Professional Documents
Culture Documents
Dr HJ Liza
ABSTRAK
Untuk mewujudkan Paradigma sehat sebagai salah satu usaha mandiri meningkatkan sumber
daya manusia Indonesia yang berpendidikan dan berkualitas, diharapkan tesis ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam khazanah Psikologi Pendidikan Islam dan Kesehatan
Masyarakat
Motivasi Ibadah adalah dorongan seseorang untuk berbakti kepada Allah untuk mencapai tujuan
hidupnya, yang ditunjukan dengan hati dan prilaku yang baik yaitu untuk mendapat ridho
Allah:¶Sesungguhnya Shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam ´ (al-An¶amm:162).
Kekebalan Stress adalah tingkat kekebalan stress seseorang yang diukur dengan sebuah skala
yaitu skala Smith dan Miller pada penelitian ini penulis memodifikasi skala ini dalam bentuk
yang lebih sederhana , bila kekebalan terhadap stress baik ,berarti seseorang telah mempunyai
pola hidup yang baik, maka kekebalannya terhadap stressnya pun menjadi meningkat, sehingga
seseorangpun tercegah dari gangguan fisik dan mental akibat stresor psikososial.
Gangguan psikosomatik adalah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai
penyakit fisis dan diyakini adanya hubungan yang erat antara suatu peristiwa psikososial tertentu
dengan timbulnya gejala-gejala tersebut
Hasil penelitian ini bertujuan menjadi hubungan sejauh mana motivasi ibadah, dan kekebalan
stress dapat mencegah seseorang dari gangguan psikosomatik.Dengan pendekatan kuantitatif
empirik dengan metode survey, purposive sampling, terhadap 200 responden yang datang ke
Puskesmas Astapada. Menggunakan kuesioner berskala likert melalui wawancara, kuesioner.
Kemudian Dicari hubungan korelasi antara variabel-variabel yang ada. Variabel independen satu
(X1 ) adalah motivasi ibadah, variabel independen dua (X2), kekebalan stress, dan variabel
dependen (Y) adalah pencegahan Psikosomatik.
Hasil penelitian menunjukan terdapatnya hubungan yang positif kuat dan signifikan antara
motivasi ibadah dengan pencegahan gangguan psikosomarik sebesar 0,763 atau 76,3 %
.Terdapatnya hubungan positif sedang antara kekebalan stress dengan pencegahan gangguan
psikosomatik sebesar 0,347 atau 34,7 %. Terdapat hubungan positif yang kuat 0,778 atau 77,8 %
secara bersama-sama antara motivasi ibadah, kekebalan stress terhadap pencegahan gangguan
psikosomatik. Sehingga motivasi ibadah yang tinggi dan peningkatan kekebalan stress yang
dilakukan secara simultan akan meningkatkan pencegahan gangguan psikosomatik
HIPERTENSI
adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmhg sistolik dan/sama atau
melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang minum obat hipertensi
ETIOLOGI
1.Esensial (95%):10 -15% pada orang dewasa kulit putih,20-30 % pada orang dewasa kulit
hitam:onset 25 ± 55 tahun : riwayat dalam keluarga
2.Renal (40 %) renovasikular (2%) :setenosis arteri renalis dari aterokloresis atau displasia
fibromoskular parenkimal(2%) :insufisiensi fungsi ginjal-retensi NA
3.Endokrin (0,5%) , feokromositoma (0,2 %), hiperaldosteronisme primer (0,1%), sindrom
cusing (0,2%)
4.Koartasio aorta(0,2%)
5.Penggunaan esterogen (5% pada wanita dengan pil kontrasepsi oral karena meningkatnya
substansi substrat renin di dalam hepar)
ANAMNESA
Tanda dan gejala PJK, gagal jantung kongestif,TIA/CVA, PVD, DM, insufiensi ginjal:riwayat
hipertensi dalam keluarga diet asupan Na, merokok, alkohol, presepan,dan pemberian obat-obat
OTC, kontrasepsi pil
PEMERIKSAAN FISIK
1. 2 pengukukuran tekanan darah secara trpisah >2 menit: perifikasi pada kontra
latralnya,funduskopi,jantung,(LVH,mumur,)vasikuler perifer,abdomen (masa atau
burit),neurologik
2. Uji laboratorium:elektrolit BUN,kreatinin,darah perifer lengkap,urinalisis,profil
lipid,EKG,(cari LVH)foto rontgen toraks
3. Pertimbangan pada pasien yang berusia 50 tahun,onset mendadak,hipertensi yang
memburuk,berat atau menetap,atau mengarah ke gangguan pada jantung dan paru
4. Penyakit renovasikular petunjuk klinis :lebih tua, riwayat penyakit aterosekloresis,burit arteri
renalis,g agal ginjal dengan akut ACEI,ĻK yang sepontan
1.Pertimbangan pada pasien yang berusia 50 tahun, onset mendadak, hipertensi yang memburuk,
berat atau menetap, atau mengarah ke gangguan pada jantung dan paru
2.Penyakit renovasikular petunjuk klinis :lebih tua,riwayat penyakit aterosklerosis, burit arteri
renalis, gagal ginjal dengan akut ACEI, ĻK yang spontan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Seken renal kaptopril:sensitifitas 90%,spesifilitas 90%,RAS bilateral mungkin tak terdeteksi
USG dupleks :sangat bergantung pada ketrampilan operator
MRA:sensitifitas 90%,sepesifisitas 90% dari penilaian beratnya stenosis bisa berlebihan renin
vena renalis + captopril (terpengaruh /tak terpengaruh >1,5/1) sensitifitas >80%, spesifitas60%
Penatalaksanaan
1.Bergantung pada derajat hipertensi dan adanya faktor resiko lain terhadap
kardiovasikular,ginjal dan penyakit neurolgik
2.Modifikasi pola hidup:penurunan berat badan untuk mecapai badan ideal,olahraga 20 menit
sehari,tidak merokok,atau minum alkohol,asupan natrium 3g/hariĻ
3.Pilihan obat:pilihan obat amat banyak dan bervariasi,berikut ini adalah anjuran :
Hipertensi tanpa komplikasi :diuretik atau penyekat-ß
+ diabetes melitus:ACEl
+ PJK: penyekat ß
+ gagal jantung :ACEl, diuretik
4. Penyebab sekunder
Renovasikular:angioplasti stenting, bedah
Perenkim ginjal :pembatasan garam dan cairan, diuretik
Etiologi endokrin-lihat´gangguan adrenal´
Komplikasi:
1.Neurolgik:TIA/CVA,ruptur aneurisma
2.Retinopati:I =penyempitan arteriolar,II =pembentukan cooper wiring,AV ancking,III
=perdarahan dan eksudat IV :papil edema
3.Jantung: PJKLVH,gagal jantung kongestif
4.Vaskular :diseksi aorta,aneurisme aorta
5.Ginjal: proteinuria,gagal ginjal
KRISIS HIPERTENSI
Definisi
adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah segera karena akan
mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tinggi tekanan darah bervariasi, yang terpenting
adalah cepat naiknya tekanan darah
terbagi atas 2: Hipertensi emergency dan hipertensi urgensi
Hipertensi emergensi : situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan
obat hipertensi parenteral karena adanaya kerusakan organ target akut dan progresif
Hipertensi urgensy adalaj situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan beberapa jam
HIPERTENSI URGENSI
Tekanan darah sistolik >210 mmHg atau tekanan diastolik >120 mmHg dengan kerusakan
minimal atau tanpa kerusakan target
PENATALAKSANAAN
Hipertensi emergensi :menurun MAP sebanyak 25% dalam hitungan menit hingga 2 jam
menggunakan obat-obatan intra vena
Hipertensi urgensi :menurun tekanan darah dalam hitungan jam menggunakan obat obatan oral
ILEUS PARALITIK
PENGERTIAN
Ileus paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus karena usus tidak
dapat bergerak (mengalami dismolititas). pasien tidak dapat buang air besar.
DIAGNOSIS
Perut kembung (distensi), bising usus menurun dan menghilang
Muntah, bisa disertai diare, tak bisa buang air besar
Dapat disertai demam
Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, bisa disertai penurunan. kesadaran, syok
Pada colok dubur: rektum tidak kolaps.tidak ada kontraksi
Adanya penyakit yang meningkatkan risiko: batu empedu. trauma, tindakan bedah di abdomen,
DM, hipokalemia. obat spasmolitik. pankreatitis akut. pneumonia, dan semua jenis infeksi tubuh.
Pemeriksaan fisik : Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, bisa disertai penurunan
kesadaran, demam, tanda dehidrasi, syok. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan distensi. bising
usus yang menurun sampai hilang.
DIAGNOSIS BANDING
Ileus obstruktif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, amilase-lipase, gula darah, kalium serum, dan analisis gas darah. Foto abdo¬men 3 posisi
TERAPI
Non farmakologis:
Puasa dan nutrisi parenteral total sampai bising usus positif atau dapat buang angin melalui
dubur
Pasang selang lambung dan dekompresi
HEMATOSKEZIA
PENGERTIAN
Hematoskezia adalah buang air besar berupa darah segar berwarna merah yang berasal dari
saluran cerna bagian bawah
DIAGNOSIS
- Buang air besar berupa darah merah segar sampai merah tua
- Demam bila penyebabnya infeksi usus
- Nyeri perut di alas umbilikus seperti kejang kolik, atau perut
kanan bawah yang hilang timbul dapat akut atau kronik, dapat
ditemukan massa
- Dapat disertai diare sampai dehidrasi, dapat terjadi syok
hipovolemik
- Bising usus menurun atau menghilang
- Berat badan dapat menurun
- Ada riwayat kontak dengan pasien lain, memakan makanan yang tidak biasanya, mendapat
terapi antibiotik, penyakit kardiovaskular. dapat disertai gejala ekstraintestinal seperti kelainan
kulit, sendi dan radang mata.
DIAGNOSIS BANDING
Melena. hemoroid, infeksi usus, penyakit usus inflamatonik,
Divertikulosis kolon dan/atau usus halus. angiodiplasia. lumor kolon dan/atau usus halus, kolitis
iskemik. kolilis radiasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboralorium:
DPL tiap 6 jam. analisis gas darah, elektrolit
Pcmeriksaan hemostatis lengkap
Pemeriksaan etiologi : Kultur Widal-Gall, serologi amuba. serologi IDT amuba, kultur
Salmonella-Shigella feses-unn. pemeriksaan mikroskopik parasil di feses.
TERAPI
Non farmakologis: puasa, perbaikan hemodinamik jika hemodinamik stabil dapat nutrisi enteral
Farmakologis :
Transfusi darah PRC/WB sampai dengan Hb > 10 gr%
Infus cairan.
Pengobatan infeksi sesuai penyebab
Bila ada kelainan hemostasis diobati sesuai penyebabnya
KOMPLIKASI
Syok hipovolemik, gagal ginjal akut anemia karena perdarahan
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Diposkan oleh hidup optimis di 03:07
KENAPA DIARE TIDAK SEMBUH-SEMBUH JUGA
DIARE KRONIK
PENGERTIAN
Diare kronik adalah Diare yang berlangsung lebih dari 15 hari sejak awal diare
DIAGNOSIS
Diare dengan lama lebih dari 15 hari
DIAGNOSIS BANDING
Keiainan pankreas. keiainan usus halus dan usus besar, keiainan PEM dan tirotoksikosis.
kelaman hati, sindrom kolon iritabel tipe diare
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan darah : DPL, kadar feritin. Sl-IBC. kadar vitamin B12 darah, kadar asam folat
darah, albumin serum, eosinofll darah, serologi amuba (IDT), widal. pemeriksaan
imunodefisiensi (CD4, CDS), feses lengkap dan darah samar.
Pemeriksaan anatomi usus : Barium enema, colon in loop (didahului BNO). Kolonoskopi,
ileoskopi, dan biopsi, barium follow through atau enteroclysis, ERCP, USG abdomen, CT Scan
abdomen
Fungsi usus dan pankreas : tes fungsi ileum dan yeyunum, tes fungsi pankreas, tes Schilling. CE
A dan Ca 19-9
TERAPl
Non farmakologis. diet lunak tidak merangsang. tinggi kalori. tinggi protein, bila tidak tahan
laktosa diberikan rendah laktosa. bila maldigesti lemak dibenkan rendah lemak. Bila penyakit
Crohn dan kolitis ulserosa diberikan rendah serat pada keadaan akut. Pertahankan minum yang
baik, bila perlu infus untuk mencegah dehidrasi
Farmakologis:
1. Bila sesak napas dapat diberikan oksigen, infus untuk memberikan cairan dan elektrolit.
2. Antibiotika bila terdapat infeksi.
3. Bila penyebab amuba/parasit/giardia dapat diberikan metronidazol.
4. Bila alergi makanan/obat/susu, diobati dengan menghentikan makanan/ obat penyebab alergi
tersebut.
5. Keganasan/polip diobati dengan pengangkatan kanker/polip
TB usus diobati dengan OAT
6. Diare karena kelainan endokrin, diobati dengan kelainan endokrinnya
7. Malabsorsi diatasi dengan pembenan enzim Kolitis diatasi sesuai jenis kolitis
KOMPLIKASI
Dehidrasi sampai syok hipovolemik. sepsis, gangguan elektrolit, dan asam basa/
gas darah. gagal ginjal akut, kematian
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
PANKREATITIS AKUT
PENGERTIAN
Pankreatitis akut adalah reaksi peradangan pankreas yang akut
DIAGNOSIS
Keadaan umum pasien seperli dispepsia sedang sampai berat, gelisah kadang diserti gangguan
kesadaran
Demam, ikterus, gangguan hemodinamik, syok dan takikardia, bising usus menurun (ileus
paralitik)
Penyakil penyerta yang meningkatkan resiko : balu empedu. trauma, tindakan bedah di abdomen,
diabetes melitus. hipertiroidisme, alkoholisme, ulkus peptikum, leptospirosis. demam berdarah
dengue
DIAGNOSIS BANDING
Perforasi ulkus peptikum, kolangitis akut, kolesistitis akut, apendisistis akut, nefrolitisasis kanan
akut, infark miokard akut inferior.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, amilase serum, lipase serum, gula darah, kalsium serum, LDH serum, fungsi ginjal,
SFOT/SGPT, analisis gas darah, elektrolit
TERAPI
Non farmakologis : Puasa dan pemasangan infus untuk nutrisi parentral total sampai amilase dan
lipase serum normal dan pada selang nasogastrik cairan lambung 140 x/m
c.Hipotensi
d.Takipneu,pernapasan berat
e.Sianosis
f.Diaforesis
g.Deviasi trakea ke sisi kontralateral
h.Distensi vena leher
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit paru,efusi pleura dan kangker paru
TERAPI
a.Pneumotoraks unilateral kecil(15, akibat ketidak seimbangan gaya starling
Tipe efusi pleura
1. Efusi transudatif:cairan pleura bersifat transudat (kandungan konsentrasi protein atau molekul
besar lain rendah
Penyebabnya:
Efusi eksudat:cairan pleura bersifat eksudat (konsentrasi protein lebih tinggi dari transudat)
Penyebabnya
a. Penyakit abdomen:penyakit pankreas
b. Penyakit kolagen
c. Trauma
d. perikardium
e. Tuberkulosis
Efusi pleura maligngnan: dapat ditemukan sel-sel ganas yang terbawa pada cairan pleura
Efusi paramaligna:efusi yang disebabkan keganasan
DIAGNOSIS
Anamnesia:
Nyeri,sesak,demam
TERAPI
Efusi karena gagal jantung
1.Diuretik
2.Torakosentesis diagnostik bila:
a.Efusi unilateral
b.Efusi menetap dengan trapi diuretik
c.Efusi bilateral,ketinggian cairan berbeda bermakna
d.Efusi+febris
e.Efusi+nyeri dada pleuritik
KOMPLIKASI
Efusi pleura berulang, epiema, gagal nafas
ANGINA PECTORIS
Suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode nyeri atau perasaan tertekan di depan dada
akibat kurangnya aliran darah koroner.
Klasifikasi:
1. Stabil
2. Tidak stabil
3. Varian
etiologi
Angina Pektoris berkaitan dengan penyakit jantung koroner aterosklerotik, dan merupakan
kelanjutan dari stenosis aorta berat, insufisiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai
obstruksi, peningkatan kebutuhan metabolik (hipertiroidisme), takhikardi paroksimal.
Manifestasi klinik
1. Perasaan seperti diikat atau ditekan yang bermula dari tengah dada yang secara bertahap
menyebar ke rahang bawah, dipermukaan dalam tangan kiri dan permukaan ulnar jari manis dan
jari kelingking.
2. Ciri khas : dilihat dari letaknya, kualitas sakit hubungan timbulnya sakit dengan aktifitas dan
lamanya serangan.
Patofisiologi
1. Ditandai oleh serangan rasa nyeri paroksimal yang bersifat
sementara, biasanya subternal atau prekardial yang ditimbulkan
oleh kerja berat dan menghilang bila istirahat.
Komplikasi
1. Unstable angina
2. Infarkmiokard
3. Aritmia
4. Sudden death
Diagnosis
1.Dengan EKG, didapatkan depresi segmen ST lebih dari satu mm pada waktu melakukan
latihan / aktifitas dan biasanya disertai sakit dada mirip seperti serangan angina.
2.Lama serangan 1 ± 5 menit
Penatalaksanaan:
Pengobatan terhadap serangan akut, berupa nitrogliserin
sublingual ±1 tablet yang merupakan alat pilihan yang bekerja sekitar 1 ± 2 menit dan dapat
diulang dengan interval 3 ± 5 menit.
Pencegahan :
1. Long Acting nitrate, yaitu ISDN 3 X 10
- 40 mg oral.
2. Beta bloker : propanolol, metoprolol, nadolol,
atenolol, dan pindolol.
3. Kalsium antagonis : verapamil, diltiazem.
Tindakan Invasif
1.Percutanens transluminal coronary angioplasty (PTCA)
merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dgn cara memecah plak atau ateroma dgn cara
memasukan kateter dgn ujung berbentuk balon.
