Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
ABSTRACT
Instead of a solid shape of paving block, alternatively, a hollow paving block can
also be used. One of the advantages using such a material is to keep stable a ground water
balance since rainfall thoroughly soaks to the ground. The presence of hollow, however,
could reduce the compressive strength of the paving block. For this, a laboratory research
was set up at the laboratory of structure of Faculty Engineering, Mataram University to
investigate the major influence of the presence of hollow on its compressive strength
behaviour of the pavings.
PENDAHULUAN
Beton-cetak (paving block) adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari
campuran semen atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air, dan agregat dengan / tanpa
bahan tambahan lain. Jumlah kandungan agregat dan jumlah semen per m 3 campuran
beton sangat mempengaruhi nilai kuat tekan beton-cetak (Mindes dan Young, 1981). Jika
faktor air semen sama, semakin banyak kandungan semen pada campuran pasta beton
mengakibatkan kekuatan tekan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan semakin banyaknya
air yang dibutuhkan sehingga terbentuk rongga pori yang berlebihan didalam beton-cetak
setelah terjadi penguapan air.
Yasin (1990) menyatakan bahwa beton-cetak dapat berfungsi sebagai pengendali
kecepatan lalu-lintas. Celah-celah diantara elemen-elemen beton-cetak yang dipasang
menyebabkan permukaan jalan beton-cetak tidak sehalus permukaan jalan aspal. Sebagai
dampak negatif celah-celah diatas, maka tingkat kenyamanan jalan menjadi lebih rendah
jika dibandingkan dengan perkerasan jalan aspal. Kondisi tersebut justru yang
dimanfaatkan untuk mengurangi kecepatan arus lalu-lintas yang lewat.
Penggunaan beton-cetak di Mataram, Nusa Tenggara Barat masih terbatas pada
trotoar jalan raya maupun tempat-tempat parkir, padahal aplikasi bahan material tersebut
ternyata sangat luas. Sudah tentu, pengalaman lokal maupun keberhasilan pembangunan
beton-cetak pada konstruksi yang lain akan berperan lebih banyak dan mempengaruhi
pengaplikasian material tersebut.
Produksi secara masal beton-cetak di Mataram hanya menggunakan bahan baku
pasir dan semen. Dengan meningkatnya kebutuhan beton-cetak sebagai bahan material
alternatif untuk perkerasan jalan, tuntutan kualitas beton-cetak yang memenuhi kriteria
kuat-tekan (20 MPa s/d 60 Mpa) untuk lapis perkerasan semakin terlihat nyata. Untuk itu,
komposisi perbandingan (rasio) antara semen dengan pasir yang optimal merupakan
kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi supaya beton-cetak yang berkualitas prima serta
memenuhi desain kriteria dapat diproduksi secara masal.
Penelitian terdahulu (Joedono, 1996) menunjukkan variabilitas kuat-tekan beton-
cetak pejal (berukuran 10 x 20 x 6 cm3) di Mataram. Kuat-tekan maksimum sebesar
12,60 MPa diperoleh pada beton-cetak dengan campuran 1 semen : 3 pasir, sedangkan
kuat-tekan minimum sebesar 1,84 MPa diperoleh pada campuran 1 semen : 8 pasir. Hasil
tersebut diperoleh dari pengujian tekan benda uji beton-cetak pejal yang diambil secara
acak, dan proses pembuatannya dilakukan secara manual yang dipadatkan dengan cara
dipukul-pukul. Untuk campuran pasta beton dengan jumlah pasir > 8 bagian, nilai kuat-
tekan pada dial gauge mesin uji belum terbaca benda uji sudah hancur terlebih dahulu. Hal
ini terjadi karena beban yang mampu ditahan oleh beton-cetak terlalu kecil. Jadi secara
keseluruhan, hasil evaluasi beton-cetak pejal di Mataram memperlihatkan nilai kuat-tekan
yang tidak memenuhi prasyarat untuk lapis perkerasan jalan.
