You are on page 1of 14

ANGGARAN

MATA KULIAH : KEEFEKTIFAN PENDIDIKAN


DOSEN PENGAMPU : Dr. ERNY, M.Pd.

OLEH :
ELY MASNAWATI (NIM. 097 550 22)
DWI INDAH SRI ASTUTIK (NIM. 097 550 10 )

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
JUNI 2010
ANGGARAN
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, dalam UUD 1945 pasal 31 “Tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran.” Hal ini membuktikan adanya langkah
pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia. Kenyataannya, tidak
semua orang dapat memperoleh pendidikan yang selayaknya, dikarenakan
berbagai faktor termasuk mahalnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan.
Kondisi inilah kemudian mendorong dimasukkannya klausal tentang pendidikan
dalam amandemen UUD 1945.
Konstitusi mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan
biaya pendidikan 20% dari APBN maupun APBD agar masyarakat dapat
memperoleh pelayanan pendidikan. Ketentuan ini memberikan jaminan bahwa ada
alokasi dana yang secara pasti digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan.
Namun, dalam pelaksanaanya pemerintah belum punya kapasitas finansial yang
memadai, sehingga alokasi dana tersebut dicicil dengan komitmen peningkatan
alokasi tiap tahunnya.
Peningkatan kualitas pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manfaat
berupa peningkatan kualitas SDM. Disisi lain, prioritas alokasi pembiayaan
pendidikan seyogyanya diorientasikan untuk mengatasi permasalahan dalam hal
aksebilitas dan daya tampung. Karena itu, dalam mengukur efektifitas pembiayaan
pendidikan, terdapat sejumlah prasyarat yang perlu dipenuhi agar alokasi
anggaran yang tersedia dapat terarah penggunaannya.
Menurut Adam Smith, Human Capital yang berupa kemampuan dan
kecakapan yang diperoleh melalui Pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil
bekerja memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan
ketrampilan dan kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang
sangat tinggi terhadap penghasilan seseorang. Berdasarkan pendekatan Human
Kapital ada hubungan linear antara Investment Pendidikan dengan Higher
Productivity dan Higher Earning. Manusia sebagai modal dasar yang di
infestasikan akan menghasilkan manusia terdidik yang produktif dan
meningkatnya penghasilan sebagai akibat dari kualitas kerja yang ditampilkan oleh
manusia terdidik tersebut,dengan demikian manusia yang memperoleh penghasilan
lebih besar dia akan membayar pajak dalam jumlah yang besar dengan demikian
dengan sendirinya dapat meningkatkan pendapatan negara. Peningkatan
ketrampilan yang dapat mengahasilkan tenaga kerja yang produktivitasnya tinggi
dapat dilakukan melalui pendidikan yang dalam pembiayaannya menggunakan
efesiensi internal dan eksternal.
Dalam upaya mengembangkan suatu sistem pendidikan nasional yang berporos
pada pemerataan, relevansi, mutu, efisiensi, dan efektivitas dikaitkan dengan
tujuan dan cita-cita pendidikan kita, dalam kenyataannya perlu direnungkan,
dikaji, dibahas, baik dari segi pemikiran teoritis maupun pengamatan empirik.
Dalam kesempatan diskusi kali ini akan dibahas beberapa topik tentang
pembiayaan pendidikan yang akan membantu konsep-konsep rujukan efektivitas
pendidikan. Topik-topik tersebut yaitu :
1. Beberapa pengertian tentang biaya pendidikan.
2. Dasar Kebijakan Pembiayaan Pendidikan
3. …
Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal, maka salah satu hal
paling penting adalah mengelola biaya dengan baik sesuai dengan kebutuhan dana
yang diperlukan. Administrasi pembiayaan minimal mencakup perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan secara
strategis dan integratif antara stakeholder. Agar terwujud kondisi ini, perlu
dibangun rasa saling percaya, baik internal pemerintah maupun antara pemerintah
dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri . Keterbukaan,
partisipasi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan menjadi kata- kata kunci untuk
mewujutkan efektifitas pembiayaan pendidikan.

