Professional Documents
Culture Documents
Mudji Wahyudi
JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MATARAM
Jl. Majapahit 62 Mataram 83125, Telp. 0370-636126
ABSTRAK
ABSTRACT
[ ( 100 - F ) x ( dn - 0.075n )]
P = { ---------------------------------------- + F } (1)
( Dn - 0.075n )
dimana :
P = persentase lolos saringan berdiameter d (mm),
D = maksimum ukuran agregat batuan (mm),
F = kadar mineral pengisi (material passing sieve no.200 #),
n = exponen antara 0 sampai dengan 1.
Kadar mineral pengisi adalah 5% sampai dengan 7% dengan memakai bahan semen.
Gambar berikut memperlihatkan campuran gradasi agregat yang dipakai dalam penelitian ini.
100
Cumulative Passing ( % ) 90 Upper limit (AS-2734)
80
70
Lower limit(AS-2734)
60
50
40
Grading I
Grading II
30
20
10
Grading III
0
0.01 0.10 1.00 10.00 100.00
HASIL PENELITIAN
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, prioritas kajian diberikan kepada alat pemadat
Gyropac (teknik tekan-putar). Untuk evaluasi sifat-sifat fisik (volumetrik) benda-uji campuran aspal
antara kelompok utama dan replikasinya, uji statistik Ftest memperlihatkan hasil yang relatif tidak
jauh berbeda untuk variabilitas dari dua kelompok benda-uji tersebut. Hasil yang sama didapatkan
pula dari uji Ttest untuk rataan tengah dari sifat-sifat volumetrik dua kelompok benda-uji tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dari proses pencetakan ulang
benda-uji campuran aspal berbatuan besar dengan menggunakan alat Gyropac. Memakai
program Excel, Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan uji Ftest maupun Ttest untuk sifat-sifat
volumetrik benda-uji tersebut. Hasil analisis ini sekaligus mengkonfirmasikan hasil penelitian
terdahulu (Walter, 1993) yang menyimpulkan bahwa alat Gyropac mampu membuat benda-uji
ulangan yang sama di laboratorium. Walaupun demikian, penelitian Walter tersebut sebenarnya
hanya untuk jenis campuran aspal konvensional.
SELECT
Initial Candidate
Aggregate-Bitumen
Blends
The Gyropac
Conditioning the mix Heating mould and
compaction method
o
at 145 C compression steel
a. < = 375 cycles or o
in 30 minutes platen at 150 C
b. hc = h standard
NO
The Mix
Workability
Evaluation
Design NO
Criteria
YES ?
MATERIAL
YES CHARACTERISATION
Calculate volumetric using the MATTA
properties Apparatus
Gambar 3 menunjukkan kadar rongga pori udara yang dihasilkan oleh ketiga teknik
pemadatan. Benda-uji yang dipadatkan dengan alat Marshall (berdiameter 100 mm dan tebal 65
mm) relatip berkadar pori yang cukup tinggi. Namun, rongga pori yang tinggi ini perlu diteliti lebih
lanjut mengingat campuran aspal menggunakan agregat batuan berdiameter 37.50 mm serta
proporsi aggregat kasar yang lebih besar dibanding campuran konvensional. Dalam hal ini,
diperkirakan tingginya kandungan pori tersebut diakibatkan oleh pemakaian agregat batuan besar.
Sehingga, partikel butiran batuan besar tersebut saling bertumpu membentuk cekungan dan
menyebabkan campuran mortar menggelincir serta menyisakan rongga-rongga pori besar di
permukaan benda-uji. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa cetakan Marshall yang berdiameter 100
mm tidak dapat digunakan untuk mencetak benda-uji campuran aspal berbatuan besar walaupun
menggunakan metode 75 x tumbukan jatuh bebas.
