Professional Documents
Culture Documents
Seseorang yang bisa bersikap baik akan menjadi individu yang sukses.
Ucapan dan perbuatan yang baik antara lain : “I CAN” (yakin bahwa kita bisa
melakukan sesuatu yang baik) dan “THIS IS A LONG PLAN” (untuk menjadi
sukses dibutuhkan perencanaan yang matang), “LEARNING IS VALUABLE”
(belajar adalah proses yang sangat berharga), “I WILL MAKE A DIFFERENT IN
THE LIVES OF SURROUNDING” (berfikir untuk dapat membuat perubahan
bagi orang-orang di sekelilingnya).
Mengungkapkan, memilih perilaku yang baik akan memberikan warna
bagi kehidupan. Pilihan itu bukanlah sesuatu yang ajaib. Kehidupan yang
dilakukan dengan baik pasti dapat menghasilkan perubahan besar. Asal ada
kemauan pasti ada jalan.
i
KATA PENGANTAR
ii
5. Bapak Kasori, Bapak Anwar, Bapak Rif’an, Bapak Saikhu, Bapak Suyit,
Bapak Suyono, Bapak Suwardi dan semua Bapak serta Ibu Guru yang
mengajar di Madrasah Aliyah Manba’ul Hikam. Penulis berterima kasih atas
semua ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada Penulis selama Penulis
sekolah di sini..
6. Bapak Sudarsono selaku wali kelas yang mengarahkan anak didiknya agar
menjadi siswa-siswi yang baik dan berakhlak.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan
kepada Penulis untuk segera menyelesaikan paper ini.
8. Sahabat-sahabat Penulis baik yang ada di dalam pondok atau di luar
pondok yang sudah membantu Penulis selama sekolah di Madrasah Aliyah
Manba’ul Hikam.
9. Saudara-saudaraku dan teman-temanku di kelas XII IPA-IPS dan di Kelas
III Ulya, terima kasih atas persahabatannya dan saya juga berterima kasih atas
kebaikannya Mbak Afiatul Lutfiyah selama Penulis masih sekolah di sini.
Akhir kata, Penulis berharap paper yang sederhana ini dapat membawa
manfaat besar bagi pembacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ ii
MOTTO........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan dan Manfaat................................................................ 1
D. Metode.................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan............................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Struktur Atom......................................................................... 3
B. Laser....................................................................................... 6
C. Inti Atom................................................................................. 7
D. Radioaktivitas......................................................................... 8
E. Transmutasi Inti dan Piranti Eksperimen Fisika Inti.............. 10
F. Radioisotop, Difraksi Sinar-X dan Pita Energi....................... 11
G. Semikonduktor........................................................................ 12
BAB III PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN
MASALAH
A. Radiasi dalam Kehidupan Sehari-hari.................................... 13
B. Keselamatan Radiasi Lingkungan dalam Pengelolaan
Limbah Radioaktif di Indonesia............................................. 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................ 21
B. Saran .......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) terus dikembangkan dan
dimanfaatkan dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar manusia,
memperpanjang harapan hidup dan menstimulasi peningkatan kualitas hidup.
Dalam pemanfatan iptek untuk berbagai tujuan selalu ditimbulkan sisa
proses/limbah, karena efisiensi tidak pernah mencapai 100%. Demikian juga
dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek nuklir selalu akan
ditimbulkan limbah radioaktif sebagai sisa proses. Limbah radioaktif yang
ditimbulkan harus dikelola dengan baik dan tepat agar tidak mencemari
lingkungan, karena pada gilirannya berpotensi mengganggu kesehatan
masyarakat. Berdasarkan pengalaman di Amerika Serikat, ditunjukkan bahwa
pembersihan lingkungan (clean up) akibat terjadinya pencemaran oleh limbah
radioaktif membutuhkan biaya 10 sampai 100 kali lebih besar dibandingkan
bila biaya pengelolaan limbah tersebut secara baik. Uraian ini diharapkan
dapat memberikan informasi seimbang kepada anggota masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana mengaplikasikan pengetahuan tentang fisika atom, inti
atom dan radioaktivitas terhadap penanganan bahaya limbah radioaktif. ”
v
D. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi
kepustakaan. Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan
untuk mengidentifikasi permasalahan penanganan bahaya limbah radioaktif
dengan mengetahui cara pengaplikasian pengetahuan tentang fisika atom, inti
atom dan radioaktivitas dengan mengacu pada literatur-literatur, artikel-artikel
dan sumber bacaan lain.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan paper ini terbagi dalam empat bab.
