You are on page 1of 23

MAKALAH KEAMANAN KOMPUTER

FUNGSI HASH PADA KEAMANAN KOMPUTER

Di Susun Oleh :

Junaedi Pratama
200643500072
Teknik Informatika

FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan junjungan besar Nabi
Muhammad SAW, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Melalui makalah ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pembimbing mata kuliah (Dosen) dan semua pihak yang terlibat dalam
penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang tentunya bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 9 Desember 2009

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4
A. Pengertian Kriptografi ..................................................................... 4
B. Konsep Penggunaan Kriptografi...................................................... 4
1. Kerahasiaan (Confidentiality).................................................... 4
2. Integritas (Integrity) ................................................................... 4
3. Penghindaran Penolakan (Non-repuditation)............................. 4
4. Autentikasi (Authentication)...................................................... 4
5. Tanda Tangan Data (Data Signature) ........................................ 4
6. Kontrol Akses (Access Control) ................................................ 4
C. Pengertian Fungsi Hash ................................................................... 4
D. Metode yang Digunakan Dalam Fungsi Hash ................................. 6
1. Metode Pembagian..................................................................... 6
2. Metode Perkalian ....................................................................... 6
E. Macam-Macam Fungsi Hash ........................................................... 6
1. Metode Pembagian Bersisa (division-remainder method)......... 6
2. Melipat (folding)........................................................................ 6
3. Transformasi Radiks (radix transformation).............................. 7
4. Pengaturan Ulang Digit Radiks (radix transformation) ............. 7
F. Bentrokan Pada Fungsi Hash ........................................................... 7
1. Kebijakan Resolusi Bentrokan di Luar Table............................ 7
2. Kebijakan Resolusi Bentrokan di Dalam Table......................... 8
a. Linear Probing ..................................................................... 9
b. Quadratic probing / squared probing ................................... 9
c. Double hashing .................................................................... 9
3. Perbandingan antara metode chaining dan open addressing...... 9
4. Metode-Metode Lain ................................................................. 10
a. Coalesced hashing................................................................ 10
b. Perfect hashing..................................................................... 10
c. Probabilistic hashing............................................................ 10
d. Robin Hood hashing ............................................................ 11
G. Pengertian MD5 ............................................................................... 11
H. Langkah-Langkah Pembuatan MD .................................................. 11
1. Penambahan Bit-bit Pengganjal................................................. 11
2. Penambahan Nilai Panjang Pesan .............................................. 11
3. Inisialisai Penyangga MD .......................................................... 11
4. Pengolahan Pesan dalam Blok Berukuran 512 bit..................... 12
I. Cara Kerja MD5............................................................................... 13
J. Proses MD5 dengan Berbagai Macam Masukan ............................. 14
1. Proses MD5 Dengan Masukan Berupa String ........................... 14
2. Proses MD5 Dengan Masukan Berupa File............................... 15
3. Proses MD5 Sebagai Test Suite................................................. 15
K. Analisis Kecepatan MD5 ................................................................. 15
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 16
A. Kesimpulan ...................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keamanan dan kerahasian data pada jaringan komputer saat ini menjadi isu
yang sangat penting dan terus berkembang. Beberapa kasus menyangkut keamanan
jaringan komputer saat ini menjadi suatu pekerjaan yang membutuhkan biaya
penanganan dan pengamanan yang sedemikian besar. Sistem-sistem vital, seperti
sistem pertahanan, sistem perbankan, sistem bandara udara dan sistem-sistem yang
lain setingkat itu, membutuhkan tingkat keamanan yang sedemikian tinggi. Hal ini
lebih disebabkan karena kemajuan bidang jaringan komputer dengan konsep open
system-nya sehingga siapapun, di mananapun dan kapanpun, mempunyai kesempatan
untuk mengakses kawasan-kawasan vital tersebut. Untuk menjaga keamanan dan
kerahasiaan pesan, data, atau informasi dalam suatu jaringan komputer maka
diperlukan beberapa enkripsi guna membuat pesan, data, atau informasi agar tidak
dapat dibaca atau dimengerti oleh sembarang orang, kecuali oleh penerima yang
berhak. Pengamanan pesan, data, atau informasi tersebut selain bertujuan untuk
meningkatkan keamanan, juga berfungsi untuk:
1. Melindungi pesan, data, atau informasi agar tidak dapat dibaca oleh orang-
orang yang tidak berhak.
2. Mencegah agar orang-orang yang tidak berhak, menyisipkan atau
menghapus pesan, data dan atau informasi. Salah satu hal yang penting
dalam komunikasi menggunakan komputer dan dalam jaringan komputer
untuk menjamin kerahasiaan pesan, data, ataupun informasi adalah enkripsi.

