Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Maharani (D306018)
Andris Rismana (D306017)
Panca Nugroho (D306016)
kabel digital ataupun analog dan satelit. Namun akhir-akhir ini metode-metode
yang berdiri pada 8 Agustus 1988 [1]. Indovison juga dikenal sebagai televisi
1. Sejarah
masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Akhirnya pada tahun 1940-
sistem kabel menjadi sarana paling penting pada proses penyiaran program
televisi berlangganan sebelum ditemukannya sistem yang lebih cangggih,
yaitu satelit.
diidentikkan dengan tv kabel? Hal ini bermula pada tahun 1948 ketika warga
rumah. Pada tahun 1972, HBO (Home Box Office) muncul dan memikat hati
banyak kalangan, dan tentu saja dengan kemunculannya ini mata rantai
televisi berlangganan makin kuat. Belum lagi tuntutan dan kebutuhan akan
hiburan yang makin besar, membuat satelit pada era 1980-an menjadi
seperti Eropa, Asia, dan Australia. Untuk kawasan regional Asia, Jepang pada
2. Perkembangannya di Indonesia
banyak aspek kehidupan global, Indonesia pun tak lepas dari imbas dan
gejolak teknologi tersebut. TV berbayar ini menawarkan sistem PPV (Pay per
View) yang ditawarkan melalui kabel atau DBS. Dengan sistem PPV ini,
pelanggan harus menunggu sampai progam siaran yang mereka inginkan
diudarakan baik oleh kabel maupun DBS. Salah satu penyedia layanan televisi
menggunakan satelit Palapa C-2 sejak pertama berdiri pada bulan Agustus
barunya yakni IndoStar 1 atau yang lebih dikenal dengan satelit Cakrawarta1
3. Media Satelit
a. Indovision
dengan sistem DBS, memulai operasi dengan satelit Palapa C-2 sampai
hujan maupun salju, sehingga tak jarang, jika cuaca buruk (medung atau
c. Telkomvision
4. Proses Penyiaran
dan sebagainya.
bisa menikmati ratusan tayangan dari berbagai negara di dunia. Siaran dari
satelit provider tersebut dapat diterima pelanggan yang telah dilengkapi alat
menangkap sinyal uplink satelit induk. Selain itu, yang menarik dari sistem
pengacakan sinyal (scramble). Artinya, sinyal yang dikirim oleh satelit diacak
terlebih dulu, sehingga hanya orang yang memiliki decoder saja yang dapat
Untuk mengakses beberapa bahkan sampai ratusan channel televisi, kita harus
lain :
o Satellite dish (Out Door Unit) : komponen ini berbentuk seperti antenna
penyaluran yang beragam, mulai dari satelit, kabel, dan terrestrial. Namun,
hanya media penyiaran melalui satelit dan kabel saja yang memiliki pangsa
pasar yang besar. Berikut beberapa Lembaga Media penyiaran yang ada di
untuk menangkap sinyal yang dipancarkan oleh satu stasiun bumi dan
Internasional yang terkait dengan pengaturan DBS adalah Space Treaty 1967, dan
Resolusi Majelis Umum PBB No. 37/92 Tahun 1982. Sedangkan Hukum
langsung kepada konsumen, tanpa perantara saluran televisi. Ada dua konsep
menggunakan dish yang kecil yang murah, mudah dipindah-pindah dan diatur.
Selain itu perusahaan DBS mampu memberikan berbagai program seperti film
dan olah raga kepada pelanggan sebaik TV. Perkembangan DBS yang pesat
atau tayangan lainnya dalam DirecTV dengan sistem pembayaran pay per view
DBS juga menawarkan akses internet, tetapi dengan bandwidth yang jauh lebih
rendah. Sebagai contoh Hughes Network System menawarkan akses internet via
satelit pada 400 Kbps, tetapi terdapat beberapa kelemahan. Untuk mengakses
internet dengan teknologi satelit, kita memerlukan piringan satelit dan kartu
modem satelit, dan tambahan lainnya adalah biaya langganannya lebih mahal dua
lokal
lokal
alokasi baik BSS, sesuai kegunaannya, atau FSS sebagai salah satu dari
yang ingin mendapat pasar yang lebih besar memperkenalkan piringan satelit
dari sinyal siaran NTSC yang dikode secara digital ke kotak-kotak yang diset
1. ukuran antenna RX; makin kecil ukuran antenna, makin mudah diinstal
dan murah. Dewasa ini ukuran antena TVRO berkisar antara 35 cm – 80 cm. Dan
user/TV
sekitar 32 transponder)
TV digital. Dengan teknik kompresi yang makin baik, jumlah kanal TV digital bisa
ditingkatkan.
