama hamil

Aktivitas

Penyakit yang diderita selama hamil

Obat-obatan yang diminum selama hamil

2.5.2 Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):

Berat badan <>


Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

2.5.3 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):

Pemeriksaan skor ballard

Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.

Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.

USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>

2.6 Penatalaksanaan/ terapi

2.6.1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 (3):

Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)

2.6.2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya
masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas
dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan
menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI
merupakan pilihan utama (6):

Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap
paling kurang sehari sekali.

Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama
3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan
bayi adalah sebagai berikut (3):

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

- Bayi Sehat

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2
jam) bila perlu.

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

- Bayi Sakit

Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum
seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap
untuk menyusu.

 Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas,


kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi
sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

- Bayi Sehat

Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan
pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk
atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan
waktu lebih dari 1 minggu)

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV
secara perlahan.

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi


sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

- Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.


Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)

Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.

Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.


Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

2.6.3 Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

2.7 Pemantauan (Monitoring)

2.7.1 Pemantauan saat dirawat


a. Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

Pantau berat badan bayi secara periodik

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>

Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)
dan telah berusia lebih dari 7 hari :

- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari

- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah
pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
hingga 200 ml/kg/hari

- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

2.7.2 Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/
mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut (3,4):

Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

Hitung umur koreksi


Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)

Awasi adanya kelainan bawaan

2.8 Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun


kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-
34 tahun)

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

DAFTAR PUSTAKA

1. United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF,


New York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last
Update : Nov 2007 [diakses tanggal 2 Desember 2007].

2. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah
(Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from :
http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 2 Desember
2007].

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.

4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal


fetal growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html.
Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].

5. Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan Bayi
Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.

6. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from :
http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].

7. Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas
Sumatera Utara. 2004.

8. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from : http://www.eMedicine.com.


Last Update : September 25, 2006. [diakses pada tanggal 11 Desember 2007].

Ditulis dalam Referat. Tag: Bayi Berat Lahir Rendah, BBLR.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh
fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus
harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.

Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh
neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur rektal
biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya. Suhu
membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang
sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan.
Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan
tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan
yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah
kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan
tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya.
Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur
tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung
dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas
tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.

2. Tujuan

Adapun tujuan yang termuat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memberi pengetahuan pada pembaca


2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan termoregulasi dan bagaimana cara
mengatasinya pada bayi baru lahir.

BAB II

TERMOREGULASI  PADA BAYI BARU LAHIR

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya
lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan
yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.
Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan
energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang
oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat
bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBlL

Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien
dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi
hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,
radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan
suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang
tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan
suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk
memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2,
Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya
dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi
peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek
hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang
dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh
bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
Mencegah kehilangan panas :
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan
cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami
kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi
dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun
berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat
rentan terhadap terjadinya hipotermia.

1. TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR (PERLINDUNGAN TERMAL)

BAYI BARU LAHIR

Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :

– Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu

– Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000 gram, panjang badan
48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm

– Tanda vital dalam batas normal

– Tidak ada kelainan / kecacatan

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas


dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal.

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien
dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi
hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,
radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan
suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang
tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan
suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk
memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2,
Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya
dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi
peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek
hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang
dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh
bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
sistem pengaturan suhu
a.pengaturan suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga
mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin.

Tak efektif termoregulasi

Definisi :

Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami ketidakmampuan


untuk mempertahankan suhu tubuh normal secara efektif dengan adanya ketidaksesuaian atau
perubahan faktor-faktor eksternal.

Faktor yang berhubungan

Situasional (Personal, lingkungan)

Berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan

Berhubungan dengan benda-benda yang basah dan dingin (pakaian, tempat tidur)

Berhubungan dengan permukaan tubuh yang basah

Berhubungan dengan pakaian yang tidak sesuai dengan cuaca

Maturisional

Berhubungan dengan terbatasnya regulasi kompensasi metabolik

Usia lanjut

Bayi baru lahir

Kriteria hasil :

Bayi akan

Mempunyai suhu antara 36,4-37,5ºC.

Intervensi :

1. Kurangi atau hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi

a. Evaporasi

- Saat mandi, siapkan lingkungan yang hangat.