Pengamatan visual menunjukkan bahwa benda-uji Marshall ber-rongga pori besar dan
permukaan benda-uji tidak rata. Hasil rerata kandungan rongga pori yang relatip lebih tinggi dari
3% total volume dihasilkan oleh alat Kango hammer. Tendensi kandungan pori yang reratanya
mendekati 3% dari total volume dihasilkan oleh alat Gyropac. Hasil ini telah dipostulasikan
sebagai ambang bawah dari kandungan rongga pori ideal yang harus disisakan pada campuran
aspal padat. Lebih kecil dari ambang bawah tersebut, aspal bitumen akan merembes naik ke
lapis permukaan jalan (bleeding), yang dapat berlanjut dengan proses kerusakan struktur
perkerasan akibat tambahan pemadatan dari lalu-lintas kendaraan.
8.00
Pemadatan Marshall
M-i
6.00
Rongga Pori, Va
K-j
Pemadatan Kango hammer
4.00
2.00 G-k
(%)
Pemadatan Gyropac
0.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
Koefisien Kerataan, Cu
Kepadatan Benda-Uji
2.48
Pemadatan Gyropac
2.44
Berat Jenis ( t/m3 )
G-k
2.40
Pemadatan Kango Hammer
K-j
2.36
M-i
2.32
Pemadatan Marshall
2.28
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
Koefisien Kerataan, Cu
Pengamatan tinggi benda-uji di saat pemadatan berlangsung dengan alat Gyropac dapat
digunakan untuk mengukur kemudahan kerja bagi suatu campuran aspal. Pengamatan rutin yang
berupa grafik antara tinggi benda-uji dengan jumlah putaran dapat dilihat pada Gambar 5. Garis
penghubung berbentuk datar yang menghubungkan tiap titik pengamatan menunjukkan bahwa
campuran aspal tersebut mempunyai kemudahan kerja yang rendah. Ini berarti bahwa campuran
aspal sulit untuk dihampar, dikerjakan, maupun dipadatkan untuk lapis konstruksi perkerasan
jalan. Sebaliknya, apabila garis penghubung membentuk sudut dengan garis datar (horisontal)
berarti campuran mudah dikerjakan. Pada penelitian ini terlihat bahwa hampir semua gradasi
agregat batuan yang dievaluasi memperlihatkan kemudahan kerja yang relatip bagus bagi
campuran aspalnya.
110
Tinggi benda uji, h (mm)
100
90
h = I - m x Log10 (N)
80
1 10 100 1000
Jumlah putaran, Log10(N)
110.00
Tinggi benda uji (mm)
105.00 Refusal
100.00
95.00
90.00 3.50%
4.00%
85.00
5.50% 5.00% 4.50%
80.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
110.00
Tinggi benda uji (mm)
105.00
Refusal
100.00
95.00
90.00
Grading I
85.00
Grading II Grading III
80.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
PEMBAHASAN
Teknik Pemadatan
Sesuai dengan prioritas kajian, teknik pemadatan dengan alat pemadat tekan-putar
(Gyropac) ternyata mampu mencetak benda-uji campuran aspal berbatuan-besar, yaitu briket
berdiameter 150 mm dan tebal 85 mm. Ukuran benda-uji ini adalah ideal untuk campuran aspal
yang memakai ukuran maksimum butiran agregat sebesar 37.50 mm. Kriteria minimum adalah 4
x ukuran maksimum butiran agregat yang digunakan. Untuk teknik pembanding, proses
pembuatan benda-uji campuran aspal berbatuan besar relatip tidak mengalami kesulitan, kecuali
bagi alat Marshall yang menggunakan cetakan besi berdiameter 100 mm. Beberapa kesulitan
telah diamati untuk teknik jatuh bebas ini, misalnya sulit menggali-ratakan di seputar pinggiran
dalam cetakan besi Marshall dan tidak ratanya permukaan benda-uji setelah dilepas dari cetakan.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa alat pemadat Kango hammer
menghasilkan benda-uji yang relatip bagus. Sifat-sifat volumetrik benda-uji dan uji kekakuan
campuran memuaskan. Akan tetapi Cominsky dkk. (1994) menyatakan bahwa derajat kepadatan
dan arah pergerakan butiran partikel agregatnya tidak sama dengan yang dijumpai pada benda-
benda uji hasil pemboran di lapangan (di konstruksi jalan). Padahal, dua parameter tersebut
diatas sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik maupun mekanis campuran aspal sebagai bahan
pembentuk lapis perkerasan jalan.
