You are on page 1of 12

EVALUASI TEKNIK PEMADATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

BERPENGARUH TERHADAP KARAKTERISTIK


CAMPURAN ASPAL BERBATUAN BESAR
THE EVALUATION OF COMPACTION TECHNIQUES AND FACTORS AFFECTING
THE CHARACTERISTICS OF LARGE-STONE ASPHALT MIXES

Mudji Wahyudi
JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MATARAM
Jl. Majapahit 62 Mataram 83125, Telp. 0370-636126

ABSTRAK

Prosedur pembuatan benda-uji campuran aspal di laboratorium, termasuk teknik pemadatan


benda-uji, sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik dan mekanis campuran aspal sebagai
bahan pembentuk lapis perkerasan jalan. Prosedur tersebut harus mudah dilaksanakan dan
dapat mensimulasikan teknik pemadatan yang digunakan dalam proses pembangunan konstruksi
jalan raya. Penelitian ini mencoba mengkaji secara komprehensif keuntungan dan kerugian
beberapa teknik-teknik pemadatan, teknik pemadatan yang cocok, serta variabel-variabel
penelitian yang berpengaruh terhadap kinerja campuran aspal berbatuan besar (menggunakan
diameter maksimum butiran agregat = 37.50 mm).
Menggunakan rancangan percobaan Faktorial dengan fraksional replikasi, variabel penelitian
meliputi 3(tiga) jenis aspal bitumen (C-170, C-320, dan Multigrade), 3(tiga) kadar aspal dan 3(tiga)
jenis gradasi. Agregat kasar dan halus berasal dari sungai Nepean, dan agregat batu-besar
diambil dari lokasi penambangan EMU, NSW. Prioritas teknik pemadatan diberikan pada teknik
tekan-putar (Gyropac) dan sebagai pembanding teknik getar (Kango Hammer) dan teknik jatuh
bebas (Marshall).
Hasil penelitian di laboratorium memperlihatkan bahwa teknik pemadatan tekan-putar (Gyropac)
menghasilkan benda-uji yang relatif lebih baik karakteristiknya dibandingkan teknik pemadatan
yang lain. Hubungan antara jumlah putaran dengan tinggi benda-uji padat pada teknik pemadatan
tekan-putar dapat digunakan untuk mengukur kemudahan kerja campuran. Kemudahan kerja ini
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: aspal bitumen dan koefisien kerataan campuran
gradasi agregat.

Kata kunci : teknik pemadatan, karakteristik, campuran aspal berbatuan besar.

ABSTRACT

A laboratory sample preparation procedure of asphalt mixes, including a compaction technique,


affects physical and mechanical behaviours of asphalt paving mixtures. The procedure must be
easy and able to simulate the compaction techniques applied on the construction of road
pavements. This research tends to comprehensively study the benefits and drawbacks of several
compaction techniques, a suitable compaction technique for large-stone mixes, as well as
research variables affecting the performance of large-stone asphalt mixes (maximum aggregate
up to 37.50 mm).
Using an experimental design of Factorial in fractional replications, research variables included
3(three) types of asphalt (C-170, C-320, and Multigrade), 3(three) asphalt contents, and 3(three)
aggregate gradings. Coarse and fine aggregates were taken from Nepean river, since large
aggregates were taken from the EMU-plant, New South Wales. Emphasize was given to the
gyratory compaction method while the use of vibratory and free fall compaction methods due to a
comparative evaluation.
The laboratory results show that the gyratory compaction method produced better performance
samples compared to other methods. The relationship between the number of gyropac cycles and
sample’s measured height during the compaction process can be used to measure the workability
of the mixes. This workability was greatly influenced by asphalt contents and the coefficient
uniformity of aggregate gradations.
Key word : compaction techniques, characteristics, large-stone asphalt mixes.
PENDAHULUAN