2.Coronary artery bypass graft (CABG)
Asuhan keperawatan
1.Pengkajian
data obyektif : ± nyeri pada dada
- Kolesterol serum tinggi
- terlalu banyak merokok
2.Data Subyektif : ± sesak nafas
- kelelahan
- tidak nafsu makan
- mual
Diagnosa keperawatan
1.Ansietas yang berhubungan dengan nyeri dada sekunder akibat efek iskemia jantung
2.Ketakutan yang berhubungan dengan status baru dan masa datang tidak diketahui
3.Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan tindakan dan lingkungan
4.Resiko terhadap konstipasi yang berhubungan dengan tirah baring, perubahan gaya hidup dan
pengobatan
5.Intoleren aktivitas yang berhubungan dengan dekondisi sekunder akibat ketakutan akan
kekambuhan angina
Intervensi
1.Berikan posisi semifowler
2.Berikan oksigen konsentrasi tinggi (6-10 ltr/menit)
3.Kolaborasi pemberian nitrogliserin, bete bloker dan kalsium anatagonis)
4.Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan
5.Lakukan EKG
6.Observasi bunyi jantung
7.Observasi adanya mual, muntah, dan konstipasi
Hemoptisis
Pengertian
Adalah ekspetorasi darah dari saluran napas.Darah bervariasi dari dahak. Dahak disertai
bercak/lapisan darah hingga batuk berisi darah
DIAGNOSA
1.Anamnesis
a. Batuk, darah berwarna merah segar,bercampur busa,
b. Batuk sebelumnya, dahak (jumlah, bau, penampilan) demam,
sesak, nyeri dada, penurunan BB.
c. Kelainan perdarahan,penggunaan obat anti koagulan
d. Kebiasaan:merokok
PEMERIKSAAN FISIK
Diagnosis banding
1.Sumber trakeobronkial:
a.Neoplasma
b.Bronkitis(akut dan kronik)
c.Brokiektasis
d.Trauma
e.Benda asing
2.Sumber parenkim paru:
a.Tuberkulosis paru
b.Pneumonia
c.Abses paru
d.Sumber vaskuler
TERAPI
Hemoptisis masif:
Tujuan terapi adalah memepertahankan jalan nafas,proteksi paru yang sehat,menghentikan
pendarahan.
a.Istirahat baring,kepala direndahkan tubuh miring kesisi sakit
b.Oksigen
c.Infus,bila perlu transfusi darah
d.Bronkoskopi
KOMPLIKASI
Asfiksia, atelektasis, anemia
Diposkan oleh hidup optimis di 02:36
CIRCULATION MANAGEMENT
CIRCULATION MANAGEMENT
(PENGELOLAAN SIRKULASI)
Macam-macam syok :
Hipovolemik
Kardiogenik
Distributik
Obstruktif
Catatan :
1.Menilai respon pada pemberian cairan ® syok hipovolemik® respon minimal ® cari
perdarahan aktif® hentikan
2.Pasang CVP ® tergantung situasi
3.Transfusi ® ± Whole blood, PRC
- Hangatkan dulu
- Tidak perlu diberi Ca glukonas
4. Cairan elektrolit ®1 cc darah diganti 2 ± 3 cc elektrolit
5.Respons baik ® ± klinis ± produksi urin > 0,5 cc/kg BB
Pengelolaan umum
1. Syok hipovolemik karena perdarahan
Prinsip: Penggantian volume yang hilang dan perbaikan oksigenasi jaringan
Sistim Kardiovaskuler :
Pembentukan batu saluran batu kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan
batu. Inhibor pembentukan batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan
inhibor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (rekatan) dapat memacu pembentukan batu
sepeti asam urat, memacu batu kalsium oksalat.
therapi
non farmakologis
1. Batu kalsium : kurangi asupan garam dan protein hewani
2. Batu urat diet rendah asam urat
3. Minum yang banyak (2,5 lt perhari) bila fungsi ginjal baik
farmakologis
1. Anti spasmodik bila ada kolik
2. ANti mikroba bila ada infeksi
3. Batu kalsium ± kalium sitrat
4. Batu asam urat dengan alopurinol
PENDAHULUAN
Sindrom koloni iritabel (SKI) merupakan kumpulan gejala yang patofisiolooginya cukup rumit
dan terjadi akibat interaksi antara factor saluran pencernaan, factor psikis, dan factor lumen yang
merangsang kolon.
GAMBARAN KLINIS
Definisi
Sindrom koloni ieritabel ialah sekumpulan gejala klinis yang khas ditandai adanya rasa nyeri /
rasa tidak enak di perut disertai gangguan pola buang air besar (diare dan atau konstipasi) tanpa
ditemukan adanya kelainan organic maupun biokemis pada saluran cerna.
Epidemiologi
Di pedesaan kejadian SKI lebih sedikit disbanding perkotaan. SKI lebih banyak ditemukan pada
wanita dari pada pria dengan perbandingan 2,5:1. Pada orang kulit putih kejadiannya lima kali
lipat disbanding kulit hitam dan paling banyak terdapat pada orang usia 45-64 tahun.
Gejala Klinis
Rasa nyeri di perut biasanya pada salah satu sisi perut yaitu fosa iliaka kiri atau kanan tetapi
dapat pula dirasakan di bagian lain, kadang-kadang sampai punggung. Dan biasanya akan hilang
apabila sudah buang air besar atau buang angina (flatus).
Gangguan pola buang air besar dapat pula berupa diare, konstipasi atau keduanya secara
bergantian.
Berdasarkan gangguan pola buang air besar, pasien SKI dibedakan menjadi:
1. Pasien dengan predominan diare (BAB dengan feses lembek/ encer dengan frekuensi lebih
dari 3 kali sehari)
2. pasien dengan predominan konstipasi (susah buang air besar dan buang air besar keras dengan
frekuensi kurang dari 3 kali seminggu)
Gejala lainnya: perut bunyi (borborygmi), sering buang angin (flatulence), bersendawa
(bleching) dan mual.
Menurut Manning terdapat 4 gejala yang sering ditemukan pada pasien SKI:
1. perut kembung yang tampak dengan jelas
2. rasa nyeri di perut hilang setelah buang air besar
3. buang air besar lebih sering saat timbulnya rasa sakit
4. feses lembek pada saat timbulnya rasa sakit
Gejala lain yang biasa ditemukan pada SKI dibandingkan dengan kelainan organic ialah:
1. perasaan kembung
2. buang air besar berlendir
3. perasaan tidak lampias pada saat buang air besar
Dari hasil penelitian Fielding tanda-tanda fisis yang sering ditemukan pada SKI ialah : kolon
teraba dengan jelas (86%), nyeri tekan di daerah kolon (78%), suara µdebuk¶ pada pemeriksaan
fosa iliaka kanan (36%), rasa sakit pada colok dubur (52%), adanya lendir pada colok dubur
(70%), rectum kosong (64%), dan feses yang keras dalam rectum (68%).
Faktor Psikologis
Factor psikis bukan merupakan penyebab tapi dapat mengubah perjalanan dan gejala-gejala SKI.
Hasil penelitian beberapa ahli misalnya Drossman (1982) menemukan bahwa 84% pasien-pasien
SKI dipenngaruhi oleh stress psikis dibandingkan dengan hanya 68% saja pada orang normal.
Stress psikis ini juga memperburuk dan menambah rasa sakit di perut pada 69% kasus
dibandingkan 48% pada kontrol.
PATOFISIOLOGI
1. Dismotilitas saluran cerna
Gerakan kolon yang abnormal mengakibatkan pengeluaran feses dan gas terhambat, dan bukan
mendorongnya ke bagian distal. Akibatnya menimbulkan rasa sakit, konstipasi, dan distensi
abdomen.
2. Persepsi visceral yang abnormal
Sensitivitas anorektal bertambah mengakibatkan aktivitas refleks motorik rectum berlebihan.
Akibatnya rasa nyeri sebelum BAB dan perasaan tidak lampias saat BAB.
3. Stres psikososial
Reaksi psikologis menimbulkan gangguan tonus otot polos mengakibatkan kontraksi peristaltic
terganggu.
4. Factor dalam lumen yang merangsang kolon
Factor dalam lumen yang merangsang kolon adalah komponen-komponen dalam makanan
(eksogen) atau factor kimiawi (endogen). Factor endogen diantaranya adalah kolesistokinin
(CCK), gangguan asam empedu, asam lemak rantai pendek, dan asam lemak rantai menengah.
PENGOBATAN
KELAINAN DIFUSI
Sebab-sebab berkurangnya kapasitas difusi
1. Blok kapiler-alveolus:
- Edema paru
- Fibrosis paru
- Lesi infiltrtaif misalnya sarkoidosis
2. Berkkurangnya daerah tempat berdifusi
- Emfisema
- Emboli paru multipel
Sebab-sebab hipoksemia
1. Kelainan paru-jantung
- Hipoventilasi
- Rasio ventilasi/perfusi abnormal
- Gangguan difusi
- Shunt vena ke arteri
2. Berkurangnya pO2 dalam darah udara yang diinspirasikan misalnya pada tempat yang tinggi.
3. Berkurangnya hemoglobin aktif misalnya pada keracunan gas arang batu.
Dispnea adalah kesadran seseorang akan perlunya pertambahan usasaha untk bernafas.
Hipoventilasi adalah berkurangnya ventilasi paru menyebabkan hiperkapnia.
Pernapasan kussamaul (lapar akan udara): Terjadi pada asidosis (uremia, diabetes militus) karena
rangsangan terhadap pusat pernapasan.
Asma
Ditandai oleh berbagai tingkat dispnea, sering mendadak, disebabkan oleh penyempitan yang
luas dari bronkiolus.
Emfisema
Ditandai oleh membesarnya rongga udara distal dari bronkiolus terminal, dengan destruksi
dinding alveoli.
Pengobatan
Tirah baring, minum-minuman hangat, antiseptik-analgesik (misalnya aspirin), dapat
meringankan. Antihistamin denagn pseodoefedrin (misalnya Aktifed) ntuk meringankan sekresi
hidng kadang-kadang berguna.
SINUSITIS AKUT
Sering merupakan kelanjutan dari selesma. Disebabkan karena infeksi lapisan mukosa dari sinus
paranasal. Sekresi muko-purulen yang kental memenuhi rongga-rongga itu yang memang tidak
memiliki saluran yang baik.
Timbul rasa nyeri pada sinus yang terkena dan demam yang tidak begitu tinggi. Pada sinusitis
maklsilaris, gigi molar maksilaris mungik mensderitaa periodontitis.
Pengobatan
Antibiotik, untuk membrantas infeksi sekundr. Antipiretik-analgesik, sedotan hidung yang
mengandung obat, dan tetes hidung yang mengandung efedrin untuk mengkerutkan selaput
lendir yang bengakak dan untuk mempermudah pembuangan lendir dari sinus. Kadang-kadang
diperlukan tindakan bedah.
SINUSITIS KRONIS
Biasanya didahului oleh sinusitis akut. Terrdapat pengeluaran lendir yang muko-purulen terus
menerus ke dalam hidung atau nasofarings (post-nasal drip) dan sering disertai sakit kepala.
Pengobatan
Antibiotik efedrin tetes hidng dan mugkin, tindakan operatif untuk mempermudah pengeluaran
sekret dari sinus-sinus.
Pengobatan
Antihistamin per oral atau sodium cromoglycate yang dihisap. Program desensitisasi denagn
suntikan-suntikan intra-dermal dari ekstrak serbuk sari kadang-kadang bermanfaat pada kasus-
kasus tertentu.
TONSILITIS
Infeksi pada tonsil (kumpulan jaringan limfoid yang dilapisi epitel dalam tenggorokan). Terdapat
demam yang bervariasi, sakit tenggorokan dengan rasa nyeri pada waktu menelan, mungkin sakit
kepala dan muntah, terutama pada anak-anak.
Tonsil membesar dengan eksudat seperi krim dan kelenjar getas\h bening leher anterior
membesarf. Sering disbabkanoleh virus. Penyebab infeksi bakteri yang penting adlah oleh
streptokok beta-hemolitik grup A dari Lancefield, yang juga dapat menyebabkan skarlatina
(scarlet fever), glomerulonefritis akut dan demam rematik.
Diagnosis dibuat dengan biakan dan tes kepekaan anti biotik dari bakteri yang diperoleh dari
sediaan apus tenggorokan.
Pengobatan
Untuk infeksi oleh sterptokok beta-hemolitik, suntikan intra muskular penisilin digunakann
untuk sredikasi organisme dan untuk mencegah komplikasi-komplikasi seperti nefritis dan
demam rematik. Tirah baring, obat kumur-kumur, dan antipiretik analgesik dapat meringankan
rasa sakit.
3. Diskrasia darah
Terdapat gangguan fungsi atau kekurangan jumlah sel-sel darah putih yang menyebabkan
terjadinya infeksi dimana-mana. Tenggorokan sering menjadi sasaran pertama seperi misalnya
pada lekemia akut, anemia aplastik, dan agranulositosis.
4. Angina Vincent
Suatu bentuk yang jarang dari faringitis ulserartif yang disebabkan oleh Borellia vincent dan
Bacillus fusiformis yang terdapat diintifikasi dari sedian apus tenggorokan yang diwarnai.
Tetapi yang efektif adlah dengan metronidazole per oral. Bila terjadi obstruksi jalan napas, perlu
perawatan segera dirumah sakit.
5. Difteria
Tenggorokan dan tonsil terinfeksi oleh Corynebacterium diptheriae, yang dapat diidentifikasi
dari sediaan apus tenggorok yang diwarnai. Terdapat selaput kelabu yang lengket, menutupi
tonsil (membran difterik).
Jika menngenai laring, dapat terjadi kematian akibat tercekik. Penyakit yang serius ini sekarang
jarang terlihat di inggris oleh karena adanya program imunisasi.
LARINGITIS
Laringitis akut sering menyertai infeksi saluran napas bagian atas termasuk selsma. Batuk kering
yang terasa nyeri dengan suara parau dan hilangnya suara.
Laringitis kronik:
Infeksi kronik pada laring misalnya oleh tuberkulosis atau sifilis jarang terjadi. Penyebab suara
yang serak adalah karisnoma laring atau kelumpuhan pita suara. Untuk menegakan diagnosism,
diperlukan pemriksaan dengan laringoskop.
Pengobatan
Mengistirahtkan pita suara dan dengan pemberian obat antinyeri biasanya telah mencukupi. Pada
infeksi bakteri, antibiotik yang tepat harus diberikan.
OBSTRUKSI LARING
Lebih sering pada anak-anak karean laringnya sempit.
1. Inhalasi benda asing misalnya gigi, permen,.
2. Spasme laring²karena adanya iritasi dari misalnya gas yang bersifat merangsang. Beberapa
obat cenderung dapat menyebabkan spasme laring misalnya eter atau golongan barbiturat yang
disuntikan intra vena.
3. edema²baik ole3h peradangan atau alergi (angio edema).
4. Difteria
Pengobatan
Mengeluarkan benda asing. Tindakan segera mungkin dibutuhkan untuk melancarkan jalan
napas di sebelah bawah tempat terjadinya obstruksi (trakeostomi). Untuk spasme laring, berikan
oksigen dan jika mungkin menghilangkan penyebabnya.
Pada peradangan, hilangkan edeam dengan steroid dan terapi antibiotik jika perlu.
PENYAKIT-PENYAKIT PADA BRONKUS
BATUK
Gejala yang umum terapat pada penyakit bronkus dan trakea. Sifat-sifat dan kwalitas dahak yang
dihasilkan, berguna untuk menegakan diagnosis.
Batuk kering
Mungkin karean gelisah atau kebanyakan m,erokok. Juga terdapat pada radang paru atau
tuberkulosis dini, bronkitis akut karena virus, misalnya influenza atau salesma.
Batuk produktif
Mungkin menunjukan adanya infeksi. Terdapat campuran berbagai lendir dan nanah. Hal ini
merupakan tanda bronkitis kronik atau fase akhir dari bronkitis akut. Bronkiektasis sering
menghasilkan sputum muko-purulen yang berbau.
Pada semua keadaan radang ini, pembuluh-pembuluh darah dapat menjadi rusak dan pada dahak
akan ada bercak-bercak darah,(hemoptisis)
. Penyakit jantung pada sebelah kiri (misalnya stenisis mitral dan gagal jantung) sering pula
menyebabkan batuk. Edema paru disebabkan oleh karena gagal jantung kiri, dihubungkan
dengan banyak sputum berbusa dan berwarna merah jambu oleh adanya darah.
Bronkitis akut
Merupakan penyakit yang umum dan dapat menyerang segala umur. Sering setelah influenza,
selesma, campak atau batuk rejan. Batuk mula-mula kering dan tidak produktif.lama kelamaan
batuk menjadi produktif disertai dengan sputum muko-purulen berwarna kuning.
Obstruksi bronkus yang terjadi menyebabkan suara napas seperti bunyi siulan. Ronki kering atau
basah dapat terdengar denagn stetoskop. Pada orang tua atau lemah, dapat berkembanng menjadi
bronkopneumonia. Hal ini dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan selanjutnya kegagalan
jantung kanan.
Pengobatan
Tirah baring, obat yang mengandung kodein untuk mengatasi batuk-batuk dan antibiotik seperti
trimetoprim²sulfametoksazol untuk membrantas infeksi bakteri sekunder.
Bronkitis Kronik
Disebabkan oleh merokok, polusi udara, dan hawa yang dingin serta lembab. Biasanya yang
terkena adalah orang pada usia pertengahan atau orang-orang tua. Terdapat gejala batuk, dan
cepat lelah dengan dispne (sesak napas). Sering terjadi eksaserbasi akut.
Dahak mungkin bersifat mukoid pada tahap kronik tetapi pada fase akut disertai nanah. Jelas
terdapat µwheezing¶ yang disebabakan oleh obstruksi bronkus dan spasme bronkus (asma).
Ronki kering dan ronki basah terdengar dengan stetoskop.
Bronkopneumonia dan penyakit jantung-paru merupakan komplikasi-komplikasi yang paling
sering terjadi.
Pengobatan
Ekspektoan ntuk menghilangkan sekret yang kentalo, disertai dengan bronkodilator (misalnya
aminofilin) per oral atau melalui inhalasi untuk menghilangkan spasme bronkus. Sputum yang
purulen merupakan indikasi untuk pemberian antibiotik (misalanya ampisilin atau amoksisilin).
Fisioterapi untuk mempermudah pengeluaran sekret dapat membantu. Penyakit kronik dan sepsis
pada rongga mulut harus dihilangkan.
Asma
Asma ditandai oleh serangan-serangan sesak napas (dispne) hebat yang disertai µwheezing¶.
Spasme dari bronkus menyebabkan ekspirasi menyebabkan ekspirasi sukar tetapi inspirasi realtif
tidak berpengaruh. Jadi paru-paru penuh denagn udara, dan menyebabkan dada berbentuk seperti
tong (barel-shaped).
Usaha sekuat-kuatnya yang dilakukaan pasien untuk mengosongkan paru-paru, membuat pasien
menjadi lelah. Serangan-serangan timbul secara mendadak dan dapat berlangsung selama 1jam
atau lebih. Diantaa waktu serangan pasien mungkin merasa sehat, tetapi bila penyakitnya tealh
lama mungkin terjadi infeksi atau emfisema.
Penyakit ini sering telah mulai sejak masa anak-anak. Faktor-faktor yang mungkin amat
mempengaruhi:
1. Infeksi cabang-cabang bronkus
2. Alergi terhadap debu, serbuk sari atau bulu binatang dapat merupakan faktor pencetus pada
orang-orang yang peka. Suntikan desensitisasi mungkin ada gunanya.
3. Faktor psikologik seperti ansietas atau sters.
Serangan-serangan yang hebat dan berlangsung lama (satatus asmatikus) dapat menyebabkan
sianosis. Mungkin terjadi penurunan kesadaran bahkan kematian. Serangan-serangan akut
semacam itu diobati denagn steroid atua bronkodilator intra vena, seperti aminofilin.
EMPISEMA
Disini paru-paru kehilangan elastisitasnya akiabt infeksi yang berulang dan terjadinya jaringan
fibrotik dari epitel paru yang mengalami kerusakan. Dinding alveoli memcah dan membentuk
rongga udara yang lebar.
Sering kali dihubungkan dengan bronkitis kronis dan asma.akibat dari fibrosis dan hilangnya
epitel alveoli, maka masuknya oksigen dari paru-paru kepembuluh darah paru, terganggu. Jadi
terdapat pengurangan kapasitas paru dari pasien disertai dengan sesak napas. Bronkopneumonia
sering terjadi pada paru-paru yang rusak seperti itu.
Pengbatan
Fisioterapi untuk memperbaiki ventilasi paru-paru dan mengeluarkan benda-benda mukoid.
Infeksi saluran napas akut memerlukan pengobatan denagn antibiotik. Emfisema sering menjadi
progresif dan rentan terhadap pengobatan.
