Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
BAB III
PEMBAHASAN
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat
proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena
itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang
mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan
(coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan
jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah
dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan
dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan
menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh
karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan
batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).
4
setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya,
endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah
menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown
coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara
bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan
fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya
lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit
(anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang
semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk
batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing –masing unsur
yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.
5
Data-data di atas apabila ditampilkan dalam bentuk grafik hasilnya adalah
sebagai berikut:
6
1) Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap
pembusukan (decay) akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri
ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang
lunak dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati.
2) Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan
terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini
biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
3) Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan
mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat
keluarnya air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam bentuk
karbondioksida (C02), karbonmonoksida (CO), clan metana (CH4).
4) Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya
tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan
dan patahan. _Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya
intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade
menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona
batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke
lingkungan darat.
5) Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa
pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada
menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang
dieksploitasi pada saat ini.
7
Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar
Moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini mencakup pula nilai
free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters (zat
terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Metode ini bisa
digunakan untuk menetapkan rank batubara, untuk menunjukkan rasio
combustion ke incombustion, sebagai dasar pembelian dan penjualan,
dan untuk evaluasi keuntungan ataupun untuk tujuan lain.
1) Lengas (Moisture)
8
melalui penyemprotan untuk menekan debu dan
mengurangi abu juga termasuk sebagai lengas permukaan.
Lengas bebas biasanya akan terlepas ke udara apabila
batubara dibiarkan didalam ruang pada suhu kamar sampai
menjadi kesetimbangan dengan kondisi udara disekitarnya.
b. Lengas Tertambat
2) Abu (Ash)
9
mineral-mineral lainnya. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini
antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3,
MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.
Kadar abu batubara secara sederhana didefinisikan
sebagai residu anorganik yang terjadi setelah batubara dibakar
sempurna. Kadar abu dalam batubara berpengaruh terhadap
nilai kalorinya, makin tinggi kadar abu maka nilai kalornya
berkurang.
Terjadinya abu dalam batubara dapat sebagai inherent
mineral matter atau extraneous mineral matter.
• Inherent mineral matter berhubungan dengan tumbuhan
asal pembentukan batubara, mineral matter ini tidak dapat
dihilangkan atau dicuci dari batubara.
10
(misalnya CxHy, H2, SOx, dan sebagainya). Zat terbang terdiri
dari gas – gas yang mudah terbakar seperti H2, CO, metan dan
uap – uap yang mengembun seperti gas CO2 dan H2O. Zat
terbang sangat erat hubungannya dengan peringkat batubara.
Makin kecil kadar zat terbang, maka makin tinggi peringkat
batubara. Kandungan bahan yang mudah menguap yang tinggi
menunjukan mudahnya penyalaan bahan bakar
Pada pembakaran batubara, kandungan zat terbang yang
tinggi akan lebih mempercepat pembakaran karbon padatnya
dan sebaliknya zat terbang yang lebih rendah mempersulit
proses pembakaran.
Batubara dengan kadar volatile matter yang tinggi akan
menghasilkan nyala yang panjang diatas grate fire dan
batubara dengan kadar volatile matter yang rendah akan
menghasilkan nyala yang pendek.
11
• Penentuan Kadar Lengas
12
A=
[ L (100 − L)] + L
'
100
Dimana:
13
2) Mengeringkan pada suhu kamar atau dalam oven pengeringan
pada suhu 15-20oC di atas suhu kamar (maksimum 40oC).
3) Menimbang sampel setiap jam sekali sampai beratnya tetap,
perbedaan 0,1% setiap jamnya (% kehilangan berat = L).
4) Menggerus sampel sampai lolos ayakan No.8, kemudian
campur sampai merata (homogen).
5) Mengeringkan kembali pada suhu kamar, kemudian timbang
sampai beratnya tetap, perbedaan 0,1% setiap jamnya (% kehilangan
berat = L’).
6) Melakukan pembagian sampel dengan cara conning dan
quartering atau dengan menggunakan splitter atau mechanical
devider sesuai Tabel.3.5, dengan menambahkan 500gr sampel
batubara apabila diperlukan untuk penetapan kadar lengas sisa.
7) Memisahkan sampel untuk penetapan kadar lengas sisa
sebanyak minimal 500gr.
TM =
[ R(100 − A)] + A
100
Dimana : TM = Kadar lengas total
14
• Penentuan Kadar Zat Terbang
FC = 100 % − ( M + A + VM )%
• As Received (ar)
15
Pada basis As received, berarti semua analisis dihitung
mundur dengan memasukan kadar lengas total dari sampel. Hal ini
mungkin dilakukan jika batu bara dalamkeadaan sangat basah.
Pada basis Air dried, saampel batubara akan dianalisis
ditempatkan diudara terbuka, kadar lengasnya secara perlahan-
lahan mencapai kesetimbangan dengan kelembapan udara. Jika
kadar lengas dari sampel ini akan kemudian ditetukan, maka
diperoleh kadar lengas pada basis Air dried. Pada basis dry,
artinya dalam keadaan kering maka kadar lengasnya adalah nol,
analisis lainnya dapat dihitung dengan mudah.
16
determined 100 - Mar --- 100 - Mar 100 – Mad - Aad
100 - Mad 100 - Mar 100
Dry ------------- ---------- --- ----------
Base 100 100 --- 100 – Ad
Keterangan :
Contoh :
Abu = 8,1 %
17
Zat terbang = 35,9 = 31,9%
-------------------------------
100 %
Contoh Soal :
Analisis proximate
18
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
19
o Zat terbang (volatile matter)
o Karbon tetap (Fixed Carbon)
DAFTAR PUSTAKA
20