You are on page 1of 18

Askeb Pada Ibu Nifas Post Vakum

Ekstraksi Indikasi Kala II Lama


Diterbitkan Maret 12, 2009 Tugas Kuliah 2 Comments

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Batasan dari karya tulis dengan judul Asuhan


Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Vakum Ekstraksi Indikasi Kala II
lama adalah sebagai berikut :

2.1.1 Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan adalah Aktifitas atau


intervensi yang dilakukan bidan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan / permasalahan khususnya dalam bidang KIA – KB
(Depkes RI, 1993 : 3).

2.1.2 Nifas Nifas adalah masa sesudah kelahiran plasenta dan


berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil dan berlangsung kira – kira 6 minggu (Saifudin AB,
2001 : 122).

2.1.3 Vakum Ekstraksi Vakum Esktraksi adalah merupakan tindakan


obstretic yang bertujuan mempercepat kala pengeluaran dengan
sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi bayi, dibuat cengkraman
dari aplikasi negative (vakum) (Saifudin AB, 2001 : 495).

2.1.4 Kala II Lama Kala II lama adalah persalinan dengan


pembukaan seviks lengkap, ibu mengejan tetapi tidak ada
kemajuan penurunan (Saifudin AB, 2001 : 185).

2.2 Konsep Dasar Nifas


2.2.1 Pengertian Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira – kira 6 minggu
(Saifudin AB, 2001 : 122).

2.2.2 Tujuan Asuhan Nifas Tujuan asuhan nifas antara lain :


menjaga kesehatan ibu dan anak baik fisik maupun psikologis,
melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi masalah,
mengobatai, merujuk bila terjadi komplikasi, memberi penyluhan
tentang perawatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayi, perawatan bayi sehat (Saifudin
AB, 2001 : 122).

2.2.3 Asuhan Nifas Pada 6 Hari Post Vakum Memastikan involusi


uterus berjalan normal, kontaksi, fundus uteri dibawah umbiculus,
tidk ada pendarahan, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda
fibris, infeksi, memastikan klien mendapatkan cukup cairan dan
istirahat, memastikan klien mendapatkan cukup makanan, cairan
dan istirahat, memastikan klien menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda komplikasi, memberikan conseling
pada klien mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari (Saifudin
AB, 2001 : 122).

2.2.4 Perubahan yang terjadi pada Ibu Nifas


2.2.4.1 Perubahan Fisik 1. Umum a. Involusi Involusi adalah
perubahan dalam prose kembalinya alat-alat kandungan atau
uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil. Involusi terjadi karena :

(1) Autolysis Yaitu penghancuran jaringan alat-alat uterus yang di


absorbsi dankemudian dibuang melalui ginjal , sehingga setelah
melahirkan ibu sering miksi.
(2) Aktifitas otot – otot Yaitu kontraksi dan retraksi setelah anak
lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan placenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak keluar.

(3) Ischenemia Disebut juga local anemia yaitu kekurangan aliran


darah ke uterus yang mengakibatkan jaringan otot mengalami
atropi. Ketiga Faktor tersebut saling berkaitan dan saling
mempengaruhi sehingga memberikan dampak terhadap perubahan
uterus kandung kemih ovarium, vagina, serviks dan dinding
abdeomen (Ibrahim Cristina S, 1996 : 12).

Proses involusi secara normal dapat dilihat pada table berikut :


