You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Audit internal merupakan elemen yang penting bagi

keberlangsungan sistem yang efektif karena audit yang baik akan

menyempurnakan siklus P-D-C-A dan memberikan momentum terhadap

perbaikan berkelanjutan. Setelah implementasi kebijakan lingkungan,

prosedur-prosedur lingkungan, pemantauan, komunikasi dan lain

sebagainya, harus ada satu waktu untuk memerika kinerja sistem secara

komprehensif yang menyangkut seluruh Klausa, dimana Internal audit akan

melihat apakah ketidaksesuaian terjadi berulangkali dalam satu tahun,

diberbagai departemen, disebabkan oleh masalah yang sama, terkait

dengan pelanggaran prosedur dan hal-hal lain yang sifatnya sistematis.

Perbedaannya jelas bahwa audit internal mencari bukti yang lebih banyak

dan terpola.

Fenomena lain adalah audit (baik internal and eksternal) sering

memberikan kesan negatif bagi para karyawan bahkan jika hal itu dilakukan

oleh para kolega mereka. Ketika mendengar kata ‘audit’, bagian yang diaudit

merasa akan diuji, diselidiki, dan dicari kesalahan-kesalahannya. Akibatnya

adalah mereka akan berusaha sekuat mungkin terhindar dari temuan-

temuan auditor baik dengan menyembunyikan informasi, menghambat

proses audit dan melawan secara frontal. Jika hal tersebut terjadi maka

1
internal audit telah kehilangan manfaat dan justru menjadi sumber

kelemahan dari sistem manajemen itu sendiri. Seperti halnya di Klausa

Pemeriksaan: PTPP, perusahaan harus mampu menciptakan atmosfir bahwa

internal audit adalah untuk kepentingan bersama dan tidak ada pribadi-

pribadi yang disalahkan. Setiap ketidaksesuaian atau temuan auditor adalah

masalah bersama atau sistem.

Fungsi lain yang sering terlupakan adalah audit internal

menumbuhkan keterlibatan orang dan menciptakan mekanisma komunikasi

antar departemen. Tanpa disadari, kita menganggap biasa konflik klasik

antara bagian Produksi yang menghasilkan limbah sangat besar dengan

bagian lingkungan yang harus pontang-panting memproses produk tersebut

atau antara produksi dengan maintenance mengenai jadual perbaikan

preventif suatu alat. Konflik terjadi karena setiap departemen hanya melihat

dari sisi kepentingannya semata dan tidak melihat bahwa departemen lain

juga punya batasan dari manajemen puncak dengan segala

keterbatasannya. Audit internal akan memberikan wawasan baru kepada

auditor dari departemen lain mengenai kesulitan iternal departemen dan

komplikasi yang diakibatkan oleh departemen auditor. Paling sedikit hal ini

tentu akan menumbuhkan kepedulian akan perlunya semua departemen

bekerja dengan target yang sama dan saling memberikan toleransi terhadap

departemen-departemen lain.

2
Organisasi harus membuat dan memelihara suatu program dan

prosedur audit sistem manajemen lingkungan yang dilakukan secara

periodik, bertujuan supaya

Suatu audit membutuhkan perencanaan yang baik, orang yang kompeten

dan tata cara yang seragam sehingga sangat penting bagi organisasi untuk

membuat program dan prosedur mengenai pelaksanaan audit. Prosedur ini

menjadi panduan bagi para internal auditor untuk mengurangi variasi-variasi

dalam metodologi audit, sehingga produk kerja tim tersebut akan cenderung

untuk standar dan tidak terlalu banyak berbeda dari satu auditor ke auditor

lainnya. Walaupun pengalaman, latar belakang pendidikan dan gaya/ cara

orang tetap memberikan warna pada proses audit.