Salah satu dari bagian kriptografi adalah fungsi hash satu arah. Fungsi hash satu
arah adalah dimana kita dengan mudah melakukan enkripsi untuk mendapatkan
cipher-nya tetapi sangat sulit untuk mendapatkan plaintext-nya. Salah satu fungsi
hash yang paling banyak digunakan adalah Message Digest 5 (MD-5). MD-5
merupakan fungsi hash satu arah yang diciptakan oleh Ron Rivest pada tahun 1991
untuk menggantikan hashfunction sebelumnya. MD-5 adalah salah satu aplikasi yang
digunakan untuk mengetahui bahwa pesan yang dikirim tidak ada perubahan sewaktu
berada di jaringan. Algoritma MD-5 secara garis besar adalah mengambil pesan yang
mempunyai panjang variabel diubah menjadi ‘sidik jari’ atau ‘intisari pesan’ yang
mempunyai panjang tetap yaitu 128 bit. ‘Sidik jari’ ini tidak dapat dibalik untuk
mendapatkan pesan, dengan kata lain tidak ada orang yang dapat melihat pesan dari
‘sidik jari’ MD-5. Message digest atau intisari pesan harus mempunyai tiga sifat
penting, yaitu :
1. Bila P diketahui, maka MD(P) akan dengan mudah dapat dihitung.
2. Bila MD(P) diketahui, maka tidak mungkin menghitung P.
3. Tidak seorang pun dapat memberi dua pesan yang mempunyai intisari pesan
yang sama. H(M) H(M’) .
Keamanan komputer adalah menjamin data atau informasi tidak dibaca, tidak
dimodifikasi oleh orang lain yang tidak diberi otorisasi. Keamanan sistem dibagi
menjadi tiga bagian :
1. Keamanan Eksternal
Keamanan eksternal berkaitan dengan fasilitas komputer dari penyusup dan
bencana seperti kebakaran atau bencana alam.
2. Keamanan Interface Pamakai
Keamanan interface pemakai yang berkaitan dengan identifikasi pemakai
sebelum pemakai diizinkan mengakses data atau program.
3. Keamanan Internal
Keamanan internal berkaitan dengan beragam kendali yang dibangun pada
perangkat keras dan perangkat lunak yang menjamin operasi yang handal
dan tidak terganngu untuk menjaga integritas data.

Sementara itu kebutuhan keamanan sistem komputer dapat dikategorikan


menjadi aspek-aspek sebagai berikut :
1. Privacy / Confidentiality
Inti utama aspek privacy atau confidentiality adalah usaha untuk menjaga
informasi dari orang yang tidak berhak mengakses. Privacy lebih kearah
data-data yang sifatnya privat sedangkan confidentiality biasanya
berhubungan dengan data yang diberikan ke pihak lain untuk
keperluantertentu (misalnya sebagai bagian dari pendaftaran sebuah servis)
dan hanya diperbolehkan untuk keperluan tertentu tersebut.
2. Integrity
Aspek ini menekankan bahwa informasi tidak boleh diubah tanpa seijin
pemilik informasi. Adanya virus, trojan horse, atau pemakai lain yang
mengubah informasi tanpa ijin merupakan contoh masalah yang harus
dihadapi. Sebuah e-mail dapat saja “ditangkap” (intercept) di tengah jalan,
diubah isinya (altered, tampered, modified), kemudian diteruskan ke alamat
yang dituju. Dengan kata lain, integritas dari informasi sudah tidak terjaga.
Penggunaan encryption dan digital signature, misalnya, dapat mengatasi
masalah ini.
3. Authentication
Aspek ini berhubungan dengan metoda untuk menyatakan bahwa informasi
betul-betul asli, orang yang mengakses atau memberikan informasi adalah
betul-betul orang yang dimaksud, atau server yang kita hubungi adalah
betul-betul server yang asli.
4. Availability
Aspek availability atau ketersediaan berhubungan dengan ketersediaan
informasi ketika dibutuhkan. Sistem informasi yang diserang atau dijebol
dapat menghambat atau meniadakan akses ke informasi.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini penulis akan membahas tentang masalah keamanan file yang
dikirim melalui jaringan komputer agar orang yang tidak berhak tidak dapat
membuka ataupun membaca file yang telah dikirim. Beberapa pembahasan tersebut
meliputi :
1. Pengertian kriptografi.
2. Konsep Penggunaan Kriptografi.
3. Pengertian Fungsi Hash.
4. Metode yang Digunakan Dalam Fungsi Hash.
5. Macam-Macam Fungsi Hash.
6. Bentrokan pada Fungsi Hash.
7. Pengertian MD5.
8. Langkah-Langkah Pembuatan MD.
9. Cara Kerja MD5.
10. Proses MD5 dengan Berbagai Macam Masukan.
11. Analisis Kecepatan MD5.

C. Tujuan Penulisan

Dengan adanya makalah ini, maka dapat diketahui bagaimana cara


mengamankan file dari para pelaku yang tidak bertanggung jawab, yang tidak
mempunyai hak untuk mengakses apalagi untuk mengambil data yang bukan haknya.
Dalam makalah ini lebih rinci lagi akan membahas tentang cara mengamankan file
dengan menggunakan MD5, karena MD5 merupakan salah satu jenis dari fungsi hash
yang paling banyak digunakan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kriptografi

Kriptografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata kryptos yang berarti
tersembunyi dan grafo yang berarti tulis. Kriptografi secara umum adalah ilmu dan
seni untuk menjaga kerahasiaan berita. Selain pengertian tersebut kriptografi juga
merupakan ilmu yang mempelajari teknik-teknik matematika yang berhubungan
dengan aspek keamanan informasi seperti kerahasiaan data, keabsahan data, integri
tas data, serta autentikasi data.
Kriptografi memungkinkan beberapa operasi atau proses terhadap data. Dua
buah operasi dasar adalah enkripsi (dengan dekripsi sebagai proses balikannya) dan
signing (dengan verifikasi dari signature sebagai proses balikannya). Enkripsi analog
dengan memasukkan surat kedalam sebuah amplop sedangkan dekripsi analog
dengan membuang amplop dan mengambil data. Signature analog dengan pemberian
tanda-tangan terhadap sebuah dokumen dan penanda bahwa dokumen tersebut tidak
berubah dari aslinya.

