You are on page 1of 11

CARA MENYUSUN SURAT GUGATAN

1) Pengertian Surat Dakwaan

Surat dakwaan adalah suatu surat yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh
penuntut umum, yang memuat uraian tentang identitas lengkap terdakwa, perumusan
tindak pidana yang didakwakan yang dipadukan dengan unsur-unsur tindak pidana
sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pidana yang bersangkutan, disertai uraian
tentang waktu dan tempat tindak pidana dilakukan oleh terdakwa, surat mana menjadi
dasar dan batas ruang lingkup pemeriksaan di sidang pengadilan (Husein 1994:43).
Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dakwaan adalah suatu surat atau akte
yang memuat suatu perumusan dari tindak pidana yang didakwakan, yang sementara
dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan yang merupakan dasar
bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan, yang bilamana ternyata cukup terbukti,
terdakwa dapat dijatuhi hukuman (Prakoso 1983:41).

2) Peranan dan Fungsi Surat Dakwaan


Jaksa dalam rangka mempersiapkan surat dakwaan, diberikan kewenangan
mengadakan prapenuntutan dalam arti melakukan penelitian terhadap berkas perkara
yang diterimanya dari penyidik serta memberi petunjuk-petunjuk kepada penyidik.
Dengan perkataan lain, hasil penyidikan adalah dasar dalam pembuatan suatu surat
dakwaan. Rumusan-rumusan dalam surat dakwaan pada hakikatnya tidak lain
daripada hasil penyidikan. Keberhasilan penyidikan sangat menentukan bagi
keberhasilan penuntutan. Dengan demikian, dapatlah diketahui peranan surat
dakwaan (Marpaung 1992:300-301), yaitu :
• Dasar pemeriksaan di sidang pengadilan,
• Dasar tuntutan pidana (requistoir),
• Dasar pembelaan terdakwa dan/atau pembela,
• Dasar bagi hakim untuk menjatuhkan putusan,
• Dasar pemeriksaan peradilan selanjutnya (banding, kasasi, bahkan PK dalam
kepentingan hukum).
Surat dakwaan menempati posisi sentral dan strategis dalam pemeriksaan
perkara pidana di pengadilan, karena itu surat dakwaan sangat dominan bagi
keberhasilan pelaksanaan tugas penuntutan. Ditinjau dari berbagai kepentingan yang
berkaitan dengan pemeriksaan perkara pidana, maka fungsi surat dakwaan dapat
dikategorikan (Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia No: SE-
004/JA/11/1993).

3) Syarat-Syarat Dakwaan
Dakwaan harus memenuhi dua syarat sesuai dengan Pasal 143 ayat (2)
KUHAP disebutkan bahwa surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani
serta berisi :
• Syarat Formil: Identitas terdakwa (143 ayat (2) KUHAP), nama lengkap, tepat
lahir, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
pekerjaan tersangka.
• Syarat Materiil: Dirumuskan secara cermat, jelas dan lengkap− tentang tindak
pidana yang didakwakan terhadap terdakwa (143 (2) huruf b) Disebutkan locus
dan tempus delictie.

4) Bentuk-Bentuk Surat Dakwaan


Dalam KUHAP tidak terdapat ketentuan atau pasal-pasal yang mengatur
tentang bentuk dan susunan surat dakwaan, sehingga dalam praktik penuntutan
masing-masing penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan pada umumnya
sangat dipengaruhi oleh strategi dan rasa seni sesuai dengan pengalaman praktik
masing-masing. Dalam praktik, proses penuntutan dikenal beberapa bentuk surat
dakwaan, antara lain sebagai berikut (Kuffal 2003:225):
• Dakwaan Tunggal
Dakwaannya hanya satu/tunggal dan tindak pidana yang digunakan apabila
berdasarkan hasil penelitian terhadap materi perkara hanya satu tindak pidana saja
yang dapat didakwakan. Dalam dakwaan ini, terdakwa hanya dikenai satu perbuatan
saja, tanpa diikuti dengan dakwaan-dakwaan lain. Dalam menyusun surat dakwaan
tersebut tidak terdapat kemungkinan-kemungkinan alternatif, atau kemungkinan
untuk merumuskan tindak pidana lain sebagai penggantinya, maupun kemungkinan
untuk mengkumulasikan atau mengkombinasikan tindak pidana dalam surat
dakwaan. Penyusunan surat dakwaan ini dapat dikatakan sederhana, yaitu sederhana
dalam perumusannya dan sederhana pula dalam pembuktian dan penerapan
hukumnya.

