Professional Documents
Culture Documents
Bunda Halang
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Jalan Brigjen H. Hasan Basry, Banjarmasin, Indonesia
ABSTRACT
Mining has been demonstrated to lead to environmental pollution of heavy metals. The
present study was aimed to assess the impact of iron and gold mining activities around Tabaniao
River on the water quality. Cu and Pb levels of the river water was examined as well as the levels on
the flesh of the indigenous puyau fish. Water and fish samples were collected from a dam of water
supply plant at Tabanio River. Cu and Pb levels were determined by atomic absorption
spectrophotometry (AAS). The analyses showed estimates of 0.0042 mg/l and 0.0201 mg/l
concentrations of Cu and Pb in the water, and < 0.002 mg/kg and < 0.0037 mg/kg levels of Cu and
Pb in fish. It was then concluded that the levels of both heavy metals were still below threshold.
Key words: Cu, Pb, puyau fish, water quality, atomic absorption spectrophotometry, Tabaniao River.
aliran sungai yang mengalirkan airnya Sampel dalam penelitian ini adalah air
kebendungan PDAM Desa Bajuin, tidak dan ikan Puyau (Puntius huguenini) yang
menutup kemungkinan bahan logam terdapat di bendungan PDAM Sungai
pencemaran hasil penambangan masuk ke Tabaniao Desa Bajuin Kecamatan Pelaihari
dalam air bendungan. Kabupaten Tanah Laut. Pengambilan contoh
Penelitian ini bermaksud meng- air untuk mengetahui kualitas air ditentukan
ungkapkan kandungan Cu dan Pb yang berdasarkan kondisi perairan yang ada di
terdapat dalam air, dan daging ikan Puyau lokasi atau sekitar lokasi kegiatan, arah aliran
yang terdapat di bendungan PDAM Sungai air dan kedalaman air.
Tabaniao Desa Bajuin Kecamatan Pelaihari
Kabupaten Tanah Laut.
44
Halang – Kandungan Cu dan Pb pada air dan ikan Puyau di bendungan Sungai Tabaniao
45
BIOSCIENTIAE. 2007. 4(1): 43-52
46
Halang – Kandungan Cu dan Pb pada air dan ikan Puyau di bendungan Sungai Tabaniao
Tabel 2 Kondisi parameter (penunjang) kualitas air pada titik pengambilan sampel air di bendungan
PDAM Sungai Tabaniao.
Tabel 3 Kandungan Cu dan Pb pada daging ikan puyau yang terdapat di bendungan PDAM Sungai
Tabaniao.
Tabel 4 Kondisi parameter (penunjang) kualitas air pada titik pengambilan sampel ikan Puyau di
bendungan PDAM Sungai Tabaniao
47
BIOSCIENTIAE
Volume 4, Nomor 1, Januari 2007, Halaman 43-52
http://www.unlam.ac.id/bioscientiae/
kandungan Cu dan Pb pada air Bendungan Sungai Tabaniao akan terus meningkat dan
PDAM Sungai Tabaniao, diketahui bahwa terakumulasi hingga melebihi nilai ambang
kandungan Pb. Kandungan Cu pada air rata- Menurut Palar (1994) meskipun jumlah
rata 0,0042 mg/l sedangkan kandungan Pb Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit,
pada air rata-rata 0,0201 mg/l. logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya.
karena keberadaan Cu pada perairan alami dapat memberikan efek racun terhadap
memang lebih sedikit jika dibanding dengan banyak fungsi organ yang terdapat dalam
Pb. Hal ini sesuai dengan pendapat Moore tubuh. Dalam jaringan dan atau organ tubuh,
(1991) dalam Effendi (2003) bahwa pada logam Pb akan terakumulasi pada tulang,
perairan tawar alami, kadar Cu biasanya karena logam ini dalam bentuk ion (Pb2+ )
<0,002 mg/l sedangkan, kandungan Pb pada mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+
perairan tawar alami biasanya memiliki kadar (kalsium) yang terdapat dalam jaringan
daerah tersebut saat ini masih dalam batas Sementara untuk konsumsi tembaga
Kandungan Cu yang terdapat pada air adalah sebesar 2,5 mg/kg berat tubuh/hari
(rata-rata 0,0042 mg/l) dan kandungan Pb bagi orang dewasa dan 0,005 mg/kg berat
pada air (rata-rata 0,0201 mg/l) masih dalam tubuh/hari untuk anak-anak dan bayi.