C. Perkembangan Teknologi DBS
personal, dan mobile, melalui akses langsung atau bergabung dengan sistem
(broadcasting).
penuh skala global. Diantara proyek-proyek yang sekarang sedang berjalan antara
lain dalam bisnis satelit adalah menyediakan pendistribusian video skala global
pelanggan sistem DBS akan meningkat dari 2 juta sampai sekitar 4 juta. Trend
pasar global. Sebaliknya penggunaan Internet telah tumbuh secara dramatis hanya
dalam waktu 2 tahun terakhir ini. Keterbatasan lebar pita (bandwidth) masih
sering membuat frustasi merupakan masalah umum yang sering timbul, dan
telekomunikasi baik yang berskala global maupun yang berskala regional. Dalam
teknologi satelit, semakin tinggi kemampuan yang dimiliki, semakin rendah biaya
menciptakan berbagai kesempatan baru yang luar biasa. Pada akhirnya celah orbit
(orbital slot) dan pita-pita frekuensi pada GEO, MEO, maupun LEO menjadi aset
yang sangat berharga. Koordinasi frekuensi antara para operator menjadi sangat
sulit dilakukan dan hal ini akan menjadi ancaman yang membahayakan bagi bisnis
yang fungsinya identik dengan TVRO, sampai dapat dijangkau oleh khalayak
kenyataan ini, DBS mampu bersaing dengan metode siaran lain seperti TV kabel.
penyiaran, yang didukung oleh komponen dan pemrosesan sinyal, teknologi DBS
lain:
semakin bagus
lebih kuat, sehingga untuk mendapatkan daya yang sama dibutuhkan faktor
penguat antena yang lebih kecil. Kebutuhan faktor penguat pada antena yang lebih
Di sisi lain, performance dari noise block yang semakin bagus mengakibatkan
penerima lebih sensitif, sehingga dibutuhkan daya yang lebih kecil lagi untuk
juga menjadi lebih kecil lagi. Bahkan, dimungkinkan penggunaan antena datar
yang penting dari harga keseluruhan unit, harga unit penerima akan sangat
terpengaruh oleh harga antena. Jadi, harga unit penerima akan turun dengan
telah memungkinkan pembuatan komponen yang lebih murah, yang tentu saja
bidang elektronika juga tidak luput dari dampak revolusi besar-besaran yang
analog juga dimanfaatkan oleh DBS ini. Sehingga pelayanan DBS pun beralih
dari analog ke digital. Keuntungan yang nyata dari penggunaan pemrosesan sinyal
saluran siaran.
Selain antena parabolik, DBS juga membutuhkan converter. Alat ini berfungsi
yang bisa ditangkap pesawat televisi. Bila satelit menggunakan frekuensi dengan
orde gigahertz, frekuensi yang bisa ditangkap pesawat televisi hanya berorde
megahertz (106). Pada satelit konvensional, converter itu dimiliki stasiun bumi.
gelombang televisi (ultra high frequency atau very high frequency), kemudian
televisi.
