You are on page 1of 28

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan

darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya
tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama
gagal jantung kronis.

Tekanan Darah

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai
“normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

Klasifikasi

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa
tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya
diberikan perawatan.

Pengaturan tekanan darah

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
 Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang
sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika:

 Aktivitas memompa jantung berkurang


 Arteri mengalami pelebaran
 Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal
dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis).

Perubahan fungsi ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

 Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
 Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
 Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.

Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.

Sistem saraf otonom


Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu
akan:

 meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap
ancaman dari luar)
 meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian
besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka,
yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
 mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume
darah dalam tubuh
 melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang
merangsang jantung dan pembuluh darah.

Gejala

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

 sakit kepala
 kelelahan
 mual
 muntah
 sesak nafas
 gelisah
 pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.

Penyebab hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1.      Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

2.      Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan
yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1.      Penyakit Ginjal

 Stenosis arteri renalis


 Pielonefritis
 Glomerulonefritis
 Tumor-tumor ginjal
 Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
 Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
 Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2.      Kelainan Hormonal

 Hiperaldosteronism
 Sindroma Cushing
 Feokromositoma

3.      Obat-obatan

 Pil KB
 Kortikosteroid
 Siklosporin
 Eritropoietin
 Kokain
 Penyalahgunaan alkohol
 Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

4.   Penyebab Lainnya


 Koartasio aorta
 Preeklamsi pada kehamilan
 Porfiria intermiten akut
 Keracunan timbal akut.

NOTE :

 Untuk pencegahan hipertensi dapat menggunakan kapsul Madetens


 Pengobatan hipertensi / stroke dapat menggunakan ramuan Paket Stroke/Darah Tinggi

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg

atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG

dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau

lebih. (Barbara Hearrison 1997)

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah

peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140

mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.

Etilogi.

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi

terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan

perifer

Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau

transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

c. Stress Lingkungan

d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta

pelabaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti

genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system

rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.

b. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan

kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Patofisiologi

Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel

jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan

apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin

yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada

angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh

darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.

Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan

retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan

darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan


pada organ organ seperti jantung.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan

tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain,

rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah,

muka pucat suhu tubuh rendah.

Komplikasi

Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata

berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,

gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

Penatalaksanaan Medis

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis

penatalaksanaan:

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.

1. Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan

tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan

kadar adosteron dalam plasma.

2. Aktivitas.

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan

batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,

bersepeda atau berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulakn intoleransi.

5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti

golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,

golongan penghambat konversi rennin angitensin.

Test diagnostic.

a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :

hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM.

e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang

P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.


g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

Pengkajian

a. Aktivitas/ Istirahat.

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

b. Sirkulasi

Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup

dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.

Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,

radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,

kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian

kapiler mungkin lambat/ bertunda.

c. Integritas Ego.

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple

(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,

tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola

bicara.

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.)

e. Makanan/cairan

Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak

serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini

(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic

Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

f. Neurosensori

Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,

subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan

setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,

epistakis).

Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,

efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.

g. Nyeri/ ketidaknyaman

Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit

kepala.

h. Pernafasan

Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,

ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi

nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

i. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.


j. Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit

jantung, DM.

Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,

penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.

Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam

terapi obat.

Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 .

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi

pembuluh darah.

Kriteria Hasil :

Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban

kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat

diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang

normal pasien.

Intervensi

1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran

yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan

karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi.

Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi

(peningkatan SVR) dan kongesti vena).


3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada

pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3

menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,

mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya

atau gagal jantung kronik).

4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

(adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat

mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).

5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal

jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).

6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan

ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk

menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi).

7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat

menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,

sehingga akan menurunkan tekanan darah).

8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti

hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).

Dignosa 2

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak

seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Kriteria Hasil :

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,


melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :

frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan

TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,

pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien

terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja

/ jantung).

2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan

/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada

aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat

penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).

3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi

oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah

oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan

tiba-tiba pada kerja jantung).

4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,

menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan

energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen).

5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.

(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan

mencegah kelemahan).
Diagnosa 3

Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler cerebral.

Kriteria Hasil :

Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan

metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang

diresepkan.

Intervensi

1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi /

meningkatkan relaksasi).

2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,

misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik

relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan

menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit

kepala dan komplikasinya).

