You are on page 1of 22

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI....................................................... 2
A. Pengertian atonia uteri...................................................... 2
B. Penyebab Atonia uteri....................................................... 3
C. Penatalaksanaan............................................................... 5
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................... 16
- Identitas pasien................................................................. 16
- Anamnesis......................................................................... 16
- Pemeriksaan fisik.............................................................. 19
- Diagnosa kerja................................................................... 20
- Penatalaksanaan............................................................... 22
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................. 30
BAB V PENUTUP......................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................

1
LEMBAR PENGESAHAN

Disah kan pada


Hari/tanggal

Mengetahui

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

( Cahaya indah lestari, Amd Keb ) ( Ni Made Sri Wardani,Amd.keb)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkankehadirat Tuhan Yang Maha Esa hingga tugas
yang berjudul ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”M” DENGAN ATONIA
UTERI DI POLINDES GELOGOR PADA TANGGAL 30 DESEMBER 2010
Dapat selesai pada waktunya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen asuhan kebidanan II ini
yang telah membimbing saya sehingga tugas ini dapat terselesaikan.Dan
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan,untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih semoga laporan ini
bermanfaat bagi penyusun khususnya serta pembaca pada umumnya. Dan
semoga kebaikan semua pihak yang telah membantu penyusunan tugas ini
mendapatkan imbalan yang setimpal dari tuhan yang maha esa.

Mataram, 30 Desember 2010


Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang

. ATONIA UTERI
2.1.1 Deskripsi
Atonia uteri adalah kegagalan otot-otot rahim untuk berkontraksi dan
beretraksi dengan baik setelah plasenta lahir.
Pada kondisi dimana terjadi atonia uteri, maka lumen pembuluh–pembuluh
darah pada tempat melekatnya plasenta akan tetap terbuka, hingga terjadi
perdarahan postpartum yang banyaknya lebih dari 500 ml.
Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang
anemia.
Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam
dan kondisi ini tidak dapat di kenali sampai terjadi syok.Penilaian resiko pada saat
antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan
pascapersalinan.di lakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat
menurunkan insidens perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

PEMBAHASASAN ATONIA UTERI DAN KOMPRESI BIMANUAL

Pengertian Atonia Uteri:


Atonia uteri adalah kegagalan otot-otot rahim untuk berkontraksi dan
beretraksi dengan baik setelah plasenta lahir.
Pada sat plasenta masih melwekat di dinding rahim , maka jumlah aliran darah
pada tempat melekatnya plasenta treswebut di perkirakan mencapai 500 hingga
800 ml per menit. Setelah plasenta lepas , akan terjadi perdarahan karena sinus–
sinus maternalis di tempat insersi plasenta pada dinding rahim terbuka.Biasnya
perdarahan ini tidak berlangsung lama, sebab kontraksi dan retraksi otot–otot
rahim menekan pembukuh–pembuluh darah yang terbuka di situ hingga lumennya
tertutup.Kemudian pembuluh darah akan tersumbat oleh bekuan darah. Karena,
umumnya perdarahan yang terjadi tidak lebih dari 500 ml.
Pada kondisi dimana terjadi atonia uteri, maka lumen pembuluh–pembuluh
darah pada tempat melekatnya plasenta akan tetap terbuka, hingga terjadi
perdarahan postpartum yang banyaknya lebih dari 500 ml.
Penyebab Atonia Uteri:
• Plasenta yang baru lepas sebagian.
• Tertinggalnya sisa plasenta, kotiledon, atau selaput ketuban.
• Persalinan yang terlalu cepat (partus presipitatus).
• Persalinan lama sehingga terjadi inersia uteri.
• Polihidramnion atau kehamilan kembar sehingga terjadi peregangan yang
berlebihan pada otot uterus.
• Plasenta previa.
• Solusio plasenta.
• Pemberian anastesi umum.