Penyebab emfisema
Setempat
1. Kongenital
2. sebagai kompensasi akibat adanya paru, jaringan parut atau reseksi paru
3. oklusi bronkus sebagian:
- benda asing
- neolasma
- limfadenopati peribronkial
menyeluruh
1. idiopatik (µprimer¶)
2. sekunder dari bronkitis kronik²- asma kronik atau pneomokoniosis
3. senil (fisiologis)
4. jarang-jarang bersifat fanilial (kadang-kadang disebabkan oleh defisiensi anti-tripsin).
Pengobatan
Menghilangkan obstruksi dengan pembedahan. Terapi dengan antibiotik diberikan dan apabila
ada abses diperlukan drainase dengan tindakan bedah.
BRONKIEKTASIS
Dilatasi bronkus, biasnya disertai dengan pernanahan bronkus yang terjadi berulang-ulang.
Patogenesis
Tarikan yang kuat kearah luar terhadap bronkus dan melemahnya dinding bronkus karena
peradangan, merupakan sebab yang terpenting.
Penyebab
1. Infeksi
-Bronkiolitis pada bayi
-Campak atau batuk rejan pada anak-anak
-Setelah kolaps bronko-pneumonik pada orang dewasa
-Sering terjadi pada TB post-primer, tetapi di apeks, karena itu infeksi sekunder jarang terjadi.
2. Stenosis atau okulasi bronkus
-Adenoma atau karisnoma
-Benda asing atua serangan asma
-Limfadenopati
3. Aspergilosis
4. Mukovisidosis
5. Bawaan
6. Banyak kasus yang idiopatik
Gambaran klinik
1. Gejala kalsik²batuk dengan banyak sputum yang purulen, terutama pada perubahan posisi.
2. Tanda kalisk²krepitasi kasar setempat yang menetap.
3. Mungkin asimotomatik
4. Malaise, demam intermiten, halitosis
5. Kehilangna berat badan atua k egagalan pertumbuhan.
6. Dispne, sianosis atua µclubbing¶
7. Batuk darah (bronkiektasis kering¶)
8. Tanda-tanda kolaps atau fibrosis
9. Sering terjdi bersamaan dengan sinusitis.
Komplikasi
1. Radang par-paru yang terjadi berulang-ulang sete;ah infeksi saluran napas bagian atas.
2. Radang selaput paru (pleuritis) kering yang timbul berulang
3. Batuk darah berat
4. Abses paru, empiema atua abses otak
5. Kor pulmonale
6. Amiloidosis
Klasifikasi anatomik
1. Lobar (lobus)
Disebabkan oleh organisme virulen seperti pneumokokus epidemik (misalnya tipe 3)
stafilokokus aureus atau friedlander (klebsiela)
Klasifikasi etiologik
1. infeksi
2. alergi
3. zat kimia
4. agen fisik
3. Perkusi
Keredupan jantung dan hati berkuang
4. Auskultasi
Berkurangnya suara napas dan waktu ekspirasi paksa melebihi 4 detik
TUBERKULOSIS
Bakteriologi
Disebabkan olehorganisme berbentuk batang, Mycobacterium tuberkulisis. Bakteri itu dapat idup
untuk jangka waktu yang lama dalam keadaan kering karena memiliki sarung sperti lilin.
Patologi
Kontak pertama ddengan kuman ini menyebabkan reaksi radang²folikel tuberkular. Ini terdiri
dari kuman sel-sel retikulo-endotelial yang diinfiltrasi dengan sel-sel raksasa dan dikelilingi oleh
limfosit.
Nekrosis (perkijuan) terjadi pada pusat folikel. Penyatuan daari folikel-folikel seperti benjolan
kecil, yang merupakan gambaran khas tuberkel, dari mana nam apenyakit ini di ambil.
TUBERKULOSIS PRIMER
Ini adalah reaksi yang terlihat pada seseorang yang sebelumnya tidak pernah kontak dengan
kuman itu. Di paru-paru, bentuk lesi primer terdapat tepat dibawah pleura. Penyebaran limfatik
membuat kelenjar getah bening regional terkena dan menyebabkan perkijuan.
Lesi asal tetap tidak tampak. Lesi primer yang diusus, akan menyebabkan hal yang sama pada
kelenjar getah bening regionalnya, yang akan mengalami perkijuan..
Gambaran klinik
Seringkali tidak berarti walau mungkin terjadi gejala seperti µflu¶ atau menurunnya berat badan.
Juga, TBC primer tidak tampak pada foto sinar tembus abdomen kecuali jika telah terjadi
perkapuran. Efusi pleura mungkin telah terjadi, dan pada anak-anak sering terdapat pembesaran
yang cukup menyolok dari kelenjar getah bening mediastium yang dapat menyebabkan obstruksi
bronkus.
Gambaran klinik
Bertambahnya frekuensi denyet nadi, kehilangan berat badan dan demam (sering pasien
berkringat pada malam hari). Kemudaian timbul batuk-batuk dan sesak napas. Foto sinar tembus
dada memperlihatkan bayangan pada apeks paru yang disebabkan adanya kavitasi. Jika kavitasi
merusak pembuluh darah, maka timbulah batuk darah.
Pengobatan
Ada kemoterapi ang efektif, tetapi yang menjadi masalah adalah bila pasien merasa gagal minum
obat. Obat-obat yang berguna adalah PAS (para-amino-salicylic acid), isoniazid (isonoacotinic
acid hydrazide), rifampicin, etambutol dan ethionamide.
Pernapasan
1. Karisnoma bronkus
2. Tuiberkulosis paru
3. Bronkitis
4. Bronkitiektasis
5. Abses paru-paru
Kardiovaskular
1. Infark paru-paru
2. Stenosis katup mitral
3. Kegagalan ventrikel kiri akut
FIBROSIS PARU-PARU
Disebabkan oleh infeksi kronik yang telah berlangsung lama atau karena inhalasi debu-debu
tertentu. Infeksi kronik menyebabkan fibrosis, yang apabilacukup luas, dapat menggantikan
sebagian besar jaringan paru normal. Seringkali berhubungan dengan bronkiektasis.
Akibatnya, fibrosis itu menyebabkan paru-paru, mediastinum, bahkan dinding dada dapat
mengalami distorsi. Inhalasi debu dapat menyebabkan peradangan kronik dan fibrosis. Debu
terpenting adalah silika, yang menyebabkan silikosis. Tukang batu dan mereka yang
menggunakan gerinda, paling sering terkena, juga penambang batu bara terutama yang
mengandung antrasit.
Pekerjaan absestos mempunyai resiko tambahan terhadap sejenis karisnoma (mesotelioma).
Gambaran klinik
Sesak napas dan sianosis yang makin lama makin bertambah hebat. Ada kecenderungan untuk
sering terkena infeksi saluran napas.
Pengobatan
Pengobatan terhadap keadaan yang telah tejadi, sulit. Yang penting adalah tindakan pencegahan.
Apabila diperlukan beri antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder.
Gambaran klinis
Bentuk yang menetap dan sesak napas yang makin bertambah. Bila terjadi ada sebagian paru
yang kolaps, mungkin dapat menyebabkan infeksi, dan timbul rasa nyeri yang berasal dari pleura
(menusuk) disertai radang dari paru kolaps. Keadaan ini tidak akan pernah sembuhsempurna
kembali.
Bentuk darah adalah gejala yang penting yang disebabkan oleh terjadinya perdarahan dari
permukaan tumor yang luka. Metastasis sekunder mungkin merupakan tanda pertama yang
dijumpai, dan mengenai tulang-tulang (termasuk mandibula), hati, kelenjar getah bening, otak
atau dimana saja.
Pengobatan
Adalah dengan jalan pembedahan, kemoterapi dan radioterapi, tetapi umumnya prognosisnya
buruk.
Pengobatan
Pembedahan yang bersifat paliatif. Juga denagn kemoterapi dan radioterapi.
Terapi oksigen
Pada hipoksia menahun yang disebabkan oleh hipoventilasi (misalnya bronkitis kronik, asma),
pCO2 arteri meningkat dan bila mengobati dalam keadaan ini dengan oksigen dengan
konsentrasi tinggi, dapat menyebabkan pusat pernapasan kehilangan kepekaan terhadap keadaan
anoksia, dan akan menyebabkan narkosis dengan CO2.
Oleh karena itu haruslah digunakan oksigen yang berkadar rendah dengan 'mask'misalnya Venti-
mask atau Edinburgh mask, disertai dengan analisis gas darah yang dilakukan berkali-kali
(secara seri).
Pada hipoksia karena gangguan pertukaran gas (misalnya pada radang paru-paru atau edema
paru), diperlukan topeng (mask) dengan oksigen berkadar tinggi seperti misalnya Polymask.
Diposkan oleh hidup optimis di 09:23
GERIATRI
PENDAHULUAN
Kata geriatrics utuk pertama kali diberikan oleh seorang dokter Amerika, Ignaz Leo Vaschers
pada tahun 1909. geriatric (geriatrics= geriatric medicine) berasal dari kata ± kata geros (usia
lanjut) dan iateria (=mengobati). Geriatri merupakan cabang gerotologi.
Gerontology ini dibagi menjadi :
A. Biology of aging
B. Social gerontology dan
C. Geriatric medicine, yang mengupas problem ± problem klinis orang ± orang usia lanjut. :
Definisi Geriatri medicine yang banyak dipakai adalah sebagai berikut : Geriatrics is the branch
of general (internal) medicine concerned with the clinical, preverentive, remedial and social
aspects of illiness in the elderly.
DEMOGRAFI
Menurut laporan data penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of the Census USA
(1993) dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990 sampai 2025 akan mempunyai kenaikan
jumlah usia lanjut sebesar 414%, suatu angka paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai
perbandingan. Kenya 347%, brasil 255%, India 242%, cina 220%, jepang 129%, jerman 66%,
dan swedia 33%. Pertambahan penduduk usila di Indonesia dan brasil diproyeksikan naik masing
± masing melebihi 20 juta orang, sedangkan kenaikan kira ± kira setengah jumlah tersebut terjadi
masing ± masing di Meksiko, Nigeria dan Pakistan. Indonesia diharapkan beranjak dari urutan
ke-5 atau ke-6 pada tahun 2020 sebagai Negara yang banyak populasi usilanya (WHO, 1989).
Bahkan dengan terpecahnya USSR, indnesia akan menduduki urutan ke-4 atau ke-5
Hentikan merokok
Kurangi konsumen lemak
Kurangi konsumen makanan pengawet garam/asap
Hentikan merokok
1. Imunisasi
Imunisasi merupakan pencegahan primer dan sangat penting dalam menurunkan angka
morbiditas usia lanjut. Bebrapa penyakit yang perlu vaksinasi antara lain tetanus dengan
menggunakan toksoid tetanus, influenza bagi mereka yang mempunyai kondisi kesehatan risikp
tinggi seperti pasien penyakit paru kronik, penyakit jantung, ginjal, dan penyakit ± penyakit
metabolik1
2. Pencegahan Beberapa Penyakit
a. Hipertensi
Pengobatan hipertensi yang terdapat pada usia lanjut dapat menurunkan komplikasi hipertensi
secara nyata, misalnya strok. Bahkan penurunan tekanan darah sampai 160/90 mmHg sudah
dapat menurunkan angka kematian sampai dengan 27%.
b. Kanker payudara
Deteksi ini adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan cara yang lazim dipergunakan yaitu
mulai dengan perabaan sendri, pemeriksaan oleh tenga medis, ataupun melalui mamografi.
c. Kanker leher rahim
Diperkirakan sekitar 40% kematian akibat kanker keher rahim diderita oleh usia lanjut.
Tingginya angka tersebut kemungkinan disebabkan oleh kebiasaan melakukan Pap Smear secara
berkala pada usia yang lebih muda belum atau tidak pernah dikerjakan.
d. kanker kolon
deteksi dini kanker jenis ini termasuk tidak mahal yaitu dengan pemeriksaan adanya darah pada
tinja. Anjuran pencegahan dapat melalui diet dengan konsumsi rendah lemak, banyak serat, buah
± buahan cukup, ada menghindari rokok.
3. Kelemahan Organik
Untuk mengetahui adanya kelemahan organic (impairment) dilakukan pemeriksaan petugas
medis dan secara subyektif menurut pengalaman yang bersangkutan sendiri. Kelemahan
pendengaran dapat menyebabkan pasien berperilaku mirip demensia atau depresi. Kelemahan
umum pada usia lanjut yang tidak spesifik pada satu organ lazim disebabkan oleh kondisi
malnutrisi yang berlarut ± larut, kemungkinan karena penyakit kronik, keganasan atau perawatan
yang tidak memadai. Kebalikan dari kurang energi kronik adalah obesitas atau kegemukan yang
dapat mengundang factor risiko yang nyata seperti hipertensi, diabetes mellitus tipe 2,
kolelitiasis,dll.
4. Faktor ± factor risiko karena Pengaruh Lingkungan Sosial
e. Merokok
Telah banyak diteliti akibat yang merugikan kesehatan karena merokok, tercatat bebrapa kondisi
seperti penyakit kanker paru kronik, penyakit jantung koroner, kanker paru berhubungan dengan
kegiatan merokok.
f. Alkohol
Ketergantungan pada minuman beralkohol di kalangan usia lanjut disebut kurang dari 5% dari
pada kelompok usia muda.kampanye untuk menhindari minuman tersebut perlu ditigkatkan
karena adanya problem fisis dan psikiatrik yang ditimbulkan seperti antara lain malnutrisi, sirosis
hati, kardiomiopati, gastritis atrofikatrikan dan dana untuk yang berat dapat menurunkan
kemampuan kognitif.
g. Jatuh (Falls)
Penyebab jatuh sangat kompleks mulai dari gangguan system visual, auditif-vestibular, saraf,
kardiovaskular, metabolic, musculoskeletal, gangguan psikologis, efek samping obat dan lain ±
lain.
PENDAHULUAN
Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai
dengan menurunya cadangan hampir semua sistem fisiologis dan disertai pula dengan
meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian. Proses menua normalnya merupakan
suatu proses yang ringan (benign), ditandai dengan turunya fungsi secara bertahap tetapi tidak
ada penyakit sama sekali sehingga kesehatan tetap terjaga baik. Sebaliknya proses menua
patologis ditandai dengan kemunduran fungsi organ sejalan engan umur tetapi bukan akibat
umur tua, melainkan akibat penyakit yang muncul pada umur tua. Tiga hal fundamental yang
berkaitan dengan kesamaan dalam pola proses menua pada hampir semua spesies mamalia.
Kedua, laju (rate) proses menua ditentukan oleh gen yang bervariasi antarspesies. Ketiga, laju
proses menua tersebut dapat diperlambat oleh restriksi kalori, paling tidak pada hewan tikus.
Banyak hal dimasa lalu yang diduga merupakan akibat proses menua ternyata berhubungan
dengan proses penyakit yang faktor ± faktor risikonya sebenarnya dapat dimodifikasi seperti diet,
merokok, alkohol, dan pajanan lingkungan.
PRoses Menua
Organisme
DEPRESI
Diagnosis anksietas dan depresi dipakai criteria yang merujuk kepada DSM IIIR dan DSM IV
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Revised Third Edition).
Gejala yang merupakan trias depresi:
1. tidak bisa menikmati hidup,
2. tidak ada perhatian pada lingkungan, dan
3. lelah sepanjang hari.
J. Sutter (1990) memperkenalkan konsep antisipasi´ untuk mengenal dan menetukan adanya
depresi berdasarkan kenyataan bahwa pasien mendapat kesulitan dalam mengerti dan mengatur
makna waktu.
ANSIETAS
Secara umum sindrom ansietas mempunyai cirri-ciri: cemas, kuatir, dan tidak bisa santai atau
tegang yang berlangsung lebih dari 3 bulan disertai gejala-gejala fisis dan psikis akibat adanya
ketidakseimbangan system saraf autonom.
Gejala awal sindrom ansietas
Gejala psikis: - penampilan (appearance) berubah: sulit konsentrasi
- mood berubah: mudah marah, cepat tersinggung
- restless: gelisah, tak bisa diam
- timbul rasa takut
Gejala somatic: - sakit kepala
- gangguan tidur, sulit masuk tidur
- impotensi
- keluhan berbagai system, misalnya system kardiovaskular, gastrointestinal dan sebagainya.
Pengobatan
Pemeriksaan fisis yang lengkap dan teliti
Pemberian obat-obatan sesuai dengan kelainan medis penyakit dalam yang ditemukan dan
simtomatik sesuai dengan gejala yang ada termasuk pemberian obat-obat psikofarmaka
- Untuk anksietas GAD obat pilihan adalah buspiron
- Untuk anksietas PD: alprazolam
- Untuk pasien depresi dengan retardasi motorik, loyo, sangat tidak bergairah: efek disretardasi
seperti amineptin, sertralin, dan moklobemid.
- Untuk pasien depresi yang disertai gangguan tidur: maprotilin dan klomipramin
Menganjurkan pasien agar melakukan kebiasaan hidup sehat
Melakukan psikoterapi (superficial)
Menekankan kembali komitmen agama dan pengamalannya
Pengobatan pendukung
Bila perlu memberikan psikoterapi kepada lingkungan pasien
Terapi penyakit psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan beberapa cara. Komponen-
komponen yang harus dibedakan, ialah:
1. Terapi somatic
Hanya bersifat somanya saja dan pengobata ini bersifat simtomatik
2. Psikoterapi dan sosioterapi
Pengobatan dengan memperhatikan factor psikisnya atau kepribadian secara keseluruhan.
3. Psikofarmakoterapi
Pengobatan psikosomatik dengan menggunakan obat-obat psikotrop yang bekerja pada sistem
saraf sentral.
3 golongan senyawa psikofarmaka:
1. obat tidur (hipnotik)
2. obat penenang minor
3. obat penenang mayor (neuroleptik)
4. antidepresan
Efek samping yang timbul dari penggunaan obat-obat psikofarmaka:
a. Mudah terjadi ketergantungan psikologis dan fisis, mungkin terjadi ketergantungan obat.
b. Depresi atau kehilangan sifat menahan diri dapat terjadi, yang akhirnya dapat menimbulkan
kekacauan piker (confusion).
c. Semua depresan system saraf sentral merupakan kontraindikasi pada payah paru (asma,
emfisema, dispnea oleh sebab-sebab lain).
d. Gangguan psikomotorik
e. Lekas marah, kegelisahan dan anksietas serinng terjadi bila obat dihentikan.
Hipnotik
Sebaiknya diberikan dalam jangka waktu pendek, 2-4 minggu cukup, walaupun sering timbul
insomnia pantulan (rebound), bila pengobatan dihentikan. Oleh karena itu obat diberikan hanya
beberapa malam saja tiap minggu.
Yang dianjurkan senyawa-senyawa benzodiazepin berkhasiat pendek:
- Nitrozepam (Dumolid, Mogadon)
- Flurazepam (Dalmadorm)
- Triazolam (Halcion)
Pada insomnia dengan kegelisahan (anksietas), senyawa-senyawa fenotiazin akan menolong:
- Tioridazin (melleril)
- Prometazin (Phenergan)
Antidepresan
Gejala-gejala psikosomatik sering ditemukan pada depresi. Sebaliknya depresi sering merupakan
komplikasi penyakit fisis.
Yang dinjurkan ialah senyawa-senyawa trisiklik dan tetrasiklik:
- Amitriptilin (Laroxyl)
- Imipramin (Tofranil)
- Mianserin (Tolvon)
- Maprotilin (Ludiomil)
ETIOLOGI
Hipovolemia di sebabkan oleh;
Kehilangan darah /plasma : perdarahan, luka baker.