- Basuh dan keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi

- Batasi waktu kontak dengan pakaian atau selimut basah

b. Konveksi

- Hindari aliran udara (pendingin udara, kipas angin, lubang angin terbuka)

c. Konduksi

- Hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan (stetoskop, timbangan, tangan pemberi


perawatan, baju, sprei)

d. Radiasi

- Kurangi benda-benda yang menyerap panas (logam)

- Tempatkan ayunan bayi tempat tidur jauh dari tembok (diluar) atau jendela jika mungkin.

2. Pantau suhu tubuh bayi

a. Jika suhu dibawah normal

- Selimuti dengan dua selimut

- Pasang tutup kepala

- Kaji sumber-sumber lingkungan untuk kehilangan panas

- Jika hipotermia menetap lebih dari 1 jam, rujuk kepada yang lebih ahli.

- Kaji terhadap komplikasi stres dingin, hipoksia, asidosis respiratorik, hipoglikemi,


ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan berat badan

b. Jika suhu diatas normal

- Lepaskan selimut

- Lepaskan tutup kepala, jika dikenakan

- Kaji suhu lingkungan sekali lagi

- Jika suhu hipertermia menetap lebih dari 1 jam, laporkan dokter.

Kotrol Suhu

Pusat pengendalian suhu pada bayi yang baru lahir belum sepenuhnya berfungsi sehingga
bayi tidak mampu untuk mengatasi perubahan yang ekstrim atau mendadak pada lingkungan
eksternalnya.
Cara pengecekan suhu bayi yang lazim dikerjakan adalah dengan meletakkan thermometer
dibawah aksila dan membiarkannya selama 1 menit.

Setelah bayi dilahirkan, suhunya harus dicek setiap setengah jam sekali sampai hasil
pengecekan dua kali berturut – turut menunjukkan suhu 36,5 0C. Sesudah itu pengecekan
suhu ini dilakukan setiap 4 jam sekali selama 24 jam pertama dan kemudian jika tidak
terdapat indikasi untuk pengecekan yang lebih sering, dua kali sehari.

Suhu harus selalu diukur sebelum bayi ditelenjangi untuk dimandikan atau dibersihkan dan
bisa juga pengukuran suhu dilakukan sesudah bayi dimandikan.

Pengaturan panas

Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu tubuhnya yang
berhubungan dengan lingkungannya, bayi ini akan terancam bahaya hipotermi jika tidak
dilakukan tindakan pencegahan. Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan pada bayi
baru lahir adalah :

 Produksi panasnya jelek karena  laju metaboliknya rendah


 Biasanya terjadi perubahan suhu yang dramatis pada lingkungan bayi tersebut
khususnya jika bayi dilahirkan dalam ruangan berpendingin yang tidak disesuaikan
suhunya demi kenyamanan ibu
 Bayi lahir dalam keadaan basah sehingga terjadi kehilangan panas melalui evaporasi
 Bayi baru lahiir memiliki permukaan tubuh yang luas jika dibandingkan dengan berat
badannya
 Pusat pengaturan suhunya didalam hipotalamus belum sepenuhnya mature sehingga
proses menggigil dan berkeringat masih belum berkembang dengan baik

2. PERUBAHAN SISTEM TERMOREGULASI

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin
yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit,
sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin
banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun
dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus adalah 36 5 – 370 C.

Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia


Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi
adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal
hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut
hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit
yang berakhir dengan kematian. (Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997)
bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.

Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

1)Jaringan lemak subkutan tipis.

2)Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

3)Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

4)BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan. (Indarso, F, 2001).

5)Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami
hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998).

Mekanisme hilangnya panas pada BBL Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :
1Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang dingin.

2)Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke obyek yang dingin.

3)Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.

4)Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi (misal cairan
amnion pada BBL). (Indarso, F, 2001).

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi
yaitu :

1)HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme


anaerob.

3)Kebutuhan oksigen yang meningkat.

4)Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

5)Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai


hipotermi berat.

6)Shock.

7)Apnea.
8)Perdarahan Intra Ventricular. (Indarso, F, 2001). Pencegahan dan Penanganan Hipotermi
Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga
direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan
maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001). Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya
diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila
tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang
digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan
servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan
mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).

Pengelolaan Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermi :


(1)Bayi cukup bulan -Letakkan BBL pada Radiant Warner. -Keringkan untuk menghilangkan
panas melalui evaporasi. -Tutup kepala. -Bungkus tubuh segera. -Bila stabil, dapat segera
rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.