Audit internal juga memungkinkan penilaian pencapaian isi dari

kebijakan lingkungan, misalnya kepatuhan terhadap peraturan lingkungan,

peningkatan berkelanjutan dan tindakan pencegahan pencemaran dan

kebijakan-kebijakan lain sebagai perwujudan dari komitmen manajemen

puncak. Auditor akan memeriksa hasil pemantauan lingkungan dalam satu

(atau setengah) tahun terakhir, kelengkapan pelaporan kepada pemerintah,

kondisi dan label tempat penyimpanan limbah B3, untuk memastikan semua

ketentuan peraturan telah dijalankan. Terhadap pengendalian pencemaran

auditor akan memverifikasi proses pengurangan volume limbah, daur ulang

logam-logam scrap kepada pemulung dan program penggantian cadmium

dari salah satu bahan baku. Jika sudah dipelihara dengan baik audit internal,

audit internal dapat membuka kemungkinan-kemungkinan untuk

3
peningkatan bagi sistem manajemen lingkungan. Dari potensi dampak yang

besar oleh ceceran bahan baku, auditor dapat menyarankan cara pemuatan

(loading) bahan tersebut secara tertutup ke hopper dan menggiatkan

inspeksi/pembersihan dari perioda mingguan ke harian.

Audit Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bahan bagi

manajemen untuk melakukan ACT (Tindakan) setelah tahap CHECK

(Pemeriksaan) diselesaikan oleh internal audit. Manajemen puncak akan

memiliki gambaran menyeluruh terhadap kinerja sistem, manfaat yang telah

diperoleh, masalah-masalah yang ditemui dan kemudian mengambil

keputusan yang akurat terhadap keberlanjutan sistem itu sendiri. Oleh

karena itu, perusahaan harus menyajikan hasil-hasil audit dalam suatu

format yang ringkas, padat dan informatif sehingga memudahkan

manajemen dalam menganalisa. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat

suatu tabel yang berisi semua temuan, tindakan perbaikan dan proses

verifikasinya.

1.2 Permasalahan

1. Auditor tidak memahami masalah teknis dan peraturan lingkungan.

Sebagian besar auditor internal di perusahaan merupakan auditor

Sistem Manajemen Mutu. Hal ini tentu membantu perusahaan untuk

memiliki tim auditor yang kompeten terhadap pemahaman sistem

manajemen tetapi pada umumnya para auditor tersebut kurang

menguasai bidang teknis lingkungan, khususnya mengenai peraturan-

4
peraturan lingkungan. Salah satu faktornya adalah bahwa masalah

lingkungan bukanlah masalah yang menjadi tanggung jawab setiap

orang (setidaknya sebelum menerapkan ISO 14001) sehingga

pengetahuan mengenai isu lingkungan merupakan pekerjaan rumah

yang harus ditambahkan.

2. Jadual atau program tidak didasarkan pada daftar aspek penting

lingkungan. Sistem Manajamen Lingkungan dibangun berdasarkan

pendekatan proses, masukan dari suatu proses menghasilkan keluaran

berupa dampak lingkungan sehingga besar atau kecil setiap

departemen/ seksi memiliki daftar aspek lingkungan (bisa penting atau

tidak penting). Perusahaan dalam membuat rencana audit cenderung

untuk menugaskan auditor menurut prosedur-prosedur yang berlaku di

suatu departemen/seksi padahal tidak semua kegiatn dituangkan

dalam prosedur tertulis. Hal ini berakibat pada kurang menyentuh

tanggung jawab departemen tersebut.

3. Temuan terfokus pada dokumentasi. Walaupun Sistem Manajemen

Lingkungan adalah suatu sistem terdokumentasi tetapi esensi dari

sistem adalah penerapan pengendalian pencemaran yang efektif

dilapangan baik dari sisi alat, orang, dan tata cara. Auditor karena

memiliki pengalaman di Sistem Manajemen Mutu sering terlalu fokus

pada kelengkapan dokumen. Auditor yang berpengalaman akan

percaya pada kenyataan bahwa apa yang tertulis, belum tentu sama

dengan apa yang sudah dijalankan.

5
1.3 Penerapan

1. Melatih auditor internal. Auditor Sistem Manajemen Mutu tidak

otomatis menjadi auditor Sistem Manajemen Lingkungan, mereka

memerlukan tambahan pengetahuan mengenai pemahaman standar

ISO 14001, teknik audit dan isu-isu lingkungan terkait.

2. Membuat prosedur audit. Audit membutuhkan suatu standar kerja

untuk menjamin bahwa hasil-hasil audit tidak terlalu berbeda antara

satu auditor dengan lainnya.