Kehilangan cairan melalui gastrointestinal, kulit, ginjal (diuretik, penyakit ginjal lain),
pernafasan, pembedahan.
Redistribusi dari intravaskuler ke ekstravaskuler (hipoalbuminemia, sindrom kompartemen
ketiga, pankreatitis, peritonitis, kerusakan otot yang luas, sindrom distres pernafasan).
Kekurangan asupan cairan.
Vasodilatasi sistemik;
Sepsis
Sirosis hati
Anestesi/blokade ganglion
Reaksi anafilaksis
Vasodilatasi oleh obat
Kegagalan autoregulasi
Vasokontriksi praglomerulus oleh karena sepsis, hiperkalsemia, sindrom hepatorenal, obat-obat
seperti inflamasi non steroid (AINS), adrenalin, noradrenalin, siklosporin, dan ampoterisin B.
Vasodilatasi pascaglomerulus: di sebabkan oleh obat-obat penghambat angiotensin-converting
enzyme (ACE), dan antagonis reseptor AT1 angiotensin.
PATOGENESIS
Obat golongan AINS dapat menyebabkan GGA pada sebagian orang yang aliran darah ginjal dan
LFG di pertahankan atau memerlukan prostaglandin, keadaan ini sering di temukan pada
hipovolemia, gagal jantung, sirosis, dan sepsis, serta sebagian pasien sindrom nefrotik.
Penghambat ACE dapat menimbulkan GGA prarenal pada sebagian pasien yang LFG-nya di
pertahankan melalui vasokontriksi vasoeferen yang dimediasi oleh angiotensin-II.
Hemoglobulinuria
Hemoglobulin tak setoksik mioglobulin, dan jarang menyebabkan GGA kecuali apabila terjadi
hemolisis intravaskular yang luas.
Light chains
GGA sering merupakan gejala mieloma, protein ini di filtrasi melalui glomerulus dan pada
kosentrasi tertentu mencapai tubulus distal dan di situ akan terbentuk silinder yang menyumbat
(cast nephrophaty).
Nefrotoksik Kontras
Prediktor dari GGA akibat kontras adalah usi lanjut, gangguan fungsi ginjal, diabetes dan
miolema. Penurunan fungsi berlangsung selama 3-5 yang di mulai saat terpajan. Zat kontras
dapat langsung nmerusak sel tubulus melalui efek hiperosmolar, memprovokasi produksi
oksigen radikal bebas, dan juga menstimulasi vasokontriksi intrarenal. Pengelolaan kejadian ini
hanya dengan cara pencegahan, 12 jam seelum tindakan di lakukan hidrasi dengan salin.
Pemeriksaan Fisis
Ada 3 hal penting yang harus di dapatkan pada pemeriksaan fisis pasien dengan GGA.
1. penentuan status volume sirkulasi
2. apakah ada tanda-tanda obstruksi saluran kemih
3. adakah tanda-tanda penyakit sistemik yang mungkin menyebabkan gagal ginjal
Tabel 2. evaluasi klinis intravaskular
Tanda Klinis Deplesi Cairan
1. tekanan vena jugular rendah
2. hipotensi; tekanan darah turun lebih dari 10 mmHg pada perubahan posisi (baring-duduk)
3. vena perifer kolaps dan perifer teraba dingin (hidung, jari-jari tangan, kaki)
Tanda Klinis Kelebihan Cairan
1. tekanan vena jugularis tinggi
2. terdengar suara gallop
3. hipertensi, edema perifer, pembengkakan hati, ronki di paru
Pada pemeriksaan fisis perlu di lakukan palpasi, perkusidaerah suprasifisis mencari adanya
pembesaran kandung kemih, yang kemudian konfirmasi dengan pemasangan kateter.
Analisis Urin
Berat jenis urin yang tinggi lebih dari 1.020 menunjukkan prarenal, GN akut awal, sindrom
hepatorenal, dan keadaan lain yang menurunkan perfusi ginjal. Berat jenis isosmolal (1.010)
terdapat pada NTA, pascarenal dan penyakit intertisial (tubulointertisial). Pada keadaan ini BJ
urin dapat meningkat kalaudalam urin terdapat banyak protein, glukosa, manitol, atau kontras
radiologik.
Gambaran yangkhas pada NTA adalah urin yang berwarna kecoklatan dengan silinder
mengandung sel tubulus, dan silinder yang besar (coarsely granulat broad casts).
Adanya kristal urat pada GGA menunjukkan adanya nefropati asam urat yang sering di dapat
pada sindrom lisis tumor setelah pengobatan leukimia, limfoma. Kristal oksalat terlihat pada
GGA akibat etilen glikol yang umumnya di akibatkan percobaan bunuh diri.
Pemeriksaan Pencitraan
Pada GGA pemeriksaan USG menjadi pilihan utama untuk memperlihatkan anatomiginjal, dapat
di peroleh informasi mengenai besar ginjal, ada tau tidaknya batu ginjal dan ada atau tidaknya
hidronefrosis. Pemeriksaan USG juga dapat menentukan apakah gangguan fungi ginjal ini sudah
terjadi lama (GGK), yaitu apabila di temukan gambaran ginjal yang sudah kecil.
PENGELOLAAN GGA
Prinsip pengelolaannya di mulai dengan mengidentifikasi pasien yang berisiko GGA (sebagai
tindak pencegahan), mengatasi penyakit penyebab GGA, mempertahankan hemoestatis;
mempertahankan euvolemia, keseimbangan cairandan elektrolit, mencegah komplikasimetabolik
seperti hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia, mengevaluasi status nutrisi, kemudian mencegah
infeksi dan selalu mengevaluasi obat ±obat yang di pakai.
Edema paru
Keadaan ini terjadi akibat ginjal tak dapat mensekresi urin, garam dalam jumlah yang cukup.
Posisi pasien setengah duduk agar cairan dalam paru dapat didistribusi ke vaskular sistemik, di
pasang oksigen, dan di berikan diuretik kuat (furosemid inj.).
Hiperkalemia
Mula-mula di berikan kalsium intravena (Ca glukonat) 10% sebanyak 10 ml yang dapat di ulangi
sampai terjadi perubahan gelombang T. Belum jelas cara kerjanya, kadar kalium tak berubah,
kerja obat ini pada jatung berfungsi untuk menstabilkan membran. Pengaruh obat ini hanya
sekitar 20-60 menit.
Pemberian infus glukosa dan insulin (50 ml glukosa 50% dengan 10 U insulin kerja cepat)
selama 15 menit dapat menurunkan kalium 1-2mEq/L dalam waktu 30-60 menit. Insulin bekerja
dengan menstimulasi pompa N-K-ATPase pada otot skelet dan jantung, hati dan lemak,
memasukkan kalium kedalam sel. Glukosa di tambahkan guna mencegah hipoglikemia.
Obat golongan agonis beta seperti salbutamol intravena (0,5mg dalam 15 menit) atau inhalasi
nebuliser (10 atau 20mg) dapat menurunkan 1mEq/L. Obat ini bekerja dengan mengaktivasi
pompa Na-K-ATPase. Pemberian sodium bikarbonat walaupun dapat menurukan kalium tidak
begitu di anjurkan oleh karena menambah jumlah natrium, dapat menimbulkan iritasi,
menurunkan kadar kalsium sehingga dapat memicu kejang. Tetapi bermanfaatapbila ada asidosis
atau hipotensi.
Pemberian diuretik
Pada GGA sering di berikan diuretik golongan loop yang sering bermanfaat pada keadaan
tertentu. Pemberian diuretik furosemid mencegah reabsorpsi Na sehingga mengurangi
metabolisme sel tubulus, selain itu juga di harapkan aliran urin dapat membersihkan endapan,
silinder sehingga menghasilkan obstruksi, selain itu furosemid dapat mengurangi masa oliguri.
Dosis yang di berikan amat bervariasi di mulai dengan dosis konvensional 40 mg intravena,
kemudian apabila tidak ada respons kenaikan bertahap dengan dosis tinggi 200 mg setiap jam,
selanjutnya infus 10-40 mg/jam. Pada tahap lebih lanjut apabila belum ada respons dapat di
berikan furosemid dalam albumin yang di berikan secara intravena selama 30 menit dengan dosis
yang sama atau bersama dengan HCT.
Nutrisi
Pada GGA kebutuhan nutrisi di sesuaikan dengan keadaan proses kataboliknya.
GGA menyebabkan abnormalitas metabolisme yag amat kompleks, tidak hanya mengatur air,
asam-basa, elektrolit, tetapi juga asam amino/protein, karbohidrat, dan lemak.
GANGGUAN HIPOTALAMUS
SINDROM HIPOPITUITARI
Panhipopituitarisme
Etiologi :
Primer : pembedahan, radiasi, tumor (primer atau metastasis), infeksi, infiltrasi (sarkoidosis,
hemokromatosis, autoimun, iskemia (termasuk sindrom Sheehan), aneurisma karotis, trombosis
sinus kavemosus, trauma.
Sekunder (disfungsi hipotalamus atau gangguan pada tangkai hipotalamus) : tumor (termasuk
kraniofaringioma), infeksi, infiltrasi, radiasi, pembedahan, trauma.
Manifestasi klinis :
Kelemahan, mudah merasa fatigue, disfungsi seksual, kerontokan rambut ketiak dan pubis,
hipotensi, perubahan lapangan pandang dan sakit kepala (apabila disebabkan oleh tumor
pituitari non fungsional yang besar).
Pemeriksaan diagnostik :
Hormon kelenjar target rendag + hormon tropik normal atau rendah
Ļ ACTH : insufisiensi adrenal (lihat *Gangguan Adrenal*)
Ļ TSH : hipotiroidisme sentralis (lihat *Gangguan tiroid*)
Ļ PRL : tidak mampu menyusui
Ļ faktor penghambat prolaktin (dopamin) PRL)!(cat : dengan hipopituitarisme hipotalamik
Ļ GH : risiko osteoporosis, kardiomiopati; didiagnosis dengan kegagalan GH dengan rangsangan
yang sesuai (cont : hipoglikemia)
Ļ FSH & LH
Manifestasi klinis : Ļ libido, impotensi, amenore, oligomenore, infertilitas
Pemeriksaan fisik : kerontokan rambut ketiak, pubis dan tubuh.
Pemeriksaan diagnostik : Ļ testosteron atau estradiol
Penatalaksanaan : pergantian testosteron atau estrogen vs. koreksi penyebab yang
mendasarinya.
Ļ ADH (penyakit pada hipotalamus atau tangkai hipotalamus) : diabetes insipidus.
hipernatremia berat)! Manifestasi klinis : poliuria berat, hipernatremia ringan (kecuali Ļ akses
terhadap H2O
Pemeriksaan diagnostik : lihat *Gangguan Homeostatis Natrium*
SINDROM HIPERPITUITARI
Tumor Pituitari
Patofisiologi :
Adenoma kelebihan 1 (atau lebih) hormon trofik (apabila tumor bersifat fungsional, namun 30-
40 %-nya bukan) dan berpotensi terjadi defisiensi pada hormon-hormon trofik lainnya karena
kompresi oleh makroadenoma.
Manifestasi klinis :
Sindrom karena sekresi hormon yang berlebihan (lihat di bawah)
Konsekuensi anatomik : sakit kepala, perubahan penglihatan, diplopia, neuropati kranialis.
Pemeriksaan lanjut :
MRI, kadar hormon
HIPOTIROIDISME
Etiologi
Primer
Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi
eksternal, agenesis, amiodaron
Sekunder : kegagalan hipotalamus (Ļ TRH, TSH yang berubah-ubah, Ļ T4 bebas) atau
kegagalan pituitari (Ļ TSH, Ļ T4 bebas)
Tiroiditis Hashimoto
Destruksi autoimun dengan infiltrasi limfositik yang tidak sempurna
Biasanya terlihat pada perempuan, usia 20-60 tahun. Mungkin merupakan bagian dari sindrom
autoimun poliglandular tipe II (hipotiroidisme, penyakit Addison, diabetes melitus); juga
mungkin dihubungkan dengan Ĺ insiden sindrom Sjögren, anemia pernisiosa, dan sirosis biliaris
primer.
È Antibodi anti-tiroglobulin dan anti-mikrosom
Manifestasi Klinis
Dini : kelemahan, fatigue, artralgia, mialgia, sakit kepala, depresi, intoleransi dingin, berat
badan bertambah, konstipasi, menoragi, kulit kering, rambut kasar yang rapuh, kuku rapuh,
carpal tunnel syndrome, hiporefleksi (delayed DTRs, refleks hung up´), hipertensi diastolik
Lambat : bicara lambat, parau, hilangnya 1/3 luar alis mata, miksedema (edema non-pitting),
edema periorbital, bradikardi, efusi pada pleura, perikardium atau ruang peritoneal
Koma miksedema : hipotermi, hipotensi, hipoventilasi
Pemeriksaan diagnostik
Indeks tiroksin bebas ( & ÈFT4); Ĺ TSH pada hipotirodisme primer, antibodi antitiroid pada
tiroiditis Hashimoto
Hiponatremia, hipoglikemia, anemia; Ĺ kolesterol, uji fungsi hepar, dan CPK
Penatalaksanaan
g/kg/hari), periksa kembali TSH tiap 4-6 minggu sampai pasien eutiroid Penggantian
levotiroksin (1,5-1,7
HIPERTIROIDISME
Etiologi
Penyakit Graves
Tiroiditis : subakut (granulomatosa atau de Quervain, nyeri), kronis (tanpa nyeri), atau pasca
melahirkan
normal! hipotiroidisme sementara !Tirotoksikosis sementara (bocornya hormon dari kelenjar)
Adenoma Toksik (goiter soliter atau multinodular) atau, lebih jarang, karsinoma tiroid
fungsional
Tumor yang mensekresi TSH dari pituitari (sangat jarang)
Lain-lain : amiodaron, penyakit yang terinduksi yodium (penyakit Jodbasedaw, terlihat adanya
jaringan lunak tiroid otonom + asupan yodium), tirotoksikosis factitia, struma ovarii (3 % tumor
dermoid ovarium dan teratoma)
Penyakit Graves
Biasanya terlihat pada perempuan, usia 20-40 tahun
Manifestasi klinis sebagai tambahan seperti pada hipertiroidisme, difus, goiter yang tidak nyeri
Oftalmopati (muncul pada 20-40 % dan lebih dari 90 % jika diperiksa); lambatnya kelopak mata
menutup (lid lag), retraksi kelopak mata, proptosis, konjungtivitis, kelemahan otot ekstraokular
Miksedema pretibial (3 %) : dermopati infiltratif
µbruit¶ tiroid
pada 80 %), anti-mikrosomal, anti-tiroglobulin, ANAÈ : TSI (È Antibodi tiroid
Manifestasi Klinis
Gelisah, intoleransi panas, penurunan berat badan, Ĺ frekuensi gerakan usus, Ĺ keringat,
palpitasi, Ĺ HR, fibrilasi atrium, iregularitas menstruasi, kulit hangat lembab, rambut halus,
hiper-refleksi, osteoporosis
TSH, FT3 dan FT4 normal) : Ĺ risiko fibrilasi atrium dan osteoporosis Subklinis (
Hipertiroidisme apetetik : terlihat pada usia lanjut yang dapat menunjukkan gejala letargi
Thyroid strom (terlihat pada stres atau pembedahan tiroid) : delirium, takikardi, demam,
hipotensi
Laboratorium
Ĺ Indeks tiroksin bebas (& TSH (kecuali pada tumor yang mensekresi TSH) FT4) dan FT3;
RAIU
Peningkatan homogen = penyakit Graves
Peningkatan heterogen = goiter multinodular
Nodul panas soliter = adenoma toksik
Tanpa ambilan (uptake) = tiroiditis, tiroksikosis factitia, pembebanan yodium
Jarang memerlukan pemeriksaan untuk auto-antibodi
Hiperkalsemia, fosfatase alkalin Ĺ, anemia
Penatalaksanaan
untuk mengendalikan gejala, terlepas dari etiologinya Penyekat-
Penyakit Graves
PTU atau metomazol : 50 % kemungkinan rekurensi setelah 1 tahun; agranulositosis jarang
namun berat
Radioactive iodine (RAI) : hipotiroidisme yang pada akhirnya berkembang pada > 75 % dari
pasien yang diobati
Adenoma toksik atau goiter multinodular toksik : RAI atau pembedahan ( PTU atau
metimazol)
, yodium, obat-obatan Tyroid strom : penyekat- antitiroid, ipodat, steroid
SICK EUTHYROID SYNDROME
Ɣ GANGGUAN ADRENAL Ɣ
Definisi
Sindrom Cushing = kelebihan kortisol
Penyakit Cushing = Sindrom Cushing sekunder karena hipersekresi ACTH dari pituitari
Etiologi
Penyakit Cushing (70-80 %) : adenoma pituitari atau hiperplasia pituitari
Tumor adrenal (15 %) : adenoma atau karsinoma
ACTH ektopik (5 %) : karsinoma paru sel small, karsinoid, tumor sel langerhans, karsinoma
tiroid medularis, feokromositoma
Manifestasi Klinis
Intoleransi glukosa atau diabetes melitus
Obesitas sentral, berpunuk seperti kerbau (buffalo hump), moon facies, pengecilan ekstremitas,
kelemahan, mudah fatigue, mudah memar, strie ungu, hiperpigmentasi (jika Ĺ ACTH),
penyembuhan luka yang buruk, psikosis, infeksi
Hipertensi
Osteoporosis
Penatalaksanaan
Reseksi pembedahan adenoma pituitari atau tumor adrenal atau tumor yang menyekresi ACTH
ektopik
Apabila pembedahan transfenoidal tidak berhasil, pertimbangkan iradiasi pituitari atau
adrenalektomi bilateral
Terapi pengganti glukokortikoid selama 6-36 bulan setelah pembedahan
Ketokonazol atau penghambat metirapon terhadap produksi kortisol apabila pembedahan gagal
atau dikontraindikasikan
HIPERALDOSTERONISME
Etiologi
Primer : Ĺ aldosteron karena hiperplasia adrenal, adenoma (sindrom Conn), atau karsinoma
perfusi ginjal, tumor penyekresi renin) Sekunder : stimulasi ekstra-adrenal dari aldosteron
(cont :
Manifestasi Klinis
Hipertensi diastolik ringan hingga sedang, sakit kepala, kelemahan otot, poliuria, polidipsia
Tanpa edema perifer karena fenomena µmeloloskan diri¶ dari retensi Na
Hipokalemia, hipernatremia, alkalosis metabolik
Penatalaksanaan
pembedahan! Adenoma atau karsinoma
spironolakton! Hiperplasia
INSUFISIENSI ADRENAL
Etiologi
Primer = penyakit adenokortikal = Penyakit Addison
Autoimun (paling sering pada negara industri)
Terisolasi
Sindrom autoimun poliglandular
PGA I = kandidiasis mukokutaneus kronis + hipoparatiroidisme + penyakit Addison
PGA II = penyakit Addison + penyakit tiroid + IDDM
Infeksi (penyebab paling sering di seluruh dunia); tuberkulosis, CMV, histoplasmosis
Perdarahan, trombosis, dan trauma
Penyakit metastatik (90 % adrenal harus dihancurkan agar terjadi insufisiensi)
Penyakit deposit : hemokromatosis, amiloid, sarkoid
Obat : ketokonazol, rifampin, antikonvulsan
Sekunder = kegagalan pituitari menyekresi ACTH (sekresi aldosteron intak karena
dikendalikan oleh sumbu renin-angiotensin)
Adanya penyebab hipopituitarisme primer atau sekunder (lihat *Gangguan Pituitari*)
2 minggu dosis supresif; memerlukan 8-12 minggu untuk memperbaiki fungsi)Terapi
glukokortikoid (terjadi setelah
Megestrol
Pemeriksaan diagnostik
g/dL 18 g) kortikotropin : normal = sebelum atau 60¶ setelah kortisol Uji stimulasi dosis
tinggi (250
Abnormal pada primer karena kelenjar adrenal terganggu dan tidak mampu memberikan output
yang adekuat
Abnormal pada sekunder kronis karena adrenal yang atrofi dan tidak mampu berespons
g) kortikotropin : dapat mendeteksi insufisiensi adrenal sekunder yang ringan Uji stimulasi
dosis rendah (1
Uji diagnostik lainnya : hipoglikemia terinduksi insulin; gagal untuk Ĺ 11 deoksikortisol
setelah metirapon
Abnormalitas laboratorium lainnya : hipoglikemia, eosinofilia, limfositosis neutropenia
ACTH : Ĺ pada primer, Ļ pada sekunder
Pencitraan :
CT : adrenal kecil, tak berkalsifikasi pada autoimun, pembesaran pada penyakit metastatik,
perdarahan, infeksi atau deposit (walaupun mungkin tampaknya normal)
MRI : untuk mendeteksi abnormalitas pituitari
Penatalaksanaan
Insufisiensi adrenal akut
Hidrokortison 100 mg IV setiap 8 jam
Resusitasi cairan dengan larutan salin normal
Kronis
Hidrokortison : biasanya 20-30 mg PO empat kali sehari (2/3 pada pagi hari, 1/3 pada malam
hari) atau prednison 5-7,5 mg PO empat kali sehari
g PO empat kali sehari pada pagi hariFludrokortison (tidak perlu pada insufisiensi adrenal
sekunder) : 50-100
FEOKROMOSITOMA
Pemeriksaan Diagnostik
Urine 24 jam untuk memeriksa katekolamin, VMA, metanefrin
palsu pada penyakit berat, gagal ginjal, labetalol, obat kontrasepsi oral yang mengandung
simpatomimetik)È(
Uji klonidin (gagal untuk menekan katekolamin)
CT atau MRI adrenal; MIBG scan
Penatalaksanaan
pembedahan! golongan pertama penyekat- Penyekat-
INSIDENTALOMA ADRENAL
Epidemiologi
Pada dua persen pasien yang menjalani CT scan dapat ditemukan massa di adrenal secara
kebetulan
Diagnosis Banding
Adenoma korteks adrenal, hiperplasia, atau karsinoma
Tumor medula adrenal (seperti : feokromositoma, ganglioneuroma, dll)
Massa adrenal lainnya : kista, abses, granuloma, perdarahan, lipoma, mielolipoma
Metastasis : dari payudara, paru, ginjal, melanoma
PENDAHULUAN
Langkah awal pendekatan diagnostik penyakit ginjal di mulai dengan menggolongkan gejala dan
tanda atau kelainan pasien ke dalam salah satu atau lebih sindrom tertentu (lihat tabel 1).pada
pemeriksaan selanjutnya di usahakan mencari etiologi sindrom tersebut, serta mencari fakta-
fakta lain.