(2)Bayi sakit -Seperti prosedur di atas. -Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil.
Bayi kurang bulan (prematur) -Seperti prosedur di atas. -Masukkan ke inkubator dengan
servo controle atau radiant warner dengan servo controle.

(3)Bayi yang sangat kecil -Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5 °C. -
Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada radiant warner. Dengan servo
controle suhu kulit abdomen 36, 5°C. Dengan dinding double. – Kelembaban 40-50% atau
lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan
panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur
lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi. Tabel 2.1 Temperatur yang
dibutuhkan menurut umur dan berat badan neonatus Umur Berat Badan Neonatus <1200 gr
1201-1500 gr 1501-2500 gr > 2500 gr 0-24 jam 34-35,4 33,3-34,4 31,8-33,8 31-33,8 24-48
jam 34-35 33-34,2 31,4-33,6 30,5-33 48-72 jam 34-35 33-34 31,2-33,4 30,1-33,2 72-96 jam
34-35 33-34 31,1-33,2 29,8-32,8 4-14 hari 32,6-34 31-33,2 29 2-3 minggu 32,2-34 30,5-33 3-
4 minggu 31,6-33,6 30-32,2 4-5 minggu 31,2-33 29,5-32,2 5-6 minggu 30,6-32,3 29,31,8
Sumber : Klaus, M,H et al. (1998).

Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi : Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk Mencegah


Hipotermi Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh
bayi dalam mencegah hipotermi adalah :

(1)Mengeringkan bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai
hangat ;

a.Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.

b.Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk
yang kering dan bersih.

c.Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti
(Metode Kangguru).

d.Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang pooting
reflex dan bayi memperoleh kalori dengan : -Menyusui bayi. -Pada bayi kurang bulan yang
belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet. -Selama memberikan ASI bayi
dalam dekapan ibu agar tetap hangat.

e.Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan.

f.Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.

g.Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan
bayi lahir sampai suhu tubuh normal

Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus
menunda memandikan bayi.

a.Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat,
memandikan bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air
hangat.

b.Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000
gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik
yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
Menangani Hipotermi

(1)Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran
lampu.

(2)Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap,
yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi
senantiasa hangat.

(3)Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih
dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai
tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.

(4)Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-
sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10%
sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

Gejala hipotermia:

1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus,
tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.

2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.

3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,


tungkai dan lengan.

4. Muka bayi berwarna merah terang


5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir
dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.

Mekanisme terjadinya Hipotermia: Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan
suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:

1. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin,
misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.

2. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misal : BBL
tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.

3. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak langsung diganti.

4. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal :
BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.

3. PENGATURAN TEMPERATUR

Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang, walaupun sudah aktif. Kelenjar
keringat belum berfungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh (perbandingan luas
permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable
terhadap air), sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu
lingkungan (bersifat poikilotermik). Produksi panas mengandalkan pada proses non-
shivering thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan lemak coklat yang terletak diantara
scapula, axila, mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia mencegah produksi panas dari lemak
coklat (Morgan HAH,1993)

Hipotermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas, selimut atau kain penutup
yang tebal dan pemberian obat penahan keringat (misal: atropin, skopolamin). Adapun
hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan yang rendah, permukaan tubuh terbuka,
pemberian cairan infuse/ tranfusi darah dingin, irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat
anestesi umum (yang menekan pusat regulasi suhu) maupun obat vasodilator.

Temperature lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah 270C. Paparan


dibawah suhu ini akan mengandung resiko diantaranya: cadangan energi protein akan
berkurang, adanya pengeluaran katekolamin yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan
tahanan vaskuler paru dan perifer, lebih jauh lagi dapat menyebabkan lethargi, shunting
kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis metabolic.

Untuk mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu tubuh, mengusahakan
suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu penghangat, incubator, cairan
intra vena hangat, begitu pula gas anestesi, cairan irigasi maupun cairan antiseptic yang
digunakan yang hangat.

Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna,
untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat
mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan
berat bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan
basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative
hangat. Cegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :

 Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk mencegah
kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. Hal ini
juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernafasan.
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
 Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan kain
yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain hangat, kering
dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi
tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka untuk
melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau selimut
kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
 Tutupi kepala bayi.
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi
memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak ditutup.
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir.
Sebaiknya pemberian asi harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika
tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat bayi berpakaian / diselimuti dikurangi dengan berat
pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan
hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru lahir.
 Tempatkan bayi dilingkungan hangat
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya
ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling
mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyukan
bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
 Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh
bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk
bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan
spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan
taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk
membantu pernafasan.

4. BAYI KEDINGINAN
Ciri-cirinya pada bayi baru lahir/neonatus

1. Anak menggigil, walau biasanya ciri ini tak mudah terlihat pada bayi kecil.
2. Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau timbul bercak-bercak.
3. Anak terlihat apatis atau diam saja.
4. Lebih parah lagi, anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan ujung jari-jarinya.
5. Jika hal tersebut tetap saja dibiarkan, anak bisa berhenti bernapas.
6. Puncaknya, anak bisa terkena hipotermia dan meninggal.

Namun, orang tua tak perlu terlalu khawatir. Biasanya, indikasi pertama sudah bisa terlihat
oleh perawat maupun dokter yang kemudian menanganinya dengan mengambil tindakan
penghangatan atau heatradian (disinar oleh cahaya lampu biasa dan diselimuti). Kalau perlu
dengan menggunakan kasur penghangat.

Sekalipun begitu, untuk memastikan, sebaiknya bayi langsung diukur suhu badannya dengan
termometer. Kalau angkanya di bawah 35 derajat Celcius, berarti anak terkena hipotermia,
sebab suhu normal manusia adalah 36-37,5 derajat Celcius

Untuk bayi di atas 1 bulan


Sekalipun kini bayi sudah lebih kuat dibandingkan sebelumnya, jika suhu lingkungan begitu
rendah dan tidak membuatnya nyaman, kemungkinan besar si anak juga kedinginan. Ciri-
cirinya, menurut Anna, ada yang bisa dideteksi secara kasat mata, ada juga yang mesti
dengan perabaan.

 Yang bisa dideteksi secara kasat mata: (Kondisi bayi tak jauh berbeda dari bayi
neonatus yang kedinginan). Cirinya:
 Ia cenderung diam saja.
 Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau berbercak-bercak.
 Anak menjadi biru dengan ciri, bibir dan ujung jari-jarinya membiru. Jika dibiarkan,
anak bisa berhenti bernapas. Puncaknya, anak bisa mengalami hipotermia. Jika tidak
segera ditangani, bisa terjadi kematian. Hanya saja kalau bayi neonatus akan lebih
cepat birunya. Sementara pada bayi yang lebih besar akan agak lama perubahannya

Yang bisa dideteksi dengan perabaanTangan dan telapak tangannya terasa dingin, begitu juga
telapak kakinya.

 Tubuhnya lebih dingin dari tubuh kita. Untuk memastikannya, Periksalah dengan
termometer yang dipasang di anus.

Atasi kedinginan ini dengan memberinya selimut. Hangatkan pula suhu lingkungan atau
ruangan dimana bayi berada. Bisa dengan mematikan AC atau menghangatkan tubuh anak
dengan lampu 60 watt yang ditempatkan di atas tempat tidurnya. Jaraknya kurang lebih 1,5
meter dari tubuh anak.

Peluklah anak dengan kasih sayang. Hanya saja, saat tidur lebih baik anak dihangatkan
dengan lampu. Jauh lebih baik lagi jika kasur anak pun menggunakan penghangat. Jika suhu
tubuhnya tak kunjung normal, segeralah bawa si kecil ke dokter terdekat.

5. TERMOREGULASI PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH


A. PERANAN HIPOTALAMUS
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan hampir semua
mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus
Pada bayi baru lahir pusat pengatur suhu tubuhnya belum berfungsi dengan sempurna,
sehingga mudah terjadi penurunan suhu tubuh, terutama karena lingkungan yang dingin.

B.pengatur panas
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya keseimbangan antara
panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi panas. Kedua proses ini aktifitasnya
diatur oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi baru lahir akan berusaha
menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya panas karena
lingkungan.

Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin yang hangat ke
lingkungan ekstra uterin ynag relatif lebih dingin. Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu
tubuh 2o-3oC, terutama hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan ketuban
pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi
dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas.

Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan metabolisme dan penggunaan
oksigen.
Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal, penggunaan oksigen dan metabolisme
minimal, karena itu suhu tubuh harus dipertahankan untuk keseibangan panas.

Bayi cukup bulan dalam keadaan tanpa pakaian dapat bertahan pada suhu lingkungan sekitar
32-34oC. Sedangkan batas pada orang dewasa 26-28oC. Oleh karena itu bayi baru lahir
normal memerlukan suhu lingkungan yang lebih hangat dan suhu lingkungan tersebut harus
dipelihara dengan baik.
Pada bayi baru lahir lemak subkutannya lebih sedikit dan epidermis lebih tipis dibandingkan
pada orang dewasa. Pembuluh darah pada bayi sangat mudah dipengaruhi oleh perubahan
suhu lingkungan dan semua ini dibawah pengaruh hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu.

Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga akan mempercepat
hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang badan bayi, perbandingan permukaan
utbuh dengan berat badan dari usia bayi, yang semua ini dapat mempengaruhi batas suhu
normal. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah(BBLR) jaringanadiposa sedikit dan
kelenturan menurun sehingga memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk mencapai
suhu yang normal.

Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan merespon dengan
meningkatkan oksigen danmemperbesar metabolisme sehingga akan meningkatkan produksi
panas.
Bila bayi berada ditempat terbuka dengan lingkugan yang dingin dapat menyebabkan
habisnya cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.
6. PRODUKSI PANAS ATAU THERMOGENESIS

Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru lahir memerlukan penambahan
panas.
Bayi mempunyai mekanisme fisiologi untuk meningkatkan produksi panas dipengaruhi oleh
karena : Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan Thermogenesis Kimiawi :

a.Basal Metabolisme Rate


Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh selama istirahat mutlak
dan keadaan sadar.
Pada bayi baru lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme penting untuk
memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor kulit menurun pada suhu
lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan diteruskan kesusunan saraf pusat yang
akan menstimuli sistem saraf simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang
merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal berakhir pada lemak coklat
yang menyebabkan trigliserid dapat dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam
lemak). Oksidasi asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak coklat
habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya oksigen, glukosa, Adenosin Tri
Phospat (ATP) dan kemampuan bayi untuk mengubah menjadi panas.
Kemampuan bayi untuk menghasilkan oanas dapat berubah pada keadaan patologis seperti
hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.

b.Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena suhu yang dingin.
Produksi panas terjadi melalui peningkatan metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi
tidak menggigil berarti metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
c.Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh rangsang saraf simpatis.
7. ALIRAN DARAH KE KULIT
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang disalurkan dari inti
tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit pada konduksi panas dari inti tubuh
permukaan kulit menggambarkan peningktan konduksi panas hampir delapan kali lipat. Oleh
karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur radiator panas yang efektif “, dan aliran darah
ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit.
Dengan meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi
sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan sumber panas yang baik
bagi bayi.

E.Hilangnya panas pada bayi


Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu tubuh
normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994,
hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :

a.Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan obyek yang tidak
berhubunganlangsungdenganbayi.
Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang
lebih dingin.
Contoh :

1.Udara dingin pada dinding luar dan jendela


2. Penyekat tempat tidur bayi yang dingin

b.Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit bayi
menguap.
Contoh :

1.Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.


2.Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
c.Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung dengan permukaan
obyekyangdingin.
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi
langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh :

1.Tangan perawat yang dingin


2.Tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin

d.Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang dingin
menyentuk kulit bayi
Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekeliling bayi yang dingin.
Contoh :

1.Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka


2.Aliran udara dari pipa AC.

8. RESPON BAYI TERHADAP HIPOTERMI


Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan saraf pusat,
distimulir sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf
setempat yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi panas.

