You are on page 1of 8

c   

       


Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dewasa ini telah banyak mengubah budaya dan
peradaban bangsa Indonesia dengan segala dampak positip dan negatifnya. Kalo kita perhatikan pada
tahun 1991 :

1.| Masih banyak gedung bioskop baik di kota maupun dipelosok desa dan banyak peminatnya,
serta banyak orang hajatan yang memanfaatkan hiburan baik layar tancap maupun video,
2.| Wartel masih sangat laku dimana-mana sampai banyak sekali orang yang berminat buka wartel
dan berebut yang membuat telkom jadi bingung serta membuat suatu peraturan yang dijadikan
syarat untuk mendirikan wartel,
3.| Telepon kabel/rumah banyak sekali peminatnya dan telkom kerepotan untuk melayani
masyarakat
4.| Di kantor-kantor jarang ada komputer, karena komputer masih menjadi barang yang mahal
5.| Di Perguruan Tinggi dan sekolah, belajar dengan menggunakan OHP sudah dianggap kere

Coba bandingkan dengan apa yang terjadi sekarang (tahun 2008), tentu sebaliknya. Teknologi
berkembang sangat pesat, pemerintah juga jadi kerepotan dan akhirnya mengubah kurikulum
pendidikan di Indonesia disesuaikan dengan tuntutan era globalisasi. pertanyaannya adalah:

BAGAIMANA MODEL SEKOLAH MASA DEPAN?

kalau kita perhatikan di era globalisasi yang dibutuhkan adalah bagaimana diri kita dapat diterima
keberadaannya di belahan dunia manapun, dengan bekal sertifikat Nasional apakah cukup tentunya
untuk menghadapi era globalisasi kita membutuhkan sertifikasi internasional sebagai pengakuan atas
eksistensi kita di level internasional, sehingga kita dapat berselancar ke negara manapun dengan
sertifikat internasional yang kita miliki.

mungkin ke depan, peserta didik lebih memilih Ujian Internasional yang Ijazahnya dapat dibanggakan
dan dapat digunakan untuk melanjutkan studi ke luar negerti dan mendapat pengakuan secara
internasional.

masalahnya adalah

1.| Apakah sekolah siap menyelenggarakan pendidikan bertaraf Internasional untuk mendapat
Ijazah Internasional
2.| Apakah Guru sudah kompeten dalam menyelenggarakan pendidikan

Bagaimana kalau tidak siap?

Globalisasi seperti gelombang yang akan menerjang, tidak ada kompromi, kalo kita tidak siap maka
kita akan diterjang, kalo kita tidak mampu maka kita akan menjadi orang tak berguna dan kita hanya
akan jadi penonton saja.

Apa yang akan terjadi?

1.| Desakan dari orang tua yang menuntut sekolah menyelenggarakan pendidikan bertaraf
internasional
2.| Desakan dari siswa untuk bisa ikut ujian sertifikasi internasional

Bagaimana jika sekolah tidak mampu memenuhi harapan itu?

sekolah akan ditinggalkan oleh siswa, dan tidak ada lagi yang mau sekolah di sekolah konvensional
Truz, apa trend?

maka akan bermunculan

1.| Home schooling, yang melayani siswa memenuhi harapan siswa dan orang tua karena tuntutan
global
2.| Virtual School dan Virtual University

Bagaimana mempertahankan eksistensi sekolah?

agar sekolah tetap eksis, maka sekolah harus:

1.| Meningkatkan mutu SDM terutama Guru dalam penguasaan Bahasa Inggris dan Bahasa Asing
lainnya
2.| Peningkatan Mutu Guru dalam penguasaan teknologi Informasi dan Komunikasi
3.| Peningkatan Mutu Managemen sekolah
4.| Peningkatan Mutu sarana dan Prasarana
5.| Sertifikasi Internasional untuk guru

demikianlah, semoga kita dapat mengarungi arus derasnya gelombang globalisasi dan kita tidak
tenggelam dalam gelombang.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme
Selasa, 11-03-2008 14:30:17 oleh: tri darmiyati
Kanal: Opini

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.

Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan
untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi
pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli
dkk.Kewarganegaraan.2005)

Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara
Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui
dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit
dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi
berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung
utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi
dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu
globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia.
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi
di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain
akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.

Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme

Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena
pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan
dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa
nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.

Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan
meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi
bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.

Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi
dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang
pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme

Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan
dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke
ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang

Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya
produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme
masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia,
karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai
kiblat.

Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara
yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga.


Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan
tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang
atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar
negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika
terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak
dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas
nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh
globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak
anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke
budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh
yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan
kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih
suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau
melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian
bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses
oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika
digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan
mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan
wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih
memilih sibuk dengan menggunakan handphone.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung
cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan
keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak
muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi
bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai
nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa
peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya
jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh
positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi
terhadap nilai nasionalisme.

Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme

Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
antara lain yaitu :

Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.

Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.

Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.

Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan
seadil- adilnya.

Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.

Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh
globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan
kehilangan kepribadian bangsa.

Ini Referensinya , bisa di cek kok....he...

Jamli, Edison dkk.Kewarganegaraan.2005.Jakarta: Bumi Akasara


http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id«

      

semangka...semangat kawan
GLOBALISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Oleh Indra Januar S, TL UI µ06

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi
dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam
beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah.
Hal ini terlihat pada sekolah ± sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya
bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu
berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab
kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan
diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya
perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan
di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi ³budak´ di negeri sendiri.

Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk
dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan
otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah
globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu
hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia
saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah
garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi
tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab
globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh untuk dapat
menikmati program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana
lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan
kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan
tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang
kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah ± sekolah mewah di saat
masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak
mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik
sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam
masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.

Oleh karena itu, hendaknya pemerintah yang dalam hal ini sebagai pengemban amanat rakyat, dapat
bergerak cepat menemukan dan memperbaiki celah ± celah yang dapat menyulut gejolak tersebut.
Salah satunya dengan cara menjadikan pendidikan di Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi
bukan pendidikan yang murahan tanpa kualitas. Hal ini memang sudah dimulai di beberapa daerah di
Indonesia yang menyediakan sekolah unggulan berkualitas yang bebas biaya. Namun hal tersebut baru
berupa kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika pemerintah pusat menerapkan
kebijakan tersebut dalam skala nasional . Untuk dapat mewujudkan hal tersebut pemerintah perlu
melakukan pembenahan terutama dalam bidang birokrasi. Korupsi mesti segera diberantas, karena
korupsi merupakan salah satu yang menghancurkan bangsa ini. Dengan menekan angka korupsi di
Indonesia yang masuk jajaran raksasa korupsi dunia, diharapkan dapat memperbesar alokasi dana
untuk pendidikan. Globalisasi dalam dunia pendidikan saat ini memang diperlukan untuk menghadapi
tantangan global. Namun demikian globalisasi pendidikan hendaknya tidak meninggalkan masyarakat
kita yang masih termasuk golongan lemah agar kemajuan bangsa ini dapat menikmati secara merata
oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Y  

      
 

Ambon
Tue, 30 Nov 2004 13:11:30 -0800

ÿ 

   





         

  !ÿ 
"
#$% 
&  
'  !&( #  
)* ('  
      ( +   
 
     ,*- (   
  ,     
     
*

. (
   
        
 (
 + +    
+ */  
(

 0% 

  !0%#              .

+    !1233#*

 
            
  
  4    +  
        *    
   (      (, (

    
   2    ,*

       
,       
  *   +  
 
+    ( 
     
  +        2     *

.    , )       
   
,    
(, (  ,        +  
     *     

4   (  + , ( ( .

 *

   
 (   2     +  
      

    
  (+  
   
      

  ( 5       
   *

 
% 
      
 +  
     
+          
* ( 

  ,      

  
 *     
+       , 
 

  *

.   2    ,
    + *     
 
   )     */    ,     
 
    
 +   .
 (*

 , ( 4
           
    +  
      ( +   +  4  
    +       *

 

 


       +  
    ,     ,   ,  
 
   
  
    *

     +                
  5
         
 
  

, *
  (          (   *

. 0  
 +   ,     (    
     
    (  *   (
(4 

 
    (      (   
  .

+ *



   )


  
 
   (   
 
 "  
&  
ÿ !& #    /   
*'    
 (+  (  4 +   )
*

 
   
  6   !1233#
 
 ( + 
(   (4 
  )
  , 4 +   (


 (  
  * (  (  4 + 
  )
 3     (
+ (   *' 
 

     +    
 
  +  
*

 
+   )
   +   27
 
     
+ 4 
  )
 
 
   +  

8  

/     9!, 
#
  *
. ( 4 
  )
 +  (  +   4  
 
   
      
 (  
     
 
 ( 
      2    .,  *

- (   
 
 + 
,% 
)* ( ,&
  

     )
  5  (  4 +   )
( 
   
*6   (   

 (  4  
 (
 ,  + 
 + ,       
*
.    4   (    /   
.
 *

   
 
4 
  (   
+  
 
6  ( 
 

  ,  (*  
  
   (  4  
, 4   (   
  ( 
   


 *.     ,   + , 4 

 3:  
 (
  ,
+   +          & .,  *

 
6   
+ 
 )*  (' + 
 
   
     +  *    
    
(  
* ,   , + 
    *  2  
 &   
*;
 )
*<  6   ,   
 (  ,  ;   ,  
  
   + *= " 2


>
; 
  ; 




You might also like