Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Salah satu proses belajar yang harus dilalui oleh setiap individu untuk
243). Dengan demikian boleh dikatakan bahwa sosialisasi dapat terjadi pada
setiap lingkungan sosial manusia, dari tingkat yang paling sederhana yaitu
keluarga dan kelompok kekerabatan sampai dengan tingkat yang lebih kompleks
dengan berbagai cara yang berbeda oleh sejumlah orang dan dalam konteks sosial.
Setiap kelompok masyarakat memiliki tata aturan, tata nilai, dan norma-
norma yang berlaku. Hal mana telah terkonsensus dan menjadi acuan bagi setiap
kehidupan manusia, dari sepanjang kehidupan manusia masa kini, dan dari
generasi ke generasi.
srluruhnya tanpa ada bantuan dari orang lain. Wujud nyata dari suatu kehidupan
bersama ini dapat berupa kelompok, institusi ataupun dalam bentuk lembaga.
bergabung dalam suatu organisasi adalah orang-orang yang aktif bukan yang
pasif, terutama organisasi yang terbentuk sebagai pemberi informasi, karena jika
orang tersebut pasif, dia tidak akan mampu bergaul dengan baik didalam
organisasi tersebut maupun diuar organisasi yang ada. Orang yang pasif tersebut
akan mampu memberikan informasi yang aktual dan bersosialisasi dengan baik
dengan sekitarnya.
parasit obligat yang dapat hidup di dalam cairan media hidup. HIV hidup dan
berkembang dalam sel darah putih manusia dan akan ada pada cairan yang
mengandung sel darah putih, seperti: darah, cairan sperma, cairan vagina, sum-
sum tulang belakang dan lain-lain. Maka penularan HIV terjadi dikarenakan :
hubungan sex yang berganti-gantian pasangan, jarum suntik, transfusi darah, ibu
hamil yang terkena AIDS pada bayinya. Tertular HIV disebut masa jendela,
dimana dilakukan tes darah dan di dalam darah terdapat positif HIV. Setelah itu
akan berlanjut ke masa tanpa gejala yakni 5-7 tahun. Pada masa ini penderita
tampak sehat dan tidak ada gejala yang tampak. Lalu berlanjut ke AIDS, penderita
mulai tampak gejala AIDS dan penderita bertahan 6 bulan sampai 2 tahun dan
Angeles, Amerika Serikat, pada tahun 1981, saat melakukan penelitian terhadap
kekebalan tubuh (imunitas). Dari hasil penelitian tersebut, para ahli kesehatan
seorang turis asal Belanda (Edward Hop, 44). Ia meninggal di Rumah Sakit
Sanglah, Bali. Sampai dengan tanggal 31 April 2007 jumlah kasus AIDS di
Indonesia adalh 8988 orang. Penderita HIV+ sebanyak 5640 orang. Kasus AIDS
terdapat di 32 provinsi dengan kasus tertinggi dimulai dari DKI Jakarta, Papua,
Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Bali, Sumatera Utara, Jawa Tengah,
Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Penderita yang meninggal akibat AIDS
Sedangkan di Sumatera Utara data yang diperoleh dari sejak tahun 1994-
2007 January lebih banyak warga Negara Indonesia dibandingkan warga Negara
asing. Dimana WNI (Warga Negara Indonesia) yang mengidap HIV adalah 25
orang, yang mengidap AIDS adalah 1 orang, dengan total 26 orang. Dimana total
yang mengidap HIV WNI dan WNA adalah 470 orang dan untuk yang mengidap
AIDS pada WNI dan WNA adalah 331 orang. Dan sebanyak 80 orang meninggal
akibat AIDS.
narkoba satu juta orang, sekitar 60% diantaranya menggunakan jarum suntik
bergantian dan 15% terinfeksi HIV. Pada saat itu diperkirakan bahwa pada akhir
tahun 2003 jumlah yang terkena HIV akan bertambah 2 kali lipat. Sedangkan
kasus HIV/AIDS yang terungkap (tercatat), sejak penyakit itu melanda Indonesia
diantaranya meninggal dunia. Khusus untuk tahun 2003, kasus HIV/AIDS yang
(10), Sulawesi Utara (5), Bali(4). Artinya epidemi HIV/AIDS yang nampak di
depan mata hanya merupakan puncak dari gunung es yang ada dipermukaan air.
