Professional Documents
Culture Documents
2010-03-09 :. blog
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B (Onk)
Menemukan kanker payudara secara dini bukanlah suatu faktor kebetulan atau nasib,
melainkan adalah tanggung jawab dari para wanita dan dokter. Wanita harus
mengetahui keadaan normal payudara sehingga dapat menyadari adanya perubahan
pada payudaranya. Sedangkan bagi pihak medis, menemukan kanker secara dini
membutuhkan upaya terpadu dan berkesinambungan untuk skrining dan deteksi dini
kanker payudara.
Berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais: Jumlah pasien kanker payudara yang
datang dalam stadium dini (stadium I dan II) adalah 13,42%, stadium III sebesar
17% dan lebih banyak (29,98%) datang dengan stadium lanjut (stadium IV). Pasien
paling banyak datang dengan kekambuhan yaitu sebesar 39,66%.
Keterlambatan diagnostik dapat disebabkan oleh ketidaktahuan pasien (patient
delay), ketidaktahuan dokter/tenaga medis (doctor delay), atau keterlambatan rumah
sakit (hospital delay).
Banyak penelitian membuktikan bahwa deteksi dini kanker payudara dapat
menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya.
Usia.
Risiko menderita kanker payudara akan meningkat seiring dengan semakin tuanya
seseorang. Di RS Kanker Dharmais, usia rata-rata wanita yang pertama kali
didiagnosis kanker payudara adalah 48 tahun.
Haid pertama di usia kurang dari 10 tahun atau menopause (berhenti haid) di
usia lebih dari 55 tahun dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara.
Wanita yang tidak menikah, tidak memiliki anak, atau memiliki anak pertama
setelah usia 30 tahun juga dapat meningkatkan risiko.
Diet tinggi lemak dan alkohol meningkatkan kemungkinan hingga 1,5 kali
untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak banyak makan
lemak dan tidak minum alkohol.
Memiliki kerabat wanita dekat (seperti ibu kandung, kakak/adik, anak) dengan
kanker payudara dapat meningkatkan risiko kanker payudara sampai 2 kali
dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara.
Diperkirakan 20-30% wanita dengan kanker payudara memiliki anggota keluarga
yang juga memiliki riwayat kanker payudara.
Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter dapat mendeteksi sampai 85% kasus
kanker payudara.
Pemeriksaan Mammografi dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker payudara.
Biopsi dapat mendeteksi sampai 91% kanker payudara.
Tetapi bila ketiga pemeriksaan dini dilakukan semuanya, maka kanker payudara
dapat dideteksi secara dini hingga 99,5%.
Pemeriksaan Radiologis
Mammografi
Wanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya menjalani pemeriksaan mammografi
sekali setahun selama mereka dalam kondisi sehat.
Menggunakan mesin mammografi, payudara akan ditekan oleh dua plat untuk
meratakan dan menyebarkan jaringan. Keadaan ini mungkin menimbulkan rasa tidak
nyaman, tetapi sangat penting untuk menghasilkan gambar mammogram yang baik
dan dapat dibaca. Penekanan payudara ini hanya berlangsung beberapa detik.
Seluruh prosedur mammografi untuk satu payudara adalah sekitar 20 menit.
Hasil dari mammografi adalah film (mammogram) yang dapat diinterpretasi oleh
dokter bedah atau dokter ahli radiologi. Perubahan yang dapat terlihat dari
mammogram adalah :
Ultrasonografi (USG)
USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara. USG
dapat membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan
untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih
direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG
saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara.
Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi, kelainan pada payudara dapat
ditentukan dengan lebih akurat.
USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak semahal
pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat tergantung dari
pengalaman dan keahlian operator
PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan
metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan diserap oleh
sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel kanker dapat menggambarkan
derajat histologis dan potensi agresivitas tumor. PET Scan tidak direkomendasikan
untuk skrining rutin kanker payudara.
Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli
Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat
ditentukan ada tidaknya sel kanker.
Terdapat beberapa cara biopsi :
1.Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
2.Core Biopsy
3.Biopsi Bedah
Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum
yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan sedikit
jaringan payudara diambil. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal.
Hasil core biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi
adanya kanker. Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core
biopsy karena bentuknya.
Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat berupa :
- Tidak ada tanda kanker payudara
- Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan
tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik
dilanjutkan dengan biopsi bedah untuk mencapai diagnosis akhir.
- Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsi bedah yang
dapat dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker payudara.