Pembagian penulisan dalam paper ini untuk memudahkan penulis dalam
menyusun hasil penelaahan terhadap permasalahan yang ada.
Dan sistematika penulisan paper ini dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini secara garis besar memuat pendahuluan, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai definisi konsep fisika atom,
inti atom, dan radioaktivitas.
BAB III PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Dalam bab ini akan disajikan data-data tentang permasalahan yang
timbul akibat limbah radioaktif dan pemecahan masalah yang bisa
dilakukan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini memuat tentang pokok-pokok hasil pembahasan dari
bab II dan III. Uraian kesimpulan akan menjadi jawaban atas masalah
yang sudah dirumuskan.
vi
BAB II
KAJIAN TEORI
A. STRUKTUR ATOM
- TEORI ATOM DALTON
John Dalton pada tahun 1803 mengemukakan teorinya sebagai berikut :
a. Atom merupakan bagian terkecil suatu zat
yang tidak dapat dibagi lagi.
b. Atom tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan.
c. Sifat unsur memiliki sifat yang sama dengan
sifat atom penyusunnya.
d. Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-
unsur yang berlainan dapat bersenyawa membentuk molekul, dengan
jumlah massa sebelum dan sesudah persenyawaan adalah sama.
e. Dalam suatu senyawa, atom-atom setiap
unsur bergabung dengan perbandingan tertentu dan sederhana
(misalnya : atom C dan atom O membentuk CO dan CO2).
Kelemahan teori Dalton adalah :
a. Ternyata atom masih
dapat dibagi lagi seperti proton, neutron dan electron.
b. Tidak dapat
menjelaskan sifat kelistrikan pada atom.
- TEORI THOMSON
Dalam percobaannya menggunakan tabung sinar katoda, menunjukkan
bahwa partikel sinar katoda jauh lebih ringan dari pada atom. Partikel ini
oleh Thomson dinamakan electron. Dengan tabung sinar katoda ini,
vii
Thomson dapat menentukan harga perbandingan muatan electron dengan
massa electron.
Pada tahun 1904, J.J. Thomson mengemukakan model atomnya sebagai
berikut : “Atom berbentuk bola dan bermuatan positif yang tersebar
merata ke seluruh bagian atom dan dinetralkan oleh electron yang melekat
pada permukaannya”. Model atom Thomson ini dikenal sebagai model roti
kismis.
viii
- TEORI NEILS BOHR
Berdasarkan model atom Rutherford dan teori kuantum, Neils Bohr
mengemukakan teorinya:
1. Elektron hanya dapat mengelilingi inti atom melalui lintasan-lintasan
tertentu saja, tanpa membebaskan energi. Masing-masing lintasan hanya
dapat dilalui elektron yang memiliki momentum anguler kelipatan bulat
dari h/2π .
m . v . r = n . h/2π
2. Elektron akan mengalami eksitasi (pindah ke lintasan yang lebih tinggi)
atau ionisasi jika menyerap energi, dan transisi ke lintasan yang lebih
rendah jika memancarkan energi foton.
Jari-jari lintasan elektron:
rn = 5.28 x 10-11 n2 meter
n = 1, 2, 3, .............. = bilangan kuantum utama
Tingkat-tingkat energi (energi kulit ke-n):
En = - (k e2/2 r n2)= (-13.6/n2) ev
1 eV= 1.6 x 10-19 joule
ix
III. Deret Paschen
terletak pada daerah infra merah 1
nA=3 ; nB = 4, 5, 6,.....
