You are on page 1of 7

PENDAHULUAN

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk


memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan
melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia
membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di
alam itu dapat dimengerti.

Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta,
kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu
pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas
fenomena tersebut.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap


kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran
yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut.
Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang
lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya
kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus
dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah,
manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.
PEMBAHASAN

Ilmu dicirikan dengan pemakaian sistem dan metode ilmiah yang dapat diberikan dalam
berbagai bentuk. Metode ilmu dapat bersifat sangat teoritis dan apriori dengan membuat unsur-
unsur bangunannya sendiri. Metode ilmu juga dapat bersifat empiris dengan unsur-unsur
bangunan yang seakan-akan diolah dari lingkungan.

Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi,
epistemologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-
pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin (Jujun S.Suriasumantri,
1998). Kerangka filsafat di atas akan memudahkan pemahaman mengenai keterkaitan berbagai
ilmu dalam mencari kebenaran.

Dalam perkembangannya teori-teori kebenaran selalu berbanding sama dengan teori-teori


pengetahuan. Teori-teori yang terlembaga antara lain adalah :

1.TEORI KEBENARAN KORESPONDENSI

Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-


pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam
atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika
ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi
adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini
sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.

Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat
dinyatakan lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa
karakteristik tertentu. Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke tempat yang
rendah. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara
indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang dapat ditangkap indera. Perbedaan
sensivitas tiap indera dan organ-organ tertentu menyebabkan kelemahan ilmu empiris. Ilmu
pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan
kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
2.TEORI KEBENARAN PRAGMATIS

Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi
oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori
tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya.
Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau
memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna dan yang diartikan salah
adalah yang tidak berguna. Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan, dapat
dikerjakan dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan. Teori ini tidak mengakui adanya
kebenaran yang tetap atau mutlak.

Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini


telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat
akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan, hingga
bahaya nuklir akibat persaingan kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu pengetahuan
modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah segalanya, telah mengakibatkan
krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga
foules solitaire (kesepian dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah
tercerabut dari aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan.

3.TEORI KEBENARAN PERFORMATIF

Teori ini dianut oleh filsuf Frank Ramsey, John Austin dan Peter Strawson. Para filsuf ini
hendak menentang teori klasik bahwa “benar” dan “salah” adalah ungkapan yang hanya
menyatakan sesuatu. Proposisi yang benar berarti proposisi itu menyatakan sesuatu yang
dianggap benar, demikian sebaliknya. Namun, justru inilah yang ingin ditolak oleh filsuf-filsuf
ini. Menurut teori ini suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas.
Pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas tapi justru dengan
pernyataan itu terciptanya suatu realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu.
Dengan demikian, sifat dasar kebenaran ilmiah selalu mempunyai paling kurang tiga sifat
dasar, yaitu : struktur yang rasional-logis, isi empiris, dan dapat diterapkan.

4.TEORI KEBENARAN SINTAKSIS

Para penganut teori ini berpangkal tolak pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang
dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekat.

Demikian suatu pernyataan bernilai benar apabila pernyataan tersebut mengikuti aturan-
aturan sintaksis yang baku. Dengan kata lain apabila sebuah proposisi keluar dari yang
disyaratkan maka proposisi tersebut tidak mempunyai arti.

5.TEORI KEBENARAN KOHERENSI

Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria
koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan
komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan
ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari
konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.

Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga
hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah
benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita
ketahui kebenarannya.
6.TEORI KEBENARAN SEMANTIS

Teori kebenaran semantik dianut olah faham filsafat analitik bahasa. Menurut teori ini,
kebenaran semantik suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Arti
ini dengan menunjukkan makna yang sesungguhnya dengan menunjuk pada referensi atau
kenyataan, juga arti yang dikemukakan itu memiliki arti yang bersifat definitif.

Di dalam teori ini ada sikap yang mengakibatkan diterimanya sebuah proposisi sebagai
arti yang esoterik, arbitrer, atau hanya mempunyai arti jika dihubungkan dengan nilai praktis.
Sikap-sikap itu antara lain : sikap epistemologis skeptik, sikap epistemologic dan ideologic, sikap
epistemologic pragmatik.

7.PROPOSISI

Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang
dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila
proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai
dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi
benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.

8.KEBENARAN STRUKTURAL PARADIGMATIK


Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari
kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik
lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal
semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu
memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
KESIMPULAN

Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan
kelebihan dan kekurangan dari berbagai teori kebenaran. Teori Kebenaran Korespondensi sesuai
dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta, Koherensi bersifat rasional dan Positivistik
mengabaikan hal-hal non fisik, Pragmatis fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak.

Apapun cara yang dipakai untuk menemukan kebenaran tergantung dengan apa yang
diteliti untuk dicari kebenarannya. Karena setiap bagian dari ilmu yang diteliti mempunyai
batasan-batasan dan cara yang berbeda untuk membuktikan kebenarannya.

Semoga dengan kebenaran yang didapatkan dengan metode ilmiah ini dapat memberikan
manfaat yang nyata bagi kelangsungan hidup manusia dan menjaga kelestarian alam sehingga
kehidupan berjalan selaras dengan kebenaran yang muncul dari metode-metode tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S. (1998). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cetakan ke-11. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Tim Dosen Filsafat Ilmu.(1996). Filsafat Ilmu. Cetakan ke-1. Yogyakarta: Liberty.

Kattsof, Louis O. (2004). Pengantar Filsafat. Cetakan ke-10. Yogyakarta: Penerbit Tiara
Wacana Yogya.

You might also like