You are on page 1of 28

MOTTO

Seseorang yang bisa bersikap baik akan menjadi individu yang sukses.
Ucapan dan perbuatan yang baik antara lain : “I CAN” (yakin bahwa kita bisa
melakukan sesuatu yang baik) dan “THIS IS A LONG PLAN” (untuk menjadi
sukses dibutuhkan perencanaan yang matang), “LEARNING IS VALUABLE”
(belajar adalah proses yang sangat berharga), “I WILL MAKE A DIFFERENT IN
THE LIVES OF SURROUNDING” (berfikir untuk dapat membuat perubahan
bagi orang-orang di sekelilingnya).
Mengungkapkan, memilih perilaku yang baik akan memberikan warna
bagi kehidupan. Pilihan itu bukanlah sesuatu yang ajaib. Kehidupan yang
dilakukan dengan baik pasti dapat menghasilkan perubahan besar. Asal ada
kemauan pasti ada jalan.

‫ﱠﺪﺟﻮ ﱠﺪﺟ ﻦﻤ‬


Artinya :
“Barang siapa yang bersungguh maka dia akan memperoleh sesuatu”.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan kesempatan pada penulis untuk dapat menyelesaikan paper
yang berjudul “FISIKA ATOM, INTI ATOM, dan RADIOAKTIVITAS” sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti UN (Ujian Nasional) di Madrasah Aliyah
Manba’ul Hikam Putat Tanggulangin Sidoarjo.
Tiada gading yang tak retak, maka dari itu penulis menyadari bahwa di
dalam paper ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan karena
keterbatasan data dan pengetahuan penulis serta waktu yang ada. Oleh karena itu
dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
kalangan pembimbing untuk kesempurnaan paper ini.
Dan penulis berharap melalui paper ini dapat memberikan inspirasi bagi
siswa untuk lebih giat belajar dan mengukir prestasi. Terlepas dari semua itu,
ucapan “Thank You Very Much” kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian paper ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Abdul Wahid Efendi, M.Ag. selaku Kepala Sekolah Madrasah
Aliyah Manba’ul Hikam yang telah memberikan dorongan kepada Penulis
untuk selalu berusaha lahir dan batin dalam mencapai kesuksesan dan tujuan
hidup.
2. Bapak H. Achmad Aflah Afriadi, S.Pd.i. selaku Waka Kesiswaan yang
memotivasi Penulis untuk mencapai kesuksesan dibutuhkan usaha yang
maksimal dan hasil akhirnya diserahkan kepada Yang Di atas.
3. Ibu Fitriyah, S.Pd. selaku Pembimbing yang tidak henti-hentinya
memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada Penulis agar paper ini
mencapai kesempurnaan.
4. Bapak Sholahuddin, M.Ag. selaku Guru Bahasa Indonesia yang bersedia
meluangkan waktunya untuk menerima pertanyaan dan ketidakjelasan Penulis
dan dengan sabar menjelaskan metode penilaian paper ini.

ii
5. Bapak Kasori, Bapak Anwar, Bapak Rif’an, Bapak Saikhu, Bapak Suyit,
Bapak Suyono, Bapak Suwardi dan semua Bapak serta Ibu Guru yang
mengajar di Madrasah Aliyah Manba’ul Hikam. Penulis berterima kasih atas
semua ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada Penulis selama Penulis
sekolah di sini..
6. Bapak Sudarsono selaku wali kelas yang mengarahkan anak didiknya agar
menjadi siswa-siswi yang baik dan berakhlak.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan
kepada Penulis untuk segera menyelesaikan paper ini.
8. Sahabat-sahabat Penulis baik yang ada di dalam pondok atau di luar
pondok yang sudah membantu Penulis selama sekolah di Madrasah Aliyah
Manba’ul Hikam.
9. Saudara-saudaraku dan teman-temanku di kelas XII IPA-IPS dan di Kelas
III Ulya, terima kasih atas persahabatannya dan saya juga berterima kasih atas
kebaikannya Mbak Afiatul Lutfiyah selama Penulis masih sekolah di sini.
Akhir kata, Penulis berharap paper yang sederhana ini dapat membawa
manfaat besar bagi pembacanya.

Sidoarjo, 5 Januari 2008

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ ii
MOTTO........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan dan Manfaat................................................................ 1
D. Metode.................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan............................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Struktur Atom......................................................................... 3
B. Laser....................................................................................... 6
C. Inti Atom................................................................................. 7
D. Radioaktivitas......................................................................... 8
E. Transmutasi Inti dan Piranti Eksperimen Fisika Inti.............. 10
F. Radioisotop, Difraksi Sinar-X dan Pita Energi....................... 11
G. Semikonduktor........................................................................ 12
BAB III PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN
MASALAH
A. Radiasi dalam Kehidupan Sehari-hari.................................... 13
B. Keselamatan Radiasi Lingkungan dalam Pengelolaan
Limbah Radioaktif di Indonesia............................................. 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................ 21
B. Saran .......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) terus dikembangkan dan
dimanfaatkan dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar manusia,
memperpanjang harapan hidup dan menstimulasi peningkatan kualitas hidup.
Dalam pemanfatan iptek untuk berbagai tujuan selalu ditimbulkan sisa
proses/limbah, karena efisiensi tidak pernah mencapai 100%. Demikian juga
dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek nuklir selalu akan
ditimbulkan limbah radioaktif sebagai sisa proses. Limbah radioaktif yang
ditimbulkan harus dikelola dengan baik dan tepat agar tidak mencemari
lingkungan, karena pada gilirannya berpotensi mengganggu kesehatan
masyarakat. Berdasarkan pengalaman di Amerika Serikat, ditunjukkan bahwa
pembersihan lingkungan (clean up) akibat terjadinya pencemaran oleh limbah
radioaktif membutuhkan biaya 10 sampai 100 kali lebih besar dibandingkan
bila biaya pengelolaan limbah tersebut secara baik. Uraian ini diharapkan
dapat memberikan informasi seimbang kepada anggota masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana mengaplikasikan pengetahuan tentang fisika atom, inti
atom dan radioaktivitas terhadap penanganan bahaya limbah radioaktif. ”