3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan

sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas

yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya

peningkatkan tekanan vakuler serebral).

4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan

oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).

5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah

makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).


6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,

diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf

simpatis).

Diagnosa 4

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.

Kriteria Hasil :

klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan,

menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang

tepat secara individu.

Intervensi

1. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan

kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena

disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan

dengan masa tumbuh).

2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan

lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang

terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk

hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal

jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler

dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).

3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk

penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk


menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak

berhasil).

4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi

kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam

menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).

5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :

penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori

seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat

badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan

kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah

kebiasaan makan).

6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan

dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat

makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang

dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian

pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan).

7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan

dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll)

dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).

(Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam

mencegah perkembangan aterogenesis).

8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan

bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).


Diagnosa 5

Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak

efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.

Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan

kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial

situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.

Intervensi

1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,

Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan

berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk

megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan

mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).

2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak

mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme

koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan

diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).

3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan

strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah

pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).

4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi

maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan memberikan klien


perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping,

dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.

5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan

pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda

inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif

terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,

kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang

perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).

6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan

hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan

diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara

realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).

Diagnosa 6

Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn

Kriteria hasil

1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.

2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang

perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.

Intervensi

3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler

yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan

kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60

cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor resiko


ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit

kardiovaskuler serta ginjal).

4. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.

(kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang

sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk

mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima

realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku

tidak akan dipertahankan).

5. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi

tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudahj

dalam menentukan intervensi).

6. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi

(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat

lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien

tentang proses penyakit hipertensi).

IV. Evaluasi

Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat

teratasi, rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang, klien dapat

mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat menggunakan mekanisme

koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya.

Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi hipertensi. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor.Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat
respon vasokontriktor pembuluh darah. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Lebih lanjut tentang: Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi dan Faktor-Faktor Risikonya

Technorati Tags: hipertensi,pengertian hipertensi,epidemiologi hipertensi,faktor risiko


hipertensi,beban ekonomi hipertensi

Pengertian

Hipertensi berasal dari dua kata, hiper = tinggi dan tensi = tekanan darah, merupakan penyakit
yang sudah lama dikenal. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai
akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. ASH membagi hipertensi
menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok normal, hipertensi tahap 1, tahap 2 dan tahap 3.

Epidemiologi

Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh dunia atau
sekitar 13 % dari total kematian. Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi.
Prevalensi hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan
darah sistole 127,33 mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita indonesia.
Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita. Penelitian lain
menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan insiden dan prevalensi,
berkaitan erat dengan perubahan pola makan, penurunan aktivitas fisik, kenaikan kejadian stres
dan lain-lain.

Penyebab dan faktor risiko

Sampai saat ini penyebab hipertensi belum jelas. Fakta yang ada sampai saat ini hipertensi
disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor genetika dan faktor lingkungan. Faktor-faktor risiko
hipertensi antara lain :

Faktor genetik (tidak dapat dimodifikasi) :

 Usia, hipertensi umumnya berkembang antara 35 – 55 tahun


 Etnis,  etnis Amerika keturunan Afrika menempati risiko tertinggi terkena hipertensi
 Keturunan, beberapa peneliti meyakini bahwa 30-60% kasus hipertensi adalah diturunkan
secara genetis.

Faktor lingkungan  (dapat dimodifikasi)

 Diet, makanan dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah seiring
dengan bertambahnya usia.
 Obesitas/kegemukan, tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan berat badan.
 Merokok, dapat meningkatkan tekanan darah dan cenderung terkena penyakit jantung
koroner.
 Kondisi penyakit lain, seperti diabetes melitus tipe 2 cenderung meningkatkan risiko
peningkatan tekanan darah 2 kali lipat.

Pemahaman keliru

Sebenarnya penyakit ini dapat ditangani secara mudah dengan adanya obat-obat anti hipertensi
yang tersedia. Namun adanya pemahaman yang keliru bahwa hipertensi bukan merupakan
penyakit akan tetapi merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah dengan pertambahan usia.
Hal ini menyebabkan penanganannya menjadi terlambat. Hipertensi yang dibiarkan tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi berupa penyakit jantung dan pembuluh darah,
stroke, gangguan fungsi ginjal, kerusakan mata dan kematian dini.