Involusi Tinggi fundus uteri Berat Uterus Bayi baru lahir Uri lahir 1
minggu 2 minggu 6 minggu 8 minggu Setinggi pusat 2 jari bawah
pusat Pertengahan pusat syphisis Tidak teraba di atas syphisis
Bertambah kecil Sebesar normal 1000 gram 750 gram 500 gram
350 gram 50 gram 30 gram Sumber : Synopsis Obstetri Jilid I,
1998 : 115). Bekas implantasi uri placental bed mengecil karena
kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm
setelah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu ke 6 diameter 2,4
cm dan akhirnya pulih luka pada jalan lahir, bila tidak disertai
infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. a. Lochia Lochia adalah cairan
secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam – macam Lochia , yaitu : (1) Lochia Rubra (cruentra) :
Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban sel-sel desi dua, vernix
kaseosa, lanugo dan mekono\um selama dua hari pesca persalinan.
(2) Lochia Sanguinnolenta : warna merah, kuning berisi darah dan
lender, terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan. (3) Lochia
Serosa : warna kuning kecoklatan hari ke 7-14. (4) Lochia Alba :
warna keputihan 14 hari. (5) Lochia Purulenta : terjadi infeksi,
keluar cairan seperti nanah berbau busuk. (6) Lhociostatis: lochia
keluarnya tidak lancar. (Muchtar Rustam, 1998 : 116). b. Ligaman
– Ligaman Ligaman fasia dan diafragma pelvis yang meregang
waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsunr menjadi kecil
dan pulih. Sehingga tidak jarang uterus jauh kebelakang dan
menjadi fleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor setelah
persalinan. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan
dan gimnasik pasca persalinan. c. Lactasi Untuk menghadapi masa
lactasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan – perubahan
pada kelenjar mammae, yaitu : (1) Proliferensi jaringan pada
kelenjar aviola dan jaringan lemak berambah. (2) Keluarnya cairan
susu jolong dari duktus lactifecus disebut kolostrum warna putih
kuning susu. (3) Hypervaskularisasi pada permukaan dan bagian
dalam dimana vena kondiolatasi tampak jelas. (4) Setelah
persalinan pengaruh sopresi estrogen dan progesterone hilang,
maka timbul pengaruh hormone lactogenis (LH) atau prolaktatin.
Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan epitel kelenjar susu
berkontraksi sehingga air susu keluar, bermbah banyak sesudah 2-
3 hari pac\sca persalinan. Bila bayi mulai menetek, isapan pada
putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris,
menyebabkan oksitisin dikeluarkan oleh hypophisis, produksi akan
lebih sempurna disamping ASI merupakan makanan utama untuk
bayi yang baik. d. Perubahan pada organ lain (1) Perubahan pada
pembuluh darah rahim, Yaitu dimana dalam kehamilan uterus
mempunyai lebih banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
setelah persalinan tidak diperlukan lagi, maka pembuluh darah
mengecil dengan sendirinya. (2) Perubahan pada serviks dan
vagina, Yaitu setelah selesai kala II persalinan, serviks dan segmen
bawah uteri menjadi tipis, kolaps dan kendor. Lama-lama mulut
servix mengecil dan hanya bisa dilalui 2 jari saja. Pinggirnya tidak
rata akibat robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui 1 jari saja, lingkaran intrasi berhubungan
dengan bagian atas dari canalis cervikalis. Vagina pada akhir
minggu ke – 3 ukuran normal yaitu rugai mulai tampak kembali. (3)
Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen, Yaitu setelah
persalian dinding perut longgar karena adanya regangan maka
dalam 6 minggu akan pulih kembali. (4) Perubahan pada saluran
kencing, yaitu perubahan yang terjadi akibat kandung kencing yang
bertambah besar dan relative selama masa nifas maka akan
menjadi penuh atau sesudah kencing masih ada urine rasional.
Akhirnya mengalami dilatasi urether dalam waktu 2 minggu norma
kembali (Ibrahim CH. S. ,1996 : 34). 2.2.4.2 Perubahan Psikologi
Masa transisi pada post partum yang diperhatikan adalah : 1. Phase
Honey Moon Adalah phase anak lahir dimana terjadi intimasi dua
kontak yang lama antara ibu dan ayah anak, masing – masing
saling memperhatikan anaknya dan emnciptakan hubungan baru. 2.
Bonding and Attachement (ikatan kasih sayang) Terjadi pasa kala
IV, kontak antara ayah dan ibu tetap dalam ikatan kasih, peran
suami ikut berpartisipasi dalam proses persalinan. Dalam Nifas
terbagi 3 phase, yaitu : a. Phase taking in Yaitu perhatian ibu
terhadap kebutuhan dirinya mengkin pasif dan tergantung
