You are on page 1of 15

Doctor Blog

2010-03-09 :. blog
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B (Onk)

Di Indonesia, kanker payudara menduduki posisi kedua di bawah kanker leher


rahim sebagai penyebab kematian tertinggi pada wanita. Angka kematian akibat
kanker payudara cukup tinggi karena banyak pasien datang dengan kondisi
terlambat.

Menemukan kanker payudara secara dini bukanlah suatu faktor kebetulan atau nasib,
melainkan adalah tanggung jawab dari para wanita dan dokter. Wanita harus
mengetahui keadaan normal payudara sehingga dapat menyadari adanya perubahan
pada payudaranya. Sedangkan bagi pihak medis, menemukan kanker secara dini
membutuhkan upaya terpadu dan berkesinambungan untuk skrining dan deteksi dini
kanker payudara.

Berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais: Jumlah pasien kanker payudara yang
datang dalam stadium dini (stadium I dan II) adalah 13,42%, stadium III sebesar
17% dan lebih banyak (29,98%) datang dengan stadium lanjut (stadium IV). Pasien
paling banyak datang dengan kekambuhan yaitu sebesar 39,66%.
Keterlambatan diagnostik dapat disebabkan oleh ketidaktahuan pasien (patient
delay), ketidaktahuan dokter/tenaga medis (doctor delay), atau keterlambatan rumah
sakit (hospital delay).
Banyak penelitian membuktikan bahwa deteksi dini kanker payudara dapat
menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya.

Skrining vs Deteksi Dini


Skrining adalah tes dan pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orang-orang
yang belum menunjukkan gejala kanker.
Deteksi dini adalah upaya menggunakan alat bantu untuk memungkinkan kanker
didiagnosis lebih dini.
Skrining sangat baik dilakukan pada wanita yang memiliki faktor risiko untuk
kanker payudara.

Faktor Risiko Kanker Payudara


Faktor risiko kanker payudara adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
kemungkinan seseorang menderita kanker payudara. Beberapa faktor risiko tidak
dapat diubah seperti usia atau riwayat keluarga, tetapi ada juga faktor risiko yang
berhubungan dengan gaya hidup seperti merokok dan minum alcohol. Berikut adalah
faktor risiko yang penting untuk kanker payudara :

Usia.
Risiko menderita kanker payudara akan meningkat seiring dengan semakin tuanya
seseorang. Di RS Kanker Dharmais, usia rata-rata wanita yang pertama kali
didiagnosis kanker payudara adalah 48 tahun.
Haid pertama di usia kurang dari 10 tahun atau menopause (berhenti haid) di
usia lebih dari 55 tahun dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara.

Wanita yang tidak menikah, tidak memiliki anak, atau memiliki anak pertama
setelah usia 30 tahun juga dapat meningkatkan risiko.

Riwayat menggunakan preparat hormonal seperti KB hormonal (pil, suntik,


susuk) atau terapi hormonal (misalnya terapi sulih hormon estrogen pada wanita
yang menopause) meningkatkan risiko kanker payudara.

Diet tinggi lemak dan alkohol meningkatkan kemungkinan hingga 1,5 kali
untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak banyak makan
lemak dan tidak minum alkohol.

Memiliki kerabat wanita dekat (seperti ibu kandung, kakak/adik, anak) dengan
kanker payudara dapat meningkatkan risiko kanker payudara sampai 2 kali
dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara.
Diperkirakan 20-30% wanita dengan kanker payudara memiliki anggota keluarga
yang juga memiliki riwayat kanker payudara.

Perubahan pada Payudara akibat Kanker

Benjolan Pada Payudara


Gejala paling sering pada kanker payudara adalah adanya benjolan. Kanker biasanya
hanya mengenai satu payudara. Jarang ditemukan wanita dengan kanker di kedua
payudara pada saat yang sama. Benjolan ini biasanya keras dengan permukaan yang
tidak rata. Benjolan biasanya tidak bergerak (terfiksasi). Seringkali benjolan TIDAK
disertai nyeri.

Perubahan pada Kulit Payudara


Kulit disekitar payudara dapat berwarna kemerahan, dan kadang terdapat cekungan
seperti lesung pipi di kulit payudara (dimpling). Pada keadaan lanjut, cekungan pada
kulit payudara ini semakin meluas dan banyak sehingga kulit payudara tampak
seperti kulit jeruk purut. Keadaan ini sering disebut peau d’orange.