IV. Deret Bracket
terletak pada daerah infra merah 2
nA = 4 ; nB = 5, 6, 7,.......
V. Deret Pfund
terletak pada daerah infra merah 3
nA = 5 ; nB = 6, 7, 8, ...
Kelemahan Model Atom Bohr:
1. Tidak dapat menerangkan atom berelektron banyak
2. Tidak dapat menerangkan pengaruh medan magnet terhadap spektrum
atom (kelemahan ini dapat diperbaiki oleh Zeeman, yaitu setiap garis pada
spektrum memiliki intensitas dan panjang gelombang yang berbeda)
3. Tidak dapat menerangkan kejadian ikatan kimia
LUCUTAN GAS
Lucutan gas adalah peristiwa mengalirnya muatan listrik di dalam tabung
lucutan gas (tabung Crookes) pada tekanan gas sangat kecil menghasilkan
berkas sinar katoda.
B. LASER
Sifat laser : koheren, monokromatik, intensitas tinggi dan
pulsanya sejajar.
Jenis laser : padat (Ruby), cair (larutan kriptosianida), gas (CO2,
x
He-Ne) dan semi konduktor (Gas As)
Penerapan laser : mengukur jarak, alat bedah, gambar 3 dimensi
(holografi), mengasah intan, memotong baja.
xi
C. INTI ATOM
Partikel-partikel pembentuk inti atom adalah proton (1P1) dan netron ( 0n1).
Kedua partikel pembentuk inti atom ini disebut juga nukleon.
Simbol nuklida : ZXA atau ZAX dengan
A = nomor massa
Z = jumlah proton dalam inti = jumlah elektron di kulit terluar
N = A - Z = jumlah netron di dalam inti atom
Proton bermuatan positif = 1,6 x 10-19 C dan netron tidak bermuatan.
Isoton : Atom-atom unsur tertentu ( Z sama) dengan nomor massa berbeda.
Isoton: kelompok nuklida dengan jumlah netron sama tetapi Z berbeda.
Isobar: kelompok nuklida dengan A sama tetapi Z berbeda.
Massa inti atom selalu lebih kecil dari jumlah massa nukleon-nukleon
pembentuknya. Akibatnya ada energi ikat inti.
Dalam fisika inti satuan massa biasa ditulis 1 sma (1 amu) = 1.66 x 10-27 kg =
931 MeV/C2
satuan ∆ m :
kg → E = ∆ m . c2 (joule)
sma → E = ∆ m . 931 (MeV)
Stabilitas inti:
Suatu nuklida dikatakan stabil bila terletak dalam daerah kestabilan pada
diagram N - Z.
Untuk nuklida ringan (A < 20) terjadi kestabilan bila Z = N (N/Z = 1),
sedangkan untuk nuklida dengan Z > 83 adalah tidak stabil.
Contoh:
1. Sumber energi matahari adalah reaksi inti 4 proton helium + 2e+
diketahui:
xii
- massa proton = 1,6726 x 10-27 kg
- massa e+ = 0,0009 x 10-27 kg
- massa helium = 6,6466 x 10-27 kg
Jika dalam reaksi ini terbentuk 6,6466 gram helium, hitunglah energi yang
dihasilkannya.
Jawab:
Dalam setiap reaksi yang terjadi: 4 1p1 2He4 + 2e+, selalu terbentuk 1 2He4
yang massanya 6,6466 x 10-27 kg. Karena terbentuknya 6,6466 gram 2He4,
maka jumlah reaksi yang terjadi (n) adalah:
n = (6,6466 gram) / (6,6466 x 10-27) = 1024 kali reaksi.