Tabel 1. sindrom klinis pada penyakit ginjal
1 sindrom urin asimtomatik
2 sindrom nefrotik
3 sindrom nefrotik akut
4 kelainan glomerulo-vaskular
5 hipertensi
6 gagal ginjal akut
7 gagal ginjal kronik
8 batu ginjal / saluran kemih
9 infeksi saluran kemih
10 kelainan tubula-interestisial
11 kelainan elektrolit
ANAMNESIS
Keluhan Utama dan Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan kencing seperti nyeri pada saat kencing (dysuria), rasa ingin kencing (urgency),
sebentar-sebentar kencing (frequency), dan rasa nyeri pada daerah suprasimpilis umumnya
timbul karena iritasi mukosa kandung kencing atau uretra, yang sering di akibatkan oleh infeksi
kandung kemih.
Edema
Edema dapat terjadi pada gagal ginjal oleh karena ginjal tidak cukup memproduksi urin, seperti
pada penurunan fungsi ginjal, pada keadaan kehilangan albumin yang banyak (sindrom nefrotik),
retensi garam dan air oleh karena asupan garam yang berlebihan, pemakaian obat diuretik, dan
lain-lain. Perlu di ingat bahwa tidak semua penyebab terjadinya edema dapat di ketahui.
Nyeri
Rasa nyeri dapat di timbulkan akibat kelinan sepanjang saluran kencing dari ginjal sampai uretra.
Nyeri yang berasal dari ginjal dapat berupa rasa pegal atau nyeri di belakang (pinggang) atau di
depan ginjal (perut), yang di akibatkan peregangan kapsul dan jaringan perinefrik. Hal ini dapat
terjadi pada insfeksi akut, obstruksi, batu ginjal, trombosis,vena dan emboli, yang semuanya juga
dapat tak bergejala.
Nyri juga dapat berupa kolik uretra, umumnya di sebabkan batu ginjal, tetapi dapat di akibatkan
pula oleh bekuan darah, pus, obstruksi parsial, atau nekrosis papila.
Penurunan fungsi ginjal
Pada gagal ginjal akut (GGA) pra renal di dapatkan riwayat kehilangan cairan, penurunan
tekanan darah, perdarahan, trauma luas dan lain-lain. Pada GGA obstruktif / pasca renal terdapat
riwayat penurunan produksu urin, nyeri kolik, batu ginjal, keganasan urogenital dan lain-lain.
Pada GGA renal atau parenkimal di dapat riwayat pemakaian obat,obat yang nefrotoksik, jamu
tradisional, atau zat kimia (nefrotoksin), atau penyakit imunologis / glomerulonefritis.
Pada gagal ginjal kronik, sering di temukan polakisuria (sering kencing). Atau oliguria.
Hematuria
Sindrom glomerulo-vaskular (glomerulonefritis atau vaskulitis); urin bewarna merah / darah,
jumlah kencing berkurang, dengan (pada SNA) atau tanpa gejala hipertensi (pada GN).urin pada
kelainan ini berwarna merah muda sampai coklat tua sedangakan perdarahan pada awal atau
akhir kencing menunjukkan kelainan yang berasal dari uretra atau kandung kencing.
Hematuria yang di sertai dengan infeksi tenggorokkan atau kulit kemungkinan di sebabkan
glomerulonefritis pasca streptokok, apabila infeksi telah terjadi 2-4 miggu
sebelumnya.sedangkan apabila timbulnya pada waktu yang bersamaan hal ini mungkin di
sebabkan nefropati IgA.
Penyakit yang Pernah di Derita
Penyakit masa lampau sangat penting di tanyakan, seperti infeksi kulit, alergi,
feringitis/tonsilitis, (penyebab glomerulonefritis). Penyakit sistemik seperti gout, lupus, diabetes
melitus, hipertesi, untuk mencari penyebab/etiologi penurunan fungsi ginjal, atau gagal ginjal
kronik.perlu di tanyakan juga riwayat kehamilan, adanya hipertensi pada kehamilan, abortus
(sindrom fosfolipid, LES,gagal ginjal)atau tindakan operasi atau riwayat pemasangan kateter
(pada infeksi berulang)
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penting dalam keluarga seperti hipertensi, batu ginjal, penyakit ginjal polikistik,
diabetes melitus, gout, keganasan, gagal ginjal, lupus dan lain-lai perlu di perhatikan untuk
mencari etiologi penyakit.
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan jasmani harus di lakukan secara menyeluruh sesuai dengan cara-cara pemeriksaan
di bidang penyakit dalam pada umumnya.
Pemeriksaan tekanan darah di lakukan pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri. Selain itu juga
di periksa pada kedua lengan dan tungkai (kanan dan kiri).
Kelainan yang tampak di kulit seperti warna pucat (anemia), turgor yang mengurang (tanda
dehidrasi), aekskresi keringat (berkurang pada gangguan ginjal kronik dengan gangguan saraf
otonom), rash, bintik atau bercak-bercak/bintik perdarahan pada kulit (purpura/petekie), dan lain-
lain.
Pada pemeriksaan abdomen pelu di perhatikan adanya benjolan pada daerah abdomen
(hidronefrosis, ginjal polikistik, tumor ginjal, atau retensio urin).pada pemeriksaan palpasi ginjal,
sebaiknya di klakukan juga sewaktu pasien dalam keadaan berdiri, terutama pada pasien dengan
keluhan sakit pinggang atau kolik atau nyeri pada bagian perut. Pemeriksaan ini di lakukan
secara bimanual yaitu dengan meletakkan jari-jari tangan di bagian depan perut, pad posisi
ginjal, sedangkan jari-jari tangan yang lain di letakkan di belakang badan.dengan menekan jari
tangan di belakang badan berulang-ulang akan terasa pada jari-jari tangan yang lain sentuhan
atau ballotement massa ginjal.
` Nyeri ketok pada daerah kostovertebra di periksa dengan menekan atau mengetok (tidak perlu
kuat) pada daerah sudut yang terbentuk oleh kosta terakhir dan vertebra.
Bruit atau bising sistolik dan diastolik arteri renalis dapat terdengar pada daerah perut bagian
depan (epigastrium) atau pada punggung apabila ada penyempitan arteri renalis.
Pada pasien pria, selain pemeriksaan alat kelamin, di lakukan juga pemeriksaan colok dubur
untuk menilai pembesaran prostat.
Pemeriksaan neurologis penting pada pasien gagal ginjal kronik antara lain adanya paresis,
polineuropati, dan neuropati autonom dengan segala akibatnya.
Diposkan oleh hidup optimis di 09:00
DISPEPSIA FUNGSIONAL
DISPEPSIA FUNGSIONAL
PENDAHULUAN
Dispepsia nonulkus diperkenalkan oleh Thompson (1984) untuk menggambarkan keadaan yang
kronik berupa rasa tidak enak pada daerah epigastrium yang sering berhubungan dengan
makanan, gejalanya seperti ulkus tapi pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya ulkus.
Lagarde dan Spiro (1984) menyebutnya sebagai dyspepsia fungsional untuk keluhan tidak enak
pada perut bagian atas yang bersifat intermitten sedangkan pada pemeriksaan tidak didapatkan
kelainan organic.
Gejala yang dikeluhkan: rasa penuh pada ulu hati sesudah makan, kembung, sering bersendawa,
cepat kenyang, anoreksia, nausea, vomitus, rasa terbakar pada daerah ulu hati, regurgitasi.
Dispepsia fungsional ini umumnya bersifat kronik dan sering kambuh
Patofisiologi
Masih diperdebatkan, penyebabnya bersifat multifaktorial. Namun yang tidak dapat disangkal
lagi bahwa factor psikis/ emosi memegang peran penting baik untuk timbulnya gangguan
maupun pengaruh terhadap perjalanan penyakitnya.
Peran factor psikososial pada dyspepsia fungsional sangat penting karena dapat menyebabkan
hal-hal di bawah ini:
1. menimbulkan perubahan fisiologi saluran cerna
2. perubahan penyesuaian terhadap gejala-gejala yang timbul
3. mempengaruhi karakter dan perjalanan penyakit
4. mempengaruhi prognosis
Factor-faktor yang diduga menyebabkan sindrom dyspepsia ialah:V
1. peningkatan asam lambung
2. dismotilitas lambung
3. gastritis dan duodenitis kronik (peran Helicobacter pylori)
4. stress psikososial
5. factor lingkungan dan lain-lain (makanan, genetik)
Rangsangan psikis/ emosi sendiri secara fisiologis dapat mempengaruhi lambung dengan 2 cara,
yaitu:V
1. Jalur neuron: rangsangan konflik emosi pada korteks serebri mempengaruhi kerja hipotalamus
anterior dan selanjutnya ke nucleus vagus, nervus vagus dan selanjutnya ke lambung.
2. Jalur neurohumoral: rangsangan pada korteks serebri ĺ hipotalamus anterior ĺ hipofisis
anterior (mengeluarkan kortikotropin) ĺ hormon ĺ merangsang korteks adrenal (menghasilkan
hormon adrenal) ĺ merangsang produksi asam lambung
Faktor psikis dan emosi (seperti pada anksietas dan depresi) dapat mempengaruhi fungsi saluran
cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan
vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan ambang rangsang nyeri.Pasien dyspepsia
umumnya menderita anksietas, depresi dan neurotik lebih jelas dibandingkan orang normal.
Data-data hasil endoskopi:
1. Fisher dkk: dari 3367 pasien dengan dyspepsia, 33,6 % hasil endoskopinya normal
2. Djaya Pranata (1988): dari 351 pasien dyspepsia non ulkus, 162 pasien mengalami
gastroduodenitis, 199 normal
3. Harsal A (1991): dari 52 pasien dyspepsia non ulkus, 44% endoskopinya normal
Dari data-data di atas jelas bahwa keluhan-keluhan saluran cerna bagian atas tidak selalu
berdasarkan adanya kelainan organic, tapi mungkin saja karena factor psikososial (anksietas dan
depresi).
Hasil penelitian kejadian anksietas dan depresi pada pasien dyspepsia non ulkus:
- Harsal A (1991) di RSCM: 80,7 % anksietas, 57,7 % anksietas ± depresi pada pasien dyspepsia
non ulkus.
- Rychter (1991): 60% anksietas
- Rose (1986): 50% depresi
PENGOBATAN
Dilakukan melalui pendekatan psikosomatik yaitu dengan memperhatikan aspek-aspek fisis,
psikososial dan lingkungan.
erhadap keluhan-keluhan dyspepsia dapat dihentikan dengan:
- pengobatan simtomatik seperti antasida, obat-obat antagonis H2 seperti simetidin, raditidin,
farmotidin
- obat-obat prokinetik seperti cisaprid maupun obat inhibitor pompa proton seperti omeprazol,
lansoprazol, dan sebagainya.
Pengaturan diet, untuk menghindari makanan yang dapat mencetuskan gejala-gejalanya.
Melakukan psikoterapi dengan beberapa edukasi dan saran agar dapat mengatasi atau
menurunkan stress dan konflik psikososialnya. Pada keadaan yang jelas terdapat anksietas/
depresi, psikofarmaka perlu diberikan. Contoh obatnya: anksiolitik atau anti depresan yang
sesuai.
Diposkan oleh hidup optimis di 08:59
NEFRITIS LUPUS
NEFRITIS LUPUS
Nefritis lupus adalah komplikasi ginjal pada lupus eritomatosus sistemik (LES). Diagnosis klinis
nefritis lupus di tegakkan bila pada LES terdapat tanda-tanda proteinuria dalam jumlah lebih atau
sama dengan 1 gram/24 jam atau/dengan hematuria (>8 eritrosit/LPB) atau/dengan penurunan
fungsi ginjal sampai 30%. Sebanyak 60% pasien LES dewasa akan mengalami komplikasi ginjal
yang nyata, walaupun pada fase awal LES, kelainan atau gangguan fungsi ginjal terdapat 25%-
50% kasus.
PATOGENESIS
Patogenesis timbulnya LES di awali dengan adanya interaksi antara faktor predisposisi genetik
dengan faktor lingkungan, faktor hormon seks dan faktor sistem neuroendokrin. Interaksi faktor-
fktor ini akan mempengaruhi dan mengakibatkan terjadinya gangguan respons imun yang
akhirnya menimbulkan peningkatan aktivitas sel-T dan sel-B. Hasil akhir tergangguanya respon
imun ini adalah terjadinya peningkatan autobodi.
GEJALA KLINIS
Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit sistemik sehingga pada pasien nefritis lupus dapat
di temukan dua manisfestasi ginjal dan manisfestasi luar ginjal. Manisfestasi ginjal dapat berupa
proteinuria pada semua pasien, sindrom nefrotik pada 45-65% pasien, hematuria mikroskopik
pada 80% pasien, gsngguan tubular 60-80% pasien, hipertensi pada 15-50% pasien, penurunan
fungsi ginjal pada 40-80% pasien dan penurunan fungsi ginjal yang cepat pada 30% pasien.
PENGOBATAN
Pengobatan pada nefritis lupus kelas 1,2,5, dan 6 lebih banyak di tujukan kepada gejala-gejala
luar ginjal seperti sistem hematologi, gejala pada sendi, susunan saraf pusat dan lain sebagainya
dengan memakai steroid, klorokuin, anti inflamasi non-steroid.untuk gangguan sendi dapat di
beri salisilat, anti inflamasi non steroid. Untuk gejala kulit dapat di pakai klorokuin 250-500 mg
hari atau hidrosiklorokuin 200-400 mg perhari. Bila dengan obat-obat ini tidak berhasil, dapat di
berikan steroid dosis rendah 0,2-0,5 mg/kgBB.prednison dosis tinggi pada faktor luar ginjal
hanya di berikan pada keadaan , karditis, pleuritis, anemia hemolitik, leukopenia, dan
trombositopenia. Pasien dengan antifosfolipid dapat di berikan aspirin 75 mg/hari untuk
mencegah trombosit atau warfarin/coumarin bila kadar antibodi antifosfolipid tinggi.
Nefritis lupus kelas III dan IV, pengobatan di berikan secara khusus pada ginjal. Rejimen yang
paling banyak di pakai saat ini adalah kombinasi steroid dosis rendah yaitu prednison 0,5
mg/kgBB selama 4 minggu lalu tappering off secara perlahan sampai dosis minimal untuk
mengedalikan gejala luar ginjal dan siklosfosfamid 0,75-1 gram/m luas permukaan badan
perinfus setiap bulan selama 6 bulan kemudian di berikan setiap 2 bulan dengan dosis yang sama
sampai 6 kali lagi lalu di lanjutkan stiap 3 bulan sampai 6 kali lagi (total pengobatan selama 3
tahun). Sebagian kecil nefritis lupus kelas V akan mengalami sindrom neffrotik yang berat
disertai penurunan fungsi ginjal. Kelompok ini membutuhkan pengobatan sama dengan nefritis
lupus kelas III atau IV.
Pengobatan lain adalah dengan memakai plasmaferesis, yang secara umum tidak bermanfaat
pada nefritis lupus kecuali bil terdapat antikardiolipin dan pada kasus TTP (thrombotic
thrombocytopenic purpura).
Siklosforin 5 mg/kgBB perhari dapat di berikan pada nefritis lupus kelas II atau IV.ternyata
relaps akan terjadi bila siklosforin di stop.
Mycophenolate mefotil (MMF) dengan dosis 0,5-2 gram/hari dapat di berikan sebagai
pengobatan pilihan lain, khususnya bila pengobatan dengan siklosfosfamid gagal.
Fludarabin, cytoreductive kemoterapi, costimulatory molecule inhibition(anti-CD 154
monoclonal antibody, CTLA4-Ig) merupakan pengobatan-pengobatan baru dalam
pengembangan.
PROGNOSIS
Nefritis lupus kelas I dan II hampir tidak trjadi penurunan fungsi ginjal yang bermakna sehingga
secara nefrologis kelompok ini memiliki prognosis yang baik. Nefritis lupus pad akelas III dan
IV, pada hampir seluruh pasien akan menimbulkan penurunana fungsi ginjal. Pada nefritis lupus
kelas III dengan keterlibatan glomerulus kurang dari 50% akan memberi prognosis yang lebih
baik di bandingkan dengan keterlibatan glomerulus lebih dari 50%, yang prognosisnya
menyerupai nefritis lupus kelas IV yaitu buruk. Nefritis lupus kelas V memilaki prognosis yang
cukup baik sama dengan nefropati membranosa primer, sebagian kecil akan menimbulkan
sindrom nefrotik yang berat.