berlangsung selama 1 – 2 hari, ibu tidak ingin kontak dengan
bayinya tapi bukan berarti tidak memperhatikan hanya informasi
saja yang dibutuhkan. b. Phase taking hold Ibu berusaha mandiri
dan inisiatif untuk mengatasi fungsi tubuhnya, misalnya buang air
besar dan kecil , duduk, jalan dan merawat bayinya sendiri, timbul
kuran percaya diri untuk melakukan perawatan ini sampai 10 hari
lamanya. c. Phase letting go Ibu merasa terpisah dari bayinya dan
mendapat peran baru. Maka dapat menyesuaikan diri dengan
kemandiriannya dalam hubungan keluarganya sedangkan yang
dimaksud post partum blues adalah masa nifas ibu yang mengalami
kekecewaan sehingga mengganggu nafsu makan dan pola tidur.
(Hamilton PM, 1995 : 293). 2.2.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas a.
Pola istirahat Anjurkan ibu intuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Kurang istirahat dapat mengurangi
produksi asi , memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak pendarahan, menyebabkan depresi dan ketidak
mampuan untuk merawat bayinya (Saifudin AB, 2002 : N – 25). b.
Pola nutrisi dan gizi (1) Mengkonsumsi tambahan sebesar 500 kalori
per hari. (2) Makan dengan diet berimbang agar protein, mineral
dan vitamin terpenuhi. (3) Minum air putih 3 liter per hari. (4) Pil
zat besi, untuk menambah kekurangan selama proses persalinan
selama 40 hari pasca persalinan. (5) Minum kapsul vit A (200.000
unit) untuk bayi melalui asi nya (Saifudin AB dkk, N : 25). c. Pola
Miksi dan Defikasi Pada masa nifas dianjurkan untuk menjaga
kebersihan seluruh baju, alas tempat tidup dan lingkungan
terutama daerah genetalia untuk mencegah infeksi pada bekas
episotomi dan jalan lahir, kebersihan mammae penting agar
terhindar dari iritasi (Depkes RI, 1998 : 90). d. Pola latihan
Diskusikan dan latihan senam untuk mengembalikan otot – otot
perut dan panggul untuk mengurangi rasa sakit pada punggung.
(Saifudin AB, 2001 : 127). 2.2.6 Perawatan dan hal-hal yang terjadi
selama nifas 1. Genitalia interna dan eksterna 2. Suhu badan pasca
persalinan 3. Nadi 4. Hemokonsentrasi 5. Laktasi 6. Mulas 7.
Serviks, uterus dan adneksa 8. Lokia 9. Miksi 10. Defekasi 11.
Latihan senam 1. Genitalia Interna dan Eksterna Alat-alat genitalia
interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil, yang disebut involusi. o ♣Fundus uteri ♣Setinggi
pusat setelah janin dilahirkan. ♣Setinggi 2 jari bawah pusat segera
setelah plasenta lahir. ♣Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau
setengah simfisis-pusat pada hari ke-5. Tidak dapat diraba diatas
simfisis ossis pubis setelah 12 hari. o ♣ Merupakan luka kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri yang berdiameter 7,5 cm. ♣Bekas
implantasi plasenta ♣ Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2
minggu ♣Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.
Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu. o ♣Berat uterus ♣
Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram. ♣Berat uterus
normal kira-kira 30 gram. ♣Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu
pasca persalinan. ♣Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca
persalinan. Beratnya menjadi 40-60 gram setelah 6 minggu pasca
persalinan o ♣Pembukaan serviks ♣Serviks agak terbuka seperti
corong pada pasca persalinan dan konsistensinya lunak. ♣Tangan
pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri segera
setelah melahirkan. ♣2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat
dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 2 jam pasca persalinan.
1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum
uteri setelah 1 minggu. o ♣Endometrium Timbul trombosis,
degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. o ♣Ligamen,
diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina ♣Ligamen,
diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus berangsur-angsur kembali seperti semula. ♣Ligamentum
rotundum dapat mengendor sehingga pada hari kedua pasca
persalinan harus dilakukan latihan senam. ♣Otot-otot dinding perut
akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan. Dinding vagina
yang teregang akan kembali seperti sebelumnya kira-kira setelah 3
minggu. o ♣Luka dan infeksi ♣Luka jalan lahir, seperti bekas
episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks yang
tidak luas akan sembuh primer. ♣Infeksi dapat timbul dan dapat
menyebabkan selulitis dan bila berlanjut dapat menimbulkan sepsis.
2. Suhu Badan Pasca Persalinan ♣Dapat naik lebih dari 0,5 derajat