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan memberikan gambaran tentang fisika atom, inti
atom dan radioaktivitas.
2. Untuk mengetahui penanganan bahaya limbah radioaktif secara benar.

v
D. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi
kepustakaan. Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan
untuk mengidentifikasi permasalahan penanganan bahaya limbah radioaktif
dengan mengetahui cara pengaplikasian pengetahuan tentang fisika atom, inti
atom dan radioaktivitas dengan mengacu pada literatur-literatur, artikel-artikel
dan sumber bacaan lain.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan paper ini terbagi dalam empat bab.
Pembagian penulisan dalam paper ini untuk memudahkan penulis dalam
menyusun hasil penelaahan terhadap permasalahan yang ada.
Dan sistematika penulisan paper ini dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini secara garis besar memuat pendahuluan, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai definisi konsep fisika atom,
inti atom, dan radioaktivitas.
BAB III PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Dalam bab ini akan disajikan data-data tentang permasalahan yang
timbul akibat limbah radioaktif dan pemecahan masalah yang bisa
dilakukan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini memuat tentang pokok-pokok hasil pembahasan dari
bab II dan III. Uraian kesimpulan akan menjadi jawaban atas masalah
yang sudah dirumuskan.

vi
BAB II
KAJIAN TEORI

A. STRUKTUR ATOM
- TEORI ATOM DALTON
John Dalton pada tahun 1803 mengemukakan teorinya sebagai berikut :
a. Atom merupakan bagian terkecil suatu zat
yang tidak dapat dibagi lagi.
b. Atom tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan.
c. Sifat unsur memiliki sifat yang sama dengan
sifat atom penyusunnya.
d. Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-
unsur yang berlainan dapat bersenyawa membentuk molekul, dengan
jumlah massa sebelum dan sesudah persenyawaan adalah sama.
e. Dalam suatu senyawa, atom-atom setiap
unsur bergabung dengan perbandingan tertentu dan sederhana
(misalnya : atom C dan atom O membentuk CO dan CO2).
Kelemahan teori Dalton adalah :
a. Ternyata atom masih
dapat dibagi lagi seperti proton, neutron dan electron.
b. Tidak dapat
menjelaskan sifat kelistrikan pada atom.

- TEORI THOMSON
Dalam percobaannya menggunakan tabung sinar katoda, menunjukkan
bahwa partikel sinar katoda jauh lebih ringan dari pada atom. Partikel ini
oleh Thomson dinamakan electron. Dengan tabung sinar katoda ini,

vii
Thomson dapat menentukan harga perbandingan muatan electron dengan
massa electron.
Pada tahun 1904, J.J. Thomson mengemukakan model atomnya sebagai
berikut : “Atom berbentuk bola dan bermuatan positif yang tersebar
merata ke seluruh bagian atom dan dinetralkan oleh electron yang melekat
pada permukaannya”. Model atom Thomson ini dikenal sebagai model roti
kismis.

- TEORI ERNST RUTHERFORD


Rutherford melakukan percobaannya dengan menembakkan partikel a ke
arah lempeng emas, sehingga dapat menyimpulkan: Atom terdiri dari inti
atom yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang berputar
pada lintasan-lintasan tertentu  (seperti susunan tata surya).
Bila lintasan elektron dianggap lingkaran, maka energi total elektron:
tanda (-) menunjukkan keterikatan terhadap inti
(menunjukkan bahwa untuk mengeluarkan elektron
E = Ek + Ep
diperlukan energi).
E = - k e²/2r
r = jari-jari orbit elektron
k = 9 x 109 newton.m²/cou
Jadi jika r membesar maka E juga membesar, sehingga elektron pada kulit
paling luar memiliki energi terbesar.
Kelemahan teori Rutherford:
1. Elektron dapat "runtuh" ke inti atom karena dipercepat dan memancarkan
energi.
2. Spektrum atom hidrogen berupa spektrum kontinu (kenyataannya
spektrum garis).
3. Tidak dapat menjelaskan spectrum cahaya yang dipancarkan atom
hidrogen.
4. Menurut teori ini, karena memancarkan gelombang elektromagnetik maka
energi total electron akan semakin berkurang sehingga akhirnya akan jauh
ke inti.

viii
- TEORI NEILS BOHR
Berdasarkan model atom Rutherford dan teori kuantum, Neils Bohr
mengemukakan teorinya:
1. Elektron hanya dapat mengelilingi inti atom melalui lintasan-lintasan
tertentu saja, tanpa membebaskan energi. Masing-masing lintasan hanya
dapat dilalui elektron yang memiliki momentum anguler kelipatan bulat
dari h/2π .
m . v . r = n . h/2π
2. Elektron akan mengalami eksitasi (pindah ke lintasan yang lebih tinggi)
atau ionisasi jika menyerap energi, dan transisi ke lintasan yang lebih
rendah jika memancarkan energi foton.
Jari-jari lintasan elektron:
rn = 5.28 x 10-11 n2 meter
n = 1, 2, 3, .............. = bilangan kuantum utama
Tingkat-tingkat energi (energi kulit ke-n):
En = - (k e2/2 r n2)= (-13.6/n2) ev
1 eV= 1.6 x 10-19 joule