Dari rumus Defek massa:
∆ m = M(∆ p) - M(1 2He4 + 2e+) = 0,042 x 10-27 kg
Jadi energi total reaksi yang dihasilkan:
E = n . ∆ m . c2 = 1024 . 0,042 x 10-27 (3.108)2 = 0,378 x 1013 joule
D. RADIOAKTIVITAS
Radioaktivitas adalah peristiwa pemancaran sinar-sinar α , β , γ yang
menyertai proses peluruhan inti.
Sinar α : - identik dengan inti atom helium (2He4)
- daya tembusnya kecil tapi daya ionisasinya besar.
Sinar β : - identik dengan elektron ( le.)
- daya tembus cukup besar tapi daya ionisasinya agak kecil
Sinar γ : - tidak bermuatan (gelombang elektromagnetik).
- daya tembus paling besar tapi daya ionisasinya kecil (interaksi
berupa foto listrik, Compton den produksi pasangan).
xiii
λ = konstanta pelurahan, tergantung pada jenis isotop dan jenis pancaran
radioaktif, yang menyatakan kecepatan peluruhan inti.
N = jumlah atom.
Waktu paruh (T ½) adalah waktu yang diperlukan oleh ½ unsur radioaktif
berubah menjadi unsur lain.
I = Ioe-µ x
xiv
TRANSMUSI INTI
1. Fisi
Peristiwa pembelahan inti atom dengan partikel penembak, sehingga
menghasilkan dua inti baru dengan nomor massa yang hampir sama.
xv
Tempat pemercepat proton atau elektron. Energi hingga 10 GeV.
Semua piranti di atas digunakan untuk melakukan transmutasi inti.
RADIOISOTOP
Radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif, dibuat dengan menggunakan
reaksi inti dengan netron.
misalnya 92 U 238 + 0 n 1 → 29 U 239 + γ
Penggunaan radioisotop:
- Bidang hidrologi
- biologi
- industri
DIFRAKSI SINAR-X
Jika seberkas sinar-X datang pada kristal, maka sinar-sinar yang dipantulkan
akan saling memperkuat (interferensi konstruktif). Dalam hal ini berlaku
Persamaan Bragg yaitu :
mλ = 2d sin θ
PITA ENERGI
Teori pita energi dapat menerangkan sifat konduksi listrik suatu bahan.
Pita energi terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Pita valensi (terisi penuh oleh 2N elektron di mana N adalah
jumlah atom suatu bahan)
2. Pita konduksi (terisi sebagian elektron atau kosong)
Di antara pita valensi dan pita konduksi terdapat celah energi yang layak
xvi
tidak boleh terisi elektron.
G. SEMIKONDUKTOR
Hambatan jenis (kebalikan dari konduktivitas listrik) suatu bahan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Konduktor ( < 10-6 Ω m)
2. Semikonduktor (10-6 Ω m - 104 Ω m)
3. Isolator ( > 104 Ω m)
xvii
BAB III
PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN
PEMECAHAN MASALAH
xviii
larutan pengembang, ia terkejut karena adanya pengaruh mineral uranium
pada film fotografi itu. Sejak itu Becquerel dikenal sebagai penemu uranium.
Berikutnya, pada 1898, suami Marie Currie, pionir pemakai kata
radioaktivitas, yaitu Pierre menemukan bahwa uranium mengeluarkan radiasi
dan ada elemen misterius lainnya. Salah satunya adalah apa yang mereka
sebut sebagai polonium.
Berkat semua itu, ketiganya dianugrahi Hadiah Nobel Fisika pada
tahun 1903. Yang jelas, penemuan radioaktivitas akhirnya menjadi semacam
babak baru dari era fisika modern. Terutama sejak ditemukan Polonium itu
berhasil mengubah banyak hal dan membangkitkan pertanyaan. Misalnya, apa
yang menyebabkan atom-atom meluruh, terbuat dari apa atom-atom itu, gaya-
gaya apa yang bekerja di dalamnya? Hasilnya, pada abad berikutnya manusia
pun menemukan banyak hal tentang radiasi dan fenomena lainnya dalam
fisika.