Beban ekonomi

Beban ekonomi yang ditimbulkan penyakit hipertensi dapat menjadi sangat besar bila
dibandingkan penyakit kronis lain seperti penyakit jantung, diabetes, artritis, alergi dan depresi.
Beban ekonomi ini dapat dihitung dari biaya berobat selama satu tahun atau seumur hidup, biaya
hari produktif yang hilang karena perawatan , biaya untuk menangani komplikasi penyakit
hipertensi, kematian dini dan lain-
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak,
protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa
konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus,
aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000
anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan dengan pria.

Prevalensinya di daerah luar Jawa dan Bali lebih besar dibandingkan di kedua pulau itu.
Hal tersebut terkait erat dengan pola makan, terutama konsumsi garam, yang umumnya
lebih tinggi di luar Pulau Jawa dan Bali.

Pengaturan menu bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan empat cara.
Cara pertama adalah diet rendah garam, yang terdiri dari diet ringan (konsumsi garam
3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per hari) dan berat (kurang dari
1,25 gram per hari).
Cara kedua, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas. Cara ketiga, diet tinggi serat.
Dan keempat, diet rendah energi (bagi yang kegemukan).

Jenis Hipertensi
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi.

Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder.
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.

Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 persen
pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.

Golongan kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah
pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.

Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol (seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Hipertensi dapat dicegah
dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup.

Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah


sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah
tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat
jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang
dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).

Tekanan darah normal (normotensif) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke


seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Berdasarkan diastolik
dan sistolik, penggolongan tekanan darah serta saran yang dianjurkan adalah seperti
pada Tabel 1.

Mekanisme Terjadinya Hipertensi


Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari
hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat
ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening
(retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati.

Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin
I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya.

Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara


menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Ambang Batas Rasa


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium memegang peranan penting terhadap
timbulnya hipertensi. Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan ekstraseluler.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan


ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi.

Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber


natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan
(monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat.

Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih
karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan
garam.

Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang
tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak
tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi
makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).

Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari penyedap
masakan (MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang sangat
mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan penyedia
jasa katering selalu menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia sudah begitu
bebasnya, sehingga penjual bakso, bubur ayam, soto, dan lain-lain, dengan seenaknya
menambahkannya ke dalam mangkok tanpa takaran yang jelas.

Imbangi Kalium
Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam
cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium
yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga
cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.

Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi
natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-
buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain. Secara alami, banyak bahan pangan yang
memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi dibandingkan dengan natrium.
Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak
menambahkan garam ke dalamnya.

Sebagai contoh, rasio kalium terhadap natrium pada tomat segar adalah 100:1, menjadi
10:6 pada tomat kaleng dan 1:28 pada saus tomat. Contoh lain adalah rasio kalium
terhadap natrium pada kentang bakar 100:1, menjadi 10:9 pada keripik, dan 1:1,7
salad kentang.
Dari data tersebut tampak bahwa proses pengolahan menyebabkan tingginya kadar
natrium di dalam bahan, sehingga cenderung menaikkan tekanan darah.(Prof. DR. Ir.
Made Astawan, MS.
Guru Besar Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB)

Sumber: http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0301/23/gizi.htm

Hipertensi merupakan faktor resiko penting penyakit jantung koroner di


Indonesia. Hipertensi adalah keadaan tubuh kehilangan atau kurang
mampu mengendalikan tekanan darah sehingga mengalami tekanan berlebih
atau biasa dikenal sebagai tekanan darah tinggi.

Jika tidak terkendali, hipertensi dapat menimbulkan komplikasi ke otak


sehingga terjadi stroke, mempengaruhi ginjal dan jantung. Resiko pada
jantung dapat mencapai angka 75% berupa pembengkakan jantung (left
ventricel hyperthophy), penyempitan pembuluh darah koroner (coronary
artery disease), atau kombinasi keduanya. Ketiga komplikasi tersebut
akan meningkatkan angka kematian kardiovaskuler atau gagal jantung.
Hipertensi dapat ditangani dengan baik, bila diketahui penyebabnya.
Bila penyebabnya dikendalikan dengan baik, maka tekanan darah akan
turun dengan sendirinya. Sayangnya, sekitar 90% kejadian hipertensi
tidak diketahui penyebabnya (kemungkian perubahan pada jantung dan
pembuluh darah) dan hanya 10% saja yang diketahui penyebabnya, yang
umumnya diakibatkan oleh penyakit ginjal (5-10%), kelainan hormonal
atau pemakaian obat tertentu seperti pil KB (1-2%).