batas normal karena tidak melebihi nilai Selain besarnya logam berat yang
ambang batas berdasarkan baku mutu air terkandung dalam badan perairan, kualitas
1994 tentang batas maksimal cemaran logam beberapa faktor lainnya, diantaranya adalah:
Cu pada air yaitu 1 mg/l dan batas maksimal 1) Suhu; hasil pengukuran kisaran suhu air
cemaran logam Pb pada air yaitu 0,1 mg/l. Hal bendungan adalah 28,00 – 29,00oC. Suhu
ini berati air yang ada pada bendungan PDAM air tersebut termasuk cukup tinggi, di
Sungai Tabaniao masih dapat dikategorikan duga dikarenakan keadaan dan kondisi
Halang – Kandungan Cu dan Pb pada air dan ikan Puyau di bendungan Sungai Tabaniao
alam pada saat pengukuran cukup terik, untuk mengasimilasi dan mengangkut
serta kedalaman perairan yang hanya badan pencemar. Pengetahuan akan
berkisar antara 2,10 – 2,30 m. Menurut kecepatan arus digunakan untuk
Fardiaz (1992) kenaikan suhu air dapat memperkirakan kapan bahan pencemar
menyebabkan kecepatan reaksi kimia akan mencapai suatu lokasi tertentu,
meningkat. apabila bagian hulu suatu badan air
2) Oksigen terlarut; berkisar 8,94 – 13,53 mengalami pencemaran.
mg/l. Kadar oksigen pada air bendungan 5) Kecerahan air; berkisar 15,00 – 17,50
tersebut memenuhi syarat air bersih cm, kisaran kecerahan air ini tergolong
menurut SK Gubernur No 28 Th. 1994 sangat rendah. Menurut APHA (1976);
tentang batas maksimal nilai oksigen Davis dan Cornwell (1991) dalam Effendi
terlarut dalam air adalah sebesar 6 mg/l, (2003) kecerahan air yang kurang
namun untuk air permukaan dianjurkan disebabkan oleh adanya bahan organik
lebih besar atau sama dengan 6 mg/l. dan anorganik yang tersuspensi dan
3) pH air; berkisar 6,12 – 6,70, pH tersebut terlarut (misalnya lumpur dan pasir
Th. 1994 tentang batas maksimal pH air halus), maupun bahan organik dan
adalah sebesar 5 – 9. Menurut Irianto anorganik yang berupa plankton dan
(2005) air murni bersifat netral (pH 7), mikroorganisme lain.
pada kondisi demikian maka ion-ion 6) Kedalaman air; berkisar 3,10 – 2,10. Saat
penyusunnya (H+ OH-) akan terdisosiasi dilakukannya pengukuran tersebut adalah
pada keadaan setimbang.setelah air murni pada saat musim kemarau sehingga
bercampur dengan air hujan dan materi kedalaman air berkurang dari saat musim
lain dari lingkungan sekitarnya maka penghujan yang kedalamannya kurang
perairan alami akan memiliki pH berkisar lebih 5 meter. Kedalaman perairan
4 – 9. berpengaruh terhadap volume air,
4) Kecepatan arus; berkisar 5,20 – 7,30 sehingga berpengaruh pula terhadap
m/menit, kisaran tersebut dapat dikatakan kepekatan bahan polusi yang ada dalam
kurang cepat. Sehingga memungkinkan perairan tersebut.