5
• Penatalaksana yang salah pada persalinan kala tiga.
• Kandung kemih yang penuh.
• Penyebab lain yang tidak diketahui.
1. Plasenta yang baru lepas sebagian
• Bila seluruh bagian plasenta masih melekat, maka biasanya tidak
terjadi perdarahan. Tetapi,bila sebagian plasenta sudah terlepas, maka
akan terjadi robekan pada sinus–sinus maternalais, sedangkan sebagian
plasenta yang masih melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi dari
otot –otot uterus. Karena itu kondisi ini akan menyebabkan perdarahan.
2. Tertinggalnya selaput ketuban,kotiledon , atau selaput ketuban
• Akan mengganggu aktivitas otot–otot uterus untuk dapat berkontraksi
dan beretraksi secara efisien sehingga perdarahan terus terjadi.
3. P ersalinan yang trelalu cepat (partus presipitatus)
• Bila uterus sudah berkontraksi terlalu kuat dan terus –menerus selama
kala satu dan kala dua persalinan (kontraksi yang hipertonik) , maka otot –
otot uterus akan kekurangan kemamouannya untuk beretraksi setelah bayi
lahir.
4. Persalinan Lama
• Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada otot
–otot uterus.
5. Polihidramnion atau kehamilan kembar
• Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga
kontraksi setelah kelahiran bayi akan menjadi tidak efisien.
6. Plasenta previa
• Pada lapisan plasenta previa, maka sebagian tempat melekatnya
plasenta adalah segmen bawah uterus, di man lapisan ototnya amat tipis
dan hanya mengandung sedikit serat otot oblik.
7. Solusio plasenta
• Bila terjadi solusio plasenta , maka darah di dalam rongga uterus dapat
meresap di antara serat – serat otot uterus dan mengakibatkan kontraksi

6
uterus menjadi tidak efektif .Solusio plasenta yang berat dapat
mengakibatkan uterus couvelaire.
8. Anastesi umum
• Beberapa otot anastesi merupakan relaksan otot yang amat kuat ,
misalnya halotan dan siklopropan.
9. Penanganan yang salah pada kala tiga
• Merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perdarahan
pospartum. K ebiasaan melakukan rangsangan yang berlebihan pada
daerah fundus atua manipulasi pada uterus, dapat menimbulkan terjadiny
kontraksi yang tidak teratur (aritmik) sehingga hanya sebagian saja
plasenta yang terlepas dan hilangnya kemampuan uterus untuk beretraksi.
10. Kandung kemih yang penuh
• Bila kandung kemih penuh , maka letaknya yang berdekatan dengan
rongga abdomen pada akhir ka;a dua, akan mempengaruhi kontraksi dan
retraksi uterus.Kandung kemih yang penuh juga dapat menyebabkan
kesalahan dalam menatalaksana persalinan kala tiga karena kesulitan
menilai uterus.
11. Penyebab lain yang belum
diketehui
• Pada kasus atonia uteri mungkin saja tidak didapatkan kondisi –
kondisi seperti di atas sehingga faktor penyebabnya tidak di ketahui.

7
Penatalaksanan atonia uteri

Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri segera lahirnya


plasenta (maksimal 15 detik)

Evaluasi rutin. Jika uterus


Uterus berkontraksi tapi perdarahan
Berkontraksi Ya terus berlangsung, periksa
apakah perineum, vagina dan
serviks mengalami laserasi dan
jahitan atau rujuk segera
Tidak
(Lampiran A-5)

Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina


dan lubang serviks
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Jika penuh atau
dapat dipalpasi, katerisasi kandung kemih menggunakan teknik
aseptik.
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.

Uterus Teruskan KBI selama 2 menit.


Berkontraksi Ya
Keluarkan tangan perlahan-
lahan.
Pantau kala empat dengan ketat
Tidak

Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual


eksternal.
Kelurkan tangan perlahan-lahan.
berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika
hipertensi).
pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
berikan 500 ml ringer laktat + 20 eksitosin. Habiskan 500 ml
pertama secepat mungkin.
Ulangi KBI.

Uterus Ya Pantau ibu dengan seksama


Berkontraksi selama kala empat persalinan

Tidak

Rujuk segera.
Dampingi ibu ke tempat rujukan ]
Lanjutkan infus ringer laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan dengan laju 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan
atau hingga menghabiskan 1,5 infus. Kemudian berikan 125
ml. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 ml
kedua dengan perlahan dan berikan minuman untuk rehidrasi.

8
Lakukan pemijan/masaseuterus melalui dinding abdomen.
1. Berikan obat–obat yang dapat menimbulkan kontraksi uterus seperti
oksitosin dan atau pemberian obat–obat golongan merthergin secar intravena
atau intramuskuler.
2. Segera lakukan KBI
 Pakai sarung tangan disinfektan tingkat tinggi atau steril, dengan
lembut memasukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari )
ke introitus dan vagina ibu.
 Periksa vagina dan servik. Jika ada selaput ketuban atua bekuan darah
pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh .
 Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior , tekan dinding anterior
uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan
kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.