Kekurangan oksigen juga dapat menimbulkan terjadinya hipertensi. Tubuh


bisa kekurangan oksigen bila ada sumbatan-sumbatan pada pembuluh darah
yang menghalangi masuknya darah yang berisi oskigen ke organ penting
tubuh, atau juga karena memang ketersediaan oksigen di dalam tubuh
tidak memadai. Ketika tubuh kekurangan oksigen, sebagai contoh otak,
maka jantung akan berdenyut dengan kekuatan yang lebih besar untuk
memompakan darah ke otak. Sebelum memasukkan darah secukupnya, tekanan
darah yang terukur sepertinya agak naik. Sebentar kemudian darah bisa
mengalir masuk ke dalam otak, dan jika darah yang disuplai ke otak
terpenuhi, oksigen dan zat lainnya terpenuhi, dengan sendirinya
tekanan darah akan turun. Ini adalah konsep keseimbangan.

Umumnya orang yang mengidap tekanan darah tinggi selalu mengkonsumsi


obat penurun tekanan darah. Namun, ketika darah anda terhambat, lalu
anda mengkonsumsi obat penurun tekanan darah, lantas apa darah itu
sudah pasti bisa melewatinya? Tentu saja tidak! Itu juga yang menjadi
alasan, mengapa mengkonsumsi obat penurun tekanan darah, hasilnya
justru sebaliknya malah membuat tekanan darah semakin tinggi. Sebab,
dengan menurunkan tekanan darah, darah di dalam otak malah semakin
berkurang. Saat demikian, otak tetap saja tidak memiliki oksigen dan
zat yang cukup, karena itu, jantung terpaksa menggunakan kekuatan yang
lebih besar untuk menekannya. Meski jantung anda telah berupaya
semaksimal mungkin, tetap saja tidak bisa mendukung darah masuk ke
otak untuk memperkuat otot jantung mengalirkan darah ke organ yang
ditujunya. Akibatnya, otot jantung akan menjadi semakin besar,
sehingga terjadilah apa yang disebut pembesaran otot jantung.

Kalau otot jantung menjadi besar, lebih mudah menyebabkan tekanan


darah tinggi menjadi bersifat permanen. Jika ada sedikit kerapuhan
pada pembuluh darah otak (sisi dalam dinding pembuluh darah menghimpun
sejumlah besar kolesterol sehingga dinding berubah menjadi lebih
rapuh), maka lebih mudah pecah dan mengakibatkan perdarahan otak.
Kaitan tekanan darah tinggi dengan stroke terletak di sini. Para
dokter menganggap, bila tekanan darah naik harus diturunkan. Begitu
pula dengan pasien sekarang selalu menganggap, bila tekanan darah
naik, harus diturunkan. Bila berobat ke dokter, dan tidak diberi resep
obat penurun tekanan darah, pasti merasa tidak puas. Umumnya orang
akan merasa, jika tekanan darah tidak turun, mungkin dapat menyebabkan
stroke. Akibatnya, demi menurunkan tekanan darah malah mengakibatkan
kekurangan oksigen pada otak, sehingga akhirnya sistem keseimbangan
tubuh membuat tekanan darah semakin tinggi dan semakin mudah membuat
penderita terkena stroke.

Menilik dari konsep tersebut maka untuk menangani hipertensi adalah


dengan memperbaiki peredaran darah, membersihkan sumbatan-sumbatan dan
meningkatkan ketersediaan oksigen serta mengobati penyakit penyerta.
Bila darah sudah mengalir dengan lancar, maka secara otomatis tekanan
darah akan menjadi normal secara permanen, jadi bukannya dengan serta
merta menegak pil penurun tekanan darah. Pola hidup sehat yaitu pola
makan seimbang disertai olah raga teratur tetap menjadi faktor yang
penting didalam pengobatan dan pengendalian hipertensi.

Hydroxygen Plus adalah produk nutrisi alamiah, yang telah mendapatkan


paten internasional, yang mampu menghasilkan oksigen ke sel-sel tubuh
anda, disamping substansi pembangun lainnya seperti asam amino, trace
mineral, probiotic agent, dan enzim.

readmore :
http://hydroxygenplus.blogspot.com/search/label/Hipertensi%20%28darah%
20tinggi%2

Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau kekuatan menekan
darah pada dinding rongga di mana darah itu berada.
 