B. PEMBAHASAN
1. BEBERAPA PENGERTIAN
a. Biaya Pendidikan
Biaya pendidikan adalah nilai ekonomi (dalam bentuk uang) dari Input atau
sumber-sumber pendidikan tertentu yang digunakan untuk pembelajaran guna
menghasilkan output pendidikan dari suatu program pendidikan tingkat tertentu.
Pada tataran konsep pembiayaan secara umum, biaya dapat berupa pengeluaran
sejumlahuang tertentu atau pengorbanan tertentu yang bukan berbentuk uang namun
dapat dinilai dengan uang.
Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari
konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan
relative terhadap harganya.
Dalam dunia pendidikan, maka suatu pendidikan yang efisien dan efektif cenderung
ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang
sudah ditata secara efisien dengan pengelolaan yang efektif. Program pendidikan yang
efektif dan efisien adalah mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan
kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan tercapai tujuan yang tidak mengalami
hambatan.
b. Efektivitas Pembiayaan Pendidikan
Efektif adalah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner(2004) mendefinisikan
efektivitas lebih dalam lagi, karena efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi
sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi. Effektifness
“characterized by qualitative outcomes”. Manajemen pembiayaan dikatakan memenuhi
prinsip efektif apabila kegiatan yang dilakukan dapat mengatur biaya aktivitas dalam
rangka memcapai tujuan kualitatif outcomes sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Efektivitas biaya adalah kemampuan mencapai sasaran dan target sesuai dengan yang
direncanakan. Efektivitas biaya suatu kegiatan yang menurut pasar yang berlaku dapat
menyelesaikan program sesuai rencana.
c. Efisiensi Pembiayaan Pendidikan
Efisiensi adalah kemampuan menggunakan biaya dengan baik dan tepat. Pembiayaan
dikatakan efisien manakala pencapaian sasaran atau target diperoleh dengan pengorbanan
yang lebih kecil atau dengan biaya yang minimum.Efisiensi berkaitan dengan kuantitas
hasil suatu kegiatan. Efficiency “characterized by quantitif uotputs” . Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan kuadran (out put) atau antara daya
dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya, perbandingan
tersebut dapat dilihat dari dua hal: Dilihat Dari Segi Penggunaan Waktu, Tenaga, Dan
Biaya.Kegiatan ini dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga,dan biaya
sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
2. DASAR KEBIJAKAN ANGGARAN PENDIDIKAN
Kenyataan yang terjadi di Indonesia, penyediaan sumber-sumber pendidikan
khususnya anggaran pendidikan, masih mengalami hambatan. Alokasi dana pendidikan
di Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan Negara lain di Asia Tenggara
Anggaran pendidikan selama ini hanya dialokasikan dibawah 10% dari APBN, padahal
dalam ayat 31 ayat 4 UUD 1945, secara jelas pemerintah mempunyai suatu kewajiban
konstitusi untuk memprioritaskan anggaran pendidikan yang 20% dari APBN dan APBD
itu untuk memenuhi kebutuhan penyelenggara pendidikan.
Pasal 46 Undang-Undang No.20 Tahun 2003, menyatakan pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
masyarakat .Terhadap pencapaian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan
UNDP, menunjukan bahwa pembiayaan pendidikan disuatu Negara terbukti memberikan
pengaruh sangat positif dan signifikan terhadap kinerja pendidikan nasional .Dampak
rendahnya anggaran pendidikan di Indonesia adalah tidak meratanya kesempatan belajar
bagi anak-anak Indonesia, khususnya anak-anak dari keluarga miskin dan kurang mampu.
Perspektif politik, sebelum berlakunya UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, sistem pendidikan nasional men gacu pada UU
No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana pendanaan
tidak diatur secara khusus. Namun, dalam UU No. 20 tahun 2003,Pendanaan
Pendidikan sudah diatur secara khusus dalam Bab XIII, Substansinya antara lain:
1. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Masyarakat.
2. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip
keadilan,kecukupan, dan keberlanjutan.
3. Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsi keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik.
Permasalahan pengalokasian dana pendidikan di Indonesia adalah pemerataan, mutu,
relevansi, efektivitas manajemen, dan manajemen pendidikan yang semuanya terkendala
pada penggunaan anggaran atau biaya yang dikeluarkan dan yang dilaksanakan setengah
sentralistik dan setengah otonomi , dipandang kurang mendorong terjadinya
demokratisasi pengelolaan pendidikan, terutama dalam kebutuhan pembiayaan
pendidikan di daerah, sekolah, peserta didik dan pengelola pendidikan. Rendahnya biaya
atau anggaran pendidikan mempengaruhi profesionalitas guru, penyedia infrastruktur
pendidikan, serta kemampuan daya saing SDM di tingkat global.
Kebutuhan dana untuk kegiatan operasional secara rutin dan pengembangan program
pendidikan secara berkelanjutan sangat dirasakan setiap pengelola lembaga pendidikan.
semakin banyak kegiatan yang dilakukan maka semakin banyak dana yang dibutuhkan.
Untuk itu kreativitas setiap pengelola pendidikan dalam menggali dana dari berbagai
sumber akan sangat membantu kelancaran pelaksanaan program pendidikan baik rutin
maupun pengembangan di lembaga yang bersangkutan. Dalam hal ini akan
diimplementasikan kepeda pengelolaan Manajemen Keuangan Pendidikan yang
memilikim tujuan sebagai berikut:
1. Dalam perspektif administrasi publik, tujuan manajemen keuangan
pendidikan adalahmembantu pengelolaan sumber keuangan organisasi
pendidikan serta menciptakan mekanisme pengendalian yang tepat, bagi
pengambilan keputusan keuangan yang dalam pencapaian tujuan organisasi
pendidikan yang transparan, akuntabel danefektif.
2. Pengendalian yang baik terhadap administrasi manajemen keuangan
pendidikan akan memberikan pertanggungjawaban sosial yang baik kepada
berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder)
Untuk itu, dibutuhkan informasi tentang sumber-sumber pembiayaan pendidikan agar
biaya yang ada dapat digunakan secara efisien dan efektif dalam pengelolaan biaya
pendidikan di Indonesia.
3. Sumber-Sumber Biaya Pendidikan
Sumber pembiayaan merupakan ketersedian sejumlah uang atau barang dan jasa
yang dinyatakan dalam bentuk uang bagi penyelenggara pendidikan. Sumber-sumber
pembiayaan pendidikan (penerimaan):
a. Sumber Dari Pemerintah
Sumber dari pemerintah yang dimaksud adalah pengalokasian anggaran
pendidikan yang berasal dan pengalokasikan dari pemerintah baik pemerintah
pusat dan pemerintah daerah berupa APBN dan APBD melalui DAU dan DAK,
dana BOS dan BlockGrant. Sumber-sumber pendapatan dana:
1. Sumber daya alam Eksplorasi atau tambang emas, minyak, gas, batu
bara, hasil hutan, hasil kelautan,dll.
2. Hasil industry/ perusahaanBUMN, BUMD, industry pariwisata,dll.
3. Pajak - Pajak bumi dan bangunan, kekayaan, penghasilan perorangan,
pendapatan penjualan, kendaraan bermotor, dll.

