You are on page 1of 5

Azab dan Sengsara: Novel Pertama yang mempersoalkan kawin adat

Azab dan Sengsara karya merari Siregar ini


disepakati para pengamat sastra sebagai novel pertama
kesusatraan Indonesia modern. Meskipun tidak sedikit
novel yang terbit sebelum balai Pustaka berdiri, Azab
dan Sengsara merupakan karya yang mula-mula
menggunakan bahasa Melayu Tinggi. Kebanyakan
novel pada masa itu ditulis dalam bahasa Melayu
Pasar. Selain itu, dalam catatan Ajib Rosidi, Azab dan
Sengsara adalah roman yang pertama tentang kawin paksa yang kemudian untuk lebih
kurang 20 tahun lamanya menjadi tema yang paling digemari dan paling banyak
dikemukakan dalam roman-roman Indonesia.

Tema Azab senada dengan tema roman yang dtulis di luar Balai Pustaka, yaitu
mempersoalkan hubungan perkawinan dengan harkat maetabat keluarga, tetapi belum
secara tajam mempermasalahkan status quo adat-istiadat. Azab memuat kritik tidak
langsung kepada berbagai adat dan kebiasaan buruk kuno yang tidak lagi sesuai
dengan zaman modern.

Meskipun mengisahkan kehidupan zaman modern, bagi Ajib, gaya dan komposisi
roman ini tidak banyak berbeda dengan hikayat-hikayat lama. Situasi kejiwaan tokoh-
tokohnya kurang mendapat perhatian pengarang. Di mana-mana setiap ada
kesempatan pengarang tidak lupa menyuruh pelaku-pelakunya memberi nasihat
berpanjang-panjang. Gaya roman ini, menurut Rusman Satiasumarga, masih terasa
kolot—penuh dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang klise dan bertele-tele.

Penulis mengutamakan penonjolan tokoh-tokoh lemah yang harus tunduk kepada


nasib yang dibuat oleh tangan-tangan kotor sesama manusia. Penonjolan dengan
maksud agar pembaca bersimpati dan kemudia menaruh kasihan kepada tokoh-tokoh
itu, kata Rusman, dapat dikatakan berhasil. “Pembaca akan merasa terharu, dalam
beberapa bagian lukisan-lukisan itu mampu meneteskan air mata.”

Ketegangan yang dibangun melalui model penokohan hitam-putih (tokoh


berwatak lemah tak berdaya berperangai serba baik versus tokoh berkarakter kuat
penuh tipu daya lagi pemaksa) praktis mengalirkan cerita kepada penyelesaian tunggal
yang ekstrem. Kesewenang-wenangan si kuat terlalu superior untuk dilawan dan
ditaklukkan si lemah. Sandungan demi sandungan menghadang di setiap ikhtiar
perbaikan martabat si lemah. Silih berganti jatuh dan bangun tanpa titik lepas landas.
Alhasl, wajah kesengsaraan yang itu-itu juga yang dijumpainya sepanjang perjalanan
usia.
Sinopsis NoveL Siti Nurbaya
Dengan maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan
uangnya pada Baginda Sulaiman. Berkat pinjangan uang dari Datuk
Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju pesat. Namun sayang,
rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan dagang yang dicapai oleh
Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima,
pendekar empat serta pendekar tiga, serta yanglainnya Datuk Maringgih
memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dan toko Bagindapun habis
terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh bangrut dan sekligus dengan hutang yang
menunpuk pada Datuk Maringgih.

Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya


kepadanya. Jlas, tentu saja Baginda Sulaiman tidak mempu membayarnya. Hal ini
memang sengaja oelh datuk Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti bahwa Baginda
Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan hutang tersebut, Datuk
Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti Nurbaya, Putri Baginda
Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran Datuk Maringgih ini
diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti
Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.
Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta.
Namun begitu, Samsul Bahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal
tersebut dia ketahui dari surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat
terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah.
Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya
yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yangmenimpa
keluarganya.

Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena derita
yangmenimpanya begitu beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur,
sehingga dia punya waktu untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping
kepulangnya kekampung pada waktu liburan karena kangennya pada keluarga, namun
sebenarnya dia juga sekaligus hendak mengunjungi Siti Nurbaya yang sangat dia
rindukan.

Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba
muncul Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat
mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih
berusaha menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya
dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena
saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga terdengar oleh
ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar teriakan anak yang sangat
dicinatianya itu, dia berusaha bangun, namun karena dia tidak kuat, ayah Siti Nurbaya
kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga nyawa Baginda Sulaiman
langsung melayang.

Karena kejadian itu, Siti Nurbaya oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap
telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke
kampunyanya danm tinggal bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di
Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah
merebut kekasihnya. Siti Nurbaya menyusul kekasihnya ke Jakarta, naumun di tengah
perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang
mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah
memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.