B. Konsep Penggunaan Kriptografi

Konsep penggunaan kriptografi antara lain:


1. Kerahasiaan (Confidentiality).
Sederhananya, kerahasiaan adalah proses penyembunyian data dari orang-orang
yang tidak punya otoritas.
2. Integritas (Integrity)
Proses untuk menjaga agar sebuah data tidak dirubah-rubah sewaktu ditransfer
atau disimpan.
3. Penghindaran Penolakan (Non-repuditation)
Proses untuk menjaga bukti-bukti bahwa suatu data berasal dari seseorang.
Seseorang yang ingin menyangkal bahwa data tersebut bukan berasal darinya,
dapat saja melenyapkan bukti-bukti yang ada. Karenanya diperlukan teknik
untuk melindungi data-data tersebut.
4. Autentikasi (Authentication)
Proses untuk menjamin keaslian suatu data.
5. Tanda Tangan Data (Data Signature)
Dapat disebut juga sebagai tanda tangan digital. Berguna untuk menandatangi
data digital. Contohnya adalah Digital Signature Algorithm (DSA)
6. Kontrol Akses (Access Control)
Untuk mengontrol akses terhadap suatu entity.
Contoh penggunaan kriptografi di dunia internet antara lain: Secure Shell
(SSH), SSL (Secure Socket Layer), Secure Hypertext Transfer Protocol
(HTTP), dan lain lain.
C. Pengertian Fungsi Hash

Hash function atau fungsi hash adalah suatu cara menciptakan “fingerprint” dari
berbagai data masukan. Hash function akan mengganti atau mentranspose-kan data
tersebut untuk menciptakan fingerprint, yang biasa disebut hash value. Hash value
biasanya digambarkan sebagai suatu string pendek yang terdiri atas huruf dan angka
yang terlihat random (data biner yang ditulis dalam notasi heksadesimal). Suatu hash
function adalah sebuah fungsi matematika, yang mengambil sebuah panjang variabel
string input, yang disebut pre-image dan mengkonversikannya ke sebuah string
output dengan panjang yang tetap dan biasanya lebih kecil, yang disebut message
digest5. Hash function digunakan untuk melakukan fingerprint pada pre-image, yaitu
menghasilkan sebuah nilai yang dapat menandai (mewakili) pre-image sesungguhnya.
Fungsi hash satu arah (one-way hash function) adalah hash function yang bekerja satu
arah, yaitu suatu hash function yang dengan mudah dapat menghitung hash value dari
pre-image, tetapi sangat sukar untuk menghitung pre-image dari hash value. Sebuah
fungsi hash satu arah, H(M), beroperasi pada suatu pre-image pesan M dengan
panjang sembarang, dan mengembalikan nilai hash h yang memiliki panjang tetap.
Dalam notasi matematika fungsi hash satu arah dapat ditulis sebagai:

h = H(M), dengan h memiliki panjang b

Ada banyak fungsi yang mampu menerima input dengan panjang sembarang
dan menghasilkan output dengan panjang tetap, tetapi fungsi hash satu arah memiliki
karakteristik tambahan yang membuatnya satu arah :

Diberikan M, mudah menghitung h.


Diberikan h, sulit menghitung M agar H(M) = h.
Diberikan M, sulit menemukan pesan lain, M', agar H(M) = H(M').

Dalam dunia nyata, fungsi hash satu arah dikembangkan berdasarkan ide sebuah
fungsi kompresi. Fungsi satu arah ini menghasilkan nilai hash berukuran n bila
diberikan input berukuran b. Input untuk fungsi kompresi adalah suatu blok pesan dan
hasil blok teks sebelumnya. Sehingga hash suatu blok M, adalah :

hi = f(Mi,hi-1)
dengan
hi = hash value saat ini.
Mi = blok pesan saat ini.
hi-1 = hash value blok teks sebelumnya.

Mi
hi
One-way hash function

hi-1
Fungsi hash satu arah
Fungsi hash sangat berguna untuk menjaga integritas sebuah data. Sudah
banyak algoritma hash function yang diciptakan, namun hash function yang umum
digunakan saat ini adalah MD5 dan SHA (Secure Hash Algorithm). Algoritma hash
function yang baik adalah yang menghasilkan sedikit hash collision.