Perubahan pada Puting Payudara


Banyak perubahan yang dapat terjadi pada puting payudara yang mungkin
merupakan gejala kanker. Luka pada puting susu yang tidak sembuh dalam 6 bulan,
apalagi bila disertai dengan perubahan kulit payudara dapat merupakan gejala
kanker.
Keluarnya cairan dari puting sisi berupa cairan warna merah atau kecoklatan. Cairan
ini dapat keluar sendiri atau baru keluar bila puting ditekan.
Puting yang tadinya normal menjadi tertarik ke dalam (nipple inversion). Keadaan
ini mungkin gejala kanker bila puting menjadi tertarik ke dalam seluruhnya, tidak
dapat lagi ditarik keluar, kulit puting terasa kering (gatal, terdapat kulit yang
menebal) dan berubah warna, serta teraba adanya benjolan di balik puting.

Deteksi Dini Kanker Payudara


Terdapat beberapa cara deteksi dini kanker payudara dengan tingkat akurasi yang
berbeda. Akurasi deteksi dini kanker payudara akan jauh bertambah bila ketiga tes
ini dikombinasi.

Cara deteksi dini kanker payudara adalah :


Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik Sadari)
Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
Pemeriksaan Radiologi (Mammografi dan/atau USG)
Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle Aspiration Biopsy atau Core Biopsy).

Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter dapat mendeteksi sampai 85% kasus
kanker payudara.
Pemeriksaan Mammografi dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker payudara.
Biopsi dapat mendeteksi sampai 91% kanker payudara.
Tetapi bila ketiga pemeriksaan dini dilakukan semuanya, maka kanker payudara
dapat dideteksi secara dini hingga 99,5%.

Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik SADARI)


Pemeriksaan SADARI sebaiknya dilakukan mulai usia remaja. Dilakukan sebulan
sekali, pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari pertama haid. Bila wanita
telah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan, misalnya
tanggal 10.

SADARI terdiri atas beberapa langkah:


1.Berdiri di depan cermin dengan berbagai posisi: mulai dari berdiri dengan lengan
di kedua sisi tubuh, lalu angkat lengan ke atas kepala. Lanjutkan dengan menekan
kedua tangan di pinggang, lalu gerakkan kedua lengan dan situ ke depan sambil
mengangkat bahu. Perhatikan tanda berikut :
a.Perubahan ukuran atau bentuk payudara
b.Adanya cekungan di kulit
c.Perubahan bentuk puting
d.Adanya nyeri yang terus menerus
2.Berbaring dan letakkan sebuah bantal kecil di bawah bahu kanan. Letakkan tangan
kanan di bawah kepala. Gunakan ketiga jari tangan kiri untuk memeriksa seluruh
payudara kanan termasuk daerah puting. Periksa mulai dari daerah ketiak, lalu
daerah luar payudara dan melingkar hingga ke daerah puting. Perhatikan tanda
berikut:
a.Adanya benjolan di payudara atau di ketiak
b.Daerah yang terasa menebal di payudara
3.Tekan puting dengan lembut untuk melihat adanya cairan atau darah yang keluar.
4.Ulang langkah 2 dan 3 untuk payudara kiri.

Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter


Wanita pada usia 20-39 tahuin sebaiknya menjalani pemeriksaan klinis payudara
oleh dokter sebagai baigan dari Medical Check Up setidaknya 3 tahun sekali. Setelah
usia 40 tahun, pemeriksaan klinis payudara harus dilakukan setidaknya sekali dalam
1 tahun.
Pemeriksaan klinis payudara baik dilakukan sebelum mammografi. Pemeriksaan
klinis ini adalah kesempatan bagi wanita dan dokter untuk berdiskusi tentang
perubahan yang terjadi pada payudara, jenis pemeriksaan untuk deteksi dini, dan
tentang faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan wanita menderita kanker
payudara.

Pemeriksaan Radiologis

Mammografi
Wanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya menjalani pemeriksaan mammografi
sekali setahun selama mereka dalam kondisi sehat.

Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat


memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu
mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker payudara dapat dideteksi dengan
akurasi sampai 90%.

Menggunakan mesin mammografi, payudara akan ditekan oleh dua plat untuk
meratakan dan menyebarkan jaringan. Keadaan ini mungkin menimbulkan rasa tidak
nyaman, tetapi sangat penting untuk menghasilkan gambar mammogram yang baik
dan dapat dibaca. Penekanan payudara ini hanya berlangsung beberapa detik.
Seluruh prosedur mammografi untuk satu payudara adalah sekitar 20 menit.