selsiuus dari keadaan normal tetapi tidak lebih dari 39 derajat
selsius. ♣Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam
pertama melahirkan. Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius,,
mungkin ada infeksi. 3. ♣Nadi ♣Nadi umumnya 60-80 denyut per
menit. ♣Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi. ♣ Pada
masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu
badan. 4. Hemokonsentrasi ♣Bila terdapat takikardi dan badan
tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit
jantung. ♣Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan. 5.
Laktasi Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan.
Umumnya produksi ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca
persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang
lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein
albumin, globulin dan benda-benda kolostrum. Bila bayi meninggal,
laktasi harus dihentikan dengan membalut kedua mammae hingga
tertekan atau memberikan bromokriptin hingga hormon laktogenik
tertekan. Kesulitan yang dapat terjadi selama masa laktasi ialah :
1. Puting rata – Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu. –
Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik. 2.
Puting lecet – Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau
perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi monilia. –
Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang benar,
puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia
diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. – Bila
lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan
dengan tangan atau dipompa. 3. Payudara bengkak – Payudara
bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak
cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. –
Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat,
ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik. 4.
Mastitis – Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri yang
biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. –
Penatalaksanaan dengan kompres hangat / dingin, pemberian
antibiotik dan analgesik, menyusui tidak dihentikan. 5. Abses
payudara – Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi,
diberikan antibiotik dan analgesik. 6. Bayi tidak suka menyusui –
Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga
mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui
diselang-seling dengan susu botol, puting rata dan terlalu kecil atau
bayi mengantuk. – Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan
menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui dan
menyusui dengan posisi terlentang dan bayi ditaruh diatas
payudara. – Pada bayi dengan bingung puting, hindari pemakaian
dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan
pengganti ASI. – Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya
diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun. 6. Mulas ♣ Perasaan
mulas lebih terasa saat menyusuui, dapat pula timbul bila masih
ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah
dalam kavum uteri. ♣Perasaan mulas sesudah partus akibat
konntraksi uterus kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari
pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara
dibanding primipara. Pasien dapat diberikan analgesik atau
seedatif. Serviks, uterus dan ad♣neksa ♣Keadaan serviks, uterus,
dan adneksa billa ada perdarahan, biasanya karena involusi uteri,
dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah baring untuk
menghentikan perdarahan . ♣Bila serviks tampak hiperemis,
meradang,, ada erosi dan curiga ke arah keganasan, lakukan
pemeriksaan sitologi. ♣Bila tidak ada keganasan, lakukan
kauterrisasi kimiawi atau elektrik dan dapat juga dengan bedah
beku. 7. Lokia ♣Lokia adalah sekret dari kavum uteri dann vagina
dalam masa nifas. ♣Hari pertama dan kedua terdapat lokia ruubra
atau lokia kruenta, terdiri dari darah segar bercampur sisa selaput
ketuban, sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
Hari berikutnya keluar lokia sanguinolennta berupa darah
bercampur lendir. ♣Setelah 1 minggu, keluar lokia serosa
beerwarna kuning dan tidak mengandung darah. ♣Setelah 2
minggu, keluar lokia alba yangg hanya berupa cairan putih.
♣Biasanya lokia berbau agak amis, bila beerbau busuk mungkin
terjadi lokiostasis (lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi. 8.
Miksi ♣Miksi harus secepatnya dilakukan sendirii. ♣Bila kandung
kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan kateterisasi.
♣Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing. ♣Dengan melakukan
mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi. 9.
Defekasi ♣Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca peersalinan.
♣Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala
tertimbun di rektum, mungkin terjadi febris. ♣Lakukan klisma atau
berikan laksan perorral. ♣Dengan melakukan mobilisasi sedini
mungkkin, tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi. 10. Latihan
senam ♣Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :
♣Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di
atas dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan
perut. ♣Dengan posisi yang sama, angkat bokong llalu taruh
kembali. ♣Kedua kaki diluruskan dan disilangkan laalu kencangkan
otot seperti menahan miksi dan defekasi. Duduklah pada kursi,
perlahan bungkukkann badan sambil tangan berusaha menyentuh
tumit. Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca
persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum,
keadaan payudara dan putingnya, dinding perut apakah ada hernia,
keadaan perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot
sfingter ani dan adanya fluor albus. Kelainan yang dapat ditemukan
selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan
eklampsia puerpurale. 2.3 Konsep Dasar Vakum Ekstraksi 2.3.1
Pengertian Vakum eksraksi adalah suatu alat untuk persalinan
buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negative
(vakum) pada kepalanya (Wignyo H, 2000 : 8). Vakum Ekstraksi
merupakan tindakan obtretric yang bertujuan untuk mempercepat
kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan
ekstraksi pada bayi dibuat cengkeraman dari aplikasi tenaga
negative )vakum). )Saifudin AB, 2001 : 495). 2.3.2 Tujuan Tujuan
Persalinan Vakum Ekstraksi untuk mempercepat kala pengeluaran
pada letak kepala. (Saifudin AB , 2001 : 495). 2.3.3 Indikasi dan
Kontra indikasi 1. Indikasi untuk dilakukan vakum ekstraksi adalah
kala II lama dengan presentasi belakang kepala atau verteks. 2.
Kontra indikasi vakum ekstraksi adalah mal presentasi (dahi, pncak
kepala, muka, bokong) dan panggul sempit atau disproporsi kepala
panggul.)Saifudin AB, 2001 : 495). 2.3.4 Komplikasi Vakum
Ekstraksi 1. Pada Ibu : pendarahan, trauma jalan lahir dan infeks.
2. Pada janin, ekskloriasi kepala, chepal haematon, subgaleal
hematoma. Bagi janin yang belum mempunyai fungsi hepar belum
matur dapat menimbulkan ikterus neonatum yang agak berat.
Nekrosis kulit kepala (Wiknyosastro H, 2000 : 87). 2.3.5 Syarat
khusus 1. Pembukaan lengkap / hamper lengkap 2. Presentasi
kepala 3. Cukup bulan 4. Tidak kesmpitan panggul 5. anak hidup
dan tidak ada gawat janin 6. Penurunan Hodge II/III+ (puskesmas
Hodge IV) 7. Kontraksi baik 8. Ibu kooperatif dan masih mampu
untuk mengedan. (Saifudin AB, 2001 : 496). 2.4 Konsep Dasar Kala
II lama 2.4.1 Pengertian Kala II lama atau persalinan dimana
pembukaan serviks lengkap ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada
kemajuan penurunan (Saifudin AB, 2001 : 185). 2.4.2 Penyebab
kala II lama 1. Kelainan letak janin 2. Kelainan – kelainan panggul
3. Kelainan his 4. Pimpinan partus uang salah 5. Janin besar atau
kelainan congenental 6. Primitua 7. Perut gantung, grandemulti 8.
Ketuban pecah dini 2.4.3 Gejala 1. Pada ibu , Yaitu : gelisah, letih
suhu badan naik (febris) berkeringat, nadi cepat dan meteorisme,
adanya lingkaran bandi, oedema vulva, oedema serviks, cairan
ketuban berbau. 2. Pada janin Denyut jantung janin cepat , tidak
teratur dan negative, air ketuban mekonium, kental kehijauan dan
berbau, kaput succedaneum, moulage kepala yang hebat, kematian
janin dalam kandungan, kematian janin intra portal. 2.4.4
Penangan Kala II lama 1. Partus spontan 2. Vakum Ekstraksi 3.
Forceps ekstraksi 4. Manual aid pada letak sungsang 5. Embriotomi
bila janin mati 6. Seksio sesaria 2.5 Konsep Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas Post Partum Ekstraksi Indikasi Kala II Lama Asuhan
Kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh
Bidan kepada kliennya yang mempunyai kebutuhan / permasalahan
khususnya dalam bidang KIA / KB (Depkes RI, 1993 : 3). 2.5.1
Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan
kebidanan, yang terdiri dari : o Phase pengumpulan data o Phase
pengolahan data o Phase analisa data 2.5.1.1 Data Subyektif Data
subyektif adalah data yang diperoleh hanya melalui klien, semua