Rupanya, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya


sberikutnye menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap
polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa
dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya.

Samsulbahri berusaha keras meolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah


mengadili Siti Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk
Maringgih. Namun usahanya sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang.
Namun karena tidak terbukti Siti Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.

Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi letnan
dikirim oleh pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di
daerah padang. Para pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih,
maka terjadilah pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (gelar
Samsulbahri) dengan orang-orang Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel dengan
Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum
itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan Mas dengan pedangnya. Datuk
Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas dirawat di rumah sakit.

Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar
dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah
Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika
kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang yang
sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan
ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta
kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti
Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang
dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini
bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.

Sinopsis Novel Salah Pilih


Berikut sinopsis novel Salah Pilih karya Nur St, Iskandar :

Novel Salah Pilih menceritakan kisah dua orang anak, yaitu Asri dan Asnan.
Mereka adalah dua bersaudara tetapi bukan saudara kandung sebab Asnan adalah anak
angkat di keluarga tersebut. Meskipun demikian, mereka masih memiliki keterkaitan
darah sebab mereka memang masih bersaudara. Tetapi karena sejak kecil mereka
selalu bersama, maka mereka sudah sebagai saudara kandung.

Tetapi, ketika mereka mulai remaja, dan karena harus menuntut pendidikan untuk
masa depan, maka Asri menempuh pendidikan di MULO yang ada di Betawi.
Akibatnya, mereka harus berpisah satu dengan lainnya. Selama menempuh pendidikan
ini, mereka tidak pernah lagi bertemu. Mereka disibukan dengan urusan masing
masing.

Ketika mereka sudah sama-sama dewasa, maka mereka bertemu lagi. Mereka pun
menjadi akrab lagi. Tetapi, keakraban mereka sungguh tidak sebagaimana mereka
masih kecil dan remaja. Keakraban mereka sudah berbeda. Perbedaannya adalah
bahwa pada saat tersebut di lubuk hati mereka, telah tumbuh rasa saling menyayang
dan mengasihi.

Tentunya kondisi ini merupakan perubahan yang sangat drastis. Mereka saling
menyayangi tetapi mereka terbentur pada tradisi yang melarang orang orang sesuku
dan satu kaum untuk menikah.  Karena itu, maka Asri terpaksa harus menikah dengan
wanita lain dari keluarga bangsawan yang masih memegang teguh adat lama. Nama
wanita itu Saniah.

Tetapi, karena pernikahannya tidak didasari rasa sayang dan cinta, maka rumah
tangganya tidak bahagia, bahkan sering terjadi percekcokan. Percekcokan tersebut
diakhiri dengan kaburnya Saniah dari rumah dengan mengendarai mobil. Dan, dia
mengalami kecelakaan sebab mobilnya masuk ke jurang. Saniah pun meninggal dalam
kecelakaan tersebut.

Setelah kejadian tersebut, maka Asri dan Asnan berencana menikah tetapi tidak
ada yang mengijinkan mereka menikah. Tetapi mereka tetap menikah dan pindah ke
Jawa untuk memulai hidup baru. Ternyata pada saat berada di Jawa, kehidupan
mereka menjadi lebih bahagia. Tetapi, kebahagiaan mereka terusik saat datang tamu
dari kampung dan mengajaknya pindah ke kampung. Pada saat itu, Asri sudah
menjadi orang terkenal karena kepandaian dan intelektualitasnya.

Mereka-pun pindah ke kampung. Kedatangan mereka disambut meriah oleh


masyarakat dan Asri diberikan jabatan penting di kampungnya. Dengan
kepandaiannya itu,  masyarakat berharap mendapatkan bimbingan dari Asri.
Akhirnya, Asri dan Asnan hidup bahagia di kampungnya serta menjadi sosok penting
bagi kehidupan masyarakatnya.

Jika kita mempelajari isi novel Salah Pilih ini,maka jelas kita ketahui bahwa novel
ini ingin memberikan sebuah kondisi yang seharusnya kita lakukan dalam hidup ini.
Bahwa di dalam pengambilan keputusan, kita harus kritis dan bijak agar tidak
mengalami salah pilih. Hal ini karena kehidupan ini merupakan kondisi yang
menerapkan hukum kausalik, hukum sebab akibat.

Segala yang kita lakukan akan memberikan akibat, oleh karena itu kita harus
kritis dan bijak dalam mengambil setiap keputusan untuk hidup kita. Jika tidak, maka
kita pasti akan terjebak dalam kesulitan hidup, bahkan kesulitan tersebut tidak hanya
sesaat melainkan sepanjang hidup kita. Kita harus menggunakan akal sehat dan
pikiran yang jernih pada saat menentukan keputusan hidup.

You might also like