SPEKTRUM ATOM HIDROGEN (SPEKTRUM GARIS)


Menurut Neils Bohr :
1/λ = R [ (1/nA2) - (1/nB2) ]
∆ E = EB - EA = h . c/λ
EB = energi pada kulit n
EA = energi pada kulit nA
R = konstanta Rydberg = 1.097 x 107 m-1
∆ E = energi yang diserap/dipancarkan pada saat elektron pindah
I. Deret Lyman
terletak pada daerah ultra ungu
nA = 1 ; nB = 2, 3, 4, .......
II. Deret Balmer
terletak pada daerah cahaya tampak
nA = 2 ; nB = 3, 4, 5. ... ...

ix
III. Deret Paschen
terletak pada daerah infra merah 1
nA=3 ; nB = 4, 5, 6,.....
IV. Deret Bracket
terletak pada daerah infra merah 2
nA = 4 ; nB = 5, 6, 7,.......
V. Deret Pfund
terletak pada daerah infra merah 3
nA = 5 ; nB = 6, 7, 8, ...
Kelemahan Model Atom Bohr:
1. Tidak dapat menerangkan atom berelektron banyak
2. Tidak dapat menerangkan pengaruh medan magnet terhadap spektrum
atom (kelemahan ini dapat diperbaiki oleh Zeeman, yaitu setiap garis pada
spektrum memiliki intensitas dan panjang gelombang yang berbeda)
3. Tidak dapat menerangkan kejadian ikatan kimia

LUCUTAN GAS
Lucutan gas adalah peristiwa mengalirnya muatan listrik di dalam tabung
lucutan gas (tabung Crookes) pada tekanan gas sangat kecil  menghasilkan
berkas sinar katoda.

PERBANDINGAN MASSA DAN MUATAN ELEKTRON (e/m)


1. Dihitung oleh JJ Thomson:
e/m= 1,7588 x 1011 coul/kg
2. R.A. Milikan menghitung besarnya muatan elektron:
e = 1,6021 x 10-19 coulomb
3. Sehingga massa elektron dapat ditentukan:
me = 9,1091 x 10-31

B. LASER
Sifat laser : koheren, monokromatik, intensitas tinggi dan
pulsanya sejajar.
Jenis laser : padat (Ruby), cair (larutan kriptosianida), gas (CO2,

x
He-Ne) dan semi konduktor (Gas As)
Penerapan laser : mengukur jarak, alat bedah, gambar 3 dimensi
(holografi), mengasah intan, memotong baja.

xi
C. INTI ATOM
Partikel-partikel pembentuk inti atom adalah proton (1P1) dan netron ( 0n1).
Kedua partikel pembentuk inti atom ini disebut juga nukleon.
Simbol nuklida : ZXA atau ZAX dengan
A = nomor massa
Z = jumlah proton dalam inti = jumlah elektron di kulit terluar
N = A - Z = jumlah netron di dalam inti atom
Proton bermuatan positif = 1,6 x 10-19 C dan netron tidak bermuatan.
Isoton : Atom-atom unsur tertentu ( Z sama) dengan nomor massa berbeda.
Isoton: kelompok nuklida dengan jumlah netron sama tetapi Z berbeda.
Isobar: kelompok nuklida dengan A sama tetapi Z berbeda.
Massa inti atom selalu lebih kecil dari jumlah massa nukleon-nukleon
pembentuknya. Akibatnya ada energi ikat inti.

Contoh: 2p + 2n → 2He4 jadi ∆ m = m(2p + 2n) - m(2He4)

Energi ikat inti ∆ E = ∆ m c2 → ∆ m = (Z . mp + N . mn) - minti

Dalam fisika inti satuan massa biasa ditulis 1 sma (1 amu) = 1.66 x 10-27 kg =
931 MeV/C2
satuan ∆ m :
kg → E = ∆ m . c2 (joule)
sma → E = ∆ m . 931 (MeV)

Stabilitas inti:
Suatu nuklida dikatakan stabil bila terletak dalam daerah kestabilan pada
diagram N - Z.
Untuk nuklida ringan (A < 20) terjadi kestabilan bila Z = N (N/Z = 1),
sedangkan untuk nuklida dengan Z > 83 adalah tidak stabil.
Contoh:
1. Sumber energi matahari adalah reaksi inti 4 proton  helium + 2e+
diketahui:

xii
- massa proton = 1,6726 x 10-27 kg
- massa e+ = 0,0009 x 10-27 kg
- massa helium = 6,6466 x 10-27 kg
Jika dalam reaksi ini terbentuk 6,6466 gram helium, hitunglah energi yang
dihasilkannya.
Jawab:
Dalam setiap reaksi yang terjadi: 4 1p1  2He4 + 2e+, selalu terbentuk 1 2He4
yang massanya 6,6466 x 10-27 kg. Karena terbentuknya 6,6466 gram 2He4,
maka jumlah reaksi yang terjadi (n) adalah:
n = (6,6466 gram) / (6,6466 x 10-27) = 1024 kali reaksi.
Dari rumus Defek massa:
∆ m = M(∆ p) - M(1 2He4 + 2e+) = 0,042 x 10-27 kg
Jadi energi total reaksi yang dihasilkan:
E = n . ∆ m . c2 = 1024 . 0,042 x 10-27 (3.108)2 = 0,378 x 1013 joule

D. RADIOAKTIVITAS
Radioaktivitas adalah peristiwa pemancaran sinar-sinar α , β , γ yang
menyertai proses peluruhan inti.
Sinar α : - identik dengan inti atom helium (2He4)
- daya tembusnya kecil tapi daya ionisasinya besar.
Sinar β : - identik dengan elektron ( le.)
- daya tembus cukup besar tapi daya ionisasinya agak kecil
Sinar γ : - tidak bermuatan (gelombang elektromagnetik).
- daya tembus paling besar tapi daya ionisasinya kecil (interaksi
berupa foto listrik, Compton den produksi pasangan).