Gambar : KBI
 Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat . Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam uterus dan
juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
 Evaluasi keberhasilan :
i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang , teruskan
melakukan KBI selama dua menit , kemudian perlahn –lahan
keluarkan tangan dari dalam vagina . Pantau kondisi ibu secara ketat
selama kala empat

9
ii. Jika uterus berkontraksi tapin perdarahan treus berlangsungn ,
periksa perinium, vagina dan serviks apakah terjadi lasrasi di bagian
tersebut. Segera lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.
iii. Jika kontraksi uetrus tidak terjadi dalam waktu 5 menit,ajarkan
keluarga untuk melakukan KBE,kemudian teruskan langkah – langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya.
Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan : Atonia uteri sering kali bisa di atasi dengan KBI,jika KBI
tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan –tidakan lain
3. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu
dengan hipertensi)
Alasan : Ergometrin yang diberikan , akan mengakibatkan tekanan darah
lebih tinggi dari kondisi normal.
4. Menggunakan jarum berdiameter besar ( ukuran 16 atua 18), pasang infus
dan berikan 500 ml larutan RL yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan : Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan
IV secara cepat ,dan dapat langsung digunakan jika ibu memerlukan
transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi
uterus. Rlakan membantu mengganti volume cairan yang hilang selama
perdarahan.
5. Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI.
Alasan : KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin
dapat membantu membuat uterus berkontraksi.
6. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit , segera
lakukan rujukan. Berarti ini bukan atonia uteri sederhana.Ibu
membutuhkan perawatan gawat –darurat di fasilitas kesehatan yang dapat
melakukan tindakan bedah dan transfusi darah.
7. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba
di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan Ivhingga ibu tiba di fasilitas
rujukan :
– Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.

10
– Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang di infuskan mencapai 1,5 liter, dan
kemudian berikan 125 ml/jam.
– Jika cairan Ivtidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml
cairan dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk
asupan cairan tambahan.
Tekhnik Melakukan KBE:
1. Letak kan tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis
pubis.
2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korvus
uteri) , usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
3. Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan
kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus
diantara kedua tangan tersebut.Ini akan membantu uterus untuk berkontraksi
dan menekan pembuluh darah uterus.

Gambar : Kompresi bimanual eksterna


Tekhnik Melakukan Kompresi Aorta Abnominalis:
Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada
perdarahan hebat. Kompresi aorta hanya boleh dilakukan
pada keadaan darurat.

1. Raba pulpasi arteri femoralis pada lipatan paha.

11
2. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk hingga
kelingking pada umbilikus ke arah kolumna vertebralis dengan arah tegak
lurus.
3. Dengan tangan yang lain ,raba pulsasi arteri femoralis untuk mengetahui
cukup tidaknya kompresi:
 Jika pulsasi masih teraba , artinya tekanan
kompresi masih belum cukup.
 Jika kepalan mencapai aorta abdominalis ,
maka pulsasi arteri femoralis akan berkurang /terhenti.
4. Jika perdarahan pervaginam berhenti , pertahankan posisi tersebut
dan pemijatan uterus (dengan bantuan asisten )hingga uterus berkontraksi
dengan baik.
5. Jika perdarhan masih berlanjut:
 Lakukan ligasi arteri uterina dan utero- ovarikal
• Berikan antiotika dosis tunggal.
 Ampilsilin 2 g I.V;
 Atau Sefazolin 1 g I.V.
• Berikan cairan infus Ringer laktat atau larutan NaCl 0,9%.
• Buka perut
 Lakukan insisi vertikal pada linea alba dari umilikus sampai
kubis.
 Lakukan insisi vertikal 2-3 cm pada fasia.
 Lanjutkan insisi keatas dan ke bawah dengan gunting.
 Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri dan kanan dengan
tangan atau gunting.
 Buka peritoneum dekat umbilikus dengan tangan. Jaga agar
jangan melukai kandung kemih.
 Pasang retraktor kandung kemih.
• Tarik uterus keluar sampai terlihat ligamentum latum.