Untuk ke-sahih-an desain campuran aspal, benda-uji hasil pemadatan di laboratorium


seharusnya mempunyai kesamaan derajat kepadatan, pergerakan partikel agregat, serta sifat-sifat
mekanisnya dengan benda-uji hasil pengeboran di perkerasan jalan raya. Sekaitan dengan
prasyarat tersebut, maka teknik pemadatan benda-uji di laboratorium yang dapat mensimulasi
teknik pemadatan lapangan sangat dibutuhkan. Sampai saat ini, pustaka maupun informasi hasil
penelitian tentang prosedur pembuatan benda-uji campuran aspal berbatuan besar (maksimum
diameter butiran agregat = 37.50 mm) relatif kurang bahkan jarang sekali dibahas oleh para pakar
maupun peneliti yang berminat di bidang campuran aspal inovatif.
Pustaka (Hughes, 1989) melaporkan bahwa sifat-sifat fisik maupun mekanis campuran
aspal sangat dipengaruhi oleh teknik pemadatan benda-uji. Oleh sebab itu, pemilihan teknik
pemadatan laboratorium berpengaruh sangat nyata terhadap campuran aspal sebagai bahan
pembentuk lapis perkerasan jalan. Kekeliruan prediksi dan analisis kinerja dari benda uji
laboratorium dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan perkerasan lentur jalan terhadap lalu-
lintas kendaraan angkutan barang dan penumpang sehari-hari. Fakta menunjukkan bahwa banyak
lapis perkerasan jalan mengalami kerusakan struktur secara dini saat konstruksi jalan tersebut
dibuka untuk lalu-lintas, terutama bagi jenis kendaraan angkutan berbeban berat. Mutu layanan
jalan menurun secara drastis sehingga tidak sesuai dengan umur rencana jalan.
Terkait dengan kebutuhan teknik pemadatan diatas, upaya penelitian untuk menganalisis
secara komprehensif teknik-teknik pemadatan yang cocok untuk campuran aspal berbatuan
besar, serta mengevaluasi variabel-variabel penelitian yang berpengaruh terhadap kinerja
campuran aspal tersebut dilaksanakan di laboratorium Teknik Sipil Universitas New South Wales,
Australia. Prioritas kajian diberikan pada teknik pemadatan tekan-putar (alat pemadat Gyropac),
dan sebagai pembanding digunakan teknik tumbukan jatuh-bebas (alat pemadat Marshall) dan
teknik getaran (alat pemadat Kango-hammer). Dari hasil penelitian laboratorium ini diharapkan
dapat diidentifikasi variabel-variabel campuran yang berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan
kemudahan kerja campuran, keuntungan maupun kerugian, serta tingkat ke-akurasi-an masing-
masing teknik pemadatan untuk proses replikasi benda-uji campuran aspal.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Dalam rangka evaluasi prosedur pembuatan benda-uji di laboratorium, benda-uji


campuran aspal (diameter 150 mm dan tebal + 85 mm) dicetak dan disiapkan dengan beberapa
kombinasi perlakuan variabel campuran. Tiga jenis aspal bitumen yang dipakai adalah C-170, C-
320, dan jenis Multigrade. Kadar aspal yang diteliti meliputi kadar aspal optimum, 0.5% diatas dan
0.5% dibawah kadar aspal optimum yang diperoleh dengan metode Marshall (75 x pukulan).
Agregat kasar berasal dari sungai Nepean di Sydney, Australia. Sebagian besar dari agregat ini
merupakan batu pecah dengan dua sisi permukaan bertekstur kasar, namun sekitar 15% dari
agregat kasar tersebut berbentuk pipih dan lonjong. Agregat halus berupa pasir alam dan diambil
dari lokasi penggalian yang sama. Agregat batu-besar berupa batu pecah, dan termasuk jenis
batuan granit yang diambil dari tempat penambangan EMU, New South Wales.
Upaya merancang gradasi agregat baru dengan proporsi agregat kasar lebih besar
dibandingkan dengan proporsi agregat kasar yang umum dipakai untuk gradasi agregat
konvensional (45% - 55% dari total campuran agregat) dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini
dimaksudkan untuk membentuk kerangka struktur batuan dalam campuran aspal padat. Untuk
itu, proporsi agregat kasar digeser kearah bawah garis kurva Fuller (rumusan standar gradasi
yang bereksponen 0.45), sehingga proporsi agregat kasar menjadi sekitar antara 65% - 80% dari
total campuran agregat. Rrumusan gradasi, sebagaimana terlihat pada rumusan 1 (Brown dkk.
1991), diadopsi untuk mencampur gradasi yang direncanakan.