b. Sumber Dari Masyarakat.

Masyarakat peduli pendidikan, Berupa sumbangan dari perorangan,


lembaga, kelompok pengusaha, penyandang modal, dll. Orang tua peserta
didik
Berupa SPP, iuran komite dan biaya pengembangan peserta didik secara
pribadi.

c. Sumber-Sumber Lainya.

1. Bantuan luar negeri Pinjaman (loan/kredit), pemberian grant/hibah dari


UNESCO, UNICEF, BANK DUNIA, Swisscontact Fundation, Foundation
lainnya).

2. Bantuan dalam negeri Berbentuk Yayasan dan swadana


Yayasan dana bakti social (ASTRA), yayasan lainya
Sumber pembiayaan pendidikan yang melimpah tidak menjadi jaminan
bagi peningkatan mutu, jika tidak direncanakan, salah sasaran, salah
pengelolaan, tidak ada pengawasan, akuntabilitas rendah, sanksi yang
tidak tegas yang diberikan bagi penyeleweng, sehingga tidak ada efek jera
dan moral yang rendah, dan alas an lainnya dalam pengelolaan biaya
pendidikan.
4. Model Pembiayaan Pendidikan

a. Model Dana Bantuan Murni (Flat Grant Model)

Merupakan uang bantuan negara yang dibagikan pada sekolah di daerah


tanpa memperhitungkan pertimbangan kemampuan pembayaran pajak daerah
setempat, yang didasarkan pada jumlah siswa yang harus dididik.

b. Model Landasan Perencanaan (Foundation Plan Model)

Negara tanpa mempertimbangkan kekayaan & pajak daerah memberikan dana


kepada daerah yang miskin lebih banyak untuk setiap siswanya dibandingkan
dengan daerah yang makmur. Tujuannya adalah untuk menjaga sekolah dari
kehancuran lebih parah (pada daerah yang miskin).

c. Model Perencanaan Pokok Jaminan Pajak (Guaranted Tax Base Plan)