Diposkan oleh hidup optimis di 08:55
KANKER PROSTAT
KANKER PROSTAT
Epidemiologi
Kanker paling sering pada laki-iaki; kanker ini menjadi penyebab kematian tersering kedua
pada laki-laki
Variasi etnis yangluas: jumlah terbosar pada warga kulit hitam Amerika, paling rendahdi Asia
Usia: jarang sebelum usia 45 tahun; secara kasar terdapat hubungan linear antara usia dan
insiden
Androgen serum: dapat berperan dalam progresivitas, dari fokus mikroskopik adenokarsinoma
menjadi karsinoma yang secara kl inis bermakna, ? T androstenedion ²> T risiko karsi noma
prostat.
Skrining
Pemeriksaan colok dubur (RT) tiap tahun setelah usia 50 tahun
Antigen spesifik prostat (PSA): bukan uji penapisan terpilih. > Pada laki-laki yang berusia 50-
74 tahun dengan hasil pemeriksaan colok dubur yang abnormal atau dengan sindrom BPH. PSA
yang sesuai-usia, PSA bebas, dan kecepatan PSA dapat T penggunaannya
Patologi
Fokus mikroskopik dari adenokarsinoma berdiferensiasi-baik muncul pada 70%
spesimenotopsi dari lelaki tua berusia 80 iahun; kepcntingannya secara klinis ini masih tidak
jelas
Diagnosis keganasan berdasarkan pada pola karakteristik duktus dan morfologi sel
Tingkat patologi lesi ganas mempunyai nilai prognostik. Sistem Gleason paling banyak
digunakan (tiap lesi mendapatkan 2 nilai, berdasarkan dua pola karakteristik yang paling sering
terlihat pada spesimen biopsi; jumlah keduanya adalah skorGleason, skoryang lebih tinggi
menunjukkan prognosis yang lebih buruk)
Manifestasi klinis
Obstruksi mulutbult-buli: hesitansi, pancaran urine yang menurun, retensi,dan nokturia
Hematuria, hematospermia
Impotensi mendadak
Nyeri perineal
Diagnosis
PSA > 4 ² > pertimbangkan keganasan; PSA > mungkin keganasan.Ê10
Biopsi yang dipandu USG transrektal (TRUS)
Langkah Penanganan
Bone scan (hanyaapabila PSA > 10)
CT scan abdomen-pelvis
Eksplorasi pembedahan
Diposkan oleh hidup optimis di 06:04
KANKER PARU
KANKER PARU
Epidemiologi
Penyebab kematian paling sering baik pada laki-laki maupun perempuan di Amerika SerikaT
lebih kArena 180.000 kasus baru / tahun.
Faktor Resiko
Merokok: 85% dari seluruh kanker paru terdapat pada perokok. Karsinoma sel skuamosa dan
sel small muncul hampir secara eksklusif pada perokok; adenokarsinoma dapat juga terjadi pada
yang bukan perokok. Hubungan efek dengan dosis secara kasar bersifat linear antara jumlah
rokok yang diisap dan risiko karsinoma paru
Asbestos: apabiia dikombinasikan dengan merokok, secara sinergis akan T risiko karsinoma
paru
Radon: risiko terhadap populasi umum belum jelas
Skrining
Tidak ada bukti manfaat terhadap skrining dengan rontgen foto toraks atau sitoiogi sputum
bahkan pada subgrup yang berisiko tinggi
Data terakhir menunjukkan bahwa CTscan toraks mungkin merupakan suatu sarana skrining
yangefektif (Lancet 354: 99, 1999)
Patologi
Kanker paru sel non-small
Adeno karsinoma : -35% dari karsinoma paru
Karsinoma sel skuamosa : -30% dari karsinoma paru
Karsinoma sel besar : - 10% dari karsinoma paru
Kanker paru sel small : - 25% dari kanker paru.
Manifestasi Klinis
- 1 5% terdeteksi secara kebetulan dari foto rontgen toraks
Endobronkial; batuk, hemoptisis, dispnu, mengi, pneumonia pasca-obstruktif. Lebih sering
dengan sel skuamosa dan sel small (lokasi sentral) dibandingkan adenokarsinoma atau sel fans?
(perifer)
Efusi pleura
Penyebaran regional: suara parau (nervus laringeal rekuren), disfagia (esofagus)
Sindrom Pancoast: tumor apikal -> sindrom Horner, nyeri bahu, pleksopati brakialis
Sindrom vena kava superior: tumor sentral -> kompresi eksternal pada vena kava superior efusi
perikardium
Sindrom paraneoplastik
Endokrin
ACTH (sel small) -* sindrom Gushing
PTH-rp (sel skuamosa) -> hiperkalsemia
ADH (sel small) -> SIADH
Kutaneus : jari tabuh, osteoartropati paru hipertrofi (poliartritis simetrik dan periostitis
proliferatif pada tulang panjang), akantosis nigrikans, dermatomiositis
Neurologik (biasanya sel small): Eaton-Larnbert, neuropati perifer, ensefalopati limbik keadaan
hiperkoagulasi (adenokarsinoma)
Lokasi metastasis
Hepar, adrenal, otak, tulang, kelenjar getah bening
Pemeriksaan diagnostic
Pencitraan : foto rontgen toraks, CTscan toraks (potongan harus meluas hingga hepar dan
adrenal)
Janngan: bronkoskopi (untuk lesi sentral), biopsijarum yang dipandu CT (untuk lesi perifer),
mediastinoskopi (metode terbaik untuk evaluasi peritrakeal dan kelenjargetah bening subkarina),
pembedahan toraskopik yang dibantu video (VATS, untuk evaluasi pleura dan lesi perifer),
torakosentesis, sitoiogi sputum (untuk lesi sentral)
Faktor Resiko
Polip adenomatosa: progresivitas menjadi karsinoma 2,5 cm), vilosa, bertangkai
Penyakit peradangan usus
Genetik (5-20% dari kanker kolorektal adalah herediter)
sindrom poliposis: poliposis familial, sindrom Gardner, sindrom Turcot
kanker kolorektal non-poliposis herediter (H NPCC, Hereditary Non-po/ypos/s Co/orecta/
Cancer): Lync I (hanya kolon), Lynch II (kolon, ovarium, payudara, endometrium)
Patologi
Polip adenomatosa -* ganas
2/3 kolon distal (sigmoid hingga rektum), 1/3 kolon proksimal dan Iransversum
Manifestasi klinis
Kolon desendens: perubahan pola defekasi, obstruksi, nyeri kolik pada abdomen, hematokezia
Kolon asendens: anemia defisiensi zat besi, nyeri abdomen yang tumpul dan tidak jelas
(biasanya tidak disertai dengan obstruksi karena diameter lumen yang lebar dan feses yangencer)
» Bakteremia Strep, faovis
Diagnosis
Pemeriksaan colok dubur
Kolonoskopi
CTscan
KANKER PAYUDARA
Epidemiologi
Keganasan yang paling seringterjadi pada perempuan; merupakan penyebab kematian akibat
kanker, nomor dua tersering pada perempuan
Risiko seumur hidup - 1 dalam 9
Faktor Risiko
75% perempuan dengan kanker payudara diketahui faktor risikonya
Genetik
saudara kandung menderita karsinoma mama (risiko tergantung pada usia dan status menopause
saudara yang terkena) mutasi yangdiketahui (mencakup 5-10% dari kasus yang ada): BRCA-1
(60-80% risiko kanker payudara seumur hidup, T risiko kanker ovarium), BRCA-2
(dihubungkan dengan karsinoma mama pada laki-laki), Li-Fraumeni (kehilangan p53, T risiko
sarkoma osteogenik dan lainnya), mutasi UNPCC T estrogen: menars dini,
menopauseterlambat, paritas yang terlambat atau nuliparitas, terapi hormonal jangka panjang (N
Engll Med 332:1589,1995 dan Lancet 350:1047,1997); t/dafc ada bukti risiko penggunaan pil
kontrasepsi oral
Perubahan hiperplastik pada biopsi; tidak ada t risiko terhadap perubahan fibrokistik
Pajanan radiasi
Skrining
Pemeriksaan payudara sendiri: tidak terbukti bermanfaat terhadap mortalitas, narnun dianjurkan
tiap bulan (I minggu setelah menstruasi)
Pemeriksaan payudara oleh dokter: sama, belum terbukti bermanfaat terhadap mortalitas,
namun dianjurkan sekali dalam setahun
Mamografi: menunjnkan mortalitas 25% dengan mamografi tiap tahun setelah usia 5O tahun
(JAMA 273: 149,1995)
beberapa ahli menganjurkan skrining setelah usia 40 tahun, namun rnasih kontroversial (Ann
Intern Med 127:955,1997)
apabila riwayat keluarga + -> mulai mamografi 5 tahun sebelum diagnosis yang paling awal
Patologi
Karsinoma in situ - tanpa invasi stroma di sekitarnya
Karsinoma duktal in situ (DCIS, Ducta/ Carcinoma In Situ):
biasanya muncul sebagai mikrokalsifikasi pada mamogram atau discharge yang keluarclari
putingsusu
30% ²> keganasan dalam 10 tahun
penatalaksanaan: mastektomi atau eksisi lokal yang luas + radiasi; angka kesembuhan lebih
kurang 98%
Karsinoma lobular in situ (LCIS, Lobular Carcinoma In Situ):
biasanya dijumpai secara kebetulan pada saat biopsi payudara tanpa bukti adanya massa pada
mamografi
LCIS merupakan suatu petanda T risiko karsinoma pada payudara ( - 1 % per tahun)
penatalaksanaan: mastektomi bilateral profilaksis dengan pengawasan yang saksama
Kanker payudara invasif- adenokarsinoma
menginfiltrasi duktus (75%): benjolan keras, perasaan seperti memegang pasir di atasnya
menginfiltrasi lobulus (10%): batas penebalan tidak tegas, sering multi-spntris
tubular, musinosa dan medularis (10%): prognosis lebih baik
peradangan (3%): edema kulit dan eritema akibat invasi tumor ke limfatik dermis
(peaud'orange); prognosis buruk penyakit Paget (1 %): eksema pada puting + keluamya darah;
karsinoma duktus yang meluas ke epidermis puling susu.
Manifestasi klinis
Massa payudara: keras, terfiksasi, tidak nyeri
Retraksi puling susu
Eritema atau edema kulit
Metastasis: tulang, hepar, paru-paru, otak
Pemeriksaan diatinoslik
Pemeriksaan fisik: dilakukan pada posisi duduk dan supinasi; inspeksi bentuk yang tidak
simetris, retraksi kulit, edema atau eritema payudara; palpasi payudara dengan pola
yangsistematis (ingat jaringan payudara meluas hingga aksila); lakukan tekanan ringan pada
puting susu untuk mengetahui ada tidaknya disc/large; periksa aksila dan regio supraklavikula
untuk mencari adanya adenopali
Mamografi: karakteristik yang mencurigakan ke arah keganasan meliputi adanya
mikrokalsifikjsi. lesi stelata, dan lesi yang membesar
USG: untuk membedakan lesi solid dengan kistik
Jaringan; aspirasi jarum halus (FNA, Fine-needle Aspiration), biospi jarum core, atau biopsi
eksisional
Penanganan massa payudara yang dapat dipalpasi perempuan premenopause ²> periksa
selama 2-4 minggu untuk mengetahui apakah massa yang teraba itu dipengaruhi oleh menstruasi
massa yang tidak berubah atau perempuan yang lebih tua ²> mamografi (deteksi lesi lain) ²>
FNA atau biopsi jarum core (apabila tidak ada cairan atau massa terambil saat dilakukan FNA ²
} biopsi eksisional) jelas karsinomatosa ²> biopsi eksisional
Penanganan mamogram yang mencurigakan pada pemeriksan fisik yang normal: biopsi yang
dipandu secara stereotaktis
Langkah penentuan stadium
Anatomis: Biopsi eksisional + diseksikelenjargetahbeningaksila status kelenjar getah bening
paling penting sebagai faktor prognosis foto rontgen toraks dan uji fungsi hati untuk menilai
metastasis (apabila stadium III lakukan pula CT scan abdomen dan kepala, bone scan)
Histologi dan sitologi: jenis tumor, derajat histologi dan inti
Biologi: status reseptor hormon, amplifikasi HER-2/neu, dll
Tipe penatalaksanaan
Terapi lokal
lumpektomi + radiasi = mastektomi, kecuali terhadap tumor besar, mengenai lokasi multipel atau
mengenai areolar (N Engll Med 332: 907,1995; 333:1444,1995; dan 333:1456,1995) pada pasien
yang kelenjar getah beningnya teraba, tambahan radiasi terhadap pembedahan 4 rekurensi
lokoregional clan T daya tahan hidup (N Engll Med 337: 949,1997)
Terapi adjuvan (pilihan regimen masih kontroversial) kemoterapi (seperti: siklofosfamid +
adriamisin paklitaksel): bermanfaat lebihbesar pada pasien yang kelenjar getah beningnya
teraba (dan > premenopause) iancet 339:1,1992 dan N Engll Med 332: 901,1995) Terapi hormon
(seperti: tamoksifen): bermanfaat pada pasien ER ©dan ? manfaatnya lebih besar pada
pascamenopause daripada pasien premenopause (N CngllMed 320: 479,1989; Lancet 339:
71,1992 dan 351:1451,1998)
Rencana Penatalaksanaan
Penyakit lokal berisiko rendah (tumor kemoterapi ( + tamoksifen apabila ER©)
pascamenopause: ER²> kemoterapi; ER©-> tamoksifen ( kemoterapi jika nodus positif)
Penyakit lanjut (stadium III): kemoterapi neoadjuvan -> pembedahan + radiasi ? kemoterapi
pascaoperasi (+ tamoksifen apabila ER©)
Metastasis (Stadium IV): kemoterapi atau tamoksifen; pembedahan; radiasi; ? BMT
autolog
Bifosfanat: J. komplikasi skeletal (N EngUMec/335:1785,1996dan 339: 357,1998)
Preventif
Tamoksifen (JNCI 90: 1371, 1998; lancet 352: 93 dan 98, 1998) dan J? raloksifen (JAMA 281
2189,1999)
Diposkan oleh hidup optimis di 06:00
LIMFOMA
LIMFOMA
Penyakit Hodgkin
Definisi
Keganasan pada sel limfoid ditandai dengan munculnya sel Reed-Sternberg di kelenjar getah
bening
Epidemiologi
² 7500 kasus/tahun dengan distribusi umur bimodus (usia 15-35 tahun atau usia > 50 tahun)
dan predominan pada laki-laki
Patologi
Sel Reed-Sternberg - sel besar dengan nukleus berlobus dua atau multipel dengan nuklelous
yang menyerupai penonjolan inklusi biasanya terdapat < 10% sel pada kelenjar getah bening
yang terkena
Penyakit terlokalisir, dengan penyebaran yang berurutan dan sesuai anatomis, pada kelenjar
getah bening yang berdekatan
Manifestas! klinis
Limfadenopati superfisialis tanpa nyeri (biasanya servikal) limfadenoRati mediastinal
Gejala konstitusional ("B"): demam (apabila periodik, disebut "Pel-Ebstein"), berkeringat,
penurunan berat badan
Pruritus
Langkah Penentuan stadium
Dipastikan dengan biopsi eksisi kelenjar getah bening (perlu juga dilihat di sekitamya sehingga
FNA tidak cukup).
Anamnesis (tcrutam.i untuk iiiciii; 50 tahun dan predominan pada laki-laki
Infeksi: EBV yang dihubungkan dengan limfoma Burkitt dan SSP; H. pylori dihubungkan
dengan limfoma gaster
T frekuensi pada sindrom Sjogren clan gangguan autoimun lainnya, serta pada transplantasi
organ
Patologi
90% sel B, 10% sel T
Terlibatnya kelenjar getah bening dan struktur lain di luar kelenjar getah bening dengan cara
penyebaran I bagian yang tidak berdekatan.
Manifestasi Klinis
Limfadenopati difus tanpa rasa nyeri
Apabila usia 2 cm²» 80% kemungkinan jinak
apabila usia >40 tahundan muncul dengan pembesaran kelenjar getah bening >2 cm²> 80%
kemungkinan ganas
Gejala "B" (kurang sering dibandingkan HD); rasa nyeri abdomen karena terasa penuh
(abdominal pain of fullness); nyeri tulang.
Sistem dan Langkah Penentuan Stadium
Sistem Ann Arbor yangdipergunakan pada penyakit Hodgkin (lihat di atas) dapat dipergunakan
untuk NHL, namun penentuan stadium kurang penting dibandingkan dcrajatnya pada
kebanyakan pasien (- 90%) yang mengalami stadium lanjut
Langkah penentuan stadium meliputi biopsi kelenjar getah bening dengan eksisi (juga jaringan
sekitar, sehingga FNA/arangmencukupi) dengan imunofenotipe dan sitogenetikfototoraks, CT
scan toraks, abdomen, dan pelvis, dan biopsi sumsum tulang; gallium scan, CTscan kepala, dan
punksi lumbal
Prognosis
Derajat rendah: pertumbuhan tumor lamban sehingga respons 4- terhadap kemoterapi, namun
rata-rata daya tahan hidup memanjang
Derajat tinggi: pertumbuhan tumor lebih cepat, sehingga kemungkinan penyembuhan T, namun
secara keseluruhan prognosisnya lebih buruk.
Diposkan oleh hidup optimis di 05:59
lekemia
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT
Definisi
Sel progenitor hematopoietik limfoid maiignayangkehilangan kemampuan berdiferensiasi
Epidemiologi
20% leukemiaakut pada orangdewasa; nilai median usia pada saat muncul adalah 12 tahun
MAnifestasi klinis
Fatigue (anemia), infeksi (neutropenia), perdarahan (trombositopenia)
Nyeri tulang
Meningitis leukemik
Menjadi mediastinum anterior (terutama pada ALL sel T)
Temuan fisik: hepalosplenomegali, limfadenopati
Pemeriksaan Diagnostik
Apuasan darah tepi : panistopenia + sel bias yang beredar(terlihat pada >95%).
Sumsum tulang: hiperselular dengnn > 30% sel bias
Metodeklasifikasi
morfologi: tanpa granula
imunohistokimia: transferasedeoksinukleotidilterminal(TdD©(sensitivitas95%),
commonALLAg
(CALLA)
imunofenotip; sitogenetik .
Perubahan (gangguan) clektrolit: T asam urat, T LDH, T K, T PO, dan 1 Ca akibat perubahan
sel yang cepat (lisistumor)
Penatalaksanaan
Perawatan darurat dan suportif: sama seperti pada AMI
Kemoterapi induksi (seperti: siklofosfamid, daunorubisin, vinkristin, prednison,
asparagmase) CR dicapai pada > 90% anak-anak, 50-70% orang dewasa
ProfilaksisSSP;radiasi + metotreksat intratekal
Kemoterapi pascaremisi (seperti: 6-merkaptopurin, metotreksat)
Apabila kambuh/relaps -> kemoterapi vs.transplantasi sumsum tulang alogenik atau autolog
Prognosis
Pasien yang diperkirakan memiliki prognosis baik: berusia lebih muda, terdapat massa di
mediastinum, hitung leukosit angka kesembuhan 50-70%; pasien yang memilik. Faktor
prognosis buruk -> angka kesembuhan 10-30%
Epidemiologi
Nilai median usia pada saat muncul adalah 50-60 tahun
Manifestasi klinis
Fase kronis: sering asimtomatik namun akan mengalami demam, keringat pada malam hari,
fatigue, splenomegali.