[ ( 100 - F ) x ( dn - 0.075n )]
P = { ---------------------------------------- + F } (1)
( Dn - 0.075n )
dimana :
P = persentase lolos saringan berdiameter d (mm),
D = maksimum ukuran agregat batuan (mm),
F = kadar mineral pengisi (material passing sieve no.200 #),
n = exponen antara 0 sampai dengan 1.
Kadar mineral pengisi adalah 5% sampai dengan 7% dengan memakai bahan semen.
Gambar berikut memperlihatkan campuran gradasi agregat yang dipakai dalam penelitian ini.

100
Cumulative Passing ( % ) 90 Upper limit (AS-2734)

80

70
Lower limit(AS-2734)
60

50

40
Grading I
Grading II
30

20

10
Grading III
0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00

Sieve Size (mm)

Gambar 1 Campuran gradasi agregat yang digunakan

Aplikasi metode penelitian faktorial dengan fraksional replikasi (Montgomery, 1991)


menghasilkan sekitar 18 benda-uji dipadatkan dengan alat pemadat Gyropac, serta memakai
usulan prosedur rutin untuk pembuatan benda-uji campuran aspal berbatuan besar sebagaimana
terlihat pada Gambar 2. Selanjutnya, 2(dua) kelompok yang masing-masing terdiri dari 9 benda-uji
dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat Marshall (75 x tumbukan jatuh bebas) serta alat
pemadat Kango hammer.
Evaluasi kemudahan kerja (workability) campuran aspal berbatuan besar dilakukan pada
saat pemadatan dengan menggunakan alat Gyropac. Sifat-sifat volumetrik benda-uji diukur dan
diuji statistik Ftest dan Ttest untuk mengetahui kemampuan alat Gyropac tersebut dalam membuat
ulangan (replikasi) maupun variabilitas benda-uji. Berdasarkan sifat-sifat fisik dan mekanis benda-
uji tersebut, kemampuan masing-masing alat pemadatan dievaluasi dan dipelajari untung dan
ruginya untuk prosedur rutin pembuatan benda-uji di laboratorium.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

 Uji Kemampuan Mencetak Ulang (Repeatability)

Sebagaimana telah disebut sebelumnya, prioritas kajian diberikan kepada alat pemadat
Gyropac (teknik tekan-putar). Untuk evaluasi sifat-sifat fisik (volumetrik) benda-uji campuran aspal
antara kelompok utama dan replikasinya, uji statistik Ftest memperlihatkan hasil yang relatif tidak
jauh berbeda untuk variabilitas dari dua kelompok benda-uji tersebut. Hasil yang sama didapatkan
pula dari uji Ttest untuk rataan tengah dari sifat-sifat volumetrik dua kelompok benda-uji tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dari proses pencetakan ulang
benda-uji campuran aspal berbatuan besar dengan menggunakan alat Gyropac. Memakai
program Excel, Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan uji Ftest maupun Ttest untuk sifat-sifat
volumetrik benda-uji tersebut. Hasil analisis ini sekaligus mengkonfirmasikan hasil penelitian
terdahulu (Walter, 1993) yang menyimpulkan bahwa alat Gyropac mampu membuat benda-uji
ulangan yang sama di laboratorium. Walaupun demikian, penelitian Walter tersebut sebenarnya
hanya untuk jenis campuran aspal konvensional.
SELECT
Initial Candidate
Aggregate-Bitumen
Blends

Blend each fraction of Prepare required


aggregate mass into mass of bitumen
a target gradation content

Heating aggregate Heating bitumen


prior to mixing prior to mixing
o o
> 4 hours at 160 C up to 150 C

Blend asphalt mixtures


< = 3 minutes at
mixing temperature
o o
(150 - 156 C)

The Gyropac
Conditioning the mix Heating mould and
compaction method
o
at 145 C compression steel
a. < = 375 cycles or o
in 30 minutes platen at 150 C
b. hc = h standard

NO

The Mix
Workability
Evaluation

Design NO
Criteria
YES ?