data yang dirasakan dan disampaikan klien kepada bidan (Depkes,
RI, 1993 : 126) melalui : – Anamnesa / wawancara Anamnesa
adalah Tanya jawab antara penderita dengan petugas perawatan
tentang sesuatu yang diperlukan (Christina, 1993 : 83). Tujuannya
untuk mengetahui bagaimana keadaan penderita untuk membantu
menetapkan diagnosa dan dapat mengambil tindakan segera.
Pertanyaan – pertanyaan dalam anamnesa Anamnesa Rasional 1.
Anamnesa umum (biodata) Biodata yang ditanyakan adalah biodata
ibu hamil dan suaminya. Teridiri dari nama, umur, suku/bangsa,
agama, alamat, pekrjaan dan lain-lain. 2. Penyakit yang pernah dan
sedang diderita, misalnya jantung, hipertensi, diabetes mellitus,
tuberculosis, penyakit cronik lainnya. 3. Anamnesa keluarga apakah
dari keluarga klien ada yang memderita penyakit keturunan
misalnya : jiwa, diabetes mellitus, haemophili, melahirkan anak
kembar. 4. Anamnesa kebidanan terdiri dari riwayat kehamilan ini,
persalinan lalu, keluhan hari pertama haid dan keadaan nifas uang
lalu. 1. Dapat mengenal atau memanggil penderita dan tidak keliru
dengan penderita lain (Christina S, 1993 : 84). 2. Mengganggu
kehamilan secara langsung atau tidak (Christina S, 1993 : 86).
Kemungkinan ada pengaruh keturunan pada janin (Christina , S ,
1993 : 86). 4. Dapat membantu membuat ramalan tentang
kehamilan sekarang untuk membantu diagnosa, lamanya
kehamilan, serta menduga kapankah kira-kira anak akan dilahirkan
(Christina,S, 1993 : 86). Pertanyaan pada saat anamnesa,
meliputi : 1. Alasan kunjungan saat ini : Kunjungan pertama,
kunjungan ulang, kunjungan rutin dan keluhan. 2. Keluhan utama :
berisikan keluhan-keluhan yang dirasakan yang menyebabkan
gangguan pada dirinya sehingga dia dating ke pelayanan
kesehatan. 3. Riwayat kehamilan ini : berisikan riwayat menstruasi,
yang perlu diketahui adalah sbb. : menarche, HPHT, pasti / tidak,
lamanaya, banyaknya, warnanya, baunya, siklus, haid teratur
tidaknya, apakah pernah keputihan banyak atau sedikit. Bagaimana
warnanya bau atau tidak. 4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
yang lalu, riwayat kehamilan dan persalinan meliputi : apakah
pernah hamil, melahirkan, kapan melahirkan, dimana melahirkan,
ditolong siapa, bagaimana proses persalinanya, apabila klien pernah
abortus berapa kali dikiret atau tidak. Riwayat nifas mencakup
penyakit pendarahan (Christina S, 1993 : 87). 5. Riwayat
kesehatan klien dan keluarga Apakah klien pernah atau sedang
menderita penyakit yang dapat mengganggu kehamilan dan
persalinannya. Atau Kehamilan dan persalinannya akan
memperberat penyakitnya. Misalnya : Riwayat penyakit yang
pernah dan sedang diderita yaitu jantung, tekanan darah tinggi,
diabetes mellitus, anemia berat, penyakit kelamin, HIV, campak,
malaria, TBC, gangguan mental, operasi dan lain-lain. • Pola
kehidupan sehari – hari • Pola nutrisi : perubahan makanan yang
dialami (ngidam, nafsu makan berubah). • Pola eleminasi :
perubahan pada waktu BAB / BAK • Pola istirahat : waktu istirahat
dan tidur harus lebih dari biasanya. 10-11 jam per hari. • Pola
aktifitas : bekerja boleh ringan tidak melelahkan ibu yang tidak
mengganggu kehamilannya. Misalnya : masak, menyapu dll. • Pola
aktifitas sekesual : aktifitas seksual pada akhir kehamilan dan
terakhir dilakukan sebelum impartu. • Pola kebiasaan : perilaku
kesehatan, pengguna obat-obatan, alcohol, jamu-jamu, merokok,
makan sirih dll. 2.5.1.2 Data Obyektif Data obyektif adalah data
yang diperoleh dari pemeriksaan klien, mencakup kegiatan :
pemeriksaan fisik, laboratorium, obstetric, panggul dan
pemeriksaan dalam. • Pemeriksan umum : pemeriksaan lengkap
dari penderita untuk mengetahui keadaan atau kelainan dari
penderita (Christina S. 1993 : 90). • Pemeriksaan fisik : meliputi
ispeksi, palpasi, auskultasi. • Muka : kelopak mata, konjungtiva •
Mulut dan gigi • Kelenjar tiroid : pembesaran kelenjar • Kelenjar
getah bening : pembesaran • Dada : jantung, paru-paru, payudara
(pembesaran, putting susu, semetris, benjolan/tumor, rasa nyeri
dll. • Abdomen : bekas operasi, kontraksi uterus, frekuensinya. •
Genetalia : vulva vagina, warna, kebersihan, varises, odema,
keluaran,. • Anus : hemaroid • Ektrimitas : atas odem, bawah
odem. 2.5.2 Diagnosa Kebidanan dan Masalah Kebidanan Diagnosa
Kebidanan adalah masalah kesehatan klien dan anak yang
memerlukan tindakan bidan sesuai dengan kewenangannya,
sedangkan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus didasarkan