Kuat radiasi suatu bahan radioaktif adalah jumlah partikel (α , β , γ ) yang


dipancarkan tiap satuan waktu.
R=λ N
R = kuat radiasi satuan Curie
1 Curie (Ci) = 3,7 x 1010 peluruhan per detik.

xiii
λ = konstanta pelurahan, tergantung pada jenis isotop dan jenis pancaran
radioaktif, yang menyatakan kecepatan peluruhan inti.
N = jumlah atom.
Waktu paruh (T ½) adalah waktu yang diperlukan oleh ½ unsur radioaktif
berubah menjadi unsur lain.

T½ = ln 2/λ = 0,693/λ ⇒ N = Noe-lt = No(½)-t/T

Jadi setelah waktu simpan t = T½ massa unsur mula-mula tinggal separuhnya,


N = ½ No ATAU setelah waktu simpan nT½ ⇒ zat radioaktif tinggal (½)n
Sinar radioaktif yang melewati suatu materi akan mengalami pelemahan
intensitas dengan rumus:

I = Ioe-µ x

Io = intensitas mula-mula (joule/s.m2)


µ = koefisien serap materi (m-1 atau cm-1)
x = tebal materi/bahan (m atau cm )

Bila I = ½ Io maka x = 0,693/µ ⇒ disebut HVL (lapisan harga paruh) yaitu


tebal keping yang menghasilkan setengah intensitas mula.

Jenis detektor radioaktif :


1. Pencacah Geiger(G1M)
untuk menentukan/mencacah banyaknya radiasi sinar radioaktif
2. Kamar Kabut Wilson
untuk mengamati jejak partikel radioaktif
3. Emulsi Film
untuk mengamati jejak, jenis dan mengetahui intensitas partikel radioaktif
4. Pencacah Sintilad
untuk mencacah dan mengetahui intensitas partikel radioaktif.

E. TRANSMUTASI INTI DAN PIRANTI EKSPERIMEN FISIKA INTI

xiv
TRANSMUSI INTI
1. Fisi
Peristiwa pembelahan inti atom dengan partikel penembak, sehingga
menghasilkan dua inti baru dengan nomor massa yang hampir sama.

Contoh: Dalam reaktor atom: U235 + n  Xe140 + Sr94 + 2n + E


2. Fusi
Peristiwa penggabungan dua inti atom ringan, menghasilkan inti
atom baru yang lebih berat.

Contoh: reaksi di matahari: 1H2 + 1H2  2He3 + on1

PIRANTI EKSPERIMEN FISIKA INTI


1. Reaktor Atom
Tempat berlangsungnya reaksi fisi, yaitu penembakan Uranium (U)
dengan netron (n), menghasilkan banyak n yang dapat dikendalikan.
Bila tidak dikendalikan  terjadi bom atom.
Komponen reaktor :
- batang kendali
- moderator
- perisai
- bahan bakar
2. Siklotron
Tempat pemercepat partikel (proton atau netron). Energi hingga 100
MeV.
3. Betatron
Tempat pemercepat elektron. Energi hingga 300 MeV.
4. Sinkrotron
Tempat pemercepat proton. Energi yang dicapai hingga 500 GeV.
5. Akselerator

xv
Tempat pemercepat proton atau elektron. Energi hingga 10 GeV.
Semua piranti di atas digunakan untuk melakukan transmutasi inti.

F. RADIOISOTOP, DIFRAKSI SINAR-X DAN PITA ENERGI

RADIOISOTOP
Radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif, dibuat dengan menggunakan
reaksi inti dengan netron.
misalnya 92 U 238 + 0 n 1 → 29 U 239 + γ
Penggunaan radioisotop:
- Bidang hidrologi
- biologi
- industri

DIFRAKSI SINAR-X
Jika seberkas sinar-X datang pada kristal, maka sinar-sinar yang dipantulkan
akan saling memperkuat (interferensi konstruktif). Dalam hal ini berlaku
Persamaan Bragg yaitu :

mλ = 2d sin θ

m = 1, 2, 3, ........ = orde difraksi


λ = panjang gelombang sinar X
d = sudut antara sinar datang dengan permukaan kristal

PITA ENERGI
Teori pita energi dapat menerangkan sifat konduksi listrik suatu bahan.
Pita energi terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Pita valensi (terisi penuh oleh 2N elektron di mana N adalah
jumlah atom suatu bahan)
2. Pita konduksi (terisi sebagian elektron atau kosong)
Di antara pita valensi dan pita konduksi terdapat celah energi yang layak

xvi
tidak boleh terisi elektron.