12
• Raba dan rasakan denyut arteri uterina pada perbatasan
serviks dan segmen bawah rahim.
• Pakai jarum besar dengan benang catgut kromik 0 atau
(poliglikolik) dan buat jahitan sedalam 2-3 cm pada dua tempat.
Lakukan ikatan dengan simpul kunci.
• Tempatkan jahitan sedekat mungkin dengan uterus, karena
ureter hanya 1 cm lateral terhadap arteri uterina.
• Lakukan yang sama pada sisi lateral yang lain.
• Jika arteri tekena, jepit dan ikat sampai perdarahan
berhenti.
• Lakukan pula pelikatan arteri utero ovarika, yaitu dengan
melakukan dengan peningkatan pada satu jari atau 2 cm lateral
bawah tangkal ligamentum. Suspensorium ovari kiri dan kanan agar
upaya hemostatis berlangsung efektif.
• Lakukan pada sisi yang lain.
• Observasi perdarahan dan pembentukan hematoma.
• Jahit kembali dinding perut setelah yakin tidak ada
perdarahan lagi dan tidak ada trauma pada vesika urinaria.
 Pasang drain abdomen.
 Tutup fasia dengan jahitan jelujur dengan benang kromik
(poliglikolik)

Gambar : Ligasi Arteri Uterina

13
• Jika ada tanda-tanda infeksi, letakkan kain kasa pada
subkutan dan jahit dengan benang catgut 0 (poliglikolik) atau secara
longgar. Kulit dijahit setelah infeksi hilang.
• Jika tidak ada tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan
jahitan matras vertikal memakai nilon 3-0 atau sutera. Tutup luka
dengan kasa steril.

 Jika perdarahan masih terus banyak, lakukan histerektomi supravaginal.


Memisahkan adneksa dari uterus
• Angkat uterus ke luar abdomen dan secara perlahan tarik untuk
menjaga traksi.
• Klem 2 kali dan potong ligamentum rotundum dengan gunting.
Klem dan potong pedikel, tetapi ikat setelah arteri uterina diamankan
untuk menghemat waktu.

Gambar : Pemisahan ligamentum rotundum

• Dari ujung ptongan ligamentum rotundum, buka sisi depan.


Lakukan insisi sampai:
 Satu titik tempat peritoneum kandung kemih bersatu
dengan permukaan uterus bagian bawah digaris tengah.
 Peritoneum yang diinsisi pada seksio sesaria.

14
• Gunakan dua jari untuk mendorong bagian belakang ligamentum
rotundum ke depan, di bawah tuba dan ovarium, di dekat pinggir
uterus. Buatlah lubang seukuran jari pada ligamentum rotundum
dengan menggunakan gunting. Lakukan klem 2 kali dan potong tuba,
ligamentum ovarium dan ligamentum rotundum melalui lubang pada
ligamentum rotundum.

Gambar : Pemisahan tuba dan ligamentum ovarika

• Pisahkan sisi belakang ligamentum rotundum ke arah bawah, ke


arah ligamentum sakrouterina, dengan menggunakan gunting.
Membebaskan kandung kemih
• Raih ujung flap kandung kemih dengan forseps atau dengan klem
kecil. Gunakan jari atau gunting, pisahkan kandung kemih ke bawah
dengan segmen bawah uterus.
• Arahkan tekanan ke bawah tetapi ke dalam menuju serviks dan
segmen bawah uterus.

Mengidentifikasi dan mengikat pembuluh darah uterus


• Cari lokasi arteri dan vena uterina pada setiap sisi uterus.
Rasakan perbatasan uterus dengan serviks.
• Lakukan klem 2 kali dalam pembuluh darah uterus denga sudut
900 C pada setiapsisi serviks. Potong dan lakukan pengikatan dua
kali dengan catgut kromik 0 atau poliglikolik.

15
• Periksa dengan seksama untuk mencari adanya perdarahan. Jika
uteri uterina diikat dengan baik, perdarahan akan berhenti dan uterus
terlihat pucat.

Gambar : Pemisahan pembuluh darah uterus

• Kembali ke pedikel ligamentum rotundum dan ligamentum


tuboovarika yang di klem dan ligasi dengan catgut kromik 0.

Amputasi korpus uterus


• Amputasi uterus setinggi ligasi arteri uterina dengan
menggunakan gunting.

Gambar : Garis amputasi uterus


Menutup tunggul serviks
• Tutup tunggul (stamp) serviks dengan jahitan terputus dengan
menggunakan catgut kromik ukuran 2-0 atau 3-0.