pada besarnya ancaman keselamatan klien. Diagnosa / masalah
yang mungkin timbul, yaitu : NO DATA DASAR DIAGNOSA /
MASALAH 1. DS : 1. Klien mengatakan telah melahirkan anak ke 2
Dengan di vakum / kop pada jam 23.00 Tanggal 3/12/2008. 2.
Kliem Mengatakan sebelum di kop bayi lama tidak lahir. DO : 1.
TFU : 2 jari bawah pusat 2. Adanya kontraksi uterus 3. Adanya
Lochia 4. Adanya luka jahitan pirenium P2002 post vakum ekstraksi
indikasi kala II lama riwayat persalinan yang lalu sc, hari ke -1. 2.
DS : Klien mengatakan luka jahitan pirenium sakit. DO : Klien
kesakitan wajahnya menyeringai , jika miring atau pindah posisi.
Geraknya terbatas karena ada luka jahitan pirenium. 3. DS : Klien
mengatakan perutnya mules. DO : Kontraksi uterus keras., TFU : 3
jari bawah pusat. Nyeri rahim karena involusi 4 DS : Klien
mengatakan bahwa luka jahitan pirenium nyeri DO : adanya luka
jahitan, klien kesakitan, menyeringai bila ubah posisi tidur. Nyeri
pada luka jahitan pirenium 2.5.3 Antisipasi Masalah Potensial
Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila
tidak segera di tangani dapat mengancam keselamata klien
(Depkes, RI, 1996 : 6). NO. DS / DO Data Dasar Masalah Potensial
1. DS DO 1.– Klien mengatakan habis vakum mengeluarkan banyak
darah. 2.– Klien mengeluh pusing dan lemah. 1._Kontraksi uterus
lembek. 2._ Jumlah pendarahan > 500 cc. Pendarahan karena
atonia uteri 2 DS DO Klien mengatakan melem meneteki bayinya,
bayinya terpisah ada di ruang neonatus. Kolustrum sudah keluar
belum, nyeri panas, keras. Suhu : >37,5 C 3 DS DO Ibu
mengatakan badannya terasa panas. Suhu >38 C, luka jahitan
masih basah. Teradi infeksi nifas 2.5.4 Identifikasi Kebutuhan
Segera Adanya kesinambungan proses penatalaksanaan antara ibu
bayi dengan bidan, tindakan segera yang mungkin dilakukan tidak
ada. 2.5.5 Perencanaan Perencanaan adalah tindakan bidan sebagai
lanjutan diagnosa kebidanan yang penyusunannya disesuaikan
dengan prioritas masalah yang dihadapi. Diagnosa : P 2002 Post
Vakum ekstraksi indikasi kala II lama riwayat persalinan yang lalu
SC,hari ke :1. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam
waktu 6 – 7 hari post vakum tidak terjadi komplikasi nifas. Kriteria :
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal : T : 100/60 – 120/80
RR : 16 – 20 x/m N : 76 – 88 x/m S : 36 – 37 C 2. TFU : setinggi
pusat atau 1 jari dibawah pusat (hari Ke-1) Hari ke-3 : 3 jari bawah
pusat Hari ke 4-5 : 4 jari bawah pusat Hri ke-7 : : kira-kira
pertengahan shimpisis pusat 3. Bau lochia normal atau tidak busuk
4. Tidak ada tanda-tanda infeksi luka jahitan pirenium (rubon-kalor-
tumor-dolor, fungsio laesa) Intervensi Rasional 1. Lakukan
pendekatan pada klien dan jelaskan keadaannya saat ini. 2. Ajarkan
klien didalam melakukan mobilisasi. 3. Lakukan perawatan luka
jahitan 4. Ajarkan klien melakukan vulva hygiene. 5. Berikan Diet
TKTP 1. Menjalin hubungan yang baik 2. Membantu dalam
perlemasan otot-otot untuk memperlancar sirkulasi darah dan
mempercepat proses involusi. 3. Preventef tehadap infeksi. 4.
Daerah kotor merupakan sumber inveksi. 5. Protein sebagai bahan
pembangun sehingga mempercepat penyembuhan luka dan kalori
sebagai sumber tenaga. 6. Lakukan observasi tanda-tanda vital tiap
4 jam : Lochia, kontraksi uterus, TFU serta luka jahitan pirenium. 6.
Deteksi dini adanya kelainan sehingga dapat menentukan tindakan
selanjutnya. 7. Lakukan kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian obat. 7. Sebagai fungsi dependen, obat berfungsi dalam
proses penyembuhan. Masalah : Geraknya terbatas karena nyeri
luka jahitan pirenium Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan
klien dadat melakukan aktifitasnya sendiri sesuai dengan
kemampuannya. Kriteria : 1. Klien dapat duduk meneteki bayinya
2. Klien dapat melakukan aktifitas tanpa bantuan orang lain
Intervensi Rasional (1) Jelaskan pada klien fungsi mobilisasi. (2)
Ajarkan cara mobilisasi (3) Berikan diet TKTP (1) Dapat termotivasi
melakukan mobilisasi (2) Percepat sembuh (3) Daya tahan
meningkat. Masalah : Nyeri rahin karena involusi (mules) Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 2 – 4 hari rasa
nyeri hilang. Kriteria : 1. After pain atau mules – mules hilang. 2.
Lochia rubra, tidak ada fluxus aktif. Intervensi Rasional (a) Jelaskan
apa penyebab mules (a) Kooperatif dg tindakan yang diberikan
petugas. (b) Ajarkan mobilisasi (b) Bantu pelemasan otot,
memperlancar sirkulasi dan percepat proses involusi. (c) Lakukan