• Dakwaan Alternatif
Dalam bentuk dakwaan demikian, maka dakwaan tersusun dari beberapa
tindak pidana yang didakwakan antara tindak pidana yang satu dengan tindak pidana
yang lain bersifat saling mengecualikan. Dalam dakwaan ini, terdakwa secara faktual
didakwakan lebih dari satu tindak pidana, tetapi pada hakikatnya ia hanya didakwa
satu tindak pidana saja. Biasanya dalam penulisannya menggunakan kata “atau”.
Dasar pertimbangan penggunaan dakwaan alternatif adalah karena penuntut umum
belum yakin benar tentang kualifikasi atau pasal yang tepat untuk diterapkan pada
tindak pidana tersebut, maka untuk memperkecil peluang lolosnya terdakwa dari
dakwaan digunakanlah bentuk dakwaan alternatif.
Biasanya dakwaan demikian, dipergunakan dalam hal antara kualifikasi
tindak pidana yang satu dengan kualifikasi tindak pidana yang lain menunjukkan
corak/ciri yang sama atau hampir bersamaan, misalnya:pencurian atau penadahan,
penipuan atau penggelapan, pembunuhan atau penganiayaan yang mengakibatkan
mati dan sebagainya. Jaksa menggunakan kata sambung “atau”.
• Dakwaan Subsidair
Bentuk dakwaan ini dipergunakan apabila suatu akibat yang ditimbulkan oleh
suatu tindak pidana menyentuh atau menyinggung beberapa ketentuan pidana.
Keadaan demikian dapat menimbulkan keraguan pada penunutut umum, baik
mengenai kualifikasi tindak pidananya maupun mengenai pasal yang dilanggarnya.
Dalam dakwaan ini, terdakwa didakwakan satu tindak pidana saja. Oleh
karena itu, penuntut umum memilih untuk menyusun dakwaan yang berbentuk
subsider, dimana tindak pidana yang diancam dengan pidana pokok terberat
ditempatkan pada lapisan atas dan tindak pidana yang diancam dengan pidana yang
lebih ringan ditempatkan di bawahnya. Konsekuensi pembuktiannya, jika satu
dakwaan telah terbukti, maka dakwaan selebihnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Biasanya menggunakan istilah primer, subsidiair dan seterusnya.
Meskipun dalam dakwaan tersebut terdapat beberapa tindak pidana, tetapi
yang dibuktikan hanya salah satu saja dari tindak pidana yang didakwakan itu.

• Dakwaan Kumulatif
Bentuk dakwaan ini dipergunakan dalam hal menghadapi seorang yang
melakukan beberapa tindak pidana atau beberapa orang yang melakukan satu tindak
pidana. Dalam dakwaan ini, terdakwa didakwakan beberapa tindak pidana sekaligus.
Biasanya dakwaan akan disusun menjadi dakwaan satu, dakwaan dua dan seterusnya.
Jadi, dakwaan ini dipergunakan dalam hal terjadinya kumulasi, baik kumulasi
perbuatan maupun kumulasi pelakunya. Jaksa menerapkan dua pasal sekaligus
dengan menerapkan kata sambung “dan”.

• Dakwaan Campuran/Kombinasi
Bentuk dakwaan ini merupakan gabungan antara bentuk kumulatif dengan
dakwaan alternatif ataupun dakwaan subsidiair. Ada dua perbuatan, jaksa ragu-ragu
mengenai perbuatan tersebut dilakukan. Biasanya dakwaan ini digunakan dalam
perkara narkotika.

5) Proses Penyusunan Surat Dakwaan


• Voeging
Voeging adalah penggabungan berkas perkara dalam melakukan penuntutan,
dan dapat dilakukan jika (pasal 141 KUHAP):
a. Beberapa tindak pidana;
b. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh satu orang atau lebih;
c. Belum diperiksa dan akan diperiksa bersama.

• Splitsing
Selain penggabungan perkara, penuntu umum juga memiliki hak untuk
melakukan penuntutan dengan jalan pemisahan perkara (142 KUHAP). Splitsing
dilakukan dengan membuat berkas perkara baru dimana para tersangka saling
menjadi saksi. Hal ini dilakukan untuk menguatkan dakwaan PU.
Dalam perkembangannya, penuntutan dapat dihentikan oleh JPU dengan
beberapa pertimbangan. Pertimbangan yang dimaksud adalah sesuai dengan bunyi
pasal 140 ayat (2) KUHAP, yaitu: karena tidak cukup bukti peristiwa tersebut bukan
merupakan tindak pidana, perkara ditutup demi hukum.

