You are on page 1of 3

PERAWATAN JENAZAH MENURUT AGAMA KRISTEN

A. Latar Belakang
Perawatan jenazah hingga akhirnya jenazah tersebut dikebumikan, pada umumnya
adalah sama. Tentu dimulai dengan mengetahui dulu identitas dan kelengkapan tubuh
jenazah, dimandikan (dibersihkan), dibajukan atau dikafani, dan selanjutnya didoakan lalu
dikebumikan. Hanya saja, terdapat beberapa detail yang berbeda menurut kepercayaan,
agama, dan adat kebudayaan masing-masing yang perlu kita ketahui sebagai tenaga
medis mengingat ada kemungkinan bahwa jenazah tersebut adalah pasien atau klien kita,
sehingga kita masih harus bertanggung jawab dan mendampingi keluarga dalam
perawatannya.
Oleh karena itu, kami selaku kelompok 5 akan membahas tentang perawatan jenazah
menurut agama kristen.

B.    Tujuan
Mengetahui dan memahami tentang tata cara perawatan jenazah sesuai dengan
agama kristen sehingga tidak terjadi kesalah pahaman atau miss perseption antara pengurus
atau perawat jenazah  dengan keluarga.

C.    Isi
Perawatan jenazah dalam agama kristen adalah dimulai dari dimandikan, dirias
(dibajukan), didoakan, dimasukan ke dalam peti dan masuk ke acara kebaktian lalu sebelum
dikubur dibaptis lagi oleh pendeta yang dipercaya oleh keluarga jenazah.

1.    Memandikan Jenazah


Memandikan jenazah dilakukan di ruang pemandian jenazah sebesar 5x3 oleh anggota
yayasan atau pihak keluarga. Proses pemandian jenazah dilakukan ketika sudah sampai ke
rumah persemayaman atau rumah duka. Pemandian dilakukan oleh satu atau dua orang
tergantung kondisi jenazah.

2.    Memakaikan Pakaian  Jenazah


Jika jenazah seorang gadis dipakaikan baju pengantin, jika perempuan atau laki-laki
yang sudah menikah dipakaikan dress dan jas.
3.    Mengawetkan Jenazah
Pegawetan jenazah dilakukan ketika jenazah telah selesai dimandikan dan
mengenakan pakaian lengkap.
Pengawetan jenazah ini diperlukan untuk mencegah pembusukan dan penyebaran
kuman dari jenazah ke lingkungan, dikarenakan biasanya keluarga jenazah tinggal di tempat
yang berbeda-beda sehingga perlu menunggu kedatangannya dan pada saat ini telah berhasil
dibuat pengawetan jenazah yang tidak mengubah warna kulit, tekstur tidak keras, tidak
meleleh dan tidak perih, malahan dilengkapi dengan bau wangi yang dapat dipilih jenisnya
Adapun tata cara untuk pengawetan jenazah, antara lain :
1.    Dalam mengawetkan jenazah, harus ditanamkan untuk menghormati setiap tubuh
jenazah yang akan diawetkan.
2.    Cuci jenazah atau mandikan jenazah dengan larutan desinfektan.
3.    Baringkan jenazah dalam posisi supine (terlentang).
4.    Buka pakaian dan semua perhiasan yang dipakai jenazah.
5.    Hilangkan kaku mayat. Apabila ada kaku mayat, hal tersebut harus dilawan untuk
mengurangi ketegangan otot. Otot yang tegang maka akan meningkatkan tekanan
ekstravaskular sehingga akan terjadi pengalihan cairan pengawet dari dalam pembuluh darah
ke tempat yang tidak semestinya.
6.    Atur lah posisi penampilan mayat, tutup mata dan mulut jenazah.
7.    Buatlah campuran cairan pengawet. Biasanya dibutuhkan 3 liter cairan untuk
mengawetkan mayat. Factor yang berpengaruh terhadap kebutuhan ini antara lain : ukuran
tubuh, adanya edema dan tahap pembusukan mayat sudah sampai dimana. Biasanya 16 ons
cairan dengan 1,5 galon air merupakan cairan pengawet terbaik, ini akan menghasilkan
larutan formalin sebesars 2-3%.
8.    Pilih tempat suntikan. Tempat terbaik untuk menyuntikkan cairan pengawet adalah pada
vena femoralis, hal ini karena pada lokasi tersebut menyebabkan tekanan yang diterima pada
kepala sama pada kedua sisinya. Pada orang tua sering mengalami sklerosing, maka tempat
suntikan dilakukan pada pembuluh karotis karena lebih dekat dengan
pusat sirkulasi.
9.    Tempat pengaliran cairan pengawet paling baik yaitu pada vena jugularis interna, karena
lebih dekat dengan atrium kanan jantung yang merupakan pusat pertemuan vena seluruh
tubuh.
10.    Masukkan kanul kedalam pembuluh darah kemudian dijepit dengan ligature atau jika
tidak ada ligature bias diikat pada kedua sisi pembuluh darah pada kanul.
11.    Hidupkan mesin pompa dengan tekanan 2-3 pon per inci persegi. Selama pengaliran ini
pastikan aliran cairan tedistribusi seluruhnya. Lakukan pemijatan pada daerah yang kaku
untuk melancarkan drainase.
12.    Setelah drainase tersebut akan mucul tanda-tanda pada mayat seperti perut semakin
keras, keluarnya cairan dari saluran pencernaan dan mata menjadi merah serta tekanan ocular
yang tinggi, juga terjadi perubahan warna pada tubuh mayat. Jika terdapat tanda-tanda
tersebut, maka proses drainase dapat dihentikan dan kanul dicabut secara hati-hati dan di ikat
untuk mencegah keluarnya cairan pengawet tersebut.
13.    Bekas luka pada tempat penyuntikan dibersihkan dan dijahit kembali.

Proses pengawetan ini dilakukan di ruang rias jenazah oleh mantri, dokter forensik
atau asisten dokter (bidan atau perawat) yang telah berpengalaman atau memiliki izin untuk
melakukan pengawetan jenazah.

4.    Merias Jenazah


Merias jenazah dilakukan di ruang rias jenazah oleh satu orang anggota yayasan.
Dalam hal ini, merias jenazah adalah merias wajah dan rambut. Setelah selesai merias,
jenazah di bawa ke aula (ruang perseayaman) dan dimasukkan ke dalam peti mati.

5.    Menuju Rumah Duka


Rumah duka bisa merupakan rumah sendiri atau rumah duka yang memang
disediakan. Biasanya ini sudah termasuk ke dalam pelayanan jasa pengurusan jenazah di
gereja-gereja atau organisasi semacamnya berikut dengan dekorasi ruangan (sesuai dengan
kepercayaan masing-masing) dan makanan bagi pelayat. Ruangan ini berfungsi sebagai
tempat persemayaman.

You might also like