You are on page 1of 7

Judul: “ Minat melakukan perawatan ke dokter kulit pada pria ditinjau dari konsep diri”

A. Latar belakang
Pada awalnya penampilan hanya menjadi perhatian khusus bagi kaum hawa dan
telah banyak usaha yang telah dilakukan oleh wanita untuk mempunyai penampilan
menarik sesuai dengan idaman mereka. Perasaan ingin selalu tampil guna menarik
lawan jenis, tampil cantik dan menarik ala model sangat mendominasi kepribadian
semua wanita. Namun seiring dengan berjalannya waktu pria yang sangat peduli
dengan kesempurnaan setiap jengkal tubuhnya juga tidak kalah dari perempuan.
Kepedulian tersebut dilakukan dengan cara memakai parfum, facial, pembersih
wajah, pelembab, spa atau bahkan merawat kukunya.
Berdasarkan Indonesian Metroseksual Behavioral Survey (dalam media Indonesia
2003) dinyatakan bahwa para pria metroseksual tidak merasa tabu memakai produk
perawatan tubuh dan memanjakan diri dengan berlama-lama di tempat perawatan
kulit serta sangat fashion oriented. Meski awalnya sempat dipandang dengan tatapan
heran, nyatanya fenomena metroseksual terus merebak. Mulanya tren ini hanya
menjangkiti para model, artis dan orang-orang media, belakangan terus meluas ke
kalangan olahragawan, pebisnis (khususnya eksekutif muda kota besar) dan
pengacara. Bahkan Majalah The Economist edisi 5 juli 2003 mengungkapkan, di
Amerika Serikat jumlah kaum metroseksual mencapai 30%-35%. Mayoritas dari
mereka adalah pekerja professional dan eksekutif muda. Banyak cara yang dilakukan
oleh para pria untuk melakukan perawatan, salah satunya adalah pergi ke dokter kulit.
Ada beberapa alas an yang melatarbelakangi seseorang melakukan perawatan ke
dokter kulit antara lain ingin tampil menarik, terpengaruh iklan dan promosi yang
sekarang ini gencar dan canggih dari perusahaan terhadap produk perawatan khusus
pria (Ekopriyono, 2004)
Begitu halnya yang terjadi di Indonesia khususnya di kota-kota besar seperti
Surabaya. Berdasarkan keterangan yang diberikan Dr.Ruth julyana (dalam suara
Surabaya, 2009) jumlah pelanggan pria yang melakukan perawatan ke dokter kulit
terus meningkat khususnya di Kota Surabaya. Hal itu dikarenakan semakin banyak
pria yang menyadari pentingnya penampilan dan menginginkan solusi terpadu yang
instant dan praktis. Meski sama-sama pesolek dan pemuja diri sendiri, metroseksual
ini tak bisa disamakan dengan dendi. Simpson (dalam kartajaya, 2004) menjelaskan
dendi sebagai gaya kaum bangsawan abad ke-18. Pasalnya, meski sama-sama rapi,
harum, dan gemar berlama-lama di depan cermin, gaya busana para dendi cenderung
konservatif dan mengikuti pakem, sementara kaum metroseksual justru dicirikan
dengan keberanianya mendobrak aturan dan berekperimen dengan fashion.
Penelitian yang dilakukan di lebih dari 200 kota di seluruh Amerika Serikat
membuktikan bahwa pria metroseksual yang berusia berkisar 21-48 tahun menyukai
hal-hal yang berhubungan dengan maskulinitas. Penelitian tersebut menerangkan juga
bahwa para pria metroseksual menentang terhadap batasan-batasan tentang peran-
peran tradisional yang dilakukan kaum pria pada umumnya dan melakukan apa yang
diinginkan dan tidak peduli orang lain akan mengatakan apa yang dilakukannya
sebagai hal yang tidak jantan (Turbo dalam content, 2007).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa pasien di Larissa,
sebagian besar kaum pria yang melakukan perawatan ke dokter kulit mengutarakan
bahwa mereka melakukan perawatan kulit khususnya perawatan kulit wajah karena
mengalami permasalahan kulit wajah yang berjerawat dan adanya keinginan untuk
menghilangkan luka bekas jerawat. Seiring dengan berjalannya waktu, tujuan
seseorang melakukan perawatanpun juga ikut bervariasi. Awal mulanya perawatan
hanya untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan dan kemudian bergeser menjadi
pemenuhan kebutuhan psikologis. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang
ditemukan di lapangan bahwa beberapa pria yang tidak mempunyai permasalahan
kulit yang berarti juga mereka tetap rutin melakukan perawatan kulit khususnya kulit
wajah. Saat ini diketahui bahwa banyak pria yang melakukan perawatan ke dokter
kulit khususnya remaja pria. Berdasarkan wawancara dengan pria yang sedang
melakukan perawatan di salah satu dokter kulit ternama di Semarang menyatakan
bahwa dirinya merasa kurang percaya diri dengan kulit wajahnya yang kurang bersih
dan berminyak.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti, di Semarang terdapat beberapa
tempat yang melayani perawatan kulit seperti, Dr Djoko, Dr lewie, Dr Elly, Ercha
Clinic, London Beauty Centre (LBC), Natasha, Ristra, Larissa dan salon-salon
kecantikan yang sengaja menyediakan dokter kulit untuk konsultasi sebelum
pemakaian produk yang dijual oleh salon-salon tersebut. Banyak juga dokter umum
yang tidak melewati pendidikan spesialis kulit juga ikut mengeruk keuntungan
dengan membuka praktek dan menjual produk perawatan kulit. Tempat perawatan
kulit di atas tidak pernah sepi dikunjungi dengan berbagai masalah kulit yang
dimilikinya. Banyaknya permintaan akan perawatan tubuh dan kecantikan
mempunyai korelasi yang positif dengan kehadiran dokter-dokter kulit yang ada di
kota-kota besar. Berbagai program kecantikan ditawarkan oleh dokter-dokter kulit.