Fitting height (hc) of


Volumetric Properties YES asphalt samples
Evaluation

Surface conditioning hc < the width


of MATTA ind.
( cutting to standard tensile jig ?
NO
height..= h standard )

MATERIAL
YES CHARACTERISATION
Calculate volumetric using the MATTA
properties Apparatus

Gambar 2 Diagram tata-cara rutin pembuatan benda uji


Tabel 1 Hasil dan evaluasi kemampuan mencetak ulang benda uji di laboratorium
Berat Berat Rongga Rongga
No. Perlakuan Jenis Jenis Pori Pori
(t/m3) (t/m3) (%) (%)
Utama Replika Utama Replika
1 Gradasi I, C-170, 4.0% 2.408 2.373 4.22 5.61
2 Gradasi II, C-320, 4.0% 2.394 2.421 4.47 3.39
3 Gradasi III, Multi, 4.0% 2.415 2.414 4.05 4.09
4 Gradasi I, Multi, 4.5% 2.412 2.405 3.75 4.03
5 Gradasi II, C-170, 4.5% 2.448 2.376 1.53 4.42
6 Gradasi III, C-320, 4.5% 2.438 2.413 2.09 3.09
7 Gradasi I, C-320, 5.0% 2.376 2.368 4.12 4.44
8 Gradasi II, Multi, 5.0% 2.444 2.400 1.45 3.23
9 Gradasi III, C-170, 5.0% 2.404 2.393 2.67 3.12
10 Gradasi III, C-320, 4.0% 2.396 2.408 4.50 4.03
t-Test: Paired Two-Sample for Means
Mean 2.414 2.397 3.285 3.495
Variance 0.001 0.000 1.501 0.612
Observations 10 10 10 10
Pearson Correlation 0.093 - 0.414 -
Hypothesised Mean Difference 0 - 0 -
df 9 - 9 -
t Stat 1.810 - 1.817 -
P(T<=t) one-tail 0.052 - 0.051 -
t Critical one-tail 1.833 - 1.833 -
P(T<=t) two-tail 0.104 - 0.103 -
t Critical two-tail 2.262 - 2.262 -
F-Test: Two-Sample for Variances
Mean 2.414 2.397 3.285 3.945
Variance 0.001 0.000 1.501 0.612
Observations 10 10 10 10
df 9 9 9 9
F 1.549 - 2.452 -
P(F<=f) one-tail 0.262 - 0.099 -
F Critical one-tail 3.179 - 3.179 -

 Rongga Pori Udara

Gambar 3 menunjukkan kadar rongga pori udara yang dihasilkan oleh ketiga teknik
pemadatan. Benda-uji yang dipadatkan dengan alat Marshall (berdiameter 100 mm dan tebal 65
mm) relatip berkadar pori yang cukup tinggi. Namun, rongga pori yang tinggi ini perlu diteliti lebih
lanjut mengingat campuran aspal menggunakan agregat batuan berdiameter 37.50 mm serta
proporsi aggregat kasar yang lebih besar dibanding campuran konvensional. Dalam hal ini,
diperkirakan tingginya kandungan pori tersebut diakibatkan oleh pemakaian agregat batuan besar.
Sehingga, partikel butiran batuan besar tersebut saling bertumpu membentuk cekungan dan
menyebabkan campuran mortar menggelincir serta menyisakan rongga-rongga pori besar di
permukaan benda-uji. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa cetakan Marshall yang berdiameter 100
mm tidak dapat digunakan untuk mencetak benda-uji campuran aspal berbatuan besar walaupun
menggunakan metode 75 x tumbukan jatuh bebas.
Pengamatan visual menunjukkan bahwa benda-uji Marshall ber-rongga pori besar dan
permukaan benda-uji tidak rata. Hasil rerata kandungan rongga pori yang relatip lebih tinggi dari
3% total volume dihasilkan oleh alat Kango hammer. Tendensi kandungan pori yang reratanya
mendekati 3% dari total volume dihasilkan oleh alat Gyropac. Hasil ini telah dipostulasikan
sebagai ambang bawah dari kandungan rongga pori ideal yang harus disisakan pada campuran
aspal padat. Lebih kecil dari ambang bawah tersebut, aspal bitumen akan merembes naik ke
lapis permukaan jalan (bleeding), yang dapat berlanjut dengan proses kerusakan struktur
perkerasan akibat tambahan pemadatan dari lalu-lintas kendaraan.
8.00
Pemadatan Marshall
M-i

6.00

Rongga Pori, Va
K-j
Pemadatan Kango hammer
4.00

2.00 G-k
(%)
Pemadatan Gyropac

0.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

Koefisien Kerataan, Cu

Gambar 3 Kandungan rongga pori udara

Replikasi benda-uji memperlihatkan bahwa terdapat variabilitas hasil kandungan pori


meskipun kesemuanya memperoleh kombinasi perlakuan yang sama. Perbedaan hasil rongga
pori ini sekaligus menunjukkan bahwa sensitivitas variabel campuran aspal adalah sangat tinggi.
Hal ini disebabkan oleh komponen-komponen material pembentuk campuran aspal itu sendiri
merupakan variabel yang tidak homogen, misalnya: campuran gradasi agregat. Sehingga
diperlukan kecermatan dan ketelitian yang prima untuk mengurangi kesalahan-kesalahan
penelitian tersebut.