Model ini dibatasi dengan menentukan penafsiran penilaian per siswa


yang menjadi jaminan negara diperuntukkan bagi wilayah sekolah setempat.
Bantuan negara menjadi berbeda antara apa yang diterima daerah per siswa
dengan jaminan negara per siswa. Pembagian presentasenya sangat tinggi di
sekolah distrik yang miskin, dan rendah di sekolah distrik yang kaya / sejahtera.

d. Model Persamaan Persentase (Persentage Equalizing Model)

Model ini dikembangkan tahun 1920-an, lebih banyak memberikan


sumbangan yang dibutuhkan pada tiap murid & guru ke daerah-daerah yang
kurang makmur.Dalam program yang sama, jumlah pembayaran yang disetujui
dihitung bagi setiap siswa, tiap guru, atau bagian lain yang di butuhkan.
Jumlah yang diperlukan berubah-ubah tiap bagian sesuai keperluan.

e. Model Perencanaan Persamaan Kemampuan (Power Equalizing Plan)


Model ini menghendaki distrik yang kaya membayar pajak sekolah yang
dikumpulkan kembali ke negara. Selanjutnya negara menggunakan uang dari
sekolah distrik yang kaya itu untuk meningkatkan bantuan sekolah pada distrik
yang lebih miskin.

f. Model Pendanaan Negara Sepenuhnya (Full State Funding Model)

Model ini merupakan rencana yang dirancang untuk mengeliminir


perbedaan local dalam hal pembelanjaan dan perpajakan. Pendanaan sekolah akan
dikumpulkan ditingkat negara dan diberikan ke sekolah distrik dengan dasar yang
sama. Asas keadilan tentang perlakuan terhadap siswa dan pembayar pajak, serta
pembiayaan pendidikan berdasarkan tingkat kekayaan yang dimiliki. Untuk
menghindari banyaknya anak pada masyarakat miskin meninggalkan pendidikan
sehingga muncul masalah pengangguran dan kesejahteraan bagi generasi
penerusnya.

g. Model Sumber Pembiayaan (The Resources Cost Model)

Model ini dikembangkan Hambers dan Parrish yang menyediakan suatu proses
penentuan pembiayaan pendidikan yang mencerminkan kebutuhan berbeda dari
kondisi ekonomi di setiap daerah. Model ini menurut Sergivanni tidak
bersangkutan dengan pendapatan pajak maupun kekayaan suatu daerah.

h. Model Surat Bukti / Penerimaan (Models of Choice and Voucher Plans)

Model ini memberikan dana untuk pendidikan langsung kepada individu


atau institusi rumah tangga berdasarkan permintaan pendidikan. Mereka
diberikan surat bukti penerimaan dana untuk bersekolah melalui sistem voucher
yang mencerminkan subsidi langsung kepada pihak yang membutuhkan yaitu
murid

i. Model Rencana Bobot Siswa (Weight Student Plan)


Adalah model yang mempertimbangkan siswa-siswa berdasarkan
proporsinya. Contoh siswa yang cacat, siswa program kejuruan atau siswa yang
pandai dua bahasa.

j. Model Berdasarkan Pengalaman (Historic Funding)

Model ini sering disebut Incrementalism, dimana biaya yang diterima


satu sekolah mengacu pada penerimaan tahun yang lalu, dengan hanya
penyesuaian.

k. Model Berdasarkan Usulan (Bidding Model)

Model ini sekolah mengajukan usulan pada sumber dana dengan berbagai
acuan, kemudian sumber dana meneliti usulan yang masuk, dan menyesuaikan
dengan criteria.

l. Model Berdasarkan Kebijaksanaan (Descretion Model)

Model ini penyandang dana melakukan studi terlebih dahulu untuk


mengetahui komponen-komponen apa yang perlu dibantuberdasarkan prioritas
pada suatu tempat dari hasil eksplorasinya.

5. Pokok – pokok Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.

a. Biaya investasi satuan pendidikan

sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan sarana dan


prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

b. Biaya personal
sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan.

c. Biaya operasional

satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi:

1. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang


melekat pada gaji,

2. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai,

3. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa


telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,
pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

6. Macam-Macam Jenis Biaya

Beberapa jenis dan golongan biaya pendidikan yang dapat kami share pada paparkan
berikut ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai konsep
pembiayaan pendidikan.

a. Biaya Langsung dan Tidak langsung (Direct and Indirect Cost)