G. SEMIKONDUKTOR
Hambatan jenis (kebalikan dari konduktivitas listrik) suatu bahan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Konduktor ( < 10-6 Ω m)
2. Semikonduktor (10-6 Ω m - 104 Ω m)
3. Isolator ( > 104 Ω m)

Hubungan hambatan jenis (o) terhadap suhu


Pada bahan semikonduktor, hole (kekosongan) den elektron berfungsi sebagai
pembawa muatan listrik (pengantar arus).
Semikonduktor intrinsik adalah semikonduktor yang belum disisipkan atom-
atom lain (atom pengotor).
Semikonduktor ekstrinsik adalah semikonduktor yang sudah dimasukkan
sedikit ketidakmurnian (doping). Akibat doping ini maka hambatan jenis
semikonduktor mengalami penurunan. Semikonduktor jenis ini terdiri dari dua
macam, yaitu semikonduktor tipe-P (pembawa muatan hole) dan tipe-N
(pembawa muatan elektron).
Komponen semikonduktor:
1. Dioda, dapat berfungsi sebagai penyearah arus, stabilisasi tegangan dan
detektor.
2. Transistor, dapat berfungsi sebagai penguat arus/tegangan dan saklar.
Transistor terdiri dari dua jenis yaitu PNP dan NPN.

xvii
BAB III
PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN
PEMECAHAN MASALAH

A. RADIASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Sadarkah anda jika tiap hari tubuh selalu menerima radiasi. Buktinya
ada saat anda membuka jendela kamar di pagi hari. Kehangatan sinar mentari
merasuki setiap kehidupan. Sinar atau cahaya yang dipancarkan sang surya itu
dikenal dengan radiasi infra merah. Orang-orang yang hidup di daerah sub-
tropis pada musim panas atau bila berkunjung ke daerah tropis sebagai turis
gemar menjemur diri di pantai untuk mendapatkan radiasi ultraviolet agar
kulit tubuhnya berwarna kecoklatan. Saat ini, manusia dengan rekannya yang
terpisah jauh dapat berkomunikasi dengan suara ataupun gambar. Itu juga
berkat jasa berkat radiasi gelombang pendek (microwave).
Begitu pula hubungan antara seorang astronot yang ada di ruang
angkasa dengan operator di pusat pengendali bumi. Bukan hal yang aneh pula
hampir setiap dapur di negara-negara maju dilengkapi dengan alat memasak
yang disebut microwave. Nah, artinya kita telah banyak memanfaatkan
berbagai jenis radiasi untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas hidup di
bumi.
Kalau begitu bisa dikatakan radiasi adalah hal yang sudah akrab
dengan kehidupan manusia. Wajar saja, sebab radiasi sudah ada di bumi
sebelum kehidupan ini lahir. Bahkan, ia sudah hadir di ruang angkasa sebelum
bumi itu sendiri nongol. Radiasi merupakan bagian dari big-bang yang sejauh
kita ketahui lahir kurang lebih dua puluh milyar tahun yang lalu. Sejak itu
radiasi menyelimuti ruang angkasa dan merupakan bagian dari bumi.
Pada 1892 ilmuwan berkebangsaan Prancis, Antoine Henri Becquerel
meletakkan beberapa lempeng film fotografi di dalam laci. Bersama itu pula
ditaruh mineral yang mengandung uranium. Saat film fotografi dicuci dalam

xviii
larutan pengembang, ia terkejut karena adanya pengaruh mineral uranium
pada film fotografi itu. Sejak itu Becquerel dikenal sebagai penemu uranium.
Berikutnya, pada 1898, suami Marie Currie, pionir pemakai kata
radioaktivitas, yaitu Pierre menemukan bahwa uranium mengeluarkan radiasi
dan ada elemen misterius lainnya. Salah satunya adalah apa yang mereka
sebut sebagai polonium.
Berkat semua itu, ketiganya dianugrahi Hadiah Nobel Fisika pada
tahun 1903. Yang jelas, penemuan radioaktivitas akhirnya menjadi semacam
babak baru dari era fisika modern. Terutama sejak ditemukan Polonium itu
berhasil mengubah banyak hal dan membangkitkan pertanyaan. Misalnya, apa
yang menyebabkan atom-atom meluruh, terbuat dari apa atom-atom itu, gaya-
gaya apa yang bekerja di dalamnya? Hasilnya, pada abad berikutnya manusia
pun menemukan banyak hal tentang radiasi dan fenomena lainnya dalam
fisika.
Pada abad ke-20, manusia telah mengenal berbagai jenis radiasi
lainnya, yang disebut radiasi pengion. Radiasi pengion ini juga sudah banyak
dimanfaatkan secara luas dalam bidang kedokteran. Satu diantaranya dipakai
untuk membuat foto organ tubuh manusia (rontgen). Di bidang industri,
radiasi pengion ini dipakai untuk mengukur ketebalan kertas atau pelat besi
agar hasil produksinya memiliki ketebalan yang akurat. Bisa pula untuk
mendeteksi kebocoran air di bendungan, atau deteksi adanya potensi
kebakaran dalam detektor asap dan lain sebagainya. Pemakaian radiasi
pengion pun telah banyak memberi keuntungan bagi kehidupan manusia.
Radiasi pengion dihasilkan oleh atom-atom yang sangat kecil dan tak
kasat mata kita. Menurut Erwansyah Lubis, Kepala Bidang Keselamatan Kerja
dan Lingkungan, Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif
(P2PLR), BATAN, di alam terdapat benda hidup (manusia, hewan dan
tumbuhan) yang secara kimiawi tersusun oleh pelbagai jenis atom yang sangat
kecil. “Di alam, atom-atom ada yang stabil dan ada yang tidak stabil.” Karena
punya kelebihan energi di dalam inti, lanjutnya, atom-atom itu ada yang tak
stabil. Akibatnya atom ini akan melepaskan kelebihan energinya (meluruh)