Sistem DBS tertentu dilengkapi dengan komputer. Alat ini melakukan kontrol
terhadap langganan yang alpa membayar. Sampai batas waktu yang sudah
menampilkan dan mengatur gambar di layar televisi. Untuk pemilik siaran, DBS
bumi (SB), tak lagi diperlukan. Jangkauan juga akan semakin luas, sebab tidak
lagi tergantung pada SB. Kini, dengan sekitar 150 SB, TVRI baru menjangkau
Kabel dan satelit menjangkau seluruh wilayah RI diperlukan sekitar 1.500 SB plus
pemancar. Bila harga per unit Rp 150 juta, maka biaya untuk 1.500 unit menjadi
Rp 225 milyar. Jumlah ini masih ditambah dengan biaya perawatan (5% dari
Dengan DBS, stasiun bumi dan stasiun-stasiun pemancar akan hilang, biaya
perawatan juga tidak diperlukan. Yang harus menguras kocek lebih banyak adalah
500 ribu Jepang konon sedang merancang produksi massal antena parabolik ini,
sehingga harganya bisa ditekan antara Rp 100 ribu dan Rp 200 ribu.
kita. Inilah satelit pertama yang benar-benar mempunyai kemampuan untuk siaran
Jepang, Luksemburg, Swiss, Amerika Serikat, Australia, dan India. Dua tahun
Purpose (BSE). April 1978, dengan roket Delta 2914 NASA dari Tanjung
Nasional Jepang (NASDA) meluncurkan BS-I yan dinilai sangat berhasil. Sukses
ini mendorong Jepang memastikan penerapan sistem DBS tahun depan. Penyiaran
melalui DBS dapat menimbulkan peleburan atau spill over di kawasan negara
frekuensi untuk komunikasi satelit dan orbital Indonesia harus dipertahankan dan
dioptimalkan. Menurut ASSI, frekuensi C dan Ext-C sangat diminati, sehingga:
tidak mungkin sharing frekuensi antara satelit dan terestrial karena pada
emission.
informasi dan pelayanan publik ke seluruh pelosok negara. Frekuensi satelit tidak
bahwa band frekuensi S, C, Ext. C adalah frekuensi yang paling reliable untuk
kawasan tropis seperti Indonesia. Band 2.5 GHz yang telah ditetapkan oleh ITU
untuk layanan Direct Broadcasting Satellite (DBS) dan sangat cocok dengan
budaya asing negatif melalui media broadcasting. Band 3.5 GHz yang telah
ditetapkan ITU untuk layanan FSS (Fixed satellite Services), sangat cocok dengan
kondisi Indonesia, sudah banyak digunakan oleh operator Indonesia dan Luar
Negeri serta masih punya potensi penambahan transponder; dan proteksi sumber
daya pendukung satelit, terutama slot orbit dan alokasi frekuensi menjadi
keharusan dan tanggung jawab bersama. Pada akhirnya, saran-saran dari ASSI
frekuensi satelit sehingga satelit dan BWA dapat berkembang bersama dan
dan pemerintah harus melihat visi luar angkasa sebagai visi super jangka
Kelebihan :
komunikasi biasa.
2. Penguatan untuk antena penerima parabola yang ada di bumi cukup kecil,
4. DBS mampu menghindari efek ”spill over” (peluberan), karena DBS dapat
tingkat ketajaman tinggi (HDTV), karena mempunyai lebar pita yang besar.
6. Harga sistem penerima DBS masih lebih murah dibanding dengan TVRO.
Kekurangan :
1. Karena sifat penyiaran yang terpusat, maka DBS tidak bisa mengakomodir
(rebroadcast).
3. Karena daya pancar yang dibutuhkan cukup besar, maka sistem DBS
http://tiga-rubi.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6&Itemid=1
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/teknik-komunikasi/vsat
http://siposanonline.web.id/2008/12/03/application-communication-satellite/
http://www.stttelkom.ac.id/staf/SIO/PENGAJARAN/siskomsat/N=BAB%20XII
%20Pengembangan%20Mutakhir-REV1.pdf
http://www.stekpi.ac.id/skin/Modul%20Komputer%20&
%20eBusiness/TELEMATIKA8.pdf
http://www.elektroindonesia.com/elektro/assi0400.html
http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?
view=article&catid=11%3Asistemkomunikasi&id=300%3Adirecttohomedthuntuktvb
roadcastviasatelit&option=com_content&Itemid=15