lampu merah. Laporan Unicef, Unaids dan WHO pada tahun 2002 menyebutkan
bahwa hampir semua infeksi HIV di Eropa Timur dan Asia Tengah terkait dengan
terjadi pada pengguna narkoba suntik dan pekerja seks dengan mayoritas umur
dibawah 25 tahun. Selama kurun waktu 12 tahun sejak kasus HIV ditemukan di
Indonesia pada 1987, hanya terdapat 6 kasus HIV dikalangan IDU (injecting drug
user). Peningkatan yang sangat pesat terjadi setelah itu. Pada tahun 1999, tercatat
bahwa permasalahn IDU di Indonesia sudah saatnya dicermati karena ini dapat
umur 15-24 tahun merupakan 29,8% dari2.649 orang pengidap virus HIV/AIDS
di Indonesia.
seolah menjadi remaja modern dan tidak kampungan. Banyak yang tidak
mereka itu menjadi medium penularan HIV/AIDS. Pada dekade 1990-an faktor
penyebab itu bergeser ke penggunaan jarum suntik intrevenous drugs user (IDU)
IDU bisa berujung pada penyakit yang mematikan itu. Dari hasil pemeriksaan
penggunaan IDU.
Karena itu, kata Esti konsentrasi KPAD untuk mencegah virus HIV/AIDS
saat ini terfokus ke anak-anak muda (remaja). Sebab, merekalah yang menjadi
sasaran empuk HIV yang ditularkan melalui jarum-jarum suntik narkoba atau
hubungan seks bebas. Mereka dihadapkan pada suasana pergaulan tak terkontrol
Warung Sahiva adalah suatu wadah atau pusat informasi dan konseling di
kampus Universitas Sumatera Utara yang tentunya terdiri dari orang-orang yang
menjadi satu kelompok membentuk menjadi suatu organisasi atau lembaga untuk
HIV/AIDS. Dalam hal ini organisasi warung sahiva harus memiliki pengetahuan
yang lebih mengenai HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan seks, agar mampu
menjelaskan kepada orang-orang yang ingin tahu. Karena tujuan dari warung
1
Sumber dari : http://www.HIV/AIDS.net/?p=248
orang-orang yang terlibat atau bergabung dalam warung sahiva ini harus aktif
Napza.
belajar.
benar, menyebabkan orang takut untuk melakukan untuk melakukan kontak sosial
HIV/AIDS).
dilontarkan. Namun, hal itu hanya berhenti sampai di situ karena kurangnya
Sejalan dengan meningkatnya kasus HIV (+), dalam waktu yang tidak
lama tentunya harus diantisipasi meningkatnya kasus AIDS, yang pada saatnya
pencegahan HIV. Sering kali infeksi HIV terjadi karena tidak memiliki kekuatan
terlibat dan bergabung dalam lembaga-lembaga ini. Jadi, bukan hanya orang-
orang yang telah lulus dari perkuliahan. Oleh karena itu, para mahasiswa yang
sebaya (peer education method). Karena dianggap lebih efektif dan sesuai dengan
HIV/AIDS dan Napza di kalangan remaja dan anak muda di kampus sangat
merasa bahwa mereka ( remaja / anak muda ) cukup aman dan tidak mungkin
tertular HIV ataupun Infeksi Menular Seksual. HIV/AIDS dan IMS masih
dianggap sesuatu yang menjadi “ milik “ kelompok pekerja seks, orang yang suka
kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini, baik institusi pemerintahan maupun
swasta, didalam maupun diluar kampus. Secara rutin mengelar lesehan / tikar
khususnya mahasiswa/i FISIP USU maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
FISIP USU ?
reproduksi ?
oleh Sahiva
kesehatan reproduksi.
bermutu.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) yang merupakan salah satu fakultas dari Universitas Sumatera Utara
(USU). Fakultas ini terletak di jalan Prof. Dr. Sofyan No. 1, Kampus USU Medan.
perantara informan yang telah dikenal. Dan peneliti ingin mengetahui dan melihat
dimana dalam hal ini sebenarnya informan terlepas dari posisi sebagai seorang
mahasiswa.
dalam pengembangan diri pribadi dan sosial mereka dalam rangka memenuhi
dan keterampilan saja tetapi juga bersifat mental dan rohani. Untuk memperoleh
kepandaian, kesadaran, ambisi dan aspirasi agar mereka menjadi orang pragmatis
sarana dan prasarana yang memadai sehingga mereka dapat dikembangkan dan
mengembangkan diri.
yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu
kelompok. Ini dapat berarti satu kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa,
sesama rekan kerja, sesama profesi, jenis kelamin. Kegiatan sebaya dipandang
yang diberikan oleh seseorang dari kalangannya sendiri akan mudah dipahami.
dibutuhkan.