Pada abad ke-20, manusia telah mengenal berbagai jenis radiasi
lainnya, yang disebut radiasi pengion. Radiasi pengion ini juga sudah banyak
dimanfaatkan secara luas dalam bidang kedokteran. Satu diantaranya dipakai
untuk membuat foto organ tubuh manusia (rontgen). Di bidang industri,
radiasi pengion ini dipakai untuk mengukur ketebalan kertas atau pelat besi
agar hasil produksinya memiliki ketebalan yang akurat. Bisa pula untuk
mendeteksi kebocoran air di bendungan, atau deteksi adanya potensi
kebakaran dalam detektor asap dan lain sebagainya. Pemakaian radiasi
pengion pun telah banyak memberi keuntungan bagi kehidupan manusia.
Radiasi pengion dihasilkan oleh atom-atom yang sangat kecil dan tak
kasat mata kita. Menurut Erwansyah Lubis, Kepala Bidang Keselamatan Kerja
dan Lingkungan, Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif
(P2PLR), BATAN, di alam terdapat benda hidup (manusia, hewan dan
tumbuhan) yang secara kimiawi tersusun oleh pelbagai jenis atom yang sangat
kecil. “Di alam, atom-atom ada yang stabil dan ada yang tidak stabil.” Karena
punya kelebihan energi di dalam inti, lanjutnya, atom-atom itu ada yang tak
stabil. Akibatnya atom ini akan melepaskan kelebihan energinya (meluruh)
xix
untuk jadi jenis atom lain yang stabil. Kelebihan energi ini dilepaskan dalam
bentuk radiasi pengion. “Atau gampangnya, radiasi dan atom yang tidak stabil
ini dikenal dengan sebutan radionuklida alam,” jelas Erwansyah.
Berdasarkan asal usulnya, kata Erwansyah, radionuklida alam dibagi
menjadi dua, primordial dan kosmogenik. Radionuklida primordial adalah
radionuklida purba yang ada di bumi dan terjadinya berkaitan erat dengan
terbentuknya bumi itu sendiri. Dari sudut radioekologi, radionuklida
primordial yang penting adalah unsur-unsur berat dan mempunyai deret
peluruhan yang panjang seperti halnya deret uranium (U-238), aktimium (U-
235) dan torium (Th-232).
Radionuklida kosmogenik adalah radionuklida yang dihasilkan dari
reaksi antara sinar kosmik dengan inti-inti atom yang terdapat di atmosfer,
tanah dan air. Umumnya, radionuklida ini memiliki konsentrasi yang sangat
rendah di alam hingga memerlukan prosedur yang rumit untuk sampling
(pengambilan contoh untuk dianalisis) dan analisisnya.
Radiasi yang dilepaskan oleh radionuklida alam dapat berupa sinar-x
dan sinar gamma. Dapat pula berupa partikel yang mempunyai energi tinggi,
seperti partikel alfa, beta dan proton. Radiasi pengion ini bila menumbuk atau
mengenai benda-hidup ataupun benda tak-hidup memiliki kemampuan untuk
menguraikan atom-atom stabil yang ada dalam benda-benda itu menjadi ion-
ion positif dan negatif. Bila radiasi ini mengenai organ atau jaringan tubuh
manusia maka akan terbentuk ion-ion postif dan negatif. Buntutnya, bakal jadi
penyebab kerusakan sel-sel pada organ atau jaringan itu. Nah, jika kerusakan
sel-sel ini terjadi dalam jumlah yang relatif banyak dan berlangsung secara
terus menerus, kesehatan manusia pun dapat terganggu.
“Untuk itu, jumlah radiasi pengion yang dapat diterima oleh manusia
dibatasi. Ini berguna agar gangguan kesehatan dalam diri manusia akibat
radiasi dapat dicegah,” sebut Erwansyah. Ukuran jumlah radiasi pengion yang
diterima manusia disebut dosis radiasi. Komisi Internasional Perlindungan
Bahaya Radiasi (International Commission on Radiological Protection/ICRP)
merekomendasi dosis radiasi yang dapat diterima oleh manusia dari
xx
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir adalah seribu
micro sievert (uSv) atau 1,0 mili sievert (mSv) per tahunnya.