3. Membuat program audit dan jadual Program menggambarkan ruang

lingkup audit seperti departemen, klausa Standar, prosedur yang harus

diperiksa; tim auditor dan auditee pada area yang diaudit, waktu.

4. Membuat daftar periksa sebagai alat bantu para auditor, khususnya

jika hal tersebut dilakukan di tahap awal pembentukan system karena

tim belum cukup kompeten. Dengan berkembangnya waktu, daftar

periksa bisa dihilangkan dari prosedur audit.

5. Melaksanakan audit. Sesuai dengan metodologi yang telah ditetapkan

tim audit melakukan pertemuan pembukaan (dapat secara informal),

melaksanakan wawancara, pemeriksaan dokumen dan catatan-catatan

lingkungan, mengamati kondisi lapangan dan membuat kesimpulan

dalam pertemuan penutup.

6. Membuat laporan audit. Seluruh hasil audit dikumpulkan, dievaluasi

dan ditetapkan Ketidaksesuaian Besar, Kecil dan Observasi, dan

6
disampaikan kepada auditee untuk dibuatkan Rencana Tindakan

Perbaikan dan Pencegahannya.

7. Memantau audit. Rencana Tindakan Perbaikan dan Pencegahan harus

diverifikasi keefektifannya sesuai dengan waktu dan bentuk perbaikan

yang disampaikan dalam laporan audit. Auditor internal harus

mendapatkan bukti perbaikan sesuai dengan masalah yang ditemui

ketika audit dan bukti perbaikannya. Jika perbaikan berupa

pembangunan sarana fisik maka auditor harus melihat tersedianya

sarana tersebut atau jika belum selesai auditor harus mendapatkan

program yang menyakinkan dan tidak terbatas pada dokumen.

Misalnya, alat-alat, kontrak dengan subkontraktor pembangun sarana

tersebut atau land clearing terhadap lokasi pembangunan. Jika hal-hal

tersebut belum dapat diterima maka auditor internal dapat

mengeluarkan laporan temuan lanjutan dan belum boleh menutup

temuan tersebut.

7
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Audit Manajemen

Audit manajemen seringkali diartikan sama dengan audit

operasional. Pengertian sederhana dari audit manajemen adalah investigasi

dari suatu organisasi dalam semua aspek kegiatan manajemen dari yang

paling tinggi sampai dengan ke bawah dan pembuatan laporan audit

mengenai efektifitasnya atau dari segi profitabilitas dan efisiensi kegiatan

bisnisnya. Sedangkan pengertian sederhana audit operasional adalah uraian

aktifitas perusahaan yang sistematis dalam hubungannya dengan tujuan

untuk melihat,mengidentifikasikan peluang perbaikan, atau

mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan. Jelas kedua pengertian

serupa karena pemeriksaan manajemen dilakukan saat manajemen

beroperasi.

Pengertian manajemen audit tersirat dalam definisi kalangan

akademisi. Berikut beberapa definisi menurut Holmes dan Overmyer (1975) :

“The management audit means the examination and evaluation of all

information gathering functions and all phases of management functions and

activities, in order to ascertain if operating are conducted in a effective and

efficient manner.”

Definisi di atas dalam terjemahannya sebagai berikut :

Manajemen audit mencakup penelitian dan evaluasi atas semua fungsi dari

8
Manajemen, untuk memastikan bahwa pelaksanaan operasi perusahaan

telah dijalankan dengan cara yang efektif dan efisien. Sedangkan American

Institute of Certified Public Accountant /AICPA : “Management audit is a

systematic review of an organization’s activities or of a stipulated segment

of them, in relation to specified objectives for the purpose of :

• assesing performance

• identifying opportunities for improvement

• developing recommendations for improvement or further action”

Definisi tersebut dalam terjemahannya adalah pemeriksaan

manajemen adalah suatu penelaahan yang sistematis terhadap aktivitas

suatu organisasi, atau suatu segmen tertentu daripadanya, dalam

hubungannya dengan tujuan tertentu, dengan maksud untuk :

• Menilai kegiatan

• Mengidentifikasikan berbagai kesempatan untuk perbaikan

• Mengembangkan rekomendasi bagi perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

Dari definisi yang dikumpulkan maka diperoleh beberapa

karakteristik pemeriksaan manajemen yaitu :

1. Memberikan informasi tentang efektifitas , efisiensi dan ekonomisasi

operasional perusahaan kepada manajemen.

2. Penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi didasarkan pada standar-

standar tertentu.

3. Audit diarahkan kepada operasional sebagian atau seluruh struktur

organisasi.

9
4. Audit ini dapat dilakukan oleh akuntan maupun bukan akuntan.

5. Hasil audit manajemen berupa rekomendasi perbaikan kepada

manajemen.

2.2 Kebutuhan Akan Audit Manajemen

Pihak perusahaan harus menyadari signal yang mengindikasikan

kebutuhan untuk melaksanakan audit manajemen.

Berikut beberapa signal tersebut :

1. Penurunan laba perusahaan secara kontinu dan signifikan. Audit

manajemen berusaha mencari penyebab dan pemecahannya misalnya cost

yang terlalu tinggi atau harga yang harus ditingkatkan.

2. Turnover Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi. Hal ini

mengindikasikan inefisiensi dalam pengelolaan SDM, mungkin dalam hal

kompensasi atau situasi kerja.

3. Rasa kebutuhan yang tinggi dan mendesak dari manajemen untuk

memperoleh keyakinan terhadap efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi

pengelolaan perusahaan termasuk akurasi laporan yang diterima.

4. Performansi atau kinerja sebagian atau seluruh departemen di bawah

standar. Standar yang dimaksud bisa berupa peraturan perusahaan, standar

perusahaan, standar dan praktek industri (ISO 9000),prinsip organisasi dan

manajemen, serta prinsip praktik yang sehat.

5. Acquicition Audit yaitu saat akan mengakui sisiperusahaan lain.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagaimana diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam

bab terakhir ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemandirian sistem manajemen (baik ISO 9000 maupun 14001)

sangat tergantung kepada kinerja internal auditor. Hasil audit yang

lengkap dan bermutu memungkinkan perusahaan tersebut untuk

mengenali kelemahan-kelemahan dari sistem dan melakukan perbaikan

dan peningkatan yang diperlukan.

2. Melaksanakan audit. Sesuai dengan metodologi yang telah

ditetapkan tim audit melakukan pertemuan pembukaan (dapat secara

informal), melaksanakan wawancara, pemeriksaan dokumen dan

catatan-catatan lingkungan, mengamati kondisi lapangan dan membuat

kesimpulan dalam pertemuan penutup.

3.2 Saran-Saran

Berdasarkan pembahasan tersebut di muka, maka dapat diajukan

saran-saran sebagai berikut :

11
1. Membuat prosedur audit. Audit membutuhkan suatu standar kerja untuk

menjamin bahwa hasil-hasil audit tidak terlalu berbeda antara satu

auditor dengan lainnya.

2. Membuat program audit dan jadwal Program menggambarkan ruang

lingkup audit seperti departemen, klausa Standar, prosedur yang harus

diperiksa; tim auditor dan auditee pada area yang diaudit, waktu.

3. Membuat daftar periksa sebagai alat bantu para auditor, khususnya jika

hal tersebut dilakukan di tahap awal pembentukan system karena tim

belum cukup kompeten. Dengan berkembangnya waktu, daftar periksa

bisa dihilangkan dari prosedur audit.

4. Melaksanakan audit. Sesuai dengan metodologi yang telah ditetapkan tim

audit melakukan pertemuan pembukaan (dapat secara informal),

melaksanakan wawancara, pemeriksaan dokumen dan catatan-catatan

lingkungan, mengamati kondisi lapangan dan membuat kesimpulan

dalam pertemuan penutup.

5. Membuat laporan audit. Seluruh hasil audit dikumpulkan, dievaluasi dan

ditetapkan Ketidaksesuaian Besar, Kecil dan Observasi, dan disampaikan

kepada auditee untuk dibuatkan Rencana Tindakan Perbaikan dan

Pencegahannya.

12
13

You might also like