 Kepadatan Benda-Uji

Gambar 4 menunjukkan bahwa alat Gyropac dapat menghasilkan kepadatan benda-uji


yang relatip lebih baik dibanding alat pemadatan yang lain. Indikasi menarik yang teramati adalah
kepadatan benda-uji alat Gyropac ternyata hampir mendekati target kepadatan yang
direncanakan. Hal ini berarti bahwa alat Gyropac berpotensi yang cukup tinggi untuk pembuatan
benda-uji campuran aspal berbatuan besar. Hasil kepadatan benda-uji yang memadai juga
diperoleh dengan menggunakan alat Kango hammer, sedangkan teknik pemadatan Marshall
relatip kurang memadai dalam menghasilkan kepadatan benda-uji campuran aspal yang
direncanakan.

2.48
Pemadatan Gyropac

2.44
Berat Jenis ( t/m3 )

G-k

2.40
Pemadatan Kango Hammer
K-j

2.36

M-i
2.32
Pemadatan Marshall
2.28
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

Koefisien Kerataan, Cu

Gambar 4 Hasil kepadatan benda uji campuran aspal


 Kemudahan Kerja (Workability)

Pengamatan tinggi benda-uji di saat pemadatan berlangsung dengan alat Gyropac dapat
digunakan untuk mengukur kemudahan kerja bagi suatu campuran aspal. Pengamatan rutin yang
berupa grafik antara tinggi benda-uji dengan jumlah putaran dapat dilihat pada Gambar 5. Garis
penghubung berbentuk datar yang menghubungkan tiap titik pengamatan menunjukkan bahwa
campuran aspal tersebut mempunyai kemudahan kerja yang rendah. Ini berarti bahwa campuran
aspal sulit untuk dihampar, dikerjakan, maupun dipadatkan untuk lapis konstruksi perkerasan
jalan. Sebaliknya, apabila garis penghubung membentuk sudut dengan garis datar (horisontal)
berarti campuran mudah dikerjakan. Pada penelitian ini terlihat bahwa hampir semua gradasi
agregat batuan yang dievaluasi memperlihatkan kemudahan kerja yang relatip bagus bagi
campuran aspalnya.

110
Tinggi benda uji, h (mm)

100

90

h = I - m x Log10 (N)

80
1 10 100 1000
Jumlah putaran, Log10(N)

Gambar 5 Hubungan antara tinggi benda uji dengan jumlah putaran

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemudahan Kerja Campuran Aspal


 Kadar Aspal
Gambar 6 menyajikan pengaruh kadar aspal bitumen terhadap kemudahan kerja campuran
aspal. Semakin besar kadar aspal yang digunakan pada campuran semakin sedikit jumlah
putaran yang diperlukan untuk pemadatan campuran aspal berbatuan besar tersebut. Hal ini
menunjukkan pula bahwa kemudahan kerja campuran aspal tersebut semakin tinggi.

110.00
Tinggi benda uji (mm)

105.00 Refusal

100.00

95.00

90.00 3.50%

4.00%
85.00
5.50% 5.00% 4.50%

80.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Jumlah putaran (N)

Gambar 6 Pengaruh kadar aspal terhadap kemudahan kerja campuran aspal


 Gradasi Agregat
Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi koefisien kerataan (coefficient of
uniformity) suatu campuran gradasi agregat (merupakan gradasi menerus yang
mendekati kurva Fuller, dengan nilai eksponen 0.45 pada rumusan standar gradasi)
semakin tinggi pula derajat kemudahan kerja campuran tersebut.

