Professional Documents
Culture Documents
oleh
Kelompok 13
Depok
2010
Pajak Pertambahan Nilai II
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………………...i
Bab I Pendahuluan
1.1 Gambaran Umum Industri ................................................................1
1.2 Dasar Hukum……………………………………………………….2
i
Pajak Pertambahan Nilai II
Bab I
Pendahuluan
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
Bab II
Ringkasan Peraturan
“Apabila dalam suatu Masa Pajak, PM yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada PK, selisihnya merupakan kelebihan Pajak yang dikompensasikan ke
Masa Pajak berikutnya” demikian bunyi Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan
PPN atau Pajak PPnBM dan bunyi dari Pasal 9 ayat (4) UU No. 42 Tahun 2009,
menjelaskan secara umum kondisi yang menyebabkan terjadinya kelebihan
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai.
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
Wajib pajak patuh ditetapkan setiap awal tahun yaitu pada tanggal 20
Januari dan status Wajib Pajak Patuh berlaku untuk dua tahun pajak, status
sebagai Wajib Pajak Patuh menjadi batal dipersyaratkan sama dengan Pasal 17C
Undang-undang PPN No.28 tahun 2007.
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
1. Nilai PPN minimal Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan dapat
disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah (PP).
2. Pembelian BKP dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum
keberangkatan ke luar Daerah Pabean, dan
3. FP memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU
PPN, kecuali pada kolom NPWP dan alamat pembeli diisi dengan nomor
paspor dan alamat lengkap di negara yang menerbitkan paspor atas
penjualan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri yang tidak
mempunyai NPWP.
Perhatikan syarat yang ketiga, apabila pemegang paspor luar negeri tidak
memiliki NPWP (pada umumnya turis asing memang tidak berNPWP), kolom
i
Pajak Pertambahan Nilai II
NPWP dan alamat pembeli dalam FP diisi dengan nomor paspor dan alamat
pembeli di luar negeri. Kalimat ini mengisyaratkan bahwa bisa saja pemegang
paspor luar negeri ini memiliki NPWP yang itu berarti SPDN. Hal ini berarti
bahwa ketentuan ini mengkoreksi apa yang dinyatakan dalam Pasal 17E
Undang-undang KUP yang menyatakan bahwa yang dapat melakukan restitusi
ini adalah orang pribadi bukan subjek pajak dalam negeri. Bahwa ketentuan
inilah yang benar karena tidak ada kaitan PPN dengan status sebagai subjek
pajak dalam negeri dan PPN hanya berkaitan dengan konsumsi di dalam atau di
luar daerah pabean.
a. Paspor
b. Pas naik (boarding pass) untuk keberangkatan ke luar Daerah
Pabean, dan
c. Faktur Pajak
4. Penelitian PPN
Dirjen Pajak harus menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) setelah melakukan penelitian atas
permohonan pengembalian yang diajukan oleh :
a. PKP kriteria tertentu eks Pasal 17C UU KUP
b. PKP yang memenuhi persyaratan tertentu eks Pasal 17D UU
KUP
c. PKP berisiko rendah eks Pasal 9 ayat (4c) UU PPN
i
Pajak Pertambahan Nilai II
Dirjen Pajak harus menerbitkan SKPPKP paling lama 1 bulan sejak saat
diterimanya permohonan
Apabila jangka waktu 1 bulan telah lewat dan Dirjen Pajak tidak menerbitkan
SKPPKP, permohonan yang diajukan dianggap dikabulkan dan SKPPKP
harus diterbitkan paling lama 7 hari setelah jangka waktu 1 bulan berakhir.
Proses penelitian dalam rangka pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak adalah mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pajak disampaikan oleh
PKP kriteria tertentu atau disebut juga sebagai Wajib Pajak Patuh,
penelitian dilakukan berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 17C UU KUP dan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penetapan Wajib
Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, dengan melakukan
penelitian atas:
1. Kelengkapan SPT dan lampiran-lampirannya.
2. Kebenaran penulisan dan penghitungan pajak.
3. Kebenaran Kredit Pajak atau PM berdasarkan hasil konfirmasi
dalam sistem aplikasi DJP atau konfirmasi dengan
menggunakan surat.
4. Kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh wajib
pajak, dan
5. Kebenaran alamat yang tercantum dalam SPT tersebut atau
dalam surat pemberitahuan perubahan alamat.
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
5. Pemeriksaan PPN
Pemeriksaan dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan
pajak yang diajukan oleh PKP selain Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah,
Pengusaha Kena Pajak Kriteria tertentu atau PKP yang memenuhi Persyaratan
Tertentu.
DJP setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian
kelebihan Pajak harus menerbitkan SKP paling lama 12 bulan sejak permohonan
pengembalian kelebihan Pajak diterima sebagai catatan jangka waktu 12 bulan
tidak berlaku dalam hal terhadap PKP sedang dilakukan pemeriksaan bukti
permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
Bab III
KASUS
Contoh Kasus 1
Pengenaan sanksi administrasi sebesar 100% sebagaimana dengan ketetapan
Direktur Jendral Pajak dari jumlah kekurangan pembayaran pajak atas SKPKB.
i
Pajak Pertambahan Nilai II
Contoh kasus 2
pengenaan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% berdasarkan jumlah
pajak yang masih harus dibayar yang tidak atau kurang dibayar pada saat jatuh
tempo pelunasan atau terlambat dibayar.
a. Wajib Pajak menerima SKPKB sebesar Rp 1.120.000 yang diterbitkan pada
tanggal 2 Januari 2010 dengan batas pelunasan tanggal 1 Februari 2010.
Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran pajak
dalam jangka waktu 5 (lima) bulan dengan jumlah tetap sebesar Rp 224.000.
Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dihitung sebagai
berikut :
angsuran 1 : 2% x Rp 1.120.000 = Rp 22.400
angsuran 2 : 2% x Rp 896.000 = Rp 17.920
angsuran 3 : 2% x Rp 672.000 = Rp 13.440
angsuran 4 : 2% x Rp 448.000 = Rp 8.960
angsuran 5 : 2% x Rp 224.000 = Rp 4.480
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
i
Pajak Pertambahan Nilai II
Dalam hal ini tidak ada arus barang, tapi ada arus dokumen fiktif ; dan
apabila hanya dilakukan penelitian formal, tidak diketemukan kesalahan.
Apabila berhasil menerima uang restitusi PPN, berapa besarnya kerugian
negara ?
Contoh kasus 6 : Faktur pajak cacat, tidak benar atau tidak benar
pengisiannya.
SPT masa PPN bulan Juni 2007
PK 1.000.000.000,00
PM 700.000.000,00
Kurang Bayar 300.000.000,00
Dilakukan pemeriksaan pajak ditemukan faktur pajak standar atas pajak
masukan yang cacat, tidak benar atau tidak lengkap pengisiannya sebesar
Rp 100.000.000,00 diterbitkan SKPKB PPN :
Pokok pajak 100.000.000,00
Sanksi Ps. 13 (3c) KUP 100% 100.000.000,00
Kurang bayar 200.000.000,00
Bab IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
i
Pajak Pertambahan Nilai II
DAFTAR PUSTAKA