Menurut Handbook of Environmental Radiation, radionuklida alam
terdapat dalam pelbagai komponen lingkungan hidup hingga dapat
menyebabkan terjadinya paparan radiasi, eksternal (dari luar) dan internal
(dari dalam). Manusia menerima paparan radiasi yang berasal dari luar tubuh
(eksternal) seperti dari permukaan tanah, dinding rumah dan bahan-bahan
lainnya yang ada di sekitar kehidupan manusia. Sedang paparan radiasi secara
internal (dalam tubuh) bisa melalui udara yang terhirup (inhalasi) dan berbagai
bahan makanan atau minuman yang dikonsumsi (ingesi). Beberapa paparan
radiasi alam relatif konstan dan merata diterima oleh penduduk bumi.
• Minimisasi Limbah
Dalam pemanfaatan iptek nuklir minimisasi limbah diterapkan
mulai dari perencanaan, pemanfaatan (selama operasi) dan setelah masa
operasi (pasca operasi). Pada tahap awal/perencanaan pemanfaatan iptek
nuklir diterapkan azas justifikasi, yaitu “tidak dibenarkan memanfaatkan
suatu iptek nuklir yang menyebabkan perorangan atau anggota masyarakat
xxi
menerima paparan radiasi bila tidak menghasilkan suatu manfaat yang
nyata”. Dengan menerapkan azas justifikasi berarti telah memimisasi
potensi paparan radiasi dan kontaminasi serta membatasi limbah/dampak
lainnya yang akan ditimbulkan pada sumbernya. Setelah penerapan azas
justifikasi atas suatu pemanfaatan iptek nuklir, pemanfaatan iptek nuklir
tersebut harus lebih besar manfaatnya dibandingkan kerugian yang akan
ditimbulkannya, dan dalam pembangunan dan pengoperasiannya harus
mendapat izin lokasi, pembangunan, dan pengoperasian dari Badan
Pengawas, seperti telah diuraikan sebelumnya.
xxii
• Pembuangan Limbah Radioaktif
Strategi pembuangan limbah radioaktif umumnya dibagi kedalam
2 konsep pendekatan, yaitu konsep "Encerkan dan Sebarkan" (EDS) atau
"Pekatkan dan Tahan" (PDT). Kedua strategi ini umumnya diterapkan
dalam pemanfaatan iptek nuklir di negara industri nuklir, sehingga tidak
dapat dihindarkan menggugurkan strategi zero release [15]. Pembuangan
efluen Dalam pengoperasian instalasi nuklir tidak dapat dihindarkan
terjadinya pembuangan efluen ke atmosfer dan ke badan-air. Efluen
gas/partikulat yang dibuang langsung ke atmosfer berasal dari sistem
ventilasi. Udara sistem ventilasi di tiap instalasi nuklir sebelum dibuang ke
atmosfer melalui cerobong, dibersihkan kandungan gas/ partikulat
radioaktif yang terkandung di dalamnya dengan sistem pembersih udara
yang mempunyai efisiensi 99,9 %. Efluen cair yang dapat dibuang
langsung ke badan-air hanya berasal sistem ventilasi dan dari unit
pengolahan limbah cair radioaktif. Tiap jenis radionuklida yang terdapat
dalam efluen yang di buang ke lingkungan harus mempunyai konsentrasi
di bawah BME. Pembuangan efluen radioaktif secara langsung, setelah
proses pengolahan/dibersihkan dan setelah peluruhan ke lingkungan
merupakan penerapan strategi EDS. Dalam pembuangan secara langsung,
setelah dibersihkan dan setelah peluruhan aktivitas/konsentrasi
radionuklida yang terdapat dalam efluen harus berada di bawah BME.