Mulai pengencangan kulit, pengelupasan, peremajaan kulit (peeling) hingga
pemutihan kulit (injeksi whitening) yaitu pemutihan dengan cara disuntik. Hal ini
menunjukkan tingginya minat untuk melakukan perawatan ke dokter kulit.
Hurlock (1993, h. 114) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi
yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan. Jika melihat
bahwa sesuatu akan menguntungkan, maka akan muncul minat terhadap sesuatu
tersebut dan begitu sebaliknya. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan
yang menunjukkan bahwa individu lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya
tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu aktivitas.
Loekmono (1994 h.60) menjelaskan bahwa minat merupakan kecenderungan untuk
merasa tertarik atau terdorong untuk memperhatikan sesuatu atau kegiatan-kegiatan
dalam bidang tertentu.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi minat yaitu faktor pribadi, sosial dan
psikologis. Hal ini didukung oleh pendapat Kotler (2000, h. 187) yang menyatakan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat seseorang, meliputi: faktor
sosial, pribadi dan psikologis. Faktor sosial meliputi kelompok acuan, keluarga, peran
dan status. Faktor pribadi meliputi keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadiaan dan
konsep diri. Faktor psikologis terdiri dari motivasi, persepsi serta kepercayaan dan
sikap. Konsep diri menjadi faktor yang mendapat perhatian khusus dari peneliti.
Konsep diri itu seseorang akan diupayakan mencapai keinginan yang optimal
serta untuk merealisasikan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa konsep diri juga
merupakan kerangka kerja untuk mengorganisasikan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh seseorang. Hal ini sesuai yang diutarakan oleh burns (dalam Anastasia
2004, h. 136) bahwa konsep diri adalah kesan terhadap diri sendiri, pendapat tentang
gambaran diri di mata orang lain, dan pendapat tentang hal-hal yang dicapai.
Konsep diri yang positif akan membentuk individu yang mempunyai perasaan
terhadap diri sendiri yang disertai dengan penerimaan diri. Pria yang mempunyai
konsep diri positif akan menerima apapun keadaan dirinya tanpa ada tuntutan dari
dalam diri untuk menjadi pria yang sesuai dengan tuntutan masyarakat perkotaan.
Pria yang mempunyai konsep diri yang positif juga tidak akan mudah terpengaruh
untuk melakukan perawatan ke dokter kulit meskipun melakukan perawatan ke dokter
kulit telah menjadi kebutuhan bagi para pria perkotaan (Craven dalam Widodo
Rusmawati, 2004, h. 68).
Berdasarkan fenomena di atas menunjukkan bahwa pada kenyataannya tidak
hanya kaum perempuan saja yang memperhatikan penampilan. Mereka tidak segan-
segan mengeluarkan uang cukup banyak serta meluangkan waktu yang tidak sebentar
untuk melakukan perawatan ke dokter kulit. Bahkan dalam beberapa kasus, kaum pria
bisa menjadi lebih perhatian dan cenderung berlebihan dalam memperhatikan
penampilan. Munculnya majalah-majalah khusus pria menjadikan pria-pria ini merasa
mendapat banyak referensi dan belum lagi dengan produk-produk khusus pria yang
berkaitan langsung dengan tubuh dan penampilan fisik.
Dari uraian tersebut di atas memunculkan pertanyaan apakah konsep diri dapat
mempengaruhi minat melakukan perawatan ke dokter kulit pada pria metroseksual,
sehingga peneliti mengambil judul “minat melakukan perawatan ke dokter kulit
pada pria ditinjau dari konsep diri”.
B. Perumusan masalah
Apakah konsep diri berpengaruh terhadap minat melakukan perawatan ke dokter
kulit pada pria?
C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan meneliti ada tidaknya hubungan antara konsep diri dengan
minat melakukan perawatan ke dokter kulit pada pria.
D. Manfaat penelitian
Manfaat Teoritik
Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna dan
bermanfaat dalam bidang psikologi khususnya psikologi kepribadian.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan informasi bagi
para pria terkait dengan minat melakukan perawatan ke dokter kulit yang
dihubungkan dengan konsep diri.
