You are on page 1of 37

BEBERAPA BENTUK INSTRUMEN TES

YANG DIGUNAKAN
• 1. PILIHAN GANDA.
Bentuk ini bisa mencakup banyak
materi pelajaran, penskorannya
objektif, dan bisa dikoreksi
dengan mudah. Tingkat berpikir
yang terlibat bisa dari tingkat
pengetahuan sampai tingkat
sintetis dan analisis.
2. BENTUK URAIAN OBJEKTIF (BUO).

• Jawaban uraian objektif sudah pasti.


Uraian objetif lebih tepat digunakan untuk
mata pelajaran Matematika dan IPA (Fisika,
Kimia dan Biologi). Agar hasil penskoran-
nya objektif, diperlukan pedoman penskor-
an sehingga hasil penilaian terhadap suatu
lembar jawaban akan sama walaupun dipe-
riksa oleh orang yang berbeda.
• Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai
pada tingkat yang paling tinggi.
3. BENTUK URAIAN NON-OBJEKTIF

(BUNO) / URAIAN BEBAS.

• Uraian bebas dicirikan dengan adanya


jawaban yang bebas.
Namun demikian, sebaiknya dibuatkan
kriteria penskoran yang jelas agar
penilaiannya objektif. Tingkat berpikir
yang diukur bisa tinggi.
4. JAWABAN SINGKAT ATAU ISIAN
SINGKAT.

• Bentuk ini digunakan untuk mengeta-


hui tingkat pengetahuan dan pema-
haman siswa. Materi yang diuji bisa
banyak, namun tingkat berpikir yang
diukur cenderung rendah.
5. MENJODOHKAN.
• Bentuk ini cocok untuk mengetahui
pemahaman atas fakta dan konsep.
Cakupan materi bisa banyak, namun
tingkat berpikir yang terlibat
cenderung rendah.
6. UNJUK KERJA/PERFORMANS.
• Penilaian unjuk kerja sering disebut peni-
laian autentik atau penilaian alternatif yang
mertujuan untuk mengetahui tingkat kemam-
puan pesertan didik dalam menyelesaikan
masalah-masalah dalam kehidupan nyata.
• Bentuk ini cocok untuk mengukur kompeten-
si siswa dalam melakukan tugas tertentu,
seperti praktik ibadah atau perilaku yang lain.
7. PORTOFOLIO.
• Bentuk ini cocok untuk mengetahui
perkembangan unjuk kerja siswa, dengan
menilai kumpulan karya-karya dan tugas-
tugas yang dikerjakan oleh siswa.
• Karya-karya ini dipilih dan kemudian
dinilai, sehingga dapat dilihat perkem-
bangan kemampuan siswa.
KOMPONEN PENYUSUSNAN TES

• I. TUJUAN TES.
TUJUAN TES YANG PENTING ADALAH
UNTUK MENGATAHUI APAKAH SISWA
TELAH ATAU BELUM MENGUASAI
KOMPETENSI TERTENTU:
1. MENGETAHUI TNGKAT KEMAMPUAN
PESERTA DIDIK.
2.   MENGUKUR PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK.
3.   MENDIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
PESERTA DIDIK.
4.   MENGETAHUI HASIL PENGAJARAN.
5.   MENGETAHUI HASIL BELAJAR
6.   MENGETAHUI PENCAPAIAN
KURIKULUM.
7.   MENDORONG PESERTA DIDIK BELAJAR.
8.   MENDORONG GURU AGAR MENGAJAR
LEBIH BAIK.
DITINJAU DARI TUJUAN ADA
EMPAT MACAM TES YANG
BANYAK DIGUNAKAN DALAM
LEMBAGA PENDIDIKAN.
1.     TES PENEMPATAN
2.     TES DIAGNOSTIK
3.     TES FORMATIF
4.     TES SUMATIF
II. LANGKAH PENGEMBANGAN TES
1.     MENYUSUN SPESIFIKASI TES
1.1  MENENTUKAN TUJUAN TES
1.2  MENYUSUN KISI-KISI
1.3  MEMILIH BENTUK TES
1.4  MENENTUKAN PANJANG TES/WAKTU
2.     MENULIS SOAL TES
3.     MENELAAH SOAL TES
4.     MELAKUKAN UJU COBA
5.     MENGANALISIS BUTIR SOAL TES
6.     MEMPERBAIKI SOAL TES
7.     MARAKIT TES
8.     MELAKSANAKAN TES
9.     MENAFSIRKAN TES.
PEDOMAN PENSKORAN
KETIGA TES DIATAS
1. TES KOGNITIF.
UNTUK MEMPERKECIL SUBJEKTIVITAS
KOREKTOR KITA HARUS MEMBERIKAN
PODOMAN TENTANG BATASAN-
BATASAN ATAU KATA-KATA KUNCI
UNTUK MELAKUKAN PENSKORAN
TERHADAP SOAL, BAIK BENTUK
PILIHAN GANDA MAUPUN BUO DAN
BUNO.
A.   BENTUK PILIHAN GANDA
1) PENSKORAN TANPA KOREKSI
TERHADAP JAWABAN TEBAKAN (Bobot dan
skor sama)
B
SKOR = X 100
N
B = BANYAKNYA BUTIR SOAL YANG
DIJAWAB BENAR
N = BANYAKNYA BUTIR SOAL
CONTOH:
BANYAK SOAL TES 40 BUTIR
BANYAKNYA JAWABAN YANG BENAR 20
20
SKOR = X 100 = 50
40
2)   PENSKORAN DENGAN KOREKSI
TERHADAP JAWABAN TEBAKAN.