Faseakselerasi: mungkin asimtomatik namun T leukositosis perifer dan hiperselularitas pada
sumsum tulang
Fase blastik- =leukemia akut: gejala konstitusional yang hebat, infeksi, perdarahan, dan
leukostasis (terlihat pada hitung leukosit > 200.000/mnV) -^ nyeri kepala, pandangan kabur,
TIA/CVA, dispnu, hipoksia
Pemeriksaan diagnostik
Apusan darah tepi: leukositosis (sering -150.000/mm3), pergeseran ke kin dengan derajat
maturasi yang bervariasi, <5% sel biasyangberedar; T hitungtrombositdan T basofil
Sumsum tulang: hiperselular dengan < 5% sel bias
Kromosom Philadelphia ± t(9,22) pada 95% dengan mikroskop dan -100% dengan PCR
Alkali fosfatase leukosit
Penatalaksanaan
Terapimedikamentosa: hidroksiurea, alfa interferon ± sitarabin (N Engl I Med 330: 820, 1994
dan 337: 223, 1997)
Transplantasi sumsum tulang alogenikan
Prognosis
Daya tahan hidup rata-rata 3-4 tahun; angka kesembuhan 60% dengan transplantasi sumsum
tulang
Diposkan oleh hidup optimis di 05:57
MACAM-MACAM ANEMIA
ANEMIA MIKROSITIK
Definisiensi Besi
pasokan Etiologi : perdarahan kronis (saluran cerna, menstruasidll), (malnutrisi, penurunan
absorpsi karena cliac sprue, IBD, gastrektomi kebutuhan (kehamilan) subtotal), atau
Manifestasi klinis khusus keilosis angularis, glositis atrofi, koilonika, pika.
Sindrom Plummer_vinson = anemia defisiensi besi + selaput esofagus + glositis atrofi.
Pemeriksaan diagnostik
feritin ( TIBC, Fe, <12 sangat mendukung), Fe/TIBC13
mikrositosis.Êanemia ÊTIBC dan FeÊ feritinÊbesi sumsum tulang Progresivitas :
Jika anamnesis belum dapat mengarahkan suatu etiologi tertentu, mulailah merencanakan
langkah penanganan terhadap perdarahan saluran cerna.
Penatalaksanaan : Suplementasi zat besi (6 minggu untuk memperbaiki anemia dan 6 bulan
untuk mengembalikan penyimpanan zat besi.
Talasemia
destruksi eritrosit.Êhemoglobin abnormalÊ globin hemoglobin atau sintesis rantai
Hipoproliferasi + eritropoisesis yang tidak efektif + hemolisis.
-globin pada kromosom 16 : hilangnya kompleks gen Talasemia
talasemia-a minor dan anemia mikrositik ringanÊ karier tersembunyi ; 2 gen aÊ normal; 3 gen
a Ê- 4 gen
4), anemia berat, hemolisis, dan splenomegali Penyakit HbH (Ê- 1 gen
Hb Barts (Y4) dengan hipoksia intrauterin dan hidrops fetalisÊ- 0 gen
-globin pada kromosom 11 : mutasi gen Talasemia-
, anemia mikrositik ringan- talasemia minor ± disfungsi atau tidak ada salah satu gen
- talasemia intermedia ± disfungsi sedang kedua gen
2)2HbA2( ,- talasemia mayor (anemia Cooley) ± disfungsi berat dari kedua gen
Manifestasi klinis khusus (pada kasus yang berat): wajah seperti tupai, hepatosplenomegali,
gagal jantung kongestif output tinggi, hemokromatosis (karena kelebihan zat besi akibat terapi
(ransfusi)
Peineriksaan diagnostik: Pemeriksaan Fe normal, hitung MCV/E sumsum tulang aselular +
pansitopenia Diagnosis banding pansitopenia
anemia aplastik
selularitas sumsum tulang (mieloclisplasia, anemia megaloblastik) gangguan dengan
mieloptisis (lihat di bawah)
paroxysmal nocturnal nemoglobinuria (PNH)
Etiologi: idiopatik, kemoterapi, (agen peng-alkilasi, antimetabolit, antrasiklin), radiasl, obat-
obatan (kloramfenikol, obat-obatan sulfa), toksin (benzen), autoirnun (SLE), infeksi virus
Pemeriksaan diagnostik: Sumsum tulang aselular dengan penggantian oleh lemak; melihat
penyebab lain
pansitopenia
Penatalaksanaan: transfusi, imunosupresi (globulin antitimosit, steroid, CsA), Epo, G-CSF,
transplantasi sumsum tulang (BMT)
Anemia mieloptisik
Penggantian sumsum tulang dengan tumor hematologik atau metastasis, granuloma (seperti:
TB), atau fibrosis(AMM/MF)
Pemeriksaan diagnostik : sel teardrop,sel mieloid imatur + normobias (apusan
leukoeritroblastik¶, sadapan kering´ (aspirat sumsum tulang), diagnostik biopsi sumsum
tulang, bukti hematopoiesis ekstramedular.
Sindrom Mielodisplastik
Sitopenia + sumsum tulang hiperselular + abnormalitas morfologik pada dinding sel
Karena gangguan klonal didapat (akuisita) pada sel stem hematopoietik (seperti: keadaan pra-
leukemia)
Dikelompokkan berdasarkan temuan pada sediaan apus darah tepi dan karakteristik aspirat
sumsum tulang: anemia refrakter
(RA, 15% sel), RA + kelebihan bias (RAEB, 5-20% bias), RA + kelebihan bias pada perubahan
(RAEB-Tr, 20-30% bias), leukemia mielomonositikkronis (CMML), T prekursor monositik)
Transformasi leukemik: pada hampirseluruh kasus RAEB-Trdan pada ± 30% kasus RAEB dan
CMML
Pemeriksaan diagnostik: sel Pelger-Huet pada apusan, sumsum tulang dengan multilineage
dysplasia seperti di atas
Penatalaksanaan: transfusi, Epo, G-CSF, BMT
Anemia sideroblastik (lihat di atas)
Anemia pada gangguan kronis
Anemia karena penyakit kronis (lihat di atas)
Epo; sel burr (rata/datar, proyeksi teratur) Anemia karena uremia:
Anemia karena penyakit hepar:! karena metabolisme kolesterol yang abnormal; sel spur
(proyeksi tidak teratur)
Anemia karena penyakit tiroid: dapat normositik atau makrositik
Defisiensi B12
Kobalamin (vitamin B1]2) terdapat pada seluruh makanan yang berasal dari hewani; cadangan
zat ini di dalam tubuh cukup untuk 2-3 tahun
Terikat pada faktor intrinsik, yangdisekresi oleh sel parietal lambung, dan diabsorpsi di ileum
terminal
Etiologi: malnutrisi (alkoholik, vegetarian), anemia pernisiosa (penyakit autoimun terhadap sel
parietal
risiko lambung, disertai dengan insufisiensi endokrin poliglandulardan karsinoma lambung),
penyebab lainnya adalah faktor-faktoryang absorpsi (keadaan setelah gastrektomi, sprue,
penyakit menyebabkan kompetisi (pertumbuhan berlebihan bakteri usus, cacing pita Crohn),
pada ikan), defisiensi transkc-
balamin II
Manifestasi klinis khusus: perubahan neurologik (penyafc/t-s/stem gabungan) ± neuropati
porifer, ponyakit
kolumna posterior, penyakit kortikal
Pemeriksaan diagnostik: sama seperti defisiensi asam folat kecuali folat normal dan -I B12
Uji Schilling: B12IM untukmensaturasi transporprotein -> BI2 radiolabel ²»periksaekskresi
urine: Fasel ± hanyaB,jOral; apabila urine©²> defisiensi dalam diet; apabila urine ²»fasell
Fase H = B,2oral + faktor intrinsik; apabita urine©²> anemia pernisiosa
Penatalaksanaan: 100 u.g B12 IM 4×1 selarrta 7 hari ²> tiap minggu selama 4-8 minggu ²»
tiap bulan seumur hidup
abnormalitas neurologik bersifat reversibel apabila diobati dalam waktu 6 bulan
ANEMIA HEMOUTIK
Sferositosis herediter
Defek membran intrakorpuskularkongenital
Pemeriksaan diagnostik: sferosit pada apusan, uji fragilitas osmotik (+)
Penatalaksanaan: splenektomi
Arteritis Temporalis
Definisi : vaskulitis yang mengenai percabangan kranial arkus aorta, terutama arteri temporalis,
namun dapat menjadi lebih menyeluruh
Epidemiologi : pasien biasanya berusia lebih tua dari 50 tahun (90% lebih dari 60 tahun);
perbandingan perempuan : laki-laki = 2 : 1
Manifestasi Klinis :
Gejala konstitusional : demam derajat rendah, fatigue, penurunan berat badan, mialgia,
anoreksia.
neuritis optika, kehilangan penglihatan intermiten, amaurosis fugaks dan kebutaanÊArteri
oftalmikus
Nyeri kepala; nyeri arteri temporalis dan kulit kepala serta tidak adanya pulsasi arteri temporalis
klaudikasio mandibulaÊArteri fasialis
Fenomena Raynaud; klaudikasio intermiten pada ekstremitas
Polimialgia Reumatika (50%) : myeri simetris proksimal otot yang nyeri dan kaku terutama
sendi bahu; kekakuan sendi pada pagi hari disertai pergeseran setelah tidak beraktivitas
, biopsi arteri temporalis (vaskulitis, granuloma) Pemeriksaan diagnostik : ESR
Penatalaksanaan : steroid (bila pandangan terganggu jangan menunggu hasil sebelum memulai
penatalaksanaan empiris) ikuti ESR dan status klinis
VASKULITIS PEMBULUH-SEDANG
Poliarteritis nodosa (PAN)
Definisi : vaskulitis nekrotikans sistemik akut atau kronis tanpa pembentukan granuloma
Epidemiologi : lebih sering pada laki-laki daripada perempuan, berhubungan kuat dengan
infeksi HBV
Manifestasi Klinis
Gejala konstitusional : penurunan berat badan, demam, fatigue, mialgia
Lesi kutaneus : livedo retikularis, purpura
Arteritis koronaria, nyeri abdomen dan perdarahan/infark saluran cerna. Terkenanya ginjal
disertai sedimen urine aktif, hipertensi, dan FSGN
Mononeuritis multipleks
Paru-paru tidak terkena
Pemeriksaan diagnostik :
aneurisma dan penyempitan pembuluh fokalÊAngiogram (tipikal pada pembuluh darah
mesenterika)
vaskulitis dengan nekrosisÊBiopsi (nervus suralis atau kulit) , anemia, jarang ditemukan ,
WBC fibrinoid tanpa granuloma ESR Èeosinofilia, serologi HBV
Penatalaksanaan : steroid, siklofosfamid
Penyakit kawasaki
Definisi : demam akut, vaskulitis sistemik dan arteris koronaria yang menyerang bayi dan anak
kecil
pada akhir musim dingin dan musim semi. Epidemiologi : di seluruh dunia, namun prevalensi
terbanyak di Jepang,; insiden
Manifestasi klinis :
Stadium 1 (7-10 hari) : demam tinggi, injeksi konjungtiva non-eksudatif, fisura labia eritematosa,
lidah stroberi, limfadenopati servikal, ruam yang bersifat sementara, edema dan eritema pada
telapak tangan dan kaki dengan deskuamasi, reaktan fase akut
Stadium 2 (10-25 hari) : vaskulitis koronaria dengan trombosis dan aneurisma koroner pada 10-
15% pasien.
Stadium 3 (25 hari dan berlanjut) : vaskulitis berkurang dengan fibrosis dan stenosis pembuluh
yang terkena.
; ekokardiogram dan/atau angiografi koronaria akan menunjukkan aneurisma Pemeriksan
diagnostik : ESR
Penatalaksanaan : dosis tinggi IVIG (2 gram/kg/hari), aspirin, tanpa steroid
Granulomatosis Wegener
Definisi : vaskulitis sistemik nekrotikans, terutama melibatkan traktus respiratorius dan ginjal
pada usia muda dan setengah baya Epidemiologi : dapat terjadi pada semua umur, namun
insiden
Manifestsasi klinis
Paru : batuk, pleuritas, perdarahan atau infiltrasi paru, hemoptisis, rinitis, sinusitis
Ginjal : hematuria, RPGN
Mata : episkleritis, uveitis dan proptosis dari granuloma orbitalis
Neurologik : neuropati perifer dan kranialis
peradangan granulomatosa nekrotikans pada arteriol, kapiler, dan venaÊ c-ANCA, biopsi È
Pemeriksaan diagnostik :
, hematuria, sedimen urine aktif dengan bekuan RBC dan RBC dismorfik BUN dan Cr
Penatalaksanaan : siklofosfamid dan metilprednisolon (Ann Intern Med 116:488, 1992); TMP-
SMX akan berperan dalam menegah relaps yang dipresipitasi oleh infeksi saluran nafas.
Poliangitis mikroskopik
glomerulonefritis,Ê Definisi : vaskulits pembuluh-kecil yang nekrosis venulitis
leukositoklastik dermal, dan alveolitis paru. Serupa dengan sindrom Wegener namun tanpa
granuloma
Epidemilogi : tidak berhubungan dengan HBV (bukan poliarteritis nodosa)
Manifestasi klinis
Gejala konstitusional : penurunan berat badan, demam, fatigue, mialgia
Ginjal : hematuria, RPGN
Paru : batuk dan/atau hemoptisis
peradanganÊ p-ANCA (80%), biopsi È Pemeriksaan diagnostik : nekrotikans arteriol, kapiler,
dan vena tanpa granuloma atau infiltrat eosinofilik
Sedimen urine dan temuan foto rontgen toraks serupa dengan hasil pada penderita Sindrom
Wegener
Penatalaksanaan : siklofosfamid, metilprednisolon; plasmaferesis digunakan pada beberapa
kasus
Sindrom Churg-Strauss
Definisi : peradangan granulomatosa, terkenanya kulit, nervus perifer, paru dan ginjal
Epidemiologi : kndisi tidak lazim yang dapat muncul pada segala usia, namun tipikalnya 30-40
tahun
Manifestasi klinis
Asma dan rinitis alergika
Penyakit infiltratif eosinofilik/pneumonia eosinofilik
Vaskulitis pembuluh-kecil sistemik dengan kompleksitas granulomatosa (dalam 3 tahun setelah
onset asma). Neuropati, arteritis koroner, dan miokarditis sering ditemukan dan berat.
Glomerulonefritis dan serositis kurang sering ditemukan dan kurang berbahaya.
mikrogranuloma, nekrosisÊ p-ANCA (50%), eosinofilia, biopsi È Pemeriksaan diagnostik :
Fibrinoid dan trombosis arteri kecil dan vena dengan infiltrat eosinofilik; foto rontgen toraks
akan menunjukkan perpindahan infiltrat paru.
Penatalaksanaan : kortikosteroid dosis tinggi (+ siklofosfamid bila perlu)
Sindrom Bechet
Manifestasi klinis
Ulkus aftosa oral berulang
Ulkus genitalis berulang
Penyakit okular : konjungtivitis, uveitis (dengan hipopion), skleritis, vaskulitis retina, nuritis
optika
Artritis : ringan, kronis dan non-destruktif, mengenai lutut dan pergelangan kaki
Neurologik : defisit fokal dan pleositosis yang disertai vaskulitis serebralis
Kutaneus : pustula, papula, folikulitis dan eritema nodosum
Pemeriksaan diagnostik : angiografi serebral (namun jarang diperlukan); pemeriksaan dengan
lampu celah (slit lamp) dan fundukskopi
Penatalaksanaan : steroid, dapson, kolkisin, azatioprin, siklosporin, klorambusil, talidomid
untuk kasus-kasus refrakter
KRIOGLOBULINEMIA
Definisi :
Protein yang mengendap pada pajanan terhadap dingin
Tipe 1 : Ig monoklonal (biasanya IgM atau IgG)
Tipe 2 (campuran) : IgM monoklonal dengan aktivitas (contoh, faktor reumatoid) terhadap IgG
poliklonial
Tipe 3 (campuran) : IgM poliklonial dengan aktivitas terhadap IgG poliklonial
Epidemiologi
Predominan pada perempuan
Usia onset sekitar 50 tahun
Etiologi
Gangguan limfoproliteratif : mieloma, multipel, makroglobulinemia Waldenstrom, CLL
biasanya dihubungkan dengan krioglobulinemia tipe 1
Penyakit hati kronis : HCV, HBV ?
Biasanya dihubungkan dengan krioglobulinemia tipe 2 >È80% krioglobulinemia tipe 2 HCV
RNA
(N Engl J Med 327:1490, 1992)
Sindrom autoimun : SLE, RA, PAN, sjogren, skleroderma, Behcet
Biasanya dihubungkan dengan krioglobulinemia tipe 3
Infeksi : virus (EBV, CMV), bakteri (endokarditis), jamur, parasit
Esensial (idiopatik)
Patofisiologi
Deposit kompleks imun, aktivasi komplemen
Agregasi trombosit, trombosit pembuluh kecil, vaskulitis
Manifestasi klinis
Umum : lemas, demam derajat rendah
Dermatologik : purpura pada ekstremitas inferior, livedo retikularis, ulkus di tungkai, fenomena
Raynaud
Reumatologik : artralgiamigratoris dan simetris pada kecil atau sedang
Ginjal : glomerulonefritis (proteinuria, hematuria, hipertensi, edema)
Hematologik : anemia, trombositopenia
Saluran cerna : nyeri abdomen, hepatosplenomegali, uji fungsi hati yang abnormal
Neurologik : neuropati perifer dan mononeuritis multipleks
Pemeriksaan diagnostik
(jumlah tidak perlu dihubungkan dengan aktivitas penyakit), elektroforesis krioglobulinÈ
Kriokrit
È Faktor reumatoid (RF)
, kadar C3 normal, ESR Kadar C4
komplemen kehilangan dari RF dan Ê kriopresipitasi ÊC Bila sampel darah tidak
disimpan pada suhu 37
, Ab anti-HCV negatif-palsuÈ Pada krioglobulinemia tipe 2 : HCV RNA
Penatalaksanaan
Tangani pnyakit yang mendasrinya
NSAID untuk penyakit ringan
Prednison + imunosupresan lainnya (seperti : siklofosfamid)
Plasmaferesis ?
krioglobulinemia tipe 2 (N Engl J Med 330 : 751, 1994)È untuk HCV RNA IFN-
Diposkan oleh hidup optimis di 05:47
POLIMIOSITIS DERMATIMIOSITIS
POLIMIOSITIS-DERMATOMIOSITIS
Definisi dan Epidemiologi
Polimiositis (PM) : peradangan dan kelemahan muskuloskeletal proksimal
Dermatomiositis (DM) : polimiositis + manifestasi kulit (1/3 pasien)
Pasien terutama berusia 40-an dan 50-an; lebih sering ada perempuan daripada laki-laki
10% pasien dengan DM (insiden labih rendah pada PM) (terutama ovarium) pada Insiden
karsinoma
Dapat dihubungkan dengan CTD (Cutaneus Topikal Disease) lainnya seperti SLE dan
skleroderma
Harus dibedakan dari miopati/miositis lainnya termasuk terinduksi obat, tanpa peradangan,
badan inklusi dan infeksius
Manifestasi klinis
Kelemahan otot : bertahap, progresif, bilateral, dan proksimal disertai nyeri pada daerah yang
terkena; ditandai dengan kesulitan menaiki tangga dan bangun dari kursi. Peradangan otot
skeletal dan otot polos saluran cerna disertai disfagia dan pengosongan lambung terlambat.