Beton-cetak berlubang (hollow paving block) adalah jenis beton-cetak yang lain,
selain beton-cetak pejal. Keberadaan lubang pada beton-cetak tersebut diharapkan dapat
memberikan nilai lebih pada tampilan artistik beton-cetak karena pada lubang tersebut
dapat diselingi dengan tanaman rumput hias. Selain itu, pemberian lubang tersebut juga
dapat mengurangi bahan yang digunakan untuk pembuatan beton-cetak namun dengan
tetap dapat menjaga persyaratan mutu. Keuntungan lainnya adalah air hujan tetap dapat
meresap ke dalam tanah, sehingga keseimbangan air tanah tidak terganggu. Namun,
permasalahan yang muncul adalah keberadaan lubang pada beton-cetak akan mengurangi
kekuatan (kuat-tekan) dari bahan material tersebut.
Untuk itu, informasi lebih lanjut tentang pengaruh keberadaan lubang terhadap
kuat-tekan beton-cetak tersebut sangat diperlukan. Selanjutnya, muncul pertanyaan
seberapa jauh beton-cetak berlubang masih mampu menahan beban dan mempunyai
kekuatan yang sesuai dengan prasyarat bahan material untuk lapis perkerasan jalan ?
Pertanyaan lain yang muncul sekaitan dengan pemakaian beton-cetak berlubang adalah
berapa ketebalan efektif dari dinding lubang maupun tinggi/tebal beton-cetaknya sendiri ?
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penelitian beton-cetak berlubang dengan
berbagai variasi ketebalan ini dilakukan, dan sekaligus dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang muncul sekaitan dengan penggunaan bahan alternatif untuk
perkerasan jalan. Penelitian awal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi
yang dibutuhkan untuk perluasan / peningkatan variasi produk industri beton-cetak yang
ada di Mataram. Untuk mengurangi bias penelitian dan memudahkan pelaksanaan, maka
penelitian laboratorium ini, untuk sementara, dibatasi hanya untuk beton-cetak berlubang
dengan bentuk persegi. Hal ini mempertimbangkan bahwa dengan bentuk-bentuk beton-
cetak yang lain, peneliti akan kesulitan membuat ketebalan dinding lubang yang seragam.
TUJUAN PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Hasil pengukuran berat jenis keseluruhan benda uji beton-cetak (baik jenis pejal
maupun berlubang) disajikan pada Tabel 1. Tabel ini memperlihatkan bahwa secara umum
terdapat kecenderungan penurunan nilai berat jenis beton-cetak yang berbanding lurus
dengan peningkatan ketebalan benda uji. Walaupun demikian, evaluasi lebih lanjut
menunjukkan bahwa terjadi ke-tidak konsisten-an dalam proses pembuatan benda uji,
misalnya, seperti terlihat pada campuran 1 potland semen (pc) : 8 pasir.
Analisa variansi hasil pengujian kuat-tekan tersebut diatas disajikan pada Tabel 3.
Pustaka (Sudjana, 1991) menunjukkan bahwa untuk variasi jenis beton-cetak, hasil Fhitung =
3.788 > F(0,05:8,16) = 2.59, sedangkan untuk variasi komposisi campuran beton, F hitung =
13.676 > F(0,05:2,16) = 3.63. Oleh sebab itu, hipotesis tidak terdapat perbedaan
perlakuan akibat variasi jenis beton-cetak maupun variasi komposisi campuran ditolak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi jenis beton-cetak berpengaruh terhadap nilai
kuat-tekan benda uji tersebut secara nyata, walaupun pengaruhnya relatif agak kurang
dominan dibandingkan dengan pengaruh akibat perlakuan variasi campuran pasta beton.
Total 1069.3 26
25
20
15
10
5
0
4 6 8 10 12
Ketebalan (cm)
Peningkatan rasio campuran beton dari semula 1pc : 8psr menjadi 1pc : 5psr, dan
1pc : 3psr dapat meningkatkan nilai kuat-tekan beton + 270 % (18.85 MPa), dan + 300%
(20.19 Mpa) dari nilai kuat-tekan benda uji tersebut (7.49 Mpa). Namun demikian,
peningkatan kekuatan tekan tersebut menurun seiring dengan bertambah tingginya
dimensi (ketebalan) beton-cetak pejal. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada topik
bahasan pengaruh kepadatan terhadap nilai kuat-tekan benda uji.