16
• Periksalah secara seksama tunggul serviks, ujung ligamentum
rotundum dan struktur lain pada dasar pelvis untuk mencari adanya
perdarahan.
• Jika terjadi perdarahan kecil atau dicurigai adanya gangguan
pembekuan, letakkan drain melalui dinding abdomen.
• Pastikan tidak terdapat perdarahan, buang bekuan dengan kasa.
• Pada semua kasus, periksalah adanya permukaan pada kandung
kemih. Jika terdapat permukaan pada kandung kemih, perbaiki luka
tersebut.
• Tutup fasia dengan jahitan jelujur dengan catgut kromik.
• Jika terdapat tanda-tanda infeksi, dekatkan jaringan subkutan
dengan longgar dan jahit longgar dengan catgut. Tutup kulit dengan
penutupan lambat setelah infeksi sembuh.
• Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutuplah kulit dengan
jahitan matras vertikal dengan benang nilon 3-0 dan tutup dengan
pembalut steril.
Prosedur Alternatif
Pada kondisi di mana rujukan tidak memungkinkan dan semua upaya
menghentikan perdarahan tiodak berhasil maka alternatif yang mungkin dapat
dilakukan adalah pemasangan tampon utero-vaginal.
Pemasangan tampon uterovagina
1. Vagina dibuka dengan spekulum, dinding depan dan belakang
serviks dipegang dengan ring tang, kemudian tampon dimasukkan dengan
menggunakan tampon yang melalui serviks sampai ke fundus uteri. Tampon
yang ditarik beberapa cm, dan kemudian memegang lagi tampon dan
didorong ke fundus uteri. Hal ini diulangi berkali-kali sampai tangan asisten
berada di fundus uteri.

17
Gambar : Cara pemasangan tampon uterovaginalis
2. Apabila perdarahan masih terjadi setelah pemasangan tampon ini,
pemasangan tampon tidak boleh diulangi, dan segera harus dilakukan
laparotomi untuk melakukan histerektomi ataupun ligasi arteria
hipogastrika.

18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan proses atonia uteri, pelaksanan tindakan di lakukan
berdasarkan rencana yang telah di susun yaitu pada kala III di tangani
dengan melakukan Menajemen aktif kala III yaitu oksitosin10 IU
IM,kemudian placenta lahir, setelah placenta lahir kemudian di lakukan
masasse 15 detik atau 15 kali searah jarum jam untuk menilai kontraksi
uterus baik dan tidak terjadi perdarahan. Pastikan bahwa kontraksi uterus
baik:
- Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan
darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus
yang efektif.
- Berikan 10 IU oksitosin I.M
- Pasangkan infus cairan I.V
- Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar masuk
- Periksa kelengkapan placenta
Setelah perdarahan teratasi dengan pemasangan Tampon vagina
pemantauan perdarahan terus di lakukan sampai perdarahan
berhenti,karena perdarahan setelah bayi lahir dan dalam 24 jam pertama
persalinan dapat mengancam keselamatan ibu. Dan dari proses persalinan
serta penanganan atonia uteri yang di dapatkan di lapangan ternyata tidak
ada kesenjangan yang berarti antara konsep teori dengan kenyataan yang
ada.

19
BAB V
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari pembahasan yang di uraikan dapat di simpulkan bahwa
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Atonia uteri di Puskesmas
Kediri tidak terdapat kesenjangan dengan teori yang ada,dan tujuan dari
asuhan telah tercapai secara keseluruhan.

B.Saran
Kami mengharapkan kepada pihak Puskesmas Kediri untuk terus
meningkatkan mutu pelayanan,khususnya pelayanan kebidanan sehingga
AKI dan AKB dapat di turunkan bahkan mencapai 0. Selain itu kami juga
berharap kepada pembimbing untuk terus mempertahankan dan
meningkatkan bimbingan kepada para mahasiswi yang melaksanakan
praktek untuk dapat menerapkan teori yang telah di peroleh dari institusi
masing-masing sehingga dapat mengasah keterampilannya dalam asuhan
kebidanan

20
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Bari Saefuddin SpOG, Prof. Dr. Dr. 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Buku Acuan Pelatihan Persalinan Normal.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1996. Buku IV Kedaruratan Pospartum.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Sarwono Prawiroharjo. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Sarwono Prawiroharjo. 2002. Buku Acuan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wiknjosastro, Hanifa DSOG Prof. dr. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

21
22

You might also like