Biopsi Bedah
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita
akan dirujuk ke dokter bedah untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil
pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu
dilakukan biopsi bedah.
Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien.
Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan
mengangkat tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat memeriksa dan
lebih meudah menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka biopsi akan dijahit. Hasil
biopsi akan diketahui 5-7 hari setelah operasi.
Penutup
Angka kematian akibat kanker payudara dapat ditekan dengan deteksi dini.
Penyebaran informasi tentang berbagai cara deteksi dini kanker sangat penting untuk
meningkatkan kesadaran wanita akan tingginya frekuensi penyakit kanker payudara
dan untuk menekan angka pasien yang datang dengan kanker payudara stadium
lanjut.
( Artikel oleh Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(onk))
Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali.[1]
Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD) dengan kode nomor 17.[2]
Patofisiologi
Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).
Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Non-invasif karsinoma
o Non-invasif duktal karsinoma
o Lobular karsinoma in situ
2. Invasif karsinoma
o Invasif duktal karsinoma
Papilobular karsinoma
Solid-tubular karsinoma
Scirrhous karsinoma
Special types
Mucinous karsinoma
Medulare karsinoma
o Invasif lobular karsinoma
Adenoid cystic karsinoma
karsinoma sel squamos
karsinoma sel spindel
Apocrin karsinoma
Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
Tubular karsinoma
Sekretori karsinoma
Lainnya
3. Paget's Disease
Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun
penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan
tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu
histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan,
scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling
banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health
Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan American College of Surgeons).
TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu node
atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh.
Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga
sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
penilaian TNM sebagai berikut:
• Stadium 0: T0 N0 M0
• Stadium 1: T1 N0 M0
• Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
• Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
• Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
• Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
• Stadium III C: Tiap T N3 M0
• Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1
Gejala klinis
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa:
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula
kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan
perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk
(peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin
lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:
• terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
• adanya nodul satelit pada kulit payudara;
• kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
• terdapat model parasternal;
• terdapat nodul supraklavikula;
• adanya edema lengan;
• adanya metastase jauh;
• serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter
lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan tidak
normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil,
menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari puting
susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri
tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara
(unilateral), dan cairan selain air susu.
Faktor-faktor penyebab
Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kanker payudara diantaranya:
Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang diturunkan
dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi pada
beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang
dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi
tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara
diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
Pengobatan kanker
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada
stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut &
Pressman, 1992):
Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi
lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb
dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah
pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi.
Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog
sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular
adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara,
pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri
dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara
sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor resiko terkena
kanker payudara ini [5]
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining
dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
• Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
• Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
• Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai
usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%.
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya
akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta
mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat
berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita.
Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan
dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
Langkah 1: Mulailah dengan melihat payudara anda di cermin dengan bahu lurus dan
lengan di pinggang.
* Apakah payudara anda memiliki ukuran, bentuk, dan warna seperti biasanya, kita harus
curiga apabila payudara memiliki besar yang tidak sama atau asimetris
* Puting susu berubah posisi atau tertarik (terdorong dan tertarik ke dalam)
* Kemerahan, rasa nyeri, ruam, atau pembengkakan.
Langkah 3: Ketika di depan cermin cari tanda-tanda apapun cairan yang keluar/berasal
dari salah satu atau kedua putting susu (ini bisa jadi cairan seperti susu, kuning atau
darah).
Tekan seluruh payudara dari atas ke bawah, dari satu sisi ke sisi lain – dari bagian atas ke
arah perut, dan dari ketiak ke tengah.
Mengikuti pola tersebut. Anda dapat mulai memeriksa puting susu, bergerak ke bagian
yang lebih besar dan lebih besar hingga mencapai tepi luar dari payudara. Anda juga
dapat memindahkan jari-jari anda secara vertikal ke atas dan ke bawah. Pastikan untuk
merasakan semua jaringan dari depan sampai belakang payudara: untuk kulit dan
jaringan di bawahnya, gunakan tekanan ringan. Sedangkan untuk jaringan yang lebih
dalam gunakan tekanan yang kuat.
Langkah 5: Rasakan payudara anda sambil berdiri atau duduk. Banyak wanita
yang menemukan cara yang mudah untuk memeriksa payudara mereka yaitu ketika kulit
mereka basah dan licin dengan melakukan langkah ini di shower (sementara mandi).
Menekan seluruh payudara melakukan gerakan tangan yang sama seperti dijelaskan pada
Langkah 4.