Mengukur tekanan darah
Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan mmHg (millimeter air raksa) pada alat
tekanan darah/ tensi meter, yaitu sistolik dan diastolik.
Sistolik, adalah angka yang tertinggi ialah tekanan darah pada waktu jantung sedang menguncup atau
sedang melakukan kontraksi.
Diastolik, adalah angka yang terendah pada waktu jantung mengembang berada di dalam akhir
relaksasi.
Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG artinya tekanan sistolik 120 dan tekanan diastolic 80 mmHg.
 
Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :
1. Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk memasukkan darah ke dalam
batang pembuluh nadi.
2. Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.
3. Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.
 
Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal < 120 mmHg  
Normal < 130 mmHg < 80 mmHg
Normal tinggi 130 – 139 mmHg < 85 mmHg
Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 85 – 89 mmHg
Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 90 – 99 mmHg
Hipertensi berat  > 180 mmHg 100 – 109 mmHg
> 110 mmHg
 
Tekanan darah normal
Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada keadaan dan dipengaruhi oleh
aktivitas seseorang, jadi tekanan darah normalpun bervariasi.
Orang dewasa bila tekanan darah menunjukkan angka 140/ 90 mmHg ke atas dianggap tidak normal.
Ada anggapan tekanan darah rendah kurang baik, hal tersebut kurang tepat. Sebab data statistik
menunjukkan bahwa orang dengan tekanan darah rendah mempunyai umur yang sama dengan yang
disebut normal.
Yang terbaik adalah menjaga tekanan darah agar normal dan anggapan bahwa semakin bertambah usia
tekanan darah lebih tinggi tidak menjadi masalah, adalah anggapan yang perlu diluruskan, karena
berdasarkan data statistik orang tua yang tekanan darahnya berkisar di normal, kecenderungan
mendapat gangguan stroke rendah. Periksa tekanan darah secara teratur minimal 6 bulan sekali atau
setiap kali ke dokter/ fasilitas kesehatan.
 
Tekanan darah harian
Tekanan darah bervariasi selama 24 jam, tergantung pada :
1. Aktivitas fisik
2. Pengaruh emosi
3. Pengaruh zat-zat dalam badan (hormon-hormon).
 
Penyebab hipertensi
Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.
Hipertensi esensial, adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui penyebabnya. Ada 10 – 16%
orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.
Hipertensi sekunder, adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya. Hipertesnsi jenis ini hanya
sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
Beberapa penyebab hipertensi sekunder, antara lain :
 Penyakit ginjal
 Kelainan hormon
 Kelainan pembuluh darah
 
Gejala-gejala hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
 Sebagian besar tidak ada gejala
 Sakit pada bagian belakang kepala
 Leher terasa kaku
 Mudah tersinggung
 Sukar tidur.
Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi. Sering juga seseorang
dengan keluhan dakit belakang kepala, mudah tersinggung dan sukar tidur, ketika diukur tekanan
darahnya menunjukkan angka tekanan darah yang normal.
Satu-satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur tekanan darah.
 
Akibat-akibat hipertensi
Hipertensi bila tidak dikontrol dapat menimbulkan komplikasi serius, antara lain :
 Kerusakan ginjal
 Kerusakan pembuluh darah
 Pendarahan otak/ stroke
 Kelumpuhan
 Pembesaran jantung/ payah jantung
 Penyempitan pembuluh darah koroner/ serangan jantung.
 
Pengobatan hipertensi
Pengobatan hipertensi yang paling baik adalah :
 Selalu mengontrol tekanan darah secara teratur dengan memeriksakan diri ke dokter
 Selalu minum obat teratur meskipun tanpa keluhan
 Mengurangi konsumsi garam
 Perbanyak konsumsi sayur dan buah
 Mematuhi nasihat dokter.
 
Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi dengan cara :
Memeriksa tekanan darah secara teratur
Menjaga berat badan ideal
Mengurangi konsumsi garam
Jangan merokok
Berolahraga secara teratur
Hidup secara teratur
Mengurangi stress
Jangan terburu-buru
Menghindari makanan berlemak 

Sumber : Detiknews.com

You might also like