Hasil dari mammografi adalah film (mammogram) yang dapat diinterpretasi oleh
dokter bedah atau dokter ahli radiologi. Perubahan yang dapat terlihat dari
mammogram adalah :

Mikrokalsifikasi yaitu deposit-deposit kecil kalsium dalam jaringan payudara yang


terlihat sebagai titik-titik kecil putih di sekitar jaringan payudara. Mikrokalsifikasi
yang dicurigai sebagai tanda kanker adalan titik-titik yang sangat kecil, dan
berkumpul dalam suatu kelompok (cluster).
Massa yang tampak pada mammogram dapat disebabkan oleh kanker atau bukan
kanker, tetapi untuk memastikan biasanya dilakukan biopsi. Massa yang tampak
dapat berupa massa padat atau kistik (berongga dan berisi cairan).

Ultrasonografi (USG)
USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara. USG
dapat membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan
untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih
direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG
saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara.
Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi, kelainan pada payudara dapat
ditentukan dengan lebih akurat.
USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak semahal
pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat tergantung dari
pengalaman dan keahlian operator

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan MRI
direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan. MRI menggunakan
magnet dan gelombang radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh. Pemeriksaan
MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila menggunakan zat kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitif dari mammografi, tetapi MRI
memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi, maksudnya sering muncul gambaran
kelainan payudara yang ternyata bukan kanker. Itu sebabnya MRI tidak
direkomendasikan sebagai alat skrining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanker
payudara.

PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan
metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan diserap oleh
sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel kanker dapat menggambarkan
derajat histologis dan potensi agresivitas tumor. PET Scan tidak direkomendasikan
untuk skrining rutin kanker payudara.

Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli
Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat
ditentukan ada tidaknya sel kanker.
Terdapat beberapa cara biopsi :
1.Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
2.Core Biopsy
3.Biopsi Bedah

Fine Needle Aspiration Biopsy / Biopsi Jarum Halus


Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak memerlukan
persiapan khusus. Jaringan diambil menggunakan jarum halus di area tumor.Bila
tumor tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus dapat dilakukan dengan
tuntunan USG atau mammografi.
Pemeriksaan ini mungkin agak nyeri dan dapat menyebabkan memar ringan yang
akan hilang dalam 1-2 hari. Karena jaringan yang diambil hanya sedikit maka ada
kemungkinan sel kanker tidak terambil sehingga tidak terdeteksi.
Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan diagnosis meleset 10%.

Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum
yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan sedikit
jaringan payudara diambil. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal.
Hasil core biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi
adanya kanker. Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core
biopsy karena bentuknya.

Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat berupa :
- Tidak ada tanda kanker payudara
- Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan
tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik
dilanjutkan dengan biopsi bedah untuk mencapai diagnosis akhir.
- Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsi bedah yang
dapat dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker payudara.

Biopsi Bedah
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita
akan dirujuk ke dokter bedah untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil
pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu
dilakukan biopsi bedah.
Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien.
Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan
mengangkat tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat memeriksa dan
lebih meudah menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka biopsi akan dijahit. Hasil
biopsi akan diketahui 5-7 hari setelah operasi.

Penutup
Angka kematian akibat kanker payudara dapat ditekan dengan deteksi dini.
Penyebaran informasi tentang berbagai cara deteksi dini kanker sangat penting untuk
meningkatkan kesadaran wanita akan tingginya frekuensi penyakit kanker payudara
dan untuk menekan angka pasien yang datang dengan kanker payudara stadium
lanjut.
( Artikel oleh Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(onk))

Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali.[1]

Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD) dengan kode nomor 17.[2]

Patofisiologi
Transformasi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

Fase inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Fase promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).

Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Non-invasif karsinoma
o Non-invasif duktal karsinoma
o Lobular karsinoma in situ
2. Invasif karsinoma
o Invasif duktal karsinoma
 Papilobular karsinoma
 Solid-tubular karsinoma
 Scirrhous karsinoma
 Special types
 Mucinous karsinoma
 Medulare karsinoma
o Invasif lobular karsinoma
 Adenoid cystic karsinoma
 karsinoma sel squamos
 karsinoma sel spindel
 Apocrin karsinoma
 Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
 Tubular karsinoma
 Sekretori karsinoma
 Lainnya
3. Paget's Disease

Stadium

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun
penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan
tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan
pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu
histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan,
scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling
banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health
Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan American College of Surgeons).

Pada sistem TNM

TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu node
atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh.
Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga
sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
penilaian TNM sebagai berikut:

• T (tumor size), ukuran tumor:


o T 0: tidak ditemukan tumor primer
o T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
o T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
o T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
o T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar
tumor utama
• N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):
o N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
o N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
o N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
o N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau
pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum
• M (metastasis), penyebaran jauh:
o M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
o M 0: tidak terdapat metastasis jauh
o M 1: terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian


digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

• Stadium 0: T0 N0 M0
• Stadium 1: T1 N0 M0
• Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
• Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
• Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
• Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
• Stadium III C: Tiap T N3 M0
• Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1

Gejala klinis
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa:

Benjolan pada payudara

Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula
kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan
perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.