9. PENILAIAN HIPOTERMI BAYI BARU LAHIR


a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
§ Bayi tidak mau minum atau menetek
§ Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
§ Tubuh bayi teraba dingin
§ Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras(Skleremia)
b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
§ Aktifitas berkurang, letargis
§ Tangisan lemah
§ Kulit berwarna tidak rata
§ Kemampuan menghiisap lemah
§ Kaki teraba dingin

c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)


§ Sama dengan hipotermi sedang
§ Bibir dan kuku kebiruan
§ Pernafasan lambat
§ Pernafasan tidak teratur
§ Bunyi jantung lambat
§ Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolic

d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi


§ Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
§ Bagian tubuh lainnya pucat
§ Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan (Sklerema)
10.  TINDAKAN PENCEGAHAN HIPOTERMIA
Upaya mencegah hipotermi pada bayi baru lahir sangat penting dan merupakan prioritas agar
bayi terhindar dari kondisi yang tidak dikehendaki.
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu sekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkn dengan tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Contoh, terjadi hipotermi karena bayi baru
lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh karena :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak kedinginan

Untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi baru lahir perlu dilakukan upaya
pencegahan yaitu :

a. Ibu melahirkan bayi ditempat yang hangat


Ruangan tempat ibu melahirkan harus hangat dan tertutup dengan sirkulasi udara yang cukup
baik serta penyinaran cukup terang.

b. Segera mengeringkan tubuh bayi


Bayi lahir dengan tubuh basah oleh ketuban akan mempercepat terjadinya penguapan dan
bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh, akibatnya dapat timbul serangan dingin(cold stress)
Bayi baru lahir yang kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena
pusat pengatur suhunya belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermi yang
sering tidak terdeteksi oleh ibu atau perawat.

Untuk mencegah timbulnya serangan dingin tindakan yang dilakukan yaitu :


§ Setelah lahir bayi diletakan pada tempat yang diberi alas haduk kering, bersih dan hangat
§ Segera keringkan bayi dengan haduk, lakukan dengan tepat mulai dari kepala kemudian
seluruh tubuh. Bila handuk basah harus diganti yang kering, bersih dan hangat.
§ Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat bayi diberi topi atau tutup kepala dan diberi
kaos tangan dan kaos kaki.

c. Segera letakan bayi pada dada ibu.


Kontak langsung kulit ibu dan bayi agar mendapatkan kehangatan. Ibu merupakan sumber
panas yang baik bagi bayi baru lahir.
d. Menunda memandikan bayi.
Memandikan bayi dilakukan setelah suhu tubuh bayi stabil, bayi tampak aktif dan sehat.
Memandikan bayi ditunda selama 24 jam setelah kelahiran.

11. MEMANDIKAN BAYI

Langkah Pertama

1. Siapkan bak mandi yang telah diisi air hangat untuk membilas kira-kira 1/3 bagian dan dua
baskom berisi air (boleh hangat atau biasa) untuk membasahi kepala dan badan. Lengkapi
bak mandi dengan alas antislip.
2. Siapkan handuk lebar membentang yang kering dan bersih, juga waslap kepala dan waslap
tubuh, sabun, sampo, serta perlengkapan pembersih tali pusat di dekat bentangan handuk.

3. Siapkan baju dengan kancing di bagian depan. Buka kancingnya dan bentangkan di atas
kasur atau perlak salin.

4. Gelar selembar popok di atas pakaian, kira-kira menutupi 1/3 bagian bawah baju. Jangan
lupa, bagian tali popok diletakkan di atas.

5. Siapkan sarung tangan dan kaki kalau perlu dan letakkan pada salah satu sisinya.

6. Sediakan kosmetik bayi seperti minyak telon, losion, bedak, dan krem antiruam di dekat
bentangan baju.

LANGKAH KEDUA

a. Letakkan bayi di atas perlak. Buka seluruh pakaiannya, juga kasa pembungkus tali pusat
(jika belum puput). Jangan dipaksa apabila pembungkus tali pusat sulit dibuka. Itu terjadi
karena adanya perlengketan antara kain kasa dengan tali pusat. Biarkan pembungkus tali
pusat itu terlepas dengan sendirinya setelah terkena air.