observasi lochia, TFU (c) Deteksi dini adanya kelainan. Masalah :
Nyeri pada luka jahitan pirenium Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
kebidanan dalam waktu 3 hari diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria : 1. Klien mengatakan nyeri berkurang 2. Wajah klien tidak
menyeringai, tidak mengeluh sakit. 3. Klien bisa melakuakn aktifitas
sendiri. Intervensi Rasional 1. Menjelaskan pada klien penyebab dan
cara mengatasi nyeri. 2. Lakukan observasi tanda-tanda infeksi
pada luka pirenium. 1. Kooperatif dengan tindakan yang diberikan.
2. Luka merupakan tempat masuknya kuman, hasil observasi
menentukan langkah sekanjutnya. 3. Lakukan perawatan luka
pirenium dengan prosedur aseptic. 3. Preventif terhadap infeksi. 4.
Lakukan mobilisasi 4. Perlemasan otot akan membantu proses
penyembuhan. 5. Bimbing untuk melakuakan rileksasi. 5. Relaksasi
memudahkan otot bekerja sehingga rasa nyeri berkurang. 6.
Lakukan kolaborasi tentang pemberian analgetika. 6. Sebagai fungsi
dependen, obat analgetika mengurangi rasa nyeri. Masalah
Potensial a. Pendarahan karena atonia uteri Tujuan : Tidak terjadi
atonia uteri sehingga dapat menimbulkan pendarahan pada 24 jam
post partum. Kriteria hasil : • TFU sesuai yaitu 1-2 hari dibawah
pusat selama 24 jam pertama. • Kontraksi uterus baik. • Kandung
kencing kosong. • Tidak ada pendarahan aktif pada 24 jam pertama
post partum. • Tanda – tanda vital dalam batas. Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan klien kemungkinan terjadi pendarahan pada
masa nifas. 1. Pengetahuan yang memadai menimbulkan sikap
kooperatif. 2. Observasi TFU, kontraksi uterus, keadaan kandung
kencing, pengeluaran lochia. 2. Kontraksi uterus lembek,
merupakan tanda-tanda atonia uteri dan sebagai penyebab
pendarahan post partum. 3. Ajarkan menilai kondisi uterus dan
lochia 3. Pengetahuan yang cukup dapat membantu mengatasi
masalahnya sendiri. 4. Observasi tanda-tanda vital atau keadaan
umum setiap 4 jam sekali setiap ada keluhan klien. 4. Dapat segera
mengambil tindakan jika terjadi kegawat daruratan. b. Terjadi
infeksi nifas Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam 6-
7 hari, tidak terjadi infeksi nifas. Kriteria hasil : • Suhu tubuh dalam
batas normal 36,5 – 37,5 C • Tidak ada tanda-tanda infksi. • Tidak
ada sub involusi. Intervensi Rasional 1. Lakukan teknik septic dan
antiseptic dalam tindakan perawatan pirenium 1. Tindakan
antiseptic dapat mencegah kontaminasi kuman. 2. Ajarkan pada
klien cara vulva higine yang benar. 2. Pengertian yang baik akan
memudahkan kooperatif dalam pencegahan infeksi. c. Terjadinya
bendungan ASI Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada
hari ke -3 tidak terjadi bendungan ASI. Kriteria hasil : • Tidak ada
tanda – tanda bendungan ASI (tegang atu nyeri tekan). •
Pengeluaran ASI lancer. Intervensi Rasional 1. Diskusi tentang
kemungkinan timbulnya bendungan ASI. 2. Bimbing klien
melakukan perawatan payudara sebelum mandi. 1. Perawatan
payudara secara teratur proses laktasi lancar. 2. Bayi menetek
merangsang pengeluaran oksitosin yang akan berpengaruh
terhadap pengeluaran ASI. 3. Tetekan bayi segera dan sering. 3.
Tidak terjadi penumpukan ASI dalam payudara sehingga tidak
terjadi bendungan ASI. 4. Lakukan observasi tanda adanya
bendungan asi. 4. Bendugan asi dapat terdeteksi sehingga dapat
menentukan langkah selanjutnya. 5. Gunaka BH yang menyokong
payudara. 5. Dapat menyangga payudara sehingga tidak nyeri.
2.5.6 Pelaksanaan Pelaksanaan dalam asuhan kebidanan dilakukan
oleh Bidan berdasarkan rencana yindakan yang telah ditetapkan.
Padal langkah ini Bidan dituntut melakukan langkah mandiri, tetapi
bila diperlukan sewaktu-waktu bidan harus melakukan kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya, antara lain : dokter, ahli gizi
(Depkes RI, 1996 : 8). 2.5.7 Evaluasi Evaluasi adalah alat ukur
keberhasilan asuhan kebidanan yang telah ditertapkan dalam
rencana tindakan. Berdasarkan evaluasi, langkah selanjutnya
adalah membuat catan perkembangan yang mencakup SOAPIE,
yaitu : 2.5.7.1 Subyek Klien mengatakan telah mengerti penjelasan
petugas, menerapkan anjuran petugas sehingga nyeri berkurang
dan merawat payudara serta melaksanakan vulva hygiene dengan
benar. 2.5.7.2 Obyektif Keadaan umum Baik, tidak pucat, tanda
vital dalam batas normal tekanan darah systole 100-140 mmHg,
diastole 60-90 mm Hg, Suhu 36-37 C, nadi antara 76-88 kali /
menit., pernafasan 16-20 kali / menit, payudara tidak tegang dan
tidak nyeri

You might also like