6) Proses Pemeriksaan di Persidangan


• Jenis-Jenis Acara Pemeriksaan
a. Acara Pemeriksaan Biasa (152-202 KUHAP)
b. Acara Pemeriksan Singkat/ sumir (203 KUHAP), kategorinya untuk perkara
pelanggaran non pasal 205 KUHAP.
c. Acara Pemeriksan Cepat/ Roll biasanya berhubungan dengan tindak pidana
ringan dan Pelanggaran lalu lintas. (205 KUHAP). Kategorinya adalah pidana
kurungan paling lama 3 bulan dan denda sebanyak-banyaknya Rp. 7500,-.
Perbedaan mendasar antara acara pemeriksaan singkat dan cepat adalah, untuk
acara pemeriksaan singkat tetap menggunakan JPU sedangkan acara pemeriksaan
cepat langsung penyidik dengan hakim tunggal.

• Prinsip Pemeriksaan di Persidangan


Terbuka untuk umum kecuali kesusilaan dan anak, tindak pidana khusus
dimungkinkan secara Inabsentia (pasal 154 ayat (4) KUHAP) Pemeriksaan secara
langsung dan lisan berjalan secara bebas tanpa adanya intervensi

• Tahapan Pemeriksaan di Persidangan Sidang Pertama


Pemeriksaan Identitas Terdakwa (155) “Memperingatkan terdakwa untuk
memperhatikan dan memberikan nasihat (155)”. Pembacaan Surat Dakwaan
“Menanyakan apakah terdakwa− mengerti isi dakwaan Hak mengajukan Eksepsi/
keberatan”.

• Eksepsi
Eksepsi adalah keberatan terdakwa atau penasihat hukumnya atas dakwaan
penutu umum. Dasar alasan eksepsi:
1) PN tidak berwenang mengadili
2) Dakwaan tidak dapat diterima Ne bis in idem, Daluwarsa
3) Meminta surat dakwaan dibatalkan
4) Surat dakwaan diubah tanpa pemberitahuan. Dakwaan atau salinan surat
dakwaan harus diterima oleh terdakwa/ penasihat hukumnya paling lambat 7
hari sebelum sidang. Surat dakwaan dapat diubah dengan ketentuan (144
KUHAP):
a. 7 hari sebelum sidang
b. Perubahan hanya satu kali
c. Salinan perubahan harus diberikan kepada terdakwa/ penasihat hukumnya

• Sidang Lanjutan
Jawaban atas keberatan terdakwa oleh penuntut umum− Putusan sela− atas
eksepsi Putusan sela berisi tentang:
a. eksepsi diterima, maka persidangan dihentikan
b. eksepsi ditolak, maka persidangan dilanjutkan
Terhadap putusan sela dapat dilakukan upaya hukum yang disebut dengan
VERZET atau perlawanan. Perlawanan diajukan setelah putusan pemidanaan.

• Pemeriksaan Alat Bukti.


Macam-macam alat bukti Menurut pasal 184 KUHAP :
1) Keterangan saksi. Menjadi saksi adalah kewajiban semua orang, kecuali
dikecualikan oleh UU. Menghindar sebagai saksi dapat dikenakan pidana
(Penjelasan− pasal 159 (2) KUHAP). Ketentuan sebagai saksi (185 KUHAP):
Melihat sendiri, Mengalami sendiri, Mendengar sendiri, Bukan anggota keluarga
terdakwa sampai derajat ketiga, keluarga ayah atau ibu, suami/istri (walaupun
sudah cerai), Karena jabatannya− diwajibkan menyimpan rahasia.
2) Keterangan ahli. Keterangan ahli adalah apa yang seseorang ahli nyatakan
dalam sidang pengadilan (186 KUHAP). Keterangan ahli dapat berupa keterangan
lisan dan dapat juga berupa surat (visum et repertum yang dijelaskan oleh seorang
ahli)
3) Surat. Prof. Pitlo, Surat adalah pembawa tanda tangan bacaan yang berarti, yang
menerjemahkan suatu isi pikiran. Menurut pasal 187 KUHAP yang termasuk
surat adalah:
a. Berita acara dan surat resmi lainnya yang dibuat oleh pejabat umum
b. Surat keterangan dari seorang ahli
c. Surat lainnya yang berhubungan dengan tindak pidana
4) Petunjuk. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan yang karena
persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak
pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya. Petunjuk hanya diperoleh dari :
a. Keterangan saksi
b. Surat
c. Keterangan terdakwa
5) Keterangan terdakwa. Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan
di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan sendiri atau ia ketahui sendiri atau ia
alami sendiri. Prinsip keterangan terdakwa:
a. Tidak mengajukan pertanyaan yang bersifat menjerat (pasal 166 KUHAP)
b. KUHAP tidak menganut asas The Right to Remain in Silence (Pasal 175
KUHAP)
Jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk menjawab
pertanyaan, hakim ketua sidang menganjurkan untuk menjawab.