Radionuklida yang terdapat dalam efluen akan terdispersi dan selanjutnya
melaui berbagai jalur perantara (pathway) yang terdapat di lingkungan
akan sampai pada manusia sehingga mempunyai potensi meningkatkan
penerimaan dosis terhadap anggota masyarakat. Penerimaan dosis
terhadap anggota masyarakat ini harus dibatasi serendah-rendahnya
(penerapan azas optimasi). Dosis maksimal yang diperkenankan dapat
diterima anggota masyarakat dari pembuangan efluen ke lingkungan dari
seluruh jalur perantara yang mungkin adalah 0,3 mSv per tahun [16].
Dosis pembatas (dose constrain) sebesar 0,3 mSv memberikan
kemungkinan terjadinya efek somatik hanya sebesar 3,3x10-6.
xxiii
Berdasarkan dosis pembatas ini BME tiap jenis radionuklida yang
diizinkan terdapat dalam efluen dapat dihitung dengan teknik menghitung
balik pada metode prakiraan dosis. BME tiap jenis radioaktif ini harus
mendapat izin dan tiap jenis radionuklida yang terlepaskan ke lingkungan
harus dimonitor secara berkala dan dilaporkan ke Badan Pengawas.BME
tiap jenis radioanuklida yang diperkenankan terdapat dalam efluen
radioaktif yang dibuang ke lingkungan untuk tiap instalasi nuklir di PPTN
Serpong telah dihitung dengan metode faktor konsentrasi (concentration
factor method) dan telah diterapkan semenjak reaktor G.A. Siwabessy
dioperasikan pada bulan Agusutus 1987. Pembuangan efluen
gas/partikulat dan efluen cair ke lingkungan di PPTN Serpong telah sesuai
dengan rekomendasi yang diberikan baik secara nasional maupun
internasional.
• Lokasi Disposal
Pemilihan lokasi untuk pembangunan fasilitas disposal mengacu
pada proses seleksi yang direkomendasikan oleh International Atomic
Energy Agency (IAEA). Faktor-faktor teknis yang dipertimbangkan
diantaranya faktor geologi, hidrogeologi, geokimia, tektonik dan
kegempaan, berbagai kegiatan yang ada di sekitar calon lokasi,
meteorologi, transportasi limbah, tata-guna lahan, distribusi penduduk dan
perlindungan lingkungan hidup. Faktor lainnya yang sangat penting adalah
penerimaan oleh masyarakat. Di negara-negara industri nuklir moto "Not
In My Backyard" (NYMBY) telah merintangi dalam pemilihan lokasi,
tidak hanya untuk disposal limbah radioaktif juga terhadap limbah industri
lainnya. Oleh karena itu perhatian terhadap faktor-faktor sosial (societal
issues) selama pase awal proses pemilihan lokasi memerlukan perhatian
ekstra hati-hati dan seksama. Isu ini menyebabkan negara-negara industri
nuklir cenderung memilih lokasi (site) nuklir yang telah ada untuk
pembangunan fasilitas disposal. Sebagai contoh diantaranya fasilitas
disposal Drig (United Kingdom), Centre de la Manche (Perancis),
xxiv
Rokkasho (Jepang) dan Oilkiluoto (Finlandia). P2PLR telah melakukan
berbagai penelitian dan pengkajian kemungkinan kawasan nuklir PPTN
Serpong dan calon lokasi PLTN di S. Lemahabang dapat digunakan
sebagai lokasi untuk disposal LTR, LTS dan LTT. Hasil pengkajian dan
penelitian ini sementara menyimpulkan bahwa kawasan PPTN Serpong
dikarenakan kondisi lingkungan setempat (pola aliran air tanah,
demographi, dll) hanya memungkinkan untuk pembangunan sistem
disposal eksperimental, sedangkan di calon lokasi PLTN telah dapat
diidentifikasi daerah yang mempunyai kesesuaian yang tinggi untuk
pembangungan sistem disposal near-surface dan deep disposal.