Kemudahan kerja suatu campuran aspal dapat pula ditemu-kenali dengan menggunakan
alat Gyropac. Rasio antara tinggi padat benda-uji dengan jumlah putaran untuk pemadatan dapat
dipakai sebagai tolok ukur kemudahan kerja suatu campuran aspal. Hal ini penting, berhubung
tindakan koreksi dapat diambil seketika jika campuran aspal tersebut ditemu-kenali mempunyai
kemudahan kerja yang rendah di saat awal desain campuran aspal. Selain menimbulkan gaya
tekan dan geser-putar, kemampuan alat Gyropac untuk menemu-kenali kemudahan kerja suatu
campuran aspal merupakan nilai lebih alat tersebut. Sedangkan dua alat pemadat lainnya
(Marshall dan Kango hammer) terlihat tidak berkemampuan untuk menemu-kenali kemudahan
kerja campuran aspal berbatuan besar pada khususnya, dan campuran aspal panas lain pada
umumnya.
Penentuan Jumlah Putaran Gyropac
Untuk mendapatkan nilai kepadatan lapangan yang memadai, penentuan berat campuran
aspal dan jumlah putaran yang diperlukan merupakan variabel kritis untuk teknik pemadatan
tekan-putar Gyropac (Shulkin, 1993). Gambar 6 menunjukkan kalibrasi antara waktu penggetaran
pada alat Kango hammer, jumlah tumbukan alat Marshall, dan jumlah putaran pada alat Gyropac
untuk mencetak benda-uji yang berdiameter 150 mm. Terlihat pada gambar bahwa nilai
kandungan pori yang mendekati 3%-4% adalah untuk waktu getar 4 menit (K-4) pada alat Kango
hammer sementara jumlah putaran yang diperlukan pada alat Gyropac sekitar 375 putaran (G-
375). Dengan jumlah putaran ini diharapkan dapat mencetak benda-uji campuran aspal yang
langsung dipasang pada kerangka penjepit uji-tarik tak langsung MATTA tanpa memerlukan
perlakuan tambahan, yaitu pemangkasan ujung permukaan benda-uji.
2.440
G-450
G-375
2.420
K-4 G-300
K-3
Berat jenis, (t/m3)
G-150
2.380 K-2
2.360
Ms-75
2.340
2.320
2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
Rongga pori,
Marshall hammer (%)Kango hammer Gyropac
Gambar 6 Kalibrasi waktu getar, jumlah putaran, dan jumlah tumbukan bebas
Dari hasil penelitian dapat diamati bahwa alat Gyropac menghasilkan nilai kepadatan
benda-uji yang relatip paling tinggi dibandingkan alat pemadatan yang lain, sebagaimana terlihat
pada Gambar 6. Akan tetapi sebaliknya, kandungan rongga pori berkecenderungan melewati
ambang batas terendah. Nilai berlebih untuk rongga pori ini teramati khususnya untuk campuran
aspal yang memakai campuran gradasi berbatuan besar konvensional. Untuk itu, dengan
membuat campuran gradasi lebih kasar dari jenis campuran gradasi tersebut diperkirakan dapat
memecahkan problematik nilai ekstrim kandungan rongga pori.
Permukaan yang tidak rata dihasilkan oleh alat Marshall yang selanjutnya diikuti alat
Gyropac dan terakhir adalah alat Kango hammer. Koefisien ketidak-rataan permukaan benda-uji
tersebut ditemukan kurang lebih sekitar 0,10.
Hasil pengamatan dan pustaka menunjukkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing
teknik pemadatan sebagai berikut:
KESIMPULAN
Sehubungan dengan upaya evaluasi teknik pemadatan yang cocok untuk pembuatan benda-uji
campuran aspal berbatuan besar di laboratorium, beberapa temuan penelitian dapat disajikan
sebagai berikut :
Dari evaluasi keuntungan dan kerugian masing-masing teknik pemadatan, alat pemadat
tekan-putar Gyropac memiliki nilai lebih dibanding alat pemadatan yang lain, yaitu mampu
mencetak ulang (replika) benda uji dengan baik, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
kemudahan kerja campuran aspal.