Sebelum berlakunya pasal ini, alat bukti yang ada dalam Nederland Sv pasal
339 adalah:
1) Eigen Waarneming van de rechter (pengamatan sendiri oleh hakim)
2) Verklaring van de verdachte (keterangan terdakwa)
3) Verklaringen van een getuige (keterangan seorang saksi)
4) Verklaringen van een deskundige (keterangan seorang ahli)
5) Schriftelijke bescheiden (surat-surat)

Sedangkan pada masa HIR, alat buktinya adalah (295 HIR):


1) Kesaksian-kesaksian
2) Surat-surat
3) Pengakuan
4) Isyarat-isyarat/ petunjuk

• Kekuatan Pembuktian
Urutan dalam pasal 184 KUHAP bukan merupakan urutan kekuatan
pembuktian. Kekuatan pembuktian terletak dalam pasal 183 KUHAP dengan asas
Unus testis nullus testis “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah dan keyakinan hakim”.

• Pembaharuan Alat Bukti Dalam KUHAP


a. Saksi ahli perlu ada standarisasi seperti apa ahli itu. Contoh kasus Tjandra
Sugiono, Mas Wigantoro ahli dalam bidang telematika ditolak sebagai ahli karena
tidak bisa menunjukkan sertifikat ahlinya, sedangkan Prof. Loebby Loqman dapat
sebagai ahli tanpa pengesahan.
b. Alat bukti surat perlu diubah menjadi dokumen (UU pembuktian Malaysia: luas
termasuk kaset dan video)
c. Petunjuk: Belanda mengenal eigen waarneming van de rechter sedangkan
Amerika mengenal judicial notice yang artinya pengamatan hakim. Prinsipnya
sama ditambah dengan pengakuan barang bukti.

Pembacaan tuntutan oleh penuntut umum. Berbeda dengan surat dakwaan,


surat tuntutan adalah sebuah nota atau surat yang disusun berdasarkan fakta yang
diperoleh dari pemeriksaan persidangan, sehingga dasar tuntutan pidana
sesungguhnya merupakan kesimpulan yang diambil oleh penuntut umum terhadap
fakta-fakta yang terungkap di persidangan.

• Isi Tuntutan Pidana


Tuntutan pidana secara garis besar harus memuat:
a. surat dakwaan
b. pemeriksaan di persidangan (pemeriksaan alat bukti)
c. fakta-fakta persidangan
d. pembuktian
e. tuntutan pidana

Pembelaan (pledooi). Pledooi adalah pembelaan yang bersifat lisan atau


tertulis baik dari terdakwa maupun dari penasihat hukumnya berkenaan dengan
tuntutan penuntut umum. Pledooi bisa dijawab oleh penuntut umum disebut dengan
REPLIK dan bisa dijawab untuk satu kali lagi oleh terdakwa atau penasihat
hukumnya disebut DUPLIK.
Putusan Pengadilan. Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang
diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam UU ini. (pasal 1 butir 11 KUHAP)

• Jenis-jenis putusan:
1) Putusan bebas (Vrijspraak) pasal 191 (1) KUHAP. Tidak terbukti adanya
kesalahan, Tidak adanya 2 alat bukti, Tidak adanya keyakinan hakim, Tidak
terpenuhinya unsur tindak pidana
2) Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum (onslaag van alle) pasal 191 (2)
KUHAP. Terbukti tetapi bukan tindak pidana. Adanya alasan pemaaf, pembenar
atau keadaan darurat
3) Putusan Pemidanaan. Putusan pemidanaan dijatuhkan oleh hakim jika ia telah
memperoleh keyakinan, bahwa terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan
dan ia menganggap bahwa perbuatan dan terdakwa dapat dipidana.
CARA MENYUSUN SURAT GUGATAN

Makalah Ditulis Sebagai Tugas Pengganti Mid Semester

Hukum Acara Pidana

Disusun Oleh:

Zulfikri Febriadi : 0814702

M.Jefri Wisata :

Meridiana Amran, S.H.


Dosen Pembimbing

FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2010

You might also like