Gambar 2 menunjukkan bahwa lubang pada beton-cetak (campuran 1pc : 3psr),
secara nyata, memperlemah kekuatan tekan beton-cetak tersebut. Keberadaan rongga 1
(tebal dinding = 3 cm) menurunkan nilai kuat-tekan beton-cetak sekitar 70%, sedangkan
rongga 2 (tebal dinding = 2 cm) mengakibatkan kuat-tekan beton-cetak turun + 60%. Pada
pengamatan laboratorium ini, secara umum, terlihat bahwa rerata penurunan + 65% dari
nilai kuat-tekan beton-cetak pejal terjadi akibat pengurangan luas tekan (keberadaan
lubang) pada benda uji tersebut.
25
Kuat-tekan (Kg/cm2)
20
15
10
5
0
4 6 8 10 12
Ketebalan (cm)
Kecenderungan yang sama teramati pula pada benda uji beton-cetak dengan jenis
maupun campuran yang lain (lihat Tabel 1 dan 2). Untuk itu, dengan mempertimbangkan
tingginya rerata penurunan kuat-tekan beton-cetak berlubang, maka penentuan dimensi
lubang yang efektif dan efisien sangat membutuhkan penelitian lebih lanjut serta perhatian
yang khusus. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan informasi bahwa bahan
alternatif pembentuk perkerasan jalan tersebut terbukti layak atau tidak guna
direkomendasikan kepada penggguna maupun pasar bahan bangunan.
Kepadatan beton-cetak, yang dapat diukur dengan berat jenis beton-cetak, terlihat
secara jelas berkorelasi langsung dengan nilai kuat-tekan benda uji tersebut, seperti tersaji
pada Gambar 3. Selanjutnya, informasi lebih detail (berupa hasil pengukuran) dapat
dilihat pula pada Tabel 1 dan 2.
2.2
Berat Jenis (T/m3)
1.9
1.6
1.3
1.0
0.0 3.0 6.0 9.0 12.0 15.0 18.0 21.0
Kuat-tekan (Kg/cm2)
Gambar diatas memperlihatkan bahwa nilai kuat-tekan beton-cetak baik yang pejal
maupun berlubang cenderung turun seiring dengan menurunnya kepadatan benda uji
tersebut. Tabel 4 menyajikan hasil analisis variansi dari pengukuran kepadatan beton-
cetak tersebut, sebagai berikut:
Tabel 4 ANOVA hasil pengukuran laboratorium berat-jenis beton-cetak
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Paving's shape 3.1599 8 0.3950 45.1372 0.0000 2.5911
Mix proportion 0.0510 2 0.0255 2.9131 0.0834 3.6337
Error 0.1400 16 0.0088
Total 3.3509 26
DAFTAR PUSTAKA
Joedono dan Akmaludin, 1996, Studi kekuatan bahan paving block di kota Mataram untuk
bahan perkerasan jalan, DPP/SPP 1995/ 1996, UNRAM, Mataram.
Mindess, S., and Young, J.F., 1981, Concrete, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New
York.
Murdock, L. J. & Brook, K. M., (Alih Bahasa Hendarko), 1991, Bahan dan Praktek Beton,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Neville, A. M. & Brook, K. M., 1975, Concrete Technology, Longman Essex, England.
Shackel, B., 1990, Design and Construction of Interlocking Concrete Block Pavement,
Elsevier Applied Science, London, England.
Sudjana, 1991, Desain dan Analisis Eksperimen, Edisi III, Tarsito, Bandung.
Sumarwoto, O., 1992, Analisis Dampak Lingkungan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Yasin, H., 1990, Interlocking Block Sebagai Bahan Perkerasan Jalan Jakarta- Cikampek
Khususnya di daerah Perkotaan, PT. Conbloc Indonesia, Jakarta.