Ruam eritomatosa kehitaman pada daerah yang terpajan sinar matahari, daerah berbentuk kupu-
kupu pada wajah, leher, bahu, kehilangan pigmen.
Ruam heliotrope (diskolorasi ungu) disekitar kelopak mata atas
Eritema subungal, telangiektasis kutikular, tanda Gottron (bercak bersisik) disekitar dorsum
PIP, MCP, dan siku, tangan mekanik (pecahnya kulit pada distal ujung jari)
Poliartralgia atau poliartritis, malaise
Vaskulitis kulit, otot, traktus gastrointestinal dan mata, serta fenomena Raynaud
Terkenanya viseral
Paru : alveolitis akut, penyakit paru interstisialis kronis, dan kelemahan otot pernafasan
Jantung (33%) : miokarditis, perikarditis dan aritmia
Pemeriksaan diagnostik
, aldolase, SGOT, dan LDH CPK
Autoantibodi
(20-30%), berhubungan dengan polimiositis + pembentukan poliartritis, sindrom Raynaud,
ILDÈAnti-Jo-1
(5-10%), berhubungan dengan dermatomiositisÈAnti-MI-2
(ÈANA > (50%): papula nekrotik, makula dan pustula pada dasar yang eritematosus di
ekstremitas dan tubuhÈ75%), RF
tidak menyingkirkan artritis septik!)È Demam (30.000, predominan PMN (catatan : kristal
25% kasuspada ÈPewarnaan gram
pada lebih dari 50% kasus bila dilakukan kultur anaerobik pada media Thayer-MartinÈKultur
PCR terhadap DNA gonokokus
pada tenesinovitis; jarang pada monoartritisÈ Kultur darah : lebih mungkin
Pewarnaan gram dan kultur lesi kulit yang kadang-kadang positif.
Kultur servikal, uretra, tenggorokan, dan rektum menggunakan PCR
PENATALAKSANAAN
Terapi
Antibiotik yang sesuai dipandu berdasarkan pewarnaan gram
Pewarnaan gram Regimen Antibiotik
Kokus gram positif Nafsilin 2 g IV setiap 4 jam atau Vankomisin 1 g IV setiap 12 jam bila
dicurigai MRSA (seperti: pasien yang dirawat di Rumah Sakit)
Kokus gram negatif Seftriakson 1-2 g IV 4 x sehari
Batang gram negatif Seftriakson 1-2 g IV 4 x sehari + aminoglikosida anti-pseudomonas bila
curiga IVDA
Tidak tampak organisme Nafsilin + seftriakson + aminoglikosida anti pseudomonas
bila curiga IVDA
Regimen antibiotik kemudian disesuaikan berdasarkan pada data kultur dan sensitivitas serta
respons klinis
Apirasi lokal atau drainasa/lavase pembedahan
uji terhadap HIV, sifilis, dan klamidiaÊ Bila artritis gonokokus
Prognosis : bila sepsis poliartikular non-gonkokkus, mortalitas = 30%
Diposkan oleh hidup optimis di 05:44
ARTRITIS INFEKSIOSA
ARTRITIS INFEKSIOSA
NONGONOKOKUS
Epidemiologi
Pejamu abnormal atau mengalami imunosupresi (seperti pada diabetes, HIV, usia lanjut)
Bakteremia sekunder karena IVDA, endokarditis, atau infeksi kulit; juga dapat terjadi karena
inokulasi langsung atau penyebaran dari sebuah fokus yang berdampingan (seperti pada selulitis,
bursitis septik, osteomielitis)
Sendi yang rusak akibat RA, OA, gout, atau trauma
Mikrobiologi
Kokus gram positif : S. aureus (paling sering), S. epidermidis (pasca-tindakan, sendi-sendi
prostetik), streptokokus
Batang gram negatif : E. Coli, Pseudomonas dan Serratia (terutama pada IVDA)
Manifestasi klinis
Onset akut artritis monoartikular (>80%) dengan rasa nyeri, pembengkakan, dan hangat pada
sendi
Lokasi : lutut (paling sering), panggul, pergelangan tangan, bahu, pergelangan kaki, pada
IVDA, cenderung untuk melibatkan daerah lain seperti sendi sakroiliaka, simfisis pubis,
sternoklavikular dan sendi manubrium sterni
Pada lutut, bursitis pra-patela septik harus dibedakan dengan efusi lutut intra-artikular septik
jangkauan gerak nyeri ekstrem bila fleksi dan ÊInfeksi intra-artikular
pembengkakan berbentuk kubah diatas patela, tanpa efusi intra-artikularÊBursitis pra-patela
Gejala konstitusional : demam, menggigil, berkeringat, malaise, mialgia, nyeri
Infeksi dapat dilacak dari tempat awal untuk membentuk fistula, abses, osteomielitis.
Pemeriksaan diagnostik
Leukositosis dengan pergeseran ke kiri
Artrosentesis sebaiknya dilakukan secepatnya bila dicurigai
Hati-hati untuk tudak melakukan punksi melalui daerah yang terinfeksi karena dapat
memasukkan infeksi ke dalam rongga sendi
Cairan sinovial: hitung sel Leukosit biasanya >50.000, > tidak menyingkirkan artritis
septik)È90% PMN (catatan : kristal
È50% infeksi batang gram negatif kultur 75% infeksi stafilokokus, pada ÈPewarnaan gram
>90% kasus
padaÈ Kultur darah : >50% kasus
2 Radiografi konvensional seperti biasanya jarang membantu sampai minggu setelah infeksi,
pada saat itu dapat melihat erosi tulang, penyempitan rongga sendi, osteomielitis, periositisis
CT dan MRI berguna terutama terhadap infeksi panggul yang dicurigai atau abses epidural
Diposkan oleh hidup optimis di 05:43
ARTRITIS PSORIATIK
ARTRITIS PSORIATIK
Epidemiologi
15% pasien psoriasis berkembang menjadi artritis dan bukan hanya pada mereka yang
menderita penyakit kulit yang berat
Artritis mungkin mendahului onset penyakit kulit
40% pasien artritis psoriatik mengalami suatu spondiloartropati yang berkaitan
Perbandingan laki-laki dan perempuan yang terkena sama dan sebagian besar pasien berusia
30-an dan 40-an.
Manifestasi klinis
Beberapa pola klinis artritis :
Oligo- atau poliartritis asimetris ( > 70% ): terutama sendi-sendi kecil ( jari sosis )
Kuku jari : pitting, depresi terbalik, onikolisis, hiperkeratosis subungual
Poliartritis simetris ( 15% ): lebih menyerupai artritis reumatoid seronegatif, mengenai sendi-
sendi besar
Artritis mutilans ( 5% ): berat, artritis resorptif destruktif
artritis perifer Keterlibatan spinal dan sakroilitis ( 5% ): serupa dengan spondilitis ankilosa
Peradangan mata ( 30% ): konjungtivitis, iritis, episkleritis, dan keratokonjungtivitis sicca
Lesi kulit psoriatik
Radiografi
Deformitas pencil-in-cup´ terlihat pada sendi DIP
Keterlibatan spinal, sakroilitis
Terapi
NSAID, terapi fisik, suntikan steroid intra artikuler
Preparat emas IM, hidroksiklorokuin, metotreksat
Supresi penyakit kulit dengan cahaya matahari, PUVA, petroleum topikal, atau steroid
mungkin mengakibatkan revolusi peradangan sendi.
Diposkan oleh hidup optimis di 05:42
SINDROM REITER
SINDROM REITER
Epidemiologi
Penyebaran di seluruh dunia, namun jarang pada Afrika-Amerika; perbandingan laki-laki :
perempuan = 5 : 1
Patogenesis
Respons pada pejamu yang rentan secara genetik terhadap infeksi genitourinarius atau
gastrointestinal
Dianggap sekunder terhadap infeski Chlamydia dan Ureaplasma urealyticum demikian pula
dengan Shigella, Salmonella, Yersinia, Campylobacter, Klebsiella, C. difficile, Trophyrema
whippelii, HIV
Penampilan klinis
Semula digambarkan sebagai trias artritis, uretritis, non-gonokokus, dan konjungtivitis
gejalaÊ Artritis : 10-30 hari pasca infeksi yang mengancam konstitusional ringan, nyeri
punggung bawah, asimetris, artritis mono- atau oligiartikular yang terutama mengenai sendi
besar ( lutut, pergelangan kaki, kaki, pergelangan tangan), entesopati, dan sakrolitis. Dapat
berkembang menjadi jari sosis´ pada ekstremitas
Uretritis : biasanya infeksi klamida yang mendahului artritis, namun dapat juga terlihat uretritis
streril pada pasca-disentri sindrom reiter
uveitis, iritis dan keratitis Konjungtivitis non-infeksiosa : unilateral atau bilateral dan
Manifestasi kutaneus
Balantitis sirsinata : ulkus tanpa nyeri yang dangkal pada glans penis dan meatus uretra
Keratoderma blenoragika : lesi kulit hiperkeratosis pada telapak kaki, skrotum, telapak tangan,
batang tubuh, kulit kepala, stomatitis dan ulkus oral superfisialis
Traktus gastrointestinal : diare dan nyeri abdomen baik dengan atau tanpa agen infeksius
Kardiovaskular : Al dari peradangan dan jaringan parut pada aorta dan katup aorta; defek
konduksi
Pencitraan
Sakroilitis akhirnya mengenai 70% pasien
Pembengkakan jaringan lunak sekitar sendi yang terkena
Penyempitan rongga sendi pada sendi-sendi kecil
Pemeriksaan diagnostik
È Bukti adanya infeksi bakteri : Klamidia dengan ELISA atau serat DNA atau kultur feses
Terapi dan prognosis
NSAID, steroid topikal dan suntikan untuk keratoderma blenoragika
Antibiotik bila terbukti infeksi
Artritis mungkin menetap selama beberapa bulan hingga tahunan dan frekuensi sering terjadi
Diposkan oleh hidup optimis di 05:41
SPONDILOARTROPATI SERONEGATIF
SPONDILOARTROPATI SERONEGATIF
UMUM
Definisi
Artritid peradangan multisistem yang mengenai tulang belakang, sendi perifer dan struktur
periartikular
Meliputi : spondilitis ankilosa, artritis reaktif, sindrom reiter, artritis psoriatik, artritis yang
berhubungan dengan penyaikit peradangan usus, dan spondiloartropati yang tak berdiferensiasi
ESR dan anemia karena penyakit kronis Terutama tidak adanya faktor reumatoid atau
autoantibodi;
pada 50-90% vs. 6-8% populasi umum)È prevalensi HLA-B27 (
Cairan sinovial sendi yang terkena menunjukkan suatu gambaran peradangan non-septik
SPONDILITIS ANKILOSA
Epidemilogi
Onset pada usia belasan atau pertengahan 20-an; onset setelah usia 40 tahun sangat jarang;
perbandingan laki-laki : perempuan = 3 : 1; HLA-B27 pada 90%È
Manifestasi klinis
Onset kronis bertahap, serangan nyeri pada punggung bawah dan kekeakuan yang intermiten
Kekakuan pada pagi hari yang membaik dengan mandi air panas dan olahraga
Gejala konstitusional ringan pada stadium dini
Progresivitas sefalik lambat akibat pergerakan punggung dan ekspansi dada yang terbatas
(ÈUji Wright-Schober < pada jarak antara satu titik 5 cm 4 cm dibawah dan suatu titik 10 cm
di atas pertemuan lumbosakral apabila berpindah dari posisi berdiri hingga fleksi maksimal ke
depan )
Entesitis ( peradangan pada tempat insersio ligamentumke tulang ) menyebabkan rasa sakit
pada pertemuan kostokondral, prosesus spinosus, skapula, krista iliaka, tumit
Artritis akut sementara pada sendi perifer (panggul, bahu, lutut), kadang-kadang menetap
Uveitis anterior akut ( 25-30% terjadi beberapa waktu selama proses penyakit): ditandai dengan
pandangan kabur unilateral, lakrimasi, dan fotofobia. Menghilang dalam 4-8 minggu
Penyakit kardiovaskular (3-5%): aortitis asendes, insufisiensi aorta, abnormalitas sistem
hantaran
Gejala neurologik : karena fraktur atau dislokasi spinal
Radiografi
Penyakit sendi sakroiliaka dengan erosi dan sklerosis
Klasifikasi ligamentum spinal dengan jembatan sindesmofit (bridging syndesmophytes)
Bamboo spine = berbentuk persegi dan terjadi demineralisasi umum corpus vertebra
Terapi
Terspi fisik, NSAID, sulfasalasin untuk artritis perifer
Diposkan oleh hidup optimis di 05:40
DEPOSIT KALSIUM PIROFOSFAT DIHIDRAT
PENYAKIT DEPOSIT KALSIUM PIROFOSFAT DIHIDRAT
Definisi
Deposit kristal CPPD (Calcium Pyrophosphate Dihydrate) dalam tendon, ligamentum, kapsul
sendi, sinovium dan kartilago
Kondrokalsinosis : tampilan radiologi kalsifikasi kartilago akibat deposit CPPD
Patogenesis
kadar cairan sinovial dan sendi pirofosfat inorganik, yang dihasilkan oleh kondrosit artikular
dari hidrolisis ATP sebagai respons terhadap peradanganÊberbagai defek atau cacat yang
diturunkan
Epidemiologi
Lebih sering pada usia lanjut; 4% populasi orang dewasa pada usia 72 mengalami deposit kristal
CPPD
Etiologi
Metabolik : hiperparatiroidisme, hipotiroidisme, hiperkalsemia hipokalsiurik familial, gout,
DM
Penyakit deposit : hemokromatosis, amiloidosis
Trauma
Herediter : autosomal dominan, mewariskan defek produksi pirofosfat
Sporadik/idiopatik
Manifestasi klinis
pseudogout´ : akut, biasanya simetris, artritis mono- atau oligoartikular
Lokasi : lutut, pergelangan tangan, sendi MCP; dipicu oleh pembedahan atau penyakit berat
RF PseudoRA´ : artritis poliartikular kronis dengan kekakuan sendi pada pagi hari;
degenerasi sendiÊ PseudoOA´ : destruksi kartilago artikular dan perkembangan tulang yang
berlebihan
Pemeriksaan diagnostik
Artrosentesis
bentuk jajaran genjang, kristal birefringent padaÊMikroskop polarisasi sisi positif lemah
(weakly positively birefringent crystals) (tegak lurus terhadap sumbu yang ditandai pada
polarisasinya)
Hitung leukosit 20.000-100.000/mm3, 50% PMN
Infeksi dapat ditemukan bersamaan dengan serangan akut, jadi selalu periksa kultur dan
pewarnaan gram.
Radiografi
menunjukkan pembengkakan jaringan lunak; bermanfaat untuk menyingkirkan kondrokalsinosis
atau perubahan septikÊAwal
erosi tulang dengan tepi yang sklerotik, kalsifikasiÊLambat
Penatalaksanaan kronis
produksi asam urat dengan menghindari makanan Gout interkritikal : yang tinggi purin
(seperti : daging, buncis, kacang-kacangan, bayam, alkohol; hindari dehidrasi; hindari obat
hiperurisemik (seperti : bir); diuretik, ASA)
Profilaksis : kolkisin atau NSAID apabila serangan sering terjadi
Menurunkan kadar serum asam urat dengan alopurinol (penghambat oksidase xantin) namun,
jangan memulai terapi hingga 2-4 minggu setelah serangan akut karena perubahan konsentrasi
serum asam urat dapat memicu terjadinya serangan.
Komplikasi
Nefrolitiasis urat : insiden terbentuknya kembali batu rendah. Insiden meningkat dengan
peningkatan eksresi asam urat, PH urine menurun, riwayat keluarga atau diri sendiri pernah
memiliki batu asam urat. Profilaksis dengan dilusi pada saluran kemih dan alkalinisasi serta
alopurinol.
Gagal ginjal akut : dapat terjadi setelah pelepasan massif asam urat yang berlangsung pada
pasien yang telah menjalani pengobatan karena kelainan mielo- atau limfoproliferatif (seperti :
sindrom lisis tumor). Profilaksis dengan dilusi pada saluran kemih dan alkalinisasi serta
allopurinol.
Diposkan oleh hidup optimis di 05:37
REUMATOID ARTRITIS (RA)
REUMATOID ARTRITIS (RA)
Definisi dan Epidemiologi
Poliartritis destruktif yang memburuk secara kronis
MHC DR1 dan DR4 kelas II Etiologi yang mendasari tidak diketahui. Faktor genetik berperan
penting.
Prevalensi = 1% orang dewasa; predominan pada perempuan.
90%; Arthritis Rheum 31 : 315, 1988)Kriteria (perlu 4 dari 7 kriteria; sensitivitas dan
sfesifisitas
1 jam selama 6 minggu Kekakuan sendi pada pagi hari
3 sendi secara bersamaan selama 6 minggu Artritis
Artritis sendi tangan selama 6 minggu
Terkenanya sendi yang simetris selama 6 minggu
Nodul Reumatoid (nodul subkutan diatas permukaan ekstensor)
È Faktor Reumatoid (RF, rheumatoid factor)
Perubahan radiografik yang menetap disertai RA (seperti; erosi dan dekalsifikasi periartikular)
Manifestasi klinis
Sinovitis sendi yang kronis, simetris, steril, erosif (khususnya PIP, MCP, pergelangan tangan,
lutut, pergelangan kaki, MTP, dan spina servikalis)
Imobilisasi sendi, spasme dan pemendekan otot, destruksi tulang dan kartilago, serta deformitas
sendi
Deviasi ulna
Deformitas leher angsa (swan neck deformity) (fleksi MCP, hiperekstensi PIP, fleksi DIP)
Deformitas Boutonniere (fleksi PIP, hiperekstensi DIP)
Deformitas cock-up dan subluksasi bagian atas metatarsal
Instabilitas C1-C2; dapat menyebabkan mielopati sehingga harus dibuat foto servikal sebelum
melakukan intubasi elektif.
); nodul subkutaneusÈ Nodul reumatoid (biasanya pada pasien dengan RF sepanjang selubung
tendon dan didalam bursa, dan bisa juga terdapat di paru, pleura, perikardium, dan sklera
Malaise, demam, penurunan berat badan
Paru : penyakit paru intersisialis (intersitial lung disease), efusi pleura (secara karakteristik
terjadi penurunan hebat glukosa)
Jantung : perikarditis, efusi perikardium, aortitis
Carpal tunnel syndrome
Fenomena Raynaud, infark lipatan kuku kecil, purpura yang dapat dipalpasi, vaskulitis
leukositoklastik
Amiloidisis sekunder (AA) dengan RA aktif yang berjalan lama
Sindrom Felty: RA aktif, splenomegali, dan neutropenia
Terapi (N Engl J Med 330:1368, 1994; Ann Intern Med 124:699, 1996; Med Clin North Am
1:57, 1997)
NSAID/glukokortikoid + terapi fisik
Obat anti-reumatik kerja lambat (slow-acting anti-rheumatic drugs, SAARD) = obat anti-
reumatik yang mampu memodifikasi penyakit (disease-modifying anti rheumatic drugs,
DMARD)
Pertimbangkan penggunaan awal SAARD (Ann Intern Med 124:699, 1996) dan pertimbangkan