xxv
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Keselamatan radiasi lingkungan dalam pengelolaan limbah radioaktif
diupayakan melalui; Pembatasan penerimaan dosis, Nilai Batas Dosis (NBD)
yang ditolerir dapat diterima oleh anggota masyarakat sebesar 1,0 mSv per
tahun. NBD untuk anggota masyrakat ini relatif lebih kecil dari yang diterima
rata-rata dari radiasi alam (2,4 mSv per tahun). Penerimaan dosis oleh anggota
masyarakat dari kegiatan pembuangan efluen radioaktif ke atmosfer dan ke
badan-air, serta dari disposal limbah dibatasai maksimal sebesar 0,3 mSv per
tahun. Besarnya dosis pembatas ini, mempunyai potensi kemungkinan
terjadinya efek somatik sebesar 3,3 x 10-6, sesuai dengan standar de minimus,
nilai risiko ini termasuk dapat diabaikan. Pemantauan lingkungan merupakan
ketentuan yang diberlakukan, sehingga bila terjadi kecenderungan
peningkatan penerimaan dosis oleh penduduk di sekitar fasilitas nuklir dapat
secara dini diketahui, sehingga kegiatan nuklir dapat dihentikan segera,
dengan demikian kerugian terhadap masyarakat dan lingkungan dapat
diminimalisis serendah-rendahnya. Pengelolaan limbah radioaktif tingkat
rendah (LTR) dan sedang (LTS) telah mapan (proven) baik secara teknologi
maupun keselamatan, dan telah diimplemetasikan secara komersial. Teknologi
pengolahan limbah radioaktif ini telah diadopsi dan diimplementasikan di
Indonesia (Batan) dalam mengelola LTR dan LTS baik yang dihasilkan dari
kegiatan Batan maupun dari kegiatan Non-Batan (industri, rumah sakit,
penelitaian dan lain-lainhya). Pengelolaan limbah radioaktif tingkat tinggi
(LTT) di negara-negara industri nuklir selain berbeda, juga masih berubah-
ubah. Sebagian memilih daur tertutup (memilih opsi olah-ulang) dan sebagian
lainnya memilih daur terbuka (memilih opsi disposal). Indonesia memilih daur
terbuka, limbah BBN bekas yang awalnya dipasok dari luar Negeri,
direeksport kembali ke negara asal. Sementara LTT yang ditimbulkan dari
xxvi
Litbang disimpan di ISSFE yang berada dalam kawasan nuklir, sehingga aman
dan terkendali. Kecenderungan pembangunan fasilitas disposal yang terjadi di
negara-negara industri nuklir dalam mengantisipasi moto “ NYMBY” adalah
di kawasan nuklir yang telah ada. Penerimaan masyarakat terhadap
pemanfaatan iptek nuklir sangat dipengaruhi oleh keamanan dan keselamatan
pengelolaan limbah radioaktif. Dalam permasalahan ini, umumnya negara-
negara industri nuklir melakukan pendekatan secara teknis, namun pendekatan
secara sosial masih kurang.
B. Saran
Penanganan masalah radioaktif adalah sebuah tindakan yang harus
dilakukan secara berhati-hati oleh pemerintah. Diantara langkah-langkah yang
bisa dilakukan adalah :
1. Pemilihan lokasi disposal
yang tepat.
2. Pengkajian keselamatan
lingkungan.
3. Verifikasi kelayakan
pengawasan pembuangan efluen ke lingkungan
4. Melakukan koreksi terhadap
kesahihan perhitungan batas konsentrasi tiap jenis radionuklida yang
diperkenankan terdapat dalam efluen.
5. Memberikan
jaminan/pembuktian kepada Badan Pengawas dan masyarakat bahwa
dampak radiologi yang ditimbulkan dalam batasan yang
diizinkan/diperkenankan.
6. Program pemantauan yang
diturunkan dari hasil studi Amdal.
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
xxviii