D. Metode yang Digunakan Dalam Fungsi Hash

1. Metode Pembagian
Pada metode pembagian ini, kita memetakan suatu kunci k ke dalam salah satu
slot dari m buah slot dengan mengambil sisa dari k dibagi oleh m. Maka, fungsi
Hash ini adalah:
h(k) = k mod m
dimana : h(k) = fungsi Hash
k = kunci yang akan dihitung/di-hash,
m = jumlah keseluruhan slot.

2. Metode Perkalian
Metoda perkalian untuk memperoleh fungsi Hash dilakukan melalui dua
langkah. Langkah pertama, kita mengalikan kunci dengan suatu konstanta
didalam range 0 < A < 1 dan mengambil nilai fraksional dari kA. Kemudian,
kita mengalikan nilai ini dengan m dan dapat diperoleh hasilnya. Singkatnya,
fungsi Hash ini adalah :

h(k) = └m (k A mod 1) ┘,
dimana : A » (Ö5 - 1)/2 = 0,6180339887... (Golden Number),
“k A mod 1” artinya adalah nilai fraksional dari kA, atau kA – └kA┘.

E. Macam-Macam Fungsi Hash

Fungsi Hash (dilambangkan dengan h(k)) bertugas untuk mengubah k (key)


menjadi suatu nilai dalam interval [0....X], dimana "X" adalah jumlah maksimum dari
record-record yang dapat ditampung dalam tabel. Jumlah maksimum ini bergantung
pada ruang memori yang tersedia. Fungsi Hash yang ideal adalah mudah dihitung dan
bersifat random, agar dapat menyebarkan semua key. Dengan key yang tersebar,
berarti data dapat terdistribusi secara seragam bentrokan dapat dicegah. Sehingga
kompleksitas waktu model Hash dapat mencapai O(1), di mana kompleksitas tersebut
tidak ditemukan pada struktur model lain.
Ada beberapa macam fungsi hash yang relative sederhana yang dapat digunakan
dalam penyimpanan database:
1. Metode Pembagian Bersisa (Division-Remainder Method)
Jumlah lokasi memori yang tersedi dihitung, kemudian jumlah tersebut
digunakan sebagai pembagi untuk membagi nilai yang asli dan menghasilkan
sisa. Sisa tersebut adalah nilai hashnya. Secara umum, rumusnya h(k)= k mod
m. Dalam hal ini m adalah jumlah lokasi memori yang tersedia pada array.
Fungsi hash tersebut menempatkan record dengan kunci k pada suatu lokasi
memori yang beralamat h(k). Metode ini sering menghasilkan nilai hash yang
sama dari dua atau lebih nilai aslinya atau disebut dengan bentrokan. Karena itu,
dibutuhkan mekanisme khusus untuk menangani bentrokan yang disebut
kebijakan resolusi bentrokan.
2. Melipat (Folding)
Metode ini membagi nilai asli ke dalam beberapa bagian, kemudian
menambahkan nilai-nilai tersebut, dan mengambil beberapa angka terakhir
sebagai nilai hashnya.
3. Transformasi Radiks (Radix Transformation)
Karena nilai dalam bentuk digital, basis angka atau radiks dapat diganti
sehingga menghasilkan urutan angka-angka yang berbeda. Contohnya nilai
desimal (basis 10) bisa ditransformasikan kedalam heksadesimal (basis 16).
Digit atas hasilnya bisa dibuang agar panjang nilai hash dapat seragam.
4. Pengaturan Ulang Digit Radiks (Radix Transformation)
Metode ini mengubah urutan digit dengan pola tertentu. Contohnya mengambil
digit ke tiga sampai ke enam dari nilai aslinya, kemudian membalikan
urutannya dan menggunakan digit yang terurut terbalik itu sebagai nilai hash.
Fungsi hash yang bekerja dengan baik untuk penyimpanan pada database belum
tentu bekerja dengan baik untuk keperluan kriptografi atau pengecekan kesalahan.
Ada beberapa fungsi hash terkenal yang digunakan untuk keperluan kriptografi.
Diantaranya adalah fungsi hash message-diggest, contohnya MD2, MD4, dan MD5,
digunakan untuk menghasilkan nilai hash dari tanda tangan digital yang disebut
message-diggest. Ada pula Secure Hash Algorithm (SHA), sebuah algoritma standar
yang menghasilkan message-diggest yang lebih besar (60- bit) dan serupa dengan
MD4.

F. Bentrokan Pada Fungsi Hash

Fungsi hash bukan merupakan fungsi satu-ke-satu, artinya beberapa record yang
berbeda dapat menghasilkan nilai hash yang sama / terjadi bentrokan. Dengan fungsi
hash yang baik, hal seperti ini akan sangat jarang terjadi, tapi pasti akan terjadi. Jika
hal seperti ini terjadi, record-record tersebut tidak bisa menempati lokasi yang sama.
Ada dua macam kebijakan resolusi bentrokan pada tabel hash, yaitu kebijakan
resolusi bentrokan di luar tabel dan kebijakan resolusi bentrokan di dalam tabel.
Harus diperhatikan juga teknik-teknik penempatan record agar mudah dicari jika
dibutuhkan.