E. Landasan teori
A. Minat
Minat melakukan perawatan ke dokter kulit
Dalam kamus psikologi (chaplin, 2002:255) disebutkan bahwa minat merupakan
perasaan yang mengatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan atau objek berharga atau
berarti bagi individu.
Crow & crow (1975:79) dalam Nurindyah mendefinisikan minat sebagai suatu
kekuatan yang mendorong individu untuk lebih tertarik mengambil bagian dalam
suatu aktivitas tertentu bila dibandingkan dengan aktivitas lainnya, dan biasanya
seseorang menyadari akan minatnya, minat muncul dan berubah karena dipengaruhi
oleh kondisi fisik, mental, emosi dan lingkungan sosial.
Masih kurang
Definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu
pekerjaan berharga atau berarti pada diri individu terhadap satu aktivitas, pekerjaan
atau objek yang mendorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan lebih tertarik
untuk mengambil bagian dalam aktivitas, pekerjaan atau objek tersebut bila
dibandingkan dengan aktivitas, pekerjaan atau objek lainnya. Minat seseorang sangat
dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki, kondisi fisik, mental, emosi,
perkembangan individu secara fisik maupun mental, serta lingkungan sosial
disekitarnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat melakukan perawatan ke dokter kulit
Minat membeli konsumen merupakan tahap dimana sebelum membeli benar-
benar dapat dilakukan proses pengambilan keputusan konsumen menurut lamb
(2001:189) dalam Nurindyah dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, individu dan
psikologis. Sedangkan hal yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki minat
membeli berada pada saat proses pengenalan kebutuhan dan pencarian informasi.
Dilihat dari tingkat keterlibatan konsumen, minat juga mempunyai peran dalam
pembelian konsumen. Jadi dapat diketahui bahwa minat melakukan perawatan ke
dokter kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut kotler (2000:183) yaitu:
a. Faktor budaya
yaitu budaya, sub-budaya, kelas sosial.
b. Faktor sosial
yaitu kelompok acuan, keluarga, peran dan status.
c. Faktor pribadi
yaitu usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian dan konsep diri.
d. Faktor psikologis
yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.
Aspek-aspek minat melakukan perawatan ke dokter kulit
Menurut Jefkins dalam Rita puspasari aspek-aspek yang terdapat di dalam minat,
dalam hal ini adalah minat melakukan perawtan ke dokter kulit yaitu:
a. Perhatian (attention)
Perhatian berhubungan dengan sensitivitas pembeli terhadap informasi.
Perhatian juga merupakan respon pembeli yang mengindikasikan tingkat
penerimaan seorang pembeli. Perhatian dapat berupa ukuran, bentuk dan posisi
iklan yang tepat.
b. Ketertarikan (interest)
Ketertarikan merupakan perasaan senang, suka terhadap informasi yang telah
diterima. Ketertarikan dapat muncul setelah konsumen memiliki perhatian dari apa
yang mereka lihat, baik iklan dari media cetak maupun dari media elektronik.
c. Keinginan (desire)
Keinginan berisi asumsi-sumsi tentang tindakan yang akan dilakukan, yang
mencakup didalamnya adanya halangan yang menghambat rencana seseorang.
B. Konsep diri
1. Pengertian konsep diri
Menurut burns dalam maristya (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran
campuran dari apa yang kita pikirkan. Pikiran atau pendapat orang lain mengenai
diri kita dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Broks dalam maristya
(1989:99) mendefinisikan konsep diri sebagai segala persepsi tentang diri sendiri,
baik secara fisik, sosial, psikologis yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan
interaksi dengan orang lain.
Menurut colhoun dalam maristya (1995:36) konsep diri adalah pandangan diri
atau potret mental terhadap diri sendiri yang meliputi 3 dimensi, yaitu pengetahuan,
pengharapan dan penilaian tentang diri sendiri.
Chaplin (2002: 450) menyatakan bahwa konsep diri merupakan evaluasi
individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh
individu yang bersangkutan.
Dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang seseorang tentang
diri pribadinya yang mencakup seluruh pandangan individu terhadap dimensi fisik
dan karakter pribadinya. Kemudian faktor tersebut akan membentuk suatu sikap
yang merupakan pancaran dirinya serta mempengaruhi cara-cara tingkah laku
seseorang dalam interaksi sosial tersebut.
2. Aspek-aspek konsep diri
Hurlock (1978: 58) konsep diri mencakup 2 aspek yaitu:
a. Citra fisik
Biasanya terbentuk pertama-tama dan berkaitan dengan penampilan fisik,
daya tariknya dan kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya dan
pentingnya berbagai bagian tubuh untuk perilaku dan harga diri di mata yang lain.
b. Citra psikologis
Didasarkan atas pikiran, perasaan dan emosi. Citra ini terdiri atas kuakitas dan
kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan, sifat-sifat seperti
keberanian, kejujuran, kemandirian, dan kepercayaan diri serta berbagai jenis
aspirasi dan kemampuan.

You might also like