110.00
Tinggi benda uji (mm)
105.00
Refusal
100.00

95.00

90.00
Grading I

85.00
Grading II Grading III

80.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Jumlah putaran (N)


Cu = 27.50 Cu = 46.67 Cu = 55.00

Gambar 7 Pengaruh gradasi agregat terhadap kemudahan kerja

PEMBAHASAN

 Teknik Pemadatan

Sesuai dengan prioritas kajian, teknik pemadatan dengan alat pemadat tekan-putar
(Gyropac) ternyata mampu mencetak benda-uji campuran aspal berbatuan-besar, yaitu briket
berdiameter 150 mm dan tebal 85 mm. Ukuran benda-uji ini adalah ideal untuk campuran aspal
yang memakai ukuran maksimum butiran agregat sebesar 37.50 mm. Kriteria minimum adalah 4
x ukuran maksimum butiran agregat yang digunakan. Untuk teknik pembanding, proses
pembuatan benda-uji campuran aspal berbatuan besar relatip tidak mengalami kesulitan, kecuali
bagi alat Marshall yang menggunakan cetakan besi berdiameter 100 mm. Beberapa kesulitan
telah diamati untuk teknik jatuh bebas ini, misalnya sulit menggali-ratakan di seputar pinggiran
dalam cetakan besi Marshall dan tidak ratanya permukaan benda-uji setelah dilepas dari cetakan.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa alat pemadat Kango hammer
menghasilkan benda-uji yang relatip bagus. Sifat-sifat volumetrik benda-uji dan uji kekakuan
campuran memuaskan. Akan tetapi Cominsky dkk. (1994) menyatakan bahwa derajat kepadatan
dan arah pergerakan butiran partikel agregatnya tidak sama dengan yang dijumpai pada benda-
benda uji hasil pemboran di lapangan (di konstruksi jalan). Padahal, dua parameter tersebut
diatas sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik maupun mekanis campuran aspal sebagai bahan
pembentuk lapis perkerasan jalan.
Kemudahan kerja suatu campuran aspal dapat pula ditemu-kenali dengan menggunakan
alat Gyropac. Rasio antara tinggi padat benda-uji dengan jumlah putaran untuk pemadatan dapat
dipakai sebagai tolok ukur kemudahan kerja suatu campuran aspal. Hal ini penting, berhubung
tindakan koreksi dapat diambil seketika jika campuran aspal tersebut ditemu-kenali mempunyai
kemudahan kerja yang rendah di saat awal desain campuran aspal. Selain menimbulkan gaya
tekan dan geser-putar, kemampuan alat Gyropac untuk menemu-kenali kemudahan kerja suatu
campuran aspal merupakan nilai lebih alat tersebut. Sedangkan dua alat pemadat lainnya
(Marshall dan Kango hammer) terlihat tidak berkemampuan untuk menemu-kenali kemudahan
kerja campuran aspal berbatuan besar pada khususnya, dan campuran aspal panas lain pada
umumnya.
 Penentuan Jumlah Putaran Gyropac

Untuk mendapatkan nilai kepadatan lapangan yang memadai, penentuan berat campuran
aspal dan jumlah putaran yang diperlukan merupakan variabel kritis untuk teknik pemadatan
tekan-putar Gyropac (Shulkin, 1993). Gambar 6 menunjukkan kalibrasi antara waktu penggetaran
pada alat Kango hammer, jumlah tumbukan alat Marshall, dan jumlah putaran pada alat Gyropac
untuk mencetak benda-uji yang berdiameter 150 mm. Terlihat pada gambar bahwa nilai
kandungan pori yang mendekati 3%-4% adalah untuk waktu getar 4 menit (K-4) pada alat Kango
hammer sementara jumlah putaran yang diperlukan pada alat Gyropac sekitar 375 putaran (G-
375). Dengan jumlah putaran ini diharapkan dapat mencetak benda-uji campuran aspal yang
langsung dipasang pada kerangka penjepit uji-tarik tak langsung MATTA tanpa memerlukan
perlakuan tambahan, yaitu pemangkasan ujung permukaan benda-uji.