1. Kebijakan Resolusi Bentrokan di Luar Table


Artinya tabel hash bukan lagi menjadi array of records, tetapi menjadi array of
pointers. Setiap pointer menunjuk ke senarai berkait yang berisi record tersebut.
Metode seperti ini dinamakan chaining. Dalam bentuk sederhananya berupa
senarai berkait dari recordrecord yang menghasilkan nilai hash yang sama.
Penambahan record dapat dilakukan dengan menambah senarai berisi record
tersebut. Untuk pencarian pada tabel, pertama-tama dicari nilai hash terlebih
dahulu, kemudian dilakukan pencarian dalam senarai berkait yang
bersangkutan. Untuk menghapus suatu record, hanya menghapus senarainya
saja.
Resolusi bentrokan dengan Chaining

Kelebihan dari metode chaining ini chaining ini adalah proses


penghapusan yang relarif mudah dan penambahan ukuran tabel hash bisa
ditunda untuk waktu yang lebih lama karena penurunan kinerjanya berbanding
lurus meskipun seluruh lokasi pada table sudah penuh. Bahkan, penambahan
ukuran tabel bias saja tidak perlu dilakukan sama sekali karena penurunan
kinerjanya yang linier. Misalnya, table yang berisi record sebanyak dua kali
lipat kapasitas yang direkomendasikan hanya akan lebih lambat dua kali lipat
dibanding yang berisi sebanyak kapasitas yang direkomendasikan.
Kekurangan dari metode chaining ini sama dengan kekurangan dari
senarai berkait. Operasi traversal pada senarai berkait memiliki performa cache
yang buruk.
Struktur data lain dapat digunakan sebagai pengganti senarai berkait.
Misalnya dengan pohon seimbang, kompleksitas waktu terburuk bisa diturunkan
menjadi O(log n) dari yang sebelumnya O(n). Namun demikian, karena setiap
senarai diharapkan untuk tidak panjang, struktur data pohon ini kurang efisien
kecuali tabel hash tersebut memang didesain untuk jumlah record yang banyak
atau kemungkinan terjadi bentrokan sangat besar yang mungkin terjadi karena
masukan memang disengaja agar terjadi bentrokan.

2. Kebijakan Resolusi Bentrokan di Dalam Table


Berbeda dengan kebijakan resolusi bentrokan di luar tabel, pada kebijakan
resolusi di dalam tabel data disimpan di dalam hash tabel tersebut, bukan dalam
senarai berkait yang bisa bertambah terus menerus. Dengan demikian data yang
disimpan tidak mungkin bisa lebih banyak daripada jumlah ruang pada table
hash.
Jika suatu record akan dimasukkan ke dalam table hash pada lokasi sesuai
nilai hash-nya dan ternyata lokasi tersebut sudah diisi dengan record lain maka
harus dicari lokasi alternatif yang masih belum terisi dengan cara tertentu. Cara
ini disebut Open Addressing.
Ada beberapa metode untuk menemukan lokasi baru yang masih kosong.
Dalam proses menemukan lokasi baru ini harus menggunakan pola tertentu agar
record yang disimpan tetap bisa dicari dengan mudah saat dibutuhkan
kemudian. Metode-metode yang sering digunakan adalah:

a. Linear Probing
Dengan menambahkan suatu interval pada hasil yang diperoleh dari fungsi
hash sampai ditemukan lokasi yang belum terisi. Interval yang biasa
digunakan adalah 1.

Resolusi bentrokan dengan Linear Probing

b. Quadratic Probing / Squared Probing


Hampir sama dengan linear probing, hanya saja pada quadratic probing,
hasil yang diperoleh dari fungsi hash ditambahkan dengan kuadrat dari
interval yang digunakan.
c. Double Hashing
Pada metode double hashing, jika lokasi yang diperoleh dengan fungsi
hash sudah terisi, maka dilakukan proses hash lagi sampai ditemukan
lokasi yang belum terisi.

3. Perbandingan Antara Metode Chaining dan Open Addressing


Keunggulan metode chaining dibanding open addressing :
a. Lebih mudah diimplementasikan dengan efektif dan hanya membutuhkan
struktur data dasar.
b. Metode chaining tidak rawan terhadap data-data yang berkumpul di
daerah tertentu. Metode open addressing membutuhkan algoritma hash
yang lebih baik untuk menghindari pengumpulan data di sekitar lokasi
tertentu.
c. Performa menurun secara linier. Meskipun semakin banyak record yang
dimasukkan maka semakin panjang senarai berantai, tabel hash tidak akan
penuh dan tidak akan menimbulkan peningkatan waktu pencarian record
yang tibatiba meningkat yang terjadi bila menggunakan metode open
addressing.
d. Jika record yang dimasukkan panjang, memori yang digunakan akan lebih
sedikit dibandingkan dengan metode open addressing.

Perbandingan waktu yang diperlukan untuk melakukan pencarian. Saat


tabel mencapai 80% terisi, kinerja pada linear probing(open addressing)
menurun drastis.