Erosi atau eksema puting susu

Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk
(peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin
lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:

• Pendarahan pada puting susu.


• Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar,
sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
• Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema)
pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990).

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:

• terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
• adanya nodul satelit pada kulit payudara;
• kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
• terdapat model parasternal;
• terdapat nodul supraklavikula;
• adanya edema lengan;
• adanya metastase jauh;
• serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter
lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

Keluarnya cairan (Nipple discharge)

Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan tidak
normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil,
menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari puting
susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri
tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara
(unilateral), dan cairan selain air susu.
Faktor-faktor penyebab
Faktor risiko

Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kanker payudara diantaranya:

1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko


terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko
utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara
terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window
of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,
payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25%
kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan
awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi
estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak
terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap
rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau
menjadi ganas[3].
3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis,
tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia
atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap
kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan
kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap
terjadinya keganasan ini.
5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8
tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker
payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
6. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier
dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen
yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk
kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa
kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1,
yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi
kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70
tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di
usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun [4]

Faktor Genetik

Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang diturunkan
dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi pada
beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang
dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi
tumor.

Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara
diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.

Pengobatan kanker
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada
stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:

Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut &
Pressman, 1992):

• Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,


jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di
sekitar ketiak.
• Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja,
tetapi bukan kelenjar di ketiak.
• Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada
pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

Radiasi

Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi
lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb
dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker
pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah
pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi.

Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog
sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular
adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara,
pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:

Pencegahan primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri
dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara
sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor resiko terkena
kanker payudara ini [5]

Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena
kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan
populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining
dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:

• Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
• Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
• Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai
usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%.

Pencegahan tertier

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya
akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta
mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat
berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita.
Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan
dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.

Waspadai Kanker Payudara. Gambar, Video dan Cara


Pemeriksaan Payudara Sendiri. Breast Self Exam
(BSE)
Posted on January 11, 2009 by Alhamsyah Blog

Berikut Lima Langkah Sederhana Pemeriksaan Payudara ‘Sendiri’ beserta Gambar


cara pemeriksaan payudara:

Langkah 1: Mulailah dengan melihat payudara anda di cermin dengan bahu lurus dan
lengan di pinggang.

Inilah yang mesti dicari:

* Apakah payudara anda memiliki ukuran, bentuk, dan warna seperti biasanya, kita harus
curiga apabila payudara memiliki besar yang tidak sama atau asimetris

* Penampakan payudara rata tanpa terlihat distorsi atau bengkak.

Jika Anda melihat perubahan berikut, bawalah ke dokter untuk diperiksa:

* Dimpling (permukaan tertarik/cekung), puckering (kerutan), atau bengkak pada kulit

* Puting susu berubah posisi atau tertarik (terdorong dan tertarik ke dalam)
* Kemerahan, rasa nyeri, ruam, atau pembengkakan.

Langkah 2: Angkat lengan dan cari perubahan yang sama.

Langkah 3: Ketika di depan cermin cari tanda-tanda apapun cairan yang keluar/berasal
dari salah satu atau kedua putting susu (ini bisa jadi cairan seperti susu, kuning atau
darah).

Langkah 4: Selanjutnya, periksa payudara anda sementara berbaring, gunakan


tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri dan gunakan tangan kiri untuk memeriksa
payudara kanan. Palpasi dilakukan dengan perlahan, sentuhan lembut dengan ujung jari
tangan secara bersamaan. Lakukan melingkar setiap bagian payudara.

Tekan seluruh payudara dari atas ke bawah, dari satu sisi ke sisi lain – dari bagian atas ke
arah perut, dan dari ketiak ke tengah.

Mengikuti pola tersebut. Anda dapat mulai memeriksa puting susu, bergerak ke bagian
yang lebih besar dan lebih besar hingga mencapai tepi luar dari payudara. Anda juga
dapat memindahkan jari-jari anda secara vertikal ke atas dan ke bawah. Pastikan untuk
merasakan semua jaringan dari depan sampai belakang payudara: untuk kulit dan
jaringan di bawahnya, gunakan tekanan ringan. Sedangkan untuk jaringan yang lebih
dalam gunakan tekanan yang kuat.

Langkah 5: Rasakan payudara anda sambil berdiri atau duduk. Banyak wanita
yang menemukan cara yang mudah untuk memeriksa payudara mereka yaitu ketika kulit
mereka basah dan licin dengan melakukan langkah ini di shower (sementara mandi).
Menekan seluruh payudara melakukan gerakan tangan yang sama seperti dijelaskan pada
Langkah 4.

You might also like