Professional Documents
Culture Documents
darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya
tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama
gagal jantung kronis.
Tekanan Darah
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai
“normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Klasifikasi
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa
tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya
diberikan perawatan.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang
sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika:
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal
dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis).
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap
ancaman dari luar)
meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian
besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka,
yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume
darah dalam tubuh
melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang
merangsang jantung dan pembuluh darah.
Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.
Penyebab hipertensi
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan
yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Hiperaldosteronism
Sindroma Cushing
Feokromositoma
3. Obat-obatan
Pil KB
Kortikosteroid
Siklosporin
Eritropoietin
Kokain
Penyalahgunaan alkohol
Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
NOTE :
atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140
Etilogi.
perifer
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
c. Stress Lingkungan
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Patofisiologi
jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
Manifestasi Klinis
rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah,
Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
Penatalaksanaan Medis
penatalaksanaan:
1. Diet
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
2. Aktivitas.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
Test diagnostic.
hipokoagulabilitas, anemia.
ada DM.
perbaikan ginjal.
pembesaran jantung.
Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat.
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego.
bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.)
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
f. Neurosensori
epistakis).
g. Nyeri/ ketidaknyaman
kepala.
h. Pernafasan
i. Keamanan
jantung, DM.
terapi obat.
Diagnosa 1 .
pembuluh darah.
Kriteria Hasil :
normal pasien.
Intervensi
(adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
Dignosa 2
Kriteria Hasil :
Intervensi
/ jantung).
mencegah kelemahan).
Diagnosa 3
Kriteria Hasil :
diresepkan.
Intervensi
meningkatkan relaksasi).
misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
simpatis).
Diagnosa 4
Kriteria Hasil :
Intervensi
berhasil).
seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat
kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah
kebiasaan makan).
dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat
dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll)
Kriteria Hasil :
Intervensi
pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda
terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,
kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang
Diagnosa 6
Kriteria hasil
Intervensi
yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60
IV. Evaluasi
koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya.
Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi hipertensi. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor.Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat
respon vasokontriktor pembuluh darah. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Pengertian
Hipertensi berasal dari dua kata, hiper = tinggi dan tensi = tekanan darah, merupakan penyakit
yang sudah lama dikenal. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai
akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. ASH membagi hipertensi
menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok normal, hipertensi tahap 1, tahap 2 dan tahap 3.
Epidemiologi
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh dunia atau
sekitar 13 % dari total kematian. Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi.
Prevalensi hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan
darah sistole 127,33 mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita indonesia.
Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita. Penelitian lain
menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan insiden dan prevalensi,
berkaitan erat dengan perubahan pola makan, penurunan aktivitas fisik, kenaikan kejadian stres
dan lain-lain.
Sampai saat ini penyebab hipertensi belum jelas. Fakta yang ada sampai saat ini hipertensi
disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor genetika dan faktor lingkungan. Faktor-faktor risiko
hipertensi antara lain :
Diet, makanan dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah seiring
dengan bertambahnya usia.
Obesitas/kegemukan, tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan berat badan.
Merokok, dapat meningkatkan tekanan darah dan cenderung terkena penyakit jantung
koroner.
Kondisi penyakit lain, seperti diabetes melitus tipe 2 cenderung meningkatkan risiko
peningkatan tekanan darah 2 kali lipat.
Pemahaman keliru
Sebenarnya penyakit ini dapat ditangani secara mudah dengan adanya obat-obat anti hipertensi
yang tersedia. Namun adanya pemahaman yang keliru bahwa hipertensi bukan merupakan
penyakit akan tetapi merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah dengan pertambahan usia.
Hal ini menyebabkan penanganannya menjadi terlambat. Hipertensi yang dibiarkan tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi berupa penyakit jantung dan pembuluh darah,
stroke, gangguan fungsi ginjal, kerusakan mata dan kematian dini.
Beban ekonomi
Beban ekonomi yang ditimbulkan penyakit hipertensi dapat menjadi sangat besar bila
dibandingkan penyakit kronis lain seperti penyakit jantung, diabetes, artritis, alergi dan depresi.
Beban ekonomi ini dapat dihitung dari biaya berobat selama satu tahun atau seumur hidup, biaya
hari produktif yang hilang karena perawatan , biaya untuk menangani komplikasi penyakit
hipertensi, kematian dini dan lain-
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak,
protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa
konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus,
aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000
anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan dengan pria.
Prevalensinya di daerah luar Jawa dan Bali lebih besar dibandingkan di kedua pulau itu.
Hal tersebut terkait erat dengan pola makan, terutama konsumsi garam, yang umumnya
lebih tinggi di luar Pulau Jawa dan Bali.
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan empat cara.
Cara pertama adalah diet rendah garam, yang terdiri dari diet ringan (konsumsi garam
3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per hari) dan berat (kurang dari
1,25 gram per hari).
Cara kedua, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas. Cara ketiga, diet tinggi serat.
Dan keempat, diet rendah energi (bagi yang kegemukan).
Jenis Hipertensi
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi.
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder.
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.
Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 persen
pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
Golongan kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah
pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol (seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Hipertensi dapat dicegah
dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin
I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih
karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan
garam.
Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang
tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak
tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi
makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari penyedap
masakan (MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang sangat
mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan penyedia
jasa katering selalu menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia sudah begitu
bebasnya, sehingga penjual bakso, bubur ayam, soto, dan lain-lain, dengan seenaknya
menambahkannya ke dalam mangkok tanpa takaran yang jelas.
Imbangi Kalium
Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam
cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium
yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga
cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi
natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-
buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain. Secara alami, banyak bahan pangan yang
memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi dibandingkan dengan natrium.
Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak
menambahkan garam ke dalamnya.
Sebagai contoh, rasio kalium terhadap natrium pada tomat segar adalah 100:1, menjadi
10:6 pada tomat kaleng dan 1:28 pada saus tomat. Contoh lain adalah rasio kalium
terhadap natrium pada kentang bakar 100:1, menjadi 10:9 pada keripik, dan 1:1,7
salad kentang.
Dari data tersebut tampak bahwa proses pengolahan menyebabkan tingginya kadar
natrium di dalam bahan, sehingga cenderung menaikkan tekanan darah.(Prof. DR. Ir.
Made Astawan, MS.
Guru Besar Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB)
Sumber: http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0301/23/gizi.htm
readmore :
http://hydroxygenplus.blogspot.com/search/label/Hipertensi%20%28darah%
20tinggi%2
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau kekuatan menekan
darah pada dinding rongga di mana darah itu berada.
Mengukur tekanan darah
Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan mmHg (millimeter air raksa) pada alat
tekanan darah/ tensi meter, yaitu sistolik dan diastolik.
Sistolik, adalah angka yang tertinggi ialah tekanan darah pada waktu jantung sedang menguncup atau
sedang melakukan kontraksi.
Diastolik, adalah angka yang terendah pada waktu jantung mengembang berada di dalam akhir
relaksasi.
Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG artinya tekanan sistolik 120 dan tekanan diastolic 80 mmHg.
Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :
1. Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk memasukkan darah ke dalam
batang pembuluh nadi.
2. Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.
3. Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.
Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal < 120 mmHg
Normal < 130 mmHg < 80 mmHg
Normal tinggi 130 – 139 mmHg < 85 mmHg
Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 85 – 89 mmHg
Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 90 – 99 mmHg
Hipertensi berat > 180 mmHg 100 – 109 mmHg
> 110 mmHg
Tekanan darah normal
Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada keadaan dan dipengaruhi oleh
aktivitas seseorang, jadi tekanan darah normalpun bervariasi.
Orang dewasa bila tekanan darah menunjukkan angka 140/ 90 mmHg ke atas dianggap tidak normal.
Ada anggapan tekanan darah rendah kurang baik, hal tersebut kurang tepat. Sebab data statistik
menunjukkan bahwa orang dengan tekanan darah rendah mempunyai umur yang sama dengan yang
disebut normal.
Yang terbaik adalah menjaga tekanan darah agar normal dan anggapan bahwa semakin bertambah usia
tekanan darah lebih tinggi tidak menjadi masalah, adalah anggapan yang perlu diluruskan, karena
berdasarkan data statistik orang tua yang tekanan darahnya berkisar di normal, kecenderungan
mendapat gangguan stroke rendah. Periksa tekanan darah secara teratur minimal 6 bulan sekali atau
setiap kali ke dokter/ fasilitas kesehatan.
Tekanan darah harian
Tekanan darah bervariasi selama 24 jam, tergantung pada :
1. Aktivitas fisik
2. Pengaruh emosi
3. Pengaruh zat-zat dalam badan (hormon-hormon).
Penyebab hipertensi
Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.
Hipertensi esensial, adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui penyebabnya. Ada 10 – 16%
orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.
Hipertensi sekunder, adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya. Hipertesnsi jenis ini hanya
sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
Beberapa penyebab hipertensi sekunder, antara lain :
Penyakit ginjal
Kelainan hormon
Kelainan pembuluh darah
Gejala-gejala hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
Sebagian besar tidak ada gejala
Sakit pada bagian belakang kepala
Leher terasa kaku
Mudah tersinggung
Sukar tidur.
Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi. Sering juga seseorang
dengan keluhan dakit belakang kepala, mudah tersinggung dan sukar tidur, ketika diukur tekanan
darahnya menunjukkan angka tekanan darah yang normal.
Satu-satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur tekanan darah.
Akibat-akibat hipertensi
Hipertensi bila tidak dikontrol dapat menimbulkan komplikasi serius, antara lain :
Kerusakan ginjal
Kerusakan pembuluh darah
Pendarahan otak/ stroke
Kelumpuhan
Pembesaran jantung/ payah jantung
Penyempitan pembuluh darah koroner/ serangan jantung.
Pengobatan hipertensi
Pengobatan hipertensi yang paling baik adalah :
Selalu mengontrol tekanan darah secara teratur dengan memeriksakan diri ke dokter
Selalu minum obat teratur meskipun tanpa keluhan
Mengurangi konsumsi garam
Perbanyak konsumsi sayur dan buah
Mematuhi nasihat dokter.
Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi dengan cara :
Memeriksa tekanan darah secara teratur
Menjaga berat badan ideal
Mengurangi konsumsi garam
Jangan merokok
Berolahraga secara teratur
Hidup secara teratur
Mengurangi stress
Jangan terburu-buru
Menghindari makanan berlemak
Sumber : Detiknews.com