bahan-bahan tersuspensi dalam perairan
Kandungan Cu dan Pb pada Daging
akan mengalami pengendapan. Kecepatan
Ikan Puyau
arus air sangat mempengaruhi pergerakan
air. Menurut Effendi (2003) kecepatan Berdasarkan hasil pengukuran,
arus suatu badan air sangat berpengaruh kandungan Pb (kurang dari 0,002 mg/kg) pada
terhadap kemampuan badan air tersebut daging ikan Puyau lebih rendah di bagian
hulu dari pada kandungan Pb (0,0054 mg/kg)
49
BIOSCIENTIAE. 2007. 4(1): 43-52
pada daging ikan Puyau di bagian hilir pipa logam pada ikan diduga dikarenakan beberapa
pengambilan air PDAM faktor, diantaranya :
Lebih tingginya kandungan Pb pada 1) karena ikan Puyau tersebut tidak banyak
ikan Puyau yang di ambil di bagian hilir dari mengabsorbsi Cu dan Pb dari perairan
pada kandungan Pb yang terdapat pada ikan kedalam tubuhnya, baik secara langsung
Puyau yang diambil di bagian hulu, (absorbsi) maupun tidak langsung
disebabkan karena kandungan Pb pada air di (melalui peristiwa makan dan dimakan
bagian hilir melebihi kandungan Pb yang ada pada rantai makanan). Menurut
pada air di bagian hulu. Selain itu juga Dharmono (1995) beberapa hal yang
dimungkinkan karena ikan Puyau yang pada mempengaruhi laju absorbsi logam dalam
saat pengambilan sampel berada di perairan air, yaitu : kadar garam (air laut),
bagian hilir mengalami stres fisiologik dan alkalinitas (air tawar), hadirnya senyawa
kondisi kelaparan, sehingga mengakibatkan kimia lainnya, temperatur, pH, besar atau
kenaikan pengabsorbsian logam Pb ke dalam kecilnya organisme. Walaupun begitu,
tubuhnya. Menurut Dharmono (1995) kondisi toleransi spesies organisme terhadap
stres fisiologik organisme sangat berpengaruh logam ke dalam tubuh tidak tergantung
terhadap absorbsi logam dalam air, dan pada laju absorbsi saja, tetapi juga kondisi
kondisi ini menyebabkan kenaikan absorbsi stres fisiologik (seperti; pergerakan
logam. lambat) juga sangat berpengaruh terhadap
Berdasarkan hasil pengukuran perairan absorbsi logam dalam air, dan kondisi ini
dapat diketahui bahwa kandungan Cu perairan menyebabkan kenaikan absorbsi logam.
dengan rata-rata sebesar 0,0042 mg/l, lebih 2) karena proses penimbunan Cu dan Pb
tinggi konsentrasinya di bandingkan dengan oleh ikan Puyau yang berjalan lambat.
konsentrasi Cu yang terdapat pada daging Menurut Soedigdo & Achmad (1992)
ikan Puyau dengan rata-rata kurang dari 0,002 dalam Ariantini (2005) satu logam Pb
mg/kg. Begitu pula pada kandungan Pb yang memerlukan bahan organik untuk
terdapat dalam perairan yang memiliki rata- membentuk satu senyawa
rata sebesar 0,0201 mg/l lebih tinggi dari pada “organometalik” Pb, walaupun pasokan
kandungan Pb yang ada pada daging ikan Pb di air meningkat.
Puyau yang memiliki rata-rata sebesar kurang 3) karena ikan puyau tersebut (umur + 2-3
dari 0,0037 mg/kg. bulan) berarti belum terlalu lama terpapar
Tingginya kandungan logam pada oleh Cu dan Pb. Semakin lama ikan
perairan di bandingkan dengan kandungan terpapar, akan semakin tinggi kandungan
logam, yang terdapat dalam daging ikan.
50
Halang – Kandungan Cu dan Pb pada air dan ikan Puyau di bendungan Sungai Tabaniao
51
BIOSCIENTIAE. 2007. 4(1): 43-52
DAFTAR PUSTAKA
52