Koefisien ketidak-rataan permukaan benda-uji campuran aspal berbatuan besar ditemukan
sekitar 0.10.
Jumlah putaran maksimum Gyropac dibatasi < 450 putaran (dipertimbangkan sebagai jumlah
putaran yang menghasilkan nilai > 3% kandungan pori udara).
Hasil yang memadai untuk sifat volumetrik benda-uji telah ditunjukkan oleh alat pemadat
Gyropac, diikuti oleh alat pemadat getar Kango Hammer, dan terakhir alat pemadat tumbukan
jatuh bebas Marshall.
Teknik pemadatan tekan-putar (alat pemadat Gyropac) dapat dipakai untuk tata-cara rutin
pembuatan benda-uji campuran aspal di laboratorium.
Kemudahan kerja campuran aspal sangat dipengaruhi oleh kandungan aspal bitumen dan
koefisien kerataan campuran gradasi agregat.
Selain kelebihan-kelebihan yang ada, alat pemadat Gyropac juga mempunyai kekurangan-
kekurangan berikut :
Kemampuan alat pemadat Gyropac untuk mencetak berbagai dimensi benda uji terbatas,
(hanya untuk benda-uji berbentuk bundar / briket),
Kedua gaya tekan (240 Kpa dan 540 Kpa) yang tersedia kurang adaptif dan tidak luwes
untuk jangka panjang mengingat tendensi tekanan roda truk sekarang meningkat sampai
dengan 750 Kpa,
Alat pemadat Gyropac relatip mahal dan relatip agak berat pengoperasiannya.
SARAN
Aplikasi lebih lanjut teknik pemadatan tekan-putar (Gyropac) untuk prosedur perencanaan
campuran aspal panas berbasis kinerja campuran memerlukan kajian laboratorium yang lebih
detail serta mencakup kajian yang lebih komprehensif terhadap parameter-parameter
campuran aspal yang sangat berpengaruh terhadap kinerja campuran.
Penentuan selang ideal untuk kandungan mineral pengisi campuran aspal berbatuan besar
sangat dibutuhkan agar permasalahan segergasi agregat yang berukuran besar dapat
diminimalisasikan.
Pemanfaatan sumberdaya alam (seperti: aspal Buton) untuk perancangan campuran aspal
berbatuan besar seyogyanya lebih intensif dilakukan dalam rangka optimalisasi sumberdaya
alam yang ada di Indonesia.
Prototipe alat pemadat untuk teknik pemadatan tekan-putar sangat diperlukan supaya
pengembangan campuran-campuran aspal inovatif lebih semarak dan tidak perlu impor alat
maupun metode pembuatan benda-uji ke Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Asphalt Institute. “ The Asphalt Handbook “ Manual Series No.4 (MS - 4) 1989 Edition.
Lexington, Kentucky, USA.
Brown, S.F., J.N. Preston and K.E Cooper. “Application of New Concept in Asphalt Mix Design”
Proceedings of the Association of Asphalt Paving Technologists, Volume 60, Seattle,
Washington., March 1991.
Cominsky, R., R.B. Leahy and E.T. Harigan., “Level One Mix Design: Materials Selection,
Compaction, and Conditioning”., SHRP-A-408, Strategic Highway Research Program,
National Research Council, Washington, D.C., 1994.
Montgomery, D. C., “ Design and Analysis of Experiments “., 3rd Edition, John Wiley and Sons,
New York, 1991.
Ruth, B.E, M. Tia and Sigurjonsson. “Gyratory Testing for Bituminous Mix Evaluation“.
Proceedings of Association of Asphalt Paving Technologists, Volume 54, Texas 1985.
Shulkin, A. “ Operating Procedure for the IPC Gyropac “. Australian Road Research Board Ltd.
June 1993.
Von Quintus, H. L., J.A. Scherocman, C.S. Hughes, and T.W. Kennedy. “Asphalt Aggregate
Mixture Analysis System (AAMAS)”, Transportation research Board. Washington, D.C.,
March 1991.