 S  1
SKOR =   B   X  X 100
 P  1  N

B = BANYAKNYA BUTIR SOAL YANG DIJAWAB


BENAR
S = BANYAKNYA BUTIR YANG DIJAWAB SALAH
P = BANYAKNYA PILIHAN JAWABAN TIAP BUTIR
N = BANYAKNYA BUTIR SOAL
CONTOH:
BANYAK SOAL TES 40 BUTIR
BANYAKNYA JAWABAN YANG BENAR 20
BANYAK SOAL YANG DIJAWAB SALAH 6
PILIHAN BUTIR SOAL 5 PILIHAN
 S  1
  B  P  1  X N  X 100
SKOR =    
 6  1
  20   X  X 100
=  5  1  40 

= 46,24
APABILA SOAL BENTUK PILIHAN
GANDA,BOBOTNYA DIBEDAKAN
BERDASARKANTINGKAT KESULITAN
SOAL, MAKA DILAKUKAN PERHITUNGAN
DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS
SEBAGAI BERIKUT:

SKOR = a
xc
b
CONTOH:
Banyak soal tes 25 soal terdiri dari:
1.  5 soal bentuk ingatan dengan bobot 10
2.  8 soal bentuk pemahaman dengan bobot 24
3.  8 soal bentuk penerapan dengan bobot 32
4.  2 soal bentuk analisa dengan bobot 12
5.  1 soal bentuk sintesa dengan bobot 10
6.  1 soal bentuk evaluasi dengan bobot 12

Jumlah bobot 100


Seorang siswa peserta tes menjawab benar:
5
1.      5 soal ingatan = 
x 10 10
5
5
2.      5 soal pemahaman = x 24  15
8
7
3.      7 soal pemahaman = x 32  28
8
1
4.      1 soal analisa = x 12  6
2
0
5.      0 soal sintesa = x 10  0
1
0
6.      0 soal evaluasi = x 10  0
1
 
Jumlah 59
A.   BENTUK URAIAN

1. BENTUK URAIAN
INDIKATOR.
SISWA DAPAT MENGHITUNG ISI BANGUN
RUANG (BALOK) YANG DIKETAHUI
UKURANNYA DAN DAPAT MENGUBAH
SATUAN UKURANYA.
SEBUAH BAK MANDI YANG BERUKURAN
PANJANG 150 cm , LEBAR 75 cm DAN TINGGI
80 cm.
BERAPA LITERKAH ISI BAK MANDI TERSEBUT ?
PEDOMAN PENSKORAN:

ISI BALOK = PANJANG X LEBAR X TINGGI 1


= (150 X 75 X 80) cm3 1
= 900.000 cm3
150x 75x 80
= liter 2
1000
= 900 liter 1
 
skor maksimum 5
• UNTUK NILAI DIBOBOT

a
SKOR = xc
b
a = banyak skor yang benar
b = skor maksimum
c = bobot
TABEL SKOR BOBOT SOAL
No. Skor yang Skor Bobot Skor Bobot
Soal diperoleh siswa Mak Soal Soal

a b c SBS
1
2

Jumlah
3) PENSKORAN SOAL BENTUK CAMPURAN

YANG DIBOBOT
Misal:
Suatu ulangan terdiri dari N1 soal pilihan
ganda dan N2 soal bentuk uraian objektif.
Bobot untuk soal pilihan ganda W1 dan soal
uraian objektis W2.
Peserta didik menjawab n1 pilihan ganda
dan n2 soal uraian.
 n1   n2 
Skor =  X W1    X W2 
 N1   N2 
CONTOH:
Banyak soal objektif 30 butir, dengan bobot 60
Banyak soal Bentuk uraian objektif (BUO) 2 butir,
dengan bobot 40
 
Pilihan ganda betul 20, skor maksimum 30
BUO skor betul 6, skor maksimum 12

 20  6 
SKOR =  X 60    X 40  = 40 + 20 = 60
 30   12 
BILA SKOR DAN BOBOT TIDAK SAMA
GUNAKAN PERHITUNGAN DENGAN
MENGGUNAKAN RUMUS YANG DITENTUKAN
SEPERTI DI ATAS.
2. PENYUSUNAN TES AFEKTIF
DAN TEKNIK PENSKORANNYA.
a. PENYUSUNAN INSTRUMEN AFEKTIF.
KOMPONEN AFEKTIF IKUT MENENTUKAN
KEBERHASILAN BELAJAR PESERTA DIDIK.