xix
untuk jadi jenis atom lain yang stabil. Kelebihan energi ini dilepaskan dalam
bentuk radiasi pengion. “Atau gampangnya, radiasi dan atom yang tidak stabil
ini dikenal dengan sebutan radionuklida alam,” jelas Erwansyah.
Berdasarkan asal usulnya, kata Erwansyah, radionuklida alam dibagi
menjadi dua, primordial dan kosmogenik. Radionuklida primordial adalah
radionuklida purba yang ada di bumi dan terjadinya berkaitan erat dengan
terbentuknya bumi itu sendiri. Dari sudut radioekologi, radionuklida
primordial yang penting adalah unsur-unsur berat dan mempunyai deret
peluruhan yang panjang seperti halnya deret uranium (U-238), aktimium (U-
235) dan torium (Th-232).
Radionuklida kosmogenik adalah radionuklida yang dihasilkan dari
reaksi antara sinar kosmik dengan inti-inti atom yang terdapat di atmosfer,
tanah dan air. Umumnya, radionuklida ini memiliki konsentrasi yang sangat
rendah di alam hingga memerlukan prosedur yang rumit untuk sampling
(pengambilan contoh untuk dianalisis) dan analisisnya.
Radiasi yang dilepaskan oleh radionuklida alam dapat berupa sinar-x
dan sinar gamma. Dapat pula berupa partikel yang mempunyai energi tinggi,
seperti partikel alfa, beta dan proton. Radiasi pengion ini bila menumbuk atau
mengenai benda-hidup ataupun benda tak-hidup memiliki kemampuan untuk
menguraikan atom-atom stabil yang ada dalam benda-benda itu menjadi ion-
ion positif dan negatif. Bila radiasi ini mengenai organ atau jaringan tubuh
manusia maka akan terbentuk ion-ion postif dan negatif. Buntutnya, bakal jadi
penyebab kerusakan sel-sel pada organ atau jaringan itu. Nah, jika kerusakan
sel-sel ini terjadi dalam jumlah yang relatif banyak dan berlangsung secara
terus menerus, kesehatan manusia pun dapat terganggu.
“Untuk itu, jumlah radiasi pengion yang dapat diterima oleh manusia
dibatasi. Ini berguna agar gangguan kesehatan dalam diri manusia akibat
radiasi dapat dicegah,” sebut Erwansyah. Ukuran jumlah radiasi pengion yang
diterima manusia disebut dosis radiasi. Komisi Internasional Perlindungan
Bahaya Radiasi (International Commission on Radiological Protection/ICRP)
merekomendasi dosis radiasi yang dapat diterima oleh manusia dari

xx
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir adalah seribu
micro sievert (uSv) atau 1,0 mili sievert (mSv) per tahunnya.
Menurut Handbook of Environmental Radiation, radionuklida alam
terdapat dalam pelbagai komponen lingkungan hidup hingga dapat
menyebabkan terjadinya paparan radiasi, eksternal (dari luar) dan internal
(dari dalam). Manusia menerima paparan radiasi yang berasal dari luar tubuh
(eksternal) seperti dari permukaan tanah, dinding rumah dan bahan-bahan
lainnya yang ada di sekitar kehidupan manusia. Sedang paparan radiasi secara
internal (dalam tubuh) bisa melalui udara yang terhirup (inhalasi) dan berbagai
bahan makanan atau minuman yang dikonsumsi (ingesi). Beberapa paparan
radiasi alam relatif konstan dan merata diterima oleh penduduk bumi.

B. KESELAMATAN RADIASI LINGKUNGAN DALAM


PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DI INDONESIA
Pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia diatur oleh Undang-
undang Ketenaganukliran, Undang-undang Lingkungan Hidup dan Undang-
undang lainnya yang terkait serta berbagai produk hukum di bawahnya.
Teknologi pengolahan limbah radioaktif yang diadopsi adalah teknologi yang
telah mapan (proven) dan umum digunakan di negara-negara industri nuklir.
Dalam pengelolaan limbah radioaktif sesuai ketentuan yang berlaku
diterapkan program pemantauan lingkungan yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sehingga keselamatan masyarakat dan lingkungan dari
potensi dampak radiologik yang ditimbulkan selalu berada dalam batas
keselamatan yang direkomendasikan secara nasional maupun internasional.

• Minimisasi Limbah
Dalam pemanfaatan iptek nuklir minimisasi limbah diterapkan
mulai dari perencanaan, pemanfaatan (selama operasi) dan setelah masa
operasi (pasca operasi). Pada tahap awal/perencanaan pemanfaatan iptek
nuklir diterapkan azas justifikasi, yaitu “tidak dibenarkan memanfaatkan
suatu iptek nuklir yang menyebabkan perorangan atau anggota masyarakat

xxi
menerima paparan radiasi bila tidak menghasilkan suatu manfaat yang
nyata”. Dengan menerapkan azas justifikasi berarti telah memimisasi
potensi paparan radiasi dan kontaminasi serta membatasi limbah/dampak
lainnya yang akan ditimbulkan pada sumbernya. Setelah penerapan azas
justifikasi atas suatu pemanfaatan iptek nuklir, pemanfaatan iptek nuklir
tersebut harus lebih besar manfaatnya dibandingkan kerugian yang akan
ditimbulkannya, dan dalam pembangunan dan pengoperasiannya harus
mendapat izin lokasi, pembangunan, dan pengoperasian dari Badan
Pengawas, seperti telah diuraikan sebelumnya.

• Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif


Tujuan utama pengolahan limbah adalah mereduksi volume dan
kondisioning limbah, agar dalam penanganan selanjutnya pekerja radiasi,
anggota masyarakat dan lingkungan hidup aman dari paparan radiasi dan
kontaminasi. Teknologi pengolahan yang umum digunakan antara lain
adalah teknologi alih-tempat (dekontaminasi, filtrasi, dll.), teknologi
pemekatan (evaporasi, destilasi, dll.), teknologi transformasi (insinerasi,
kalsinasi) dan teknologi kondisioning (integrasi dengan wadah,
imobilisasi, adsorpsi/absorpsi). Limbah yang telah mengalami reduksi
volume selanjutnya dikondisioning dalam matrik beton, aspal, gelas,
keramik, sindrok, dan matrik lainnya, agar zat radioaktif yang terkandung
terikat dalam matrik sehingga tidak mudah terlindi dalam kurun waktu
yang relatif lama (ratusan/ribuan tahun) bila limbah tersebut disimpan
secara lestari/di disposal ke lingkungan. Pengolahan limbah ini bertujuan
agar setelah ratusan/ribuan tahun sistem disposal ditutup (closure), hanya
sebagian kecil radionuklida waktu-paro (T1/2) panjang yang sampai ke
lingkungan hidup (biosphere), sehingga dampak radiologi yang
ditimbulkannya minimal dan jauh di bawah NBD yang ditolerir untuk
anggota masyarakat.

xxii
• Pembuangan Limbah Radioaktif
Strategi pembuangan limbah radioaktif umumnya dibagi kedalam
2 konsep pendekatan, yaitu konsep "Encerkan dan Sebarkan" (EDS) atau
"Pekatkan dan Tahan" (PDT). Kedua strategi ini umumnya diterapkan
dalam pemanfaatan iptek nuklir di negara industri nuklir, sehingga tidak
dapat dihindarkan menggugurkan strategi zero release [15]. Pembuangan
efluen Dalam pengoperasian instalasi nuklir tidak dapat dihindarkan
terjadinya pembuangan efluen ke atmosfer dan ke badan-air. Efluen
gas/partikulat yang dibuang langsung ke atmosfer berasal dari sistem
ventilasi. Udara sistem ventilasi di tiap instalasi nuklir sebelum dibuang ke
atmosfer melalui cerobong, dibersihkan kandungan gas/ partikulat
radioaktif yang terkandung di dalamnya dengan sistem pembersih udara
yang mempunyai efisiensi 99,9 %. Efluen cair yang dapat dibuang
langsung ke badan-air hanya berasal sistem ventilasi dan dari unit
pengolahan limbah cair radioaktif. Tiap jenis radionuklida yang terdapat
dalam efluen yang di buang ke lingkungan harus mempunyai konsentrasi
di bawah BME. Pembuangan efluen radioaktif secara langsung, setelah
proses pengolahan/dibersihkan dan setelah peluruhan ke lingkungan
merupakan penerapan strategi EDS. Dalam pembuangan secara langsung,
setelah dibersihkan dan setelah peluruhan aktivitas/konsentrasi
radionuklida yang terdapat dalam efluen harus berada di bawah BME.
Radionuklida yang terdapat dalam efluen akan terdispersi dan selanjutnya
melaui berbagai jalur perantara (pathway) yang terdapat di lingkungan
akan sampai pada manusia sehingga mempunyai potensi meningkatkan
penerimaan dosis terhadap anggota masyarakat. Penerimaan dosis
terhadap anggota masyarakat ini harus dibatasi serendah-rendahnya
(penerapan azas optimasi). Dosis maksimal yang diperkenankan dapat
diterima anggota masyarakat dari pembuangan efluen ke lingkungan dari
seluruh jalur perantara yang mungkin adalah 0,3 mSv per tahun [16].
Dosis pembatas (dose constrain) sebesar 0,3 mSv memberikan
kemungkinan terjadinya efek somatik hanya sebesar 3,3x10-6.

xxiii
Berdasarkan dosis pembatas ini BME tiap jenis radionuklida yang
diizinkan terdapat dalam efluen dapat dihitung dengan teknik menghitung
balik pada metode prakiraan dosis. BME tiap jenis radioaktif ini harus
mendapat izin dan tiap jenis radionuklida yang terlepaskan ke lingkungan
harus dimonitor secara berkala dan dilaporkan ke Badan Pengawas.BME
tiap jenis radioanuklida yang diperkenankan terdapat dalam efluen
radioaktif yang dibuang ke lingkungan untuk tiap instalasi nuklir di PPTN
Serpong telah dihitung dengan metode faktor konsentrasi (concentration
factor method) dan telah diterapkan semenjak reaktor G.A. Siwabessy
dioperasikan pada bulan Agusutus 1987. Pembuangan efluen
gas/partikulat dan efluen cair ke lingkungan di PPTN Serpong telah sesuai
dengan rekomendasi yang diberikan baik secara nasional maupun
internasional.

• Lokasi Disposal
Pemilihan lokasi untuk pembangunan fasilitas disposal mengacu
pada proses seleksi yang direkomendasikan oleh International Atomic
Energy Agency (IAEA). Faktor-faktor teknis yang dipertimbangkan
diantaranya faktor geologi, hidrogeologi, geokimia, tektonik dan
kegempaan, berbagai kegiatan yang ada di sekitar calon lokasi,
meteorologi, transportasi limbah, tata-guna lahan, distribusi penduduk dan
perlindungan lingkungan hidup. Faktor lainnya yang sangat penting adalah
penerimaan oleh masyarakat. Di negara-negara industri nuklir moto "Not
In My Backyard" (NYMBY) telah merintangi dalam pemilihan lokasi,
tidak hanya untuk disposal limbah radioaktif juga terhadap limbah industri
lainnya. Oleh karena itu perhatian terhadap faktor-faktor sosial (societal
issues) selama pase awal proses pemilihan lokasi memerlukan perhatian
ekstra hati-hati dan seksama. Isu ini menyebabkan negara-negara industri
nuklir cenderung memilih lokasi (site) nuklir yang telah ada untuk
pembangunan fasilitas disposal. Sebagai contoh diantaranya fasilitas
disposal Drig (United Kingdom), Centre de la Manche (Perancis),