2.440
G-450
G-375
2.420
K-4 G-300
K-3
Berat jenis, (t/m3)

2.400 K-2 G-225

G-150
2.380 K-2

2.360
Ms-75
2.340

2.320
2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
Rongga pori,
Marshall hammer (%)Kango hammer Gyropac

Gambar 6 Kalibrasi waktu getar, jumlah putaran, dan jumlah tumbukan bebas

 Perbandingan Benda-Uji Padat

Dari hasil penelitian dapat diamati bahwa alat Gyropac menghasilkan nilai kepadatan
benda-uji yang relatip paling tinggi dibandingkan alat pemadatan yang lain, sebagaimana terlihat
pada Gambar 6. Akan tetapi sebaliknya, kandungan rongga pori berkecenderungan melewati
ambang batas terendah. Nilai berlebih untuk rongga pori ini teramati khususnya untuk campuran
aspal yang memakai campuran gradasi berbatuan besar konvensional. Untuk itu, dengan
membuat campuran gradasi lebih kasar dari jenis campuran gradasi tersebut diperkirakan dapat
memecahkan problematik nilai ekstrim kandungan rongga pori.
Permukaan yang tidak rata dihasilkan oleh alat Marshall yang selanjutnya diikuti alat
Gyropac dan terakhir adalah alat Kango hammer. Koefisien ketidak-rataan permukaan benda-uji
tersebut ditemukan kurang lebih sekitar 0,10.

 Keuntungan dan Kerugian dari Masing-masing Teknik Pemadatan

Hasil pengamatan dan pustaka menunjukkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing
teknik pemadatan sebagai berikut:

a) Teknik Jatuh Bebas (Marshall method)


Keuntungan :
 Variabel utama yang dapat diatur adalah berat alat penumbuk, tinggi jatuh bebas, and jumlah
tumbukan per lapisan (Asphalt Institute, 1989),
 Pengoperasian alat sangat sederhana, praktis, dan relatip tidak mahal,
 Sudah distandarkan.
Kerugian :
 Gaya pemadatan yang berupa tumbukan (jatuh bebas) berbeda dengan kondisi sebenarnya
yang dilakukan oleh roller di lapangan,
 Sangat sulit memperoleh hasil akhir permukaan benda-uji yang halus, terutama jika campuran
gradasi menggunakan partikel butiran aggregat batuan besar,
 Grafik tekan-tarik benda-uji berbeda dengan hasil grafik tekan-tarik di lapangan (Von Quintus
dkk. 1991),
 Pecahnya partikel agregat akibat tumbukan dengan besi penumbuk.

b) Teknik Getaran (Kango Hammer method)


Keuntungan :
 Sangat cocok untuk jenis material yang berbutir kasar,
 Proses penggetaran berakibat efek penguncian antar partikel sangat baik sehingga
meningkatkan sifat-sifat mekanis benda-uji, misal uji kekakuan,
 Penanganan alat pemadat Kango sangat mudah.
Kerugian :
 Terdapat tendensi material tidak kohesip menggumpal jika sebagian jenuh air,
 Plastisitas campuran cenderung meningkat (Ruth dkk 1985),
 Sulit mempertahankan konsistensi posisi pemadatan pada saat proses pemadatan,
 Frequensi getaran tidak dapat diubah.

c) Teknik Tekan - Putar (Gyropac method)


Keuntungan :
 Usaha pemadatan dapat diubah,
 Gaya-gaya pemadatan sama dengan yang dibuat oleh alat pemadat roller di lapangan,
 Nilai stabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan teknik-teknik yang lain,
 Dapat digunakan untuk menemu-kenali kemudahan kerja.
Kerugian :
 Harga alat Gyropac relatip mahal,
 Pengoperasian alat Gyropac agak berat terutama dengan ukuran benda-uji berdiameter lebih
besar atau sama dengan 150 mm,
 Hanya mampu mencetak benda-uji dalam bentuk bundar (lingkaran).
 Kedua gaya tekan (240 Kpa dan 540 Kpa) yang tersedia pada alat Gyropac tidak bertahan
lama untuk gaya tekan berhubung tendensi tekanan roda truk sekarang meningkat sampai
dengan 750 Kpa.