ADA DUA KOMPONEN AFEKTIF YANG


PENTING UNTUK DIUKUR YAITU SIKAP
DAN MINAT.
Langkah pembuatan instrument afektif
termasuk sikap dan minat
1)   Pilih ranah afektif yang akan dinilai misalnya
sikap dan minat.
2)   Tentukan indicator minat: misalnya kehadiran
dikelas, banyak bertanya, tepat waktu meng-
umpulkan tugas, catatan rapi, dan sebagainya.
3)   Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya
Likert dengan 5 skala atau yang lain yaitu 4 skala.
4)   Telaah instrument oleh sejawat.
5)   Perbaiki instrument (bila ada yang salah)
6)   Siapkan kuesioner atau inventori laporan diri
7)   Skor inventori
8)   Analisis hasil inventori.
b) Teknik Penskoran Tes Afektif

Misalnya:
Instrumen untuk mengukur minat peserta
didik yang telah berhasil dibuat ada 10 butir.
Jika rentangan yang dipakai 1 – 5 atau 5 – 1,
maka skor terendah seorang peserta didik
adalah 10 x 1 = 10 dan skor tertinggi adalah
10 x 5 = 50.
Jika dibagi dalam 5 katagori, maka skalanya:
10 – 17 = sangat tidak berminat =E=1
18 – 25 = tidak berminat =D=2
26 – 33 = kurang berminat =C=3
34 – 41 = berminat =B=4
42 – 50 = samngat berminat =A=5

Jika dibagi dalam 4 katagori, maka skalanya:


10 – 20 = tidak berminat =D =1
21 – 30 = kurang berminat =C =2
31 – 40 = berminat =B =3
41 – 50 = samngat berminat =A =4
Jika rentangannya 1 – 4 atau 4 – 1, maka skor
terendah adalah 10 x 1 = 10 dan skor tertinggi
10 x 4 = 40
Jika dibagi dalam 4 katagori, maka skalanya:
10 – 16 = tidak berminat =D=1
17 – 24 = kurang berminat =C=2
25 – 32 = berminat =B=3
33 – 40 = sangat berminat =A=4
Penilaian Minat Siswa Terhadap Pelajaran

No Pernyataan SL Sr Jr TP
1 Saya senang mengikuti pelajaran ini V

2 Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini V


3 Saya merasa pelajaran ini bermanfaat V
4 Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu V
5 Saya berusaha memahami pelajaran ini V
6 Saya bertanya pada guru bila ada yang tidak jelas V
7 Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah V
8 Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan teman V
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini V
10 Saya berusaha mencari bahan diperpustakaan V

Jumlah 4 4 2 0
Jumlah skor = (4x4) + (3x4) + (2x2) + (1x0)
= 16 + 12 + 4 = 32
Kita lihat pada skala penilaian teletak
pada kelas ke 3 = berminat.

Kesimpulan nilai = B
3. PENYUSUNAN TES PSIKOMOTOR
DAN TEKNIK PENSKORANNYA.
A.   PENYUSUNAN TES PSIKOMOTOR
1) Bentuk Tes Psikomotor
a)  Tes Paper and Pensil:
Sasaran penilaian adalah kemampuan
peserta didik dalam menampilkan
karya, missal disain alat, disain grafis
dan sebagainya.
b)  Tes Identifikasi:
Sasaran penilaian adalah kemampuan
peserta didik mengidentifikasi susuatu
hal. Misalmenemukan bagian yang rusak
dan sebagainya.
a)   Tes Simulasi:
Tes ini dilakukan bila tidak ada alat yang sesungguhnya.

Sasarannya adalah memperagakan penampilan peserta didik, sehingga


dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah seseorang sidah menguasai
ketrampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah
menguasai suatu alat.

a)   Tes Unjuk Kerja:


Sasarannya penilaian adalah dapat menguasai/ trampil menggunakan
alat sesungguhnya.
 
Penilaian Psikomotor juga harus ada indikatornya supaya penilaiannya
terukur.
Untuk memperoleh datanya yaitu dengan menggunakan daftar check list
atau skala penilaian (rating scale) yang dibuat skala 1 – 5.
1 paling tidak sempurna dan 5 paling sempurna.
Cara perhitungannya seperti di atas.
Catatan:
Menurut David Krathwohl (1964) dan kawan-kawan,
tujuan pendidikan afektif adalah system klasifikasi
berurutan dari minat, appresiasi, sikap, nilai dan
penyesuaian.
Taksonomi ini terdiri dari 5 katagori tujuan afektif pokok
dengan masing masing katagori terdiri dari 2 atau 3 sub
katagori atau level afektif.
Katagori dan sub katagori tersebut adalah:
1. Penerimaan (Receiving)
a.      Kesadaran
b.      Kemauan menerima
c.      Perhatian yang dikontrol dan yang dipilih
 
2. Penjawaban (Responding)
a.      Persetujuan dalam penjawaban
b.      Kemauan menjawab
c.      Kepuasan dalam penjawaban
3. Penilaian (Valuing)
a.      Penerimaan penilaian
b.      Preferensi terhadap suatu nilai
c.      Komitmen dengan nilai
4. Organisasi(Organization)
a.      Pembentukan konsep nilai
b.      Orgaisasi system nilai
5. Karakterisasi oleh nilai
a.      Generalisasi
b.      Karaterisasi

You might also like