xxiv
Rokkasho (Jepang) dan Oilkiluoto (Finlandia). P2PLR telah melakukan
berbagai penelitian dan pengkajian kemungkinan kawasan nuklir PPTN
Serpong dan calon lokasi PLTN di S. Lemahabang dapat digunakan
sebagai lokasi untuk disposal LTR, LTS dan LTT. Hasil pengkajian dan
penelitian ini sementara menyimpulkan bahwa kawasan PPTN Serpong
dikarenakan kondisi lingkungan setempat (pola aliran air tanah,
demographi, dll) hanya memungkinkan untuk pembangunan sistem
disposal eksperimental, sedangkan di calon lokasi PLTN telah dapat
diidentifikasi daerah yang mempunyai kesesuaian yang tinggi untuk
pembangungan sistem disposal near-surface dan deep disposal.

xxv
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Keselamatan radiasi lingkungan dalam pengelolaan limbah radioaktif
diupayakan melalui; Pembatasan penerimaan dosis, Nilai Batas Dosis (NBD)
yang ditolerir dapat diterima oleh anggota masyarakat sebesar 1,0 mSv per
tahun. NBD untuk anggota masyrakat ini relatif lebih kecil dari yang diterima
rata-rata dari radiasi alam (2,4 mSv per tahun). Penerimaan dosis oleh anggota
masyarakat dari kegiatan pembuangan efluen radioaktif ke atmosfer dan ke
badan-air, serta dari disposal limbah dibatasai maksimal sebesar 0,3 mSv per
tahun. Besarnya dosis pembatas ini, mempunyai potensi kemungkinan
terjadinya efek somatik sebesar 3,3 x 10-6, sesuai dengan standar de minimus,
nilai risiko ini termasuk dapat diabaikan. Pemantauan lingkungan merupakan
ketentuan yang diberlakukan, sehingga bila terjadi kecenderungan
peningkatan penerimaan dosis oleh penduduk di sekitar fasilitas nuklir dapat
secara dini diketahui, sehingga kegiatan nuklir dapat dihentikan segera,
dengan demikian kerugian terhadap masyarakat dan lingkungan dapat
diminimalisis serendah-rendahnya. Pengelolaan limbah radioaktif tingkat
rendah (LTR) dan sedang (LTS) telah mapan (proven) baik secara teknologi
maupun keselamatan, dan telah diimplemetasikan secara komersial. Teknologi
pengolahan limbah radioaktif ini telah diadopsi dan diimplementasikan di
Indonesia (Batan) dalam mengelola LTR dan LTS baik yang dihasilkan dari
kegiatan Batan maupun dari kegiatan Non-Batan (industri, rumah sakit,
penelitaian dan lain-lainhya). Pengelolaan limbah radioaktif tingkat tinggi
(LTT) di negara-negara industri nuklir selain berbeda, juga masih berubah-
ubah. Sebagian memilih daur tertutup (memilih opsi olah-ulang) dan sebagian
lainnya memilih daur terbuka (memilih opsi disposal). Indonesia memilih daur
terbuka, limbah BBN bekas yang awalnya dipasok dari luar Negeri,
direeksport kembali ke negara asal. Sementara LTT yang ditimbulkan dari

xxvi
Litbang disimpan di ISSFE yang berada dalam kawasan nuklir, sehingga aman
dan terkendali. Kecenderungan pembangunan fasilitas disposal yang terjadi di
negara-negara industri nuklir dalam mengantisipasi moto “ NYMBY” adalah
di kawasan nuklir yang telah ada. Penerimaan masyarakat terhadap
pemanfaatan iptek nuklir sangat dipengaruhi oleh keamanan dan keselamatan
pengelolaan limbah radioaktif. Dalam permasalahan ini, umumnya negara-
negara industri nuklir melakukan pendekatan secara teknis, namun pendekatan
secara sosial masih kurang.

B. Saran
Penanganan masalah radioaktif adalah sebuah tindakan yang harus
dilakukan secara berhati-hati oleh pemerintah. Diantara langkah-langkah yang
bisa dilakukan adalah :
1. Pemilihan lokasi disposal
yang tepat.
2. Pengkajian keselamatan
lingkungan.
3. Verifikasi kelayakan
pengawasan pembuangan efluen ke lingkungan
4. Melakukan koreksi terhadap
kesahihan perhitungan batas konsentrasi tiap jenis radionuklida yang
diperkenankan terdapat dalam efluen.
5. Memberikan
jaminan/pembuktian kepada Badan Pengawas dan masyarakat bahwa
dampak radiologi yang ditimbulkan dalam batasan yang
diizinkan/diperkenankan.
6. Program pemantauan yang
diturunkan dari hasil studi Amdal.

xxvii
DAFTAR PUSTAKA

ALAN MARTIN., SAMUEL H., An Introduction to Radiation Protection, Third


Edition, Chapman and Hall, London, (1986).

BENNET B. G., Exposures from Worldwide Release, Environmental Impact of


Radioactive Releases, Proceedings of a Symposium, IAEA, Vienna 8 - 12
May, (1995).

BKKL-PTPLR, Batas Pelepasan Maksimal (BPM) Pembuangan Zat Radioaktif


ke Atmosfer dan Badan-air untuk tiap Instalasi Nuklir di PPTA, Revisi-
1, (1991).

LUBIS, E., D. MALLANTS., G. VOLCKAERT., Safety Assessment for a


Hyphotetical Near Surface Disposal, Atom Indonesia Vol. 26, No.2, July
2000.

xxviii

You might also like