Jika akan dikeramasi, bungkus tubuh bayi dengan handuk kering atau kain bedongan agar tak
kedinginan. Sangga punggung dan lehernya dengan tangan kiri sementara ibu jari dan
telunjuk menutup telinga kanan dan kiri bayi agar tak kemasukan air. Basuh kepalanya
dengan waslap, lalu usapkan sampo secukupnya. Lakukan perlahan karena ubun-ubunnya
masih lunak. Usahakan jangan sampai busa sampo mengenai mata bayi meski pada
kemasannya tertulis tidak pedih di mata. Bilas kepala bayi dengan waslap yang telah
dicelupkan ke dalam air. Lakukan hingga bersih.

b. Masih di atas perlak, buka bedongan lalu sabuni bagian depan tubuhnya. Tak perlu
khawatir bila tali pusatnya yang belum puput terkena air atau sabun. Miringkan tubuhnya ke
kiri dan ke kanan sambil memegangi kepala dan bahunya secara lembut tapi mantap. Lalu,
sabuni bagian belakang tubuhnya. Terakhir, sabuni tangan kanan dan kiri dari ketiak hingga
ujung jari secara bergantian dan diteruskan dengan kedua kakinya mulai dari bagian
selangkangan hingga ujung jari.

c. Ambil waslap, celupkan ke dalam air, lalu basuhlah tubuh bayi sampai busa sabun bersih.
Kemudian, masukkan bayi ke dalam bak mandi yang telah diisi air hangat kira-kira 1/3
bagian.

d. Sangga punggung dan lehernya dengan lengan kiri sementara telapak tangan menyangga
ketiak bayi. Basuh kepala dan tubuhnya dengan air hingga kulitnya tak lagi terasa licin oleh
sampo dan sabun. Jangan terlalu lama agar bayi tidak kedinginan.

e. Letakkan bayi di atas handuk kering dan bersih, keringkan tubuh dan kepalanya.
Perhatikan lipatan paha dan tangan, agar bagian itu betul-betul kering. Lalu, pindahkan si
kecil ke atas susunan pakaian yang telah disiapkan.

Bersihkan tali pusat yang belum puput, bungkus dengan kain kasa yang telah dicelup dengan
alkohol 70 persen atau betadin cair.
f. Olesi bagian perut dan punggung bayi dengan minyak telon agar hangat.

Kalau perlu pakaikan bedak dengan cara menaburkannya di permukaan puff ataupun telapak
tangan kita, baru setelah itu dioleskan ke lipatan kulit seperti leher, ketiak, dan paha agar
gesekan di daerah itu tak mengiritasi kulitnya. Fungsi ini dapat digantikan oleh losion bayi.
Hindari mengoleskan bedak di bagian organ kelamin dan anus bayi karena kerak bedak dapat
menjadi tempat perkembangbiakan mikroba. Untuk mencegah ruam popok, olesi lipatan paha
dan pantatnya dengan krim antiruam.

g. Letakkan bayi dengan posisi kepala tepat di bagian leher baju. Pakaikan popoknya terlebih
dahulu, kemudian bajunya. Masukkan tangan bayi ke lubang lengan baju secara bergantian
dan kancingkan bajunya. Bila bayi tampak kedinginan, pakaikan sarung tangan dan
sarung/kaus kaki. Kemudian, bedong bayi selama kurang lebih 1 jam. Setelah itu, bedong,
sarung tangan dan sarung kaki dilepas.

I. Teknik meningkatkan suhu bayi.


a. Bayi ditempatkan pada inkubator dengan yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.
b. Couves yang diberi lampu penghangat.
c. Membedong bayi .

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

BAYI BARU LAHIR

Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :

– Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu

– Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000 gram, panjang badan
48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm

– Tanda vital dalam batas normal

– Tidak ada kelainan / kecacatan

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas


dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal.

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien
dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi
hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,
radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan
suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang
tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan
suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk
memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2,
Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya
dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi
peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek
hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang
dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh
bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C

E.Hilangnya panas pada bayi


Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu tubuh
normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994,
hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :

a.Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan obyek yang tidak
berhubunganlangsungdenganbayi.
Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang
lebih dingin.
Contoh :

1.Udara dingin pada dinding luar dan jendela


2. Penyekat tempat tidur bayi yang dingin

b.Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit bayi
menguap.
Contoh :

1.Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.


2.Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.

c.Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung dengan permukaan
obyekyangdingin.
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi
langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh :

1.Tangan perawat yang dingin


2.Tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin

d.Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang dingin
menyentuk kulit bayi
Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekeliling bayi yang dingin.
Contoh :
1.Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka
2.Aliran udara dari pipa AC.

Sumber : koleksi Mediague.wordpress.com


dikumpulkan oleh RW.Hapsari

You might also like