KESIMPULAN DAN SARAN

 KESIMPULAN
Sehubungan dengan upaya evaluasi teknik pemadatan yang cocok untuk pembuatan benda-uji
campuran aspal berbatuan besar di laboratorium, beberapa temuan penelitian dapat disajikan
sebagai berikut :
 Dari evaluasi keuntungan dan kerugian masing-masing teknik pemadatan, alat pemadat
tekan-putar Gyropac memiliki nilai lebih dibanding alat pemadatan yang lain, yaitu mampu
mencetak ulang (replika) benda uji dengan baik, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemudahan kerja campuran aspal.
 Koefisien ketidak-rataan permukaan benda-uji campuran aspal berbatuan besar ditemukan
sekitar 0.10.
 Jumlah putaran maksimum Gyropac dibatasi < 450 putaran (dipertimbangkan sebagai jumlah
putaran yang menghasilkan nilai > 3% kandungan pori udara).
 Hasil yang memadai untuk sifat volumetrik benda-uji telah ditunjukkan oleh alat pemadat
Gyropac, diikuti oleh alat pemadat getar Kango Hammer, dan terakhir alat pemadat tumbukan
jatuh bebas Marshall.
 Teknik pemadatan tekan-putar (alat pemadat Gyropac) dapat dipakai untuk tata-cara rutin
pembuatan benda-uji campuran aspal di laboratorium.
 Kemudahan kerja campuran aspal sangat dipengaruhi oleh kandungan aspal bitumen dan
koefisien kerataan campuran gradasi agregat.
 Selain kelebihan-kelebihan yang ada, alat pemadat Gyropac juga mempunyai kekurangan-
kekurangan berikut :
 Kemampuan alat pemadat Gyropac untuk mencetak berbagai dimensi benda uji terbatas,
(hanya untuk benda-uji berbentuk bundar / briket),
 Kedua gaya tekan (240 Kpa dan 540 Kpa) yang tersedia kurang adaptif dan tidak luwes
untuk jangka panjang mengingat tendensi tekanan roda truk sekarang meningkat sampai
dengan 750 Kpa,
 Alat pemadat Gyropac relatip mahal dan relatip agak berat pengoperasiannya.

 SARAN

 Aplikasi lebih lanjut teknik pemadatan tekan-putar (Gyropac) untuk prosedur perencanaan
campuran aspal panas berbasis kinerja campuran memerlukan kajian laboratorium yang lebih
detail serta mencakup kajian yang lebih komprehensif terhadap parameter-parameter
campuran aspal yang sangat berpengaruh terhadap kinerja campuran.
 Penentuan selang ideal untuk kandungan mineral pengisi campuran aspal berbatuan besar
sangat dibutuhkan agar permasalahan segergasi agregat yang berukuran besar dapat
diminimalisasikan.
 Pemanfaatan sumberdaya alam (seperti: aspal Buton) untuk perancangan campuran aspal
berbatuan besar seyogyanya lebih intensif dilakukan dalam rangka optimalisasi sumberdaya
alam yang ada di Indonesia.
 Prototipe alat pemadat untuk teknik pemadatan tekan-putar sangat diperlukan supaya
pengembangan campuran-campuran aspal inovatif lebih semarak dan tidak perlu impor alat
maupun metode pembuatan benda-uji ke Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Asphalt Institute. “ The Asphalt Handbook “ Manual Series No.4 (MS - 4) 1989 Edition.
Lexington, Kentucky, USA.

Brown, S.F., J.N. Preston and K.E Cooper. “Application of New Concept in Asphalt Mix Design”
Proceedings of the Association of Asphalt Paving Technologists, Volume 60, Seattle,
Washington., March 1991.

Cominsky, R., R.B. Leahy and E.T. Harigan., “Level One Mix Design: Materials Selection,
Compaction, and Conditioning”., SHRP-A-408, Strategic Highway Research Program,
National Research Council, Washington, D.C., 1994.

Hughes S. Charles. “ Compaction of Asphalt Pavement “. Transportation Research Board.,


Washington, D.C., October 1989.

Montgomery, D. C., “ Design and Analysis of Experiments “., 3rd Edition, John Wiley and Sons,
New York, 1991.

Ruth, B.E, M. Tia and Sigurjonsson. “Gyratory Testing for Bituminous Mix Evaluation“.
Proceedings of Association of Asphalt Paving Technologists, Volume 54, Texas 1985.

Shulkin, A. “ Operating Procedure for the IPC Gyropac “. Australian Road Research Board Ltd.
June 1993.

Von Quintus, H. L., J.A. Scherocman, C.S. Hughes, and T.W. Kennedy. “Asphalt Aggregate
Mixture Analysis System (AAMAS)”, Transportation research Board. Washington, D.C.,
March 1991.

Walter, Phil . “ Test Methods - Sample Preparation “.Proceedings of Implementation Workshop


for New Asphalt Technology. RTA New South Wales and AAPA., Sydney, 1993.

You might also like