Biaya langsung (direct cost) diartikan sebagai pengeluaran uang yang secara
langsung membiayai penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat Anwar (1991:30). Biaya yang secara langsung menyentuh aspek dan
proses pendidikan. Contohnya biaya untuk gaji guru, dan pengadaan fasilitas belajar
mengajar Gaffar (1991:57). Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan
pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana
belajar, biaya transportasi, gaji guru baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua,
maupun siswa sendiri Fattah (2000:23).
b. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Diartikan sebagai biaya yang umum nya meliputi hilangnya pendapatan peserta
didik karena sedang mengikuti pendidikan (earning foregone by students), bebasnya
beban pajak karena sifat sekolah yang tidak mencari laba (cost of tux exemption), bebas
nya sewa perangkat sekolah yang tidak dipakai secara langsung dalam proses pendidikan
serta penyusutan sebagai cermin pemakaian perangkat sekolah yang sudah lama
dipergunakan (implicit rent and depreciation) Fattah (2000:24).

c. Biaya Rutin dan Biaya Pembangunan (Recurrent and Capital Cost)

Biaya rutin dan pembangunan merupakan bagian dari biaya langsung (direct
cost). Biaya rutin (recurrent cost) adalah biaya yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional pendidikan selama satu tahun anggaran.Biaya ini digunakan untuk
menunjang pelaksanan program pengajaran, pembayaran gaji guru dan personil sekolah,
administrasi kantor, pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana.
Menurut Gaffar (1987:162)

Biaya rutin dihitung berdasarkan "per student enrolled". Menurutnya biaya rutin
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu:

- rata-rata gaji guru per tahun,


- ratio guru,
- murid
- proporsi gaji guru terhadap keseluruhan biaya rutin.

Biaya pembangunan (capital cost) adalah biaya yang digunakan untuk pembelian
tanah, pembangunan ruang kelas, perpustakaan, lapangan olah raga, konstruksi bangunan,
pengadaan perlengkapan mobelair, biaya penggantian dan perbaikan. Menurut Gaffar
(1987:165)

Biaya pembangunan dihitung atas dasar "per student place". Menurutnya dalam
menghitung biaya pembangunan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu:
tempat yang menyenangkan untuk murid belajar, biaya lokasi atau tapak (site), dan biaya
perabot dan peralatan.

d. Biaya Pribadi dan Biaya Masyarakat (Private and Social Cost)

Biaya pribadi (private cost) adalah biaya yang dikeluarkan keluarga untuk
membiayai sekolah anak nya dan termasuk di dalamnya forgone opportunities. Jones
(1985:5) mengatakan "In the context of education these include tuitions, fees and other
expenses paid for by individuals". Dengan kata lain biaya pribadi adalah biaya sekolah
yang dibayar oleh keluarga atau individu.

Biaya masyarakat (social cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat
untuk membiayai sekolah (di dalamnya termasuk biaya pribadi). Dalam kaitan ini Jones
(1985:5) mengatakan "Sometimes called public cost, the include cost of educations
financed through taxation. Most public school expenses are examples of sosial costs".
Dengan kata lain biaya masyarakat adalah biaya sekolah yang dibayar oleh masyarakat.

e. Monetary Cost dan Non Monetery Cost

Monetery cost adalah semua bentuk pengeluaran dalam bentuk uang baik
langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan.
Sedangkan Non monetery cost adalah semua bentuk pengeluaran yang tidak dalam
bentuk uang, meskipun dapat dinilai ke dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak
langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan, misalnya materi, waktu, tenaga,
dan lain-lain.

Berdasarkan uraian mengenai klasifikasi biaya pendidikan, maka jelaslah bahwa


biaya pendidikan memiliki pengertian yang luas. Hal ini sebagaimana dipertegas oleh
Anwar (1991:31) bahwa "Hampir segala pengeluaran yang bersangkutan dengan
penyelenggaraan pendidikan dianggap sebagai biaya". Maka diperlukan kebijaksanaan
dalam melakukan klasifikasi biaya pendidikan untuk mencapai tujuan yang dituju semua
pihak yaitu kesuksesan pelaksanaan pendidikan.Pengeluaran pendidikan di Indonesia
masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia.
Arsyad, Lincolin, 1992, Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE YKPN,
Yogjakarta

Asean Development Bank (ADB), 2005, Key Indicators of Asian Developing Countries,
http;//www.adb.org/statistic

Asri, Nur. 2005, Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Distribusi Pendapatan
(Kajian Antar Propinsi di Indonesia Periode 1994-2003), Tesis Pascasarjana

You might also like