Untuk ukuran record yang kecil, keunggulan metode open addressing


dibandingkan dengan chaining diantaranya
a. Ruang yang digunakan lebih efisien karena tidak perlu menyimpan pointer
atau mengalokasi tempat tambahan di luar tabel hash.
b. Tidak ada waktu tambahan untuk pengalokasian memori karena metode
open addressing tidak memerlukan pengalokasian memori.
c. Tidak memerlukan pointer.
Sebenarnya, penggunaan algoritma apapun pada table hash biasanya cukup
cepat, dan persentase kalkulasi yang dilakukan pada tabel hash rendah.
Penggunaan memori juga jarang berlebihan. Oleh karena itu, pada kebanyakan
kasus, perbedaan antar algoritma ini tidak signifikan.

4. Metode-Metode Lain
Selain metode-metode yang sudah disebutkan di atas, ada juga beberapa metode
lain.
a. Coalesced Hashing
Gabungan dari chaining dan openaddressing. Coalesced hashing
menghubungkan ke tabel itu sendiri. Seperti open addressing, metode ini
memiliki keunggulan pada penggunaan tempat dan cache dibanding
metode chaining. Seperti chaining, metode ini menghasilkan lokasi
penyimpanan yang lebih menyebar, tetapi pada metode ini record yang
disimpan tidak mungkin lebih banyak daripada ruang yang disediakan
tabel.
b. Perfect Hashing
Jika record yang akan digunakan sudah diketahui sebelumnya, dan
jumlahnya tidak melebihi jumlah ruang pada tabel hash, perfect hashing
bisa digunakan untuk membuat tabel hash yang sempurna, tanpa ada
bentrokan.
c. Probabilistic Hashing
Kemungkinan solusi paling sederhana untuk mengatasi bentrokan adalah
dengan engganti record yang sudah disimpan dengan record yang baru,
atau membuang record yang baru akan dimasukkan. Hal ini bisa
berdampak tidak ditemukannya record pada saat pencarian. Metode ini
digunakan untuk keperluan tertentu saja.
d. Robin Hood Hashing
Salah satu variasi dari resolusi bentrokan double hashing. Ide dasarnya
adalah sebuah record yang sudah dimasukkan bisa digantikan dengan
record yang baru jika nilai pencariannya (probe count – bertambah setiap
menemukan termpat yang sudah terisi) lebih besar daripada nilai
pencarian dari record yang sudah dimasukkan. Efeknya adalah
mengurangi kasus terburuk waktu yang diperlukan untuk pencarian.

G. Pengertian MD5

Dalam kriptografi, MD5 (Message-Digest algortihm 5) ialah fungsi hash


kriptografik yang digunakan secara luas dengan hash value 128-bit. Pada standart
Internet (RFC 1321), MD5 telah dimanfaatkan secara bermacam-macam pada
aplikasi keamanan, dan MD5 juga umum digunkan untuk melakukan pengujian
integritas sebuah file.
MD5 di desain oleh Ronald Rivest pada tahun 1991 untuk menggantikan hash
function sebelumnya, MD4. Pada tahun 1996, sebuah kecacatan ditemukan dalam
desainnya, walau bukan kelemahan fatal, pengguna kriptografi mulai menganjurkan
menggunakan algoritma lain, seperti SHA-1 (klaim terbaru menyatakan bahwa SHA-
1 juga cacat). Pada tahun 2004, kecacatan-kecacatan yang lebih serius ditemukan
menyebabkan penggunaan algoritma tersebut dalam tujuan untuk keamanan jadi
makin dipertanyakan.

H. Langkah-Langkah Pembuatan MD

1. Penambahan Bit-bit Pengganjal


a. Pesan ditambah dengan sejumlah bit pengganjal sedemikian sehingga
panjang pesan (dalam satuan bit) kongruen dengan 448 modulo 512.
b. Jika panjang pesan 448 bit, maka pesan tersebut ditambah dengan 512 bit
menjadi 960 bit. Jadi, panjang bit-bit pengganjal adalah antara 1 sampai
512.
c. Bit-bit pengganjal terdiri dari sebuah bit 1 diikuti dengan sisanya bit 0.
2. Penambahan Nilai Panjang Pesan
a. Pesan yang telah diberi bit-bit pengganjal selanjutnya ditambah lagi
dengan 64 bit yang menyatakan panjang pesan semula.
b. Jika panjang pesan > 264 maka yang diambil adalah panjangnya dalam
modulo 264. Dengan kata lain, jika panjang pesan semula adalah K bit,
maka 64 bit yang ditambahkan menyatakan K modulo 264.
c. Setelah ditambah dengan 64 bit, panjang pesan sekarang menjadi kelipatan
512 bit.
3. Inisialisai Penyangga MD
a. MD5 membutuhkan 4 buah penyangga (buffer) yang masing-masing
panjangnya 32 bit. Total panjang penyangga adalah 4 × 32 = 128 bit.
Keempat penyangga ini menampung hasil antara dan hasil akhir.
b. Keempat penyangga ini diberi nama A, B, C, dan D. Setiap penyangga
diinisialisasi dengan nilai-nilai (dalam notasi HEX) sebagai berikut:
A = 01234567
B = 89ABCDEF
C = FEDCBA98
D = 76543210
4. Pengolahan Pesan dalam Blok Berukuran 512 bit
a. Pesan dibagi menjadi L buah blok yang masing-masing panjangnya 512
bit (Y0 sampai YL – 1).
b. Setiap blok 512-bit diproses bersama dengan penyangga MD menjadi
keluaran 128-bit, dan ini disebut proses HMD5. Gambaran proses HMD5
diperlihatkan pada Gambar 13.3.
Yq
MDq