Manusia dibekali oleh alam dengan akal budi untuk berfikir dan berkarya.
Dengan adanya kesadaran akan eksistensi diri serta kemampuannya, dia berusaha
memberikan bentuk baru atau bentuk lain yang lebih baik terhadap
sosialnya.
sosialisasi ini, pola-pola baku yang telah ada dalam kebudayaan sebagai alat
adopsi mendapat persambungan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini
disebabkan karena proses sosialisasi itu tidak pernah selesai seratus persen tanpa
kemajuan kearah yang lebih baik. Sosialisasi dapat diukur menurut tingkatan
sikap dan ide-ide dari orang lain dan menyusun kembali sebagai suatu sistem
dalam diri pribadinya (Ahmadi, 1991 : 154). Pengadopsian kebiasan sikap dan
ide-ide tersebut hanya terjadi melalui proses belajar mengenai hal-hal yang akan
di adopsi tersebut atau dengan kata lain sikap dan kebiasan individu dalam
karena dipelajari tetapi oleh karena masyarakat itu sendiri yang mengalami dalam
nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat.
sosialisasi.
yang akan dibahas, karena proses sosialisasi yang dipentingkan dalam karya
ilmiah ini. Dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada tujuan terwujudnya
sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus). Dan dalam hal ini yang menjadi
sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok
disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain.
Apa yang diajarkan kelurga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan
dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, disekolah anak-
individu, maka agen sosialisasi juga mempunyai banyak bentuk dan varian.
belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir
dari kelompok tersebut lebih lanjut (Verbriarto, dalam Khairuddin, 1998 : 63)
hidup.
kepribadiannya.
1. Belajar (Learning)
lingkungan“.
tersebut.
79-83).
disampaikan oleh agen-agen yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak
bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi di
masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena
Mead, 2000) :
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”.
Makna kata tersebut juga belum dipahami betul oleh anak, lama kelamaan
anak akan memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan
peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini dimulai
terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya,
dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang
lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial
norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang
sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan
perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam
arti sepenuhnya.
ataupun pasif tergantung seberapa jauh keterlibatan mereka pada orang yang
mensosialisasikannya.
permasalahan yang akan dibahas nantinya. Untuk mencapai sasaran yang akan
beberapa informan sebagai sumber data, adapun wawancara yang dilakukan yaitu
mewawancarai orang yang berperan serta dalam lokasi penelitian tersebut yaitu
wawancara dengan orang yang lebih merasakan sejauh mana Sahiva sebagai pusat
wawancara ini juga tidak dibatasi kepada orang-orang tertentu saja tetapi
yaitu :
Observasi biasa ini dilakukan si peneliti untuk memperkuat data yang telah
dapat dari hasil wawancara dan hal ini bisa dilakukan kapan saja ketika si peneliti
mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik
2005:186).
mendalam ini peneliti membuat perjanjian dengan informan dalam waktu yang
ketika si peneliti membuat perjanjian dengan informan yang berada kota tempat
dikarenakan waktu.
terlebih dahulu dan biasanya apabila si peneliti secara kebetulan berjumpa dengan
kampus si peneliti. Kedua wawancara diatas tadi akan di dukung pula oleh alat-
alat pengumpulan data lainnya seperti, tape recorder, dan kamera sebagai
dokumentasi.
Untuk melengkapi data yang diperoleh dari lapangan peneliti juga mencari
data kepustakaan. Data kepustakaan itu dapat berupa buku-buku, majalah, surat
sesuai dengan kepentingan kajian atau masalah yang dibahas, dengan tujuan dapat
Pada tahap analisis ini, peneliti memeriksa ulang kembali data untuk
melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis
kedalam ketegori yang lebih kecil sehingga peneliti mudah menuliskan data yang
sudah di dapat.
yang berupa teori-teori yang memperkuat data lapangan yang di analisis. Dalam
observasi yang peneliti dapat pada saat berada di lapangan sebagai penguat data