512

ABCD ← f F ( ABCD, Yq , T [1..16])

A B C D
ABCD ← f G ( ABCD, Yq , T [17..32])

A B C D
ABCD ← f H ( ABCD, Yq , T [33..48])

A B C D
ABCD ← f I ( ABCD, Yq , T [ 49..64])

+ + + +

128

MDq + 1
c. Pada Gambar 13.3, Yq menyatakan blok 512-bit ke-q dari pesan yang
telah ditambah bit-bit pengganjal dan tambahan 64 bit nilai panjang pesan
semula.
d. MDq adalah nilai message digest 128-bit dari proses HMD5 ke-q. Pada
awal proses, MDq berisi nilai inisialisasi penyangga MD.
e. Proses HMD5 terdiri dari 4 buah putaran, dan masing-masing putaran
melakukan operasi dasar MD5 sebanyak 16 kali dan setiap operasi dasar
memakai sebuah elemen T. Jadi setiap putaran memakai 16 elemen Tabel
T.
f. Fungsi-fungsi fF, fG, fH, dan fI masing-masing berisi 16 kali operasi dasar
terhadap masukan, setiap operasi dasar menggunakan elemen Tabel T.
g. Operasi dasar MD5 diperlihatkan pada Gambar 13.4.

a b c d

+ X[k]

+ T[i]

CLSs

h. Karena ada 16 kali operasi dasar, maka setiap kali selesai satu operasi
dasar, penyangga-penyangga itu digeser ke kanan secara sirkuler dengan
cara pertukaran sebagai berikut:
temp ← d
d←c a b c d

c←b
b←a + g

a ← temp
X[k] +

T[i] +

CLSs

a b c d
I. Cara Kerja MD5

MD5 mengolah blok 512 bit, dibagi kedalam 16 subblok berukuran 32 bit.
Keluaran algoritma diset menjadi 4 blok yang masing-masing berukuran 32 bit yang
setelah digabungkan akan membentuk nilai hash 128 bit.

Algoritma MD5

Pesan diberi tambahan sedemikian sehingga panjang menjadi k-bit, dimana k =


512n – 64 bit. n merupakan blok masukan. Tambahan ini diperlukan hingga pesan
menjadi k bit. Kemudian 64 bit yang masing kosong, dibagian akhir, diisi panjang
pesan. Inisiasi 4 variabel dengan panjang 32 bit yaitu a,b,c,d. Variabel a,b,c,d
dikopikan ke variabel a,b,c,d yang kemudian diolah melalui 4 tahapan yang sangat
serupa. Setiap tahapan menggunakan 16 kali operasi berbeda, menjalankan fungsi
nonlinear pada tiga variabel a,b,c, atau d. Hasilnya ditambahkan ke variabel keempat,
subblok pesan dan suatu konstanta. Kemudian dirotasi kekiri beberapa bit yang
kemudian ditambahkan ke salah satu dari a,b,c, atau d. Kemudian nilai a,b,c, dan d
menggantikan nilai a,b,c, dan d. Kemudian dikeluarkan output yang merupakan
gabungan dari a,b,c, dan d. Fungsi kompresi yang digunakan oleh algoritma md5
adalah sebagai berikut :
a ← b + (( a + g ( b,c,d) + X[k] + T[i] <<< s ), dimana g adalah salah fungsi primitif
F,G,H,I seperti dibawah ini :
dan operasi XOR, AND, OR, dan NOT adalah sebagai berikut :

J. Proses MD5 dengan Berbagai Macam Masukan

1. Proses MD5 Dengan Masukan Berupa String


Proses MD5 dengan masukan berupa string adalah proses yang masukannya
berupa karakter yang dimasukan melalui keyboard.
2. Proses MD5 Dengan Masukan Berupa File
Proses MD5 dengan masukan berupa file adalah proses MD5 yang masukannya
memanggil file yang kenmudian dihitung berapa panjang bitnya, dalam keadaan
ini file diperlakukan sebagai bit memori sehingga masukannya tidak
terpengaruh pada ekstensinya. Kemudian dilakukan proses MD5.
3. Proses MD5 Sebagai Test Suite
Test suite dilakukan untuk mengetahui apakah program yang dibuat ini sudah
benar ataukah masih terdapat kesalahan-kesalahan. Sebagai perbandingannya
digunakan hasil yang sudah didapatkan oleh Ron Rivest yang sudah
didefinisikan pada RFC 1321. Pada gambar 3.3 dapat dilihat bahwa masukan
dari MD5 sudah ditentukan sehinnga hanya membandingkan hasil pada layar
dengan yang tercantum pada RFC 1321.

K. Analisis Kecepatan MD5

Analisi kecepatan disini adalah analisis tentang kecepatan aplikasi dalam


mengenkrip file untuk mencari nilai hash. Analisis dilakukan untuk mencari
kecepatan apliksi dengan masukan yang file yang mempunyai perbedaan dalam hal
ukuran. Pengujian dilakukan dengan cara mengenkrip file sebanyak 31 (tiga puluh
satu) buah file dengan besar file yang berbeda-beda. Setiap file dilakukan
pengambilan waktu eksekusi sebanyak5 kali kemudian mencari waktu rata-ratanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kriptografi adalah ilmu yang berguna untuk mengacak (kata yang lebih tepat
adalah masking) data sedemikian rupa sehingga tidak bisa dibaca oleh pihak ketiga.
Tentu saja data yang diacak harus bisa dikembalikan ke bentuk semula oleh pihak
yang berwenang.
Data yang ingin diacak biasanya disebut Plain Teks (Plain Text). Data diacak
dengan menggunakan Kunci Enkripsi (Encryption Key). Proses pengacakan itu
sendiri disebut Enkripsi (Encryption). Plain Teks yang telah diacak disebut Cipher
Teks (Chiper Text). Kemudian proses untuk mengembalikan Cipher Teks ke Plain
Teks disebut Dekripsi (Decryption). Kunci yang digunakan pada tahap Dekripsi
disebut Kunci Dekripsi (Decryption Key).
Pada prakteknya, selain pihak yang berwenang ada pihak ketiga yang selalu
berusaha untuk mengembalikan Cipher Teks ke Plain Teks atau memecahkan Kunci
Dekripsi. Usaha oleh pihak ketiga ini disebut Kriptanalisis (Cryptanalysis).
Fungsi Hash adalah suatu cara menciptakan “fingerprint” dari berbagai data
masukan. Fungsi Hash akan mengganti atau mentranspose-kan data tersebut untuk
menciptakan fingerprint, yang biasa disebut hash value. Hash value biasanya
digambarkan sebagai suatu string pendek yang terdiri atas huruf dan angka yang
terlihat random (data biner yang ditulis dalam notasi heksadesimal). Algoritma fungsi
hash yang baik adalah yang menghasilkan sedikit hash collision. Sudah banyak
algoritma fungsi hash yang diciptakan, namun fungsi hash yang umum digunakan
saat ini adalah MD5 dan SHA (Secure Hash Algorithm). Kedua algoritma tersebut
didesain untuk prosesor 32 bit, dan tidak dapat diimplementasikan untuk prosesor 64
bit.
Fungsi hash yang paling banyak digunakan dalam keamanan jaringan komputer
dan internet adalah MD5 yang dirancang oleh Ron Rivest yang juga merupakan salah
satu pengembang algoritma RSA pada tahun 1991. MD5 merupakan kelanjutan daru
MD4 yang dirancang dengan tujuan keamanan. Secara perhitungan matetamatis tidak
dimungkinkan untuk mendapatkan dua pesan yang memiliki hash yang sama. Tidak
ada serangan yang lebih efisien untuk membongkar/mengetahui hash suatu pesan
selain brute-force.

B. Saran

Makalah ini sangat jauh dari kesempurnan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini yang tentunya sangat bermanfaat
bagi penulis dalam menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa menjadi salah satu acuan dalam pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.budi.insan.co.id
http://www.elektro.undip.ac.idtransmisijun065_aghus_abp.pdf
www.handoko.web.id
www.ilmukomputer.com
http://www.informatika.org~rinaldiMatdis2007-2008MakalahMakalahIF2153-0708-
061.pdf
http://www.om4gus.blogspot.com/2008/02/java-enkripsi-md5.html
http://www.stream.plasa.com
http://www.telkom.net/kamus_internet_detail.php?cid=2&id=431
LAMPIRAN
PROGRAM

import java.io.UnsupportedEncodingException;
import java.security.MessageDigest;
import java.io.BufferedReader;
import java.io.IOException;
import java.io.InputStreamReader;
import java.security.NoSuchAlgorithmException;

public class AeSimpleMD5 {

private static String convertToHex(byte[] data) {


StringBuffer buf = new StringBuffer();
for (int i = 0; i < data.length; i++) {
int halfbyte = (data[i] >>> 4) & 0x0F;
int two_halfs = 0;
do {
if ((0 <= halfbyte) && (halfbyte <= 9))
buf.append((char) ('0' + halfbyte));
else
buf.append((char) ('a' + (halfbyte - 10)));
halfbyte = data[i] & 0x0F;
} while(two_halfs++ < 1);
}
return buf.toString();
}
public static String MD5(String text)
throws NoSuchAlgorithmException, UnsupportedEncodingException {
MessageDigest md;
md = MessageDigest.getInstance("MD5");
byte[] md5hash = new byte[32];
md.update(text.getBytes("iso-8859-1"), 0, text.length());
md5hash = md.digest();
return convertToHex(md5hash);
}

public static void main(String[] args) throws IOException {


BufferedReader userInput = new BufferedReader (new InputStreamReader(System.in));

System.out.print("Enter string:");
String rawString = userInput.readLine();

try {
System.out.println("MD5 hash of string: " + AeSimpleMD5.MD5(rawString));
} catch (NoSuchAlgorithmException e) {
// TODO Auto-generated catch block
e.printStackTrace();
} catch (UnsupportedEncodingException e) {
// TODO Auto-generated catch block
e.printStackTrace();
}
}
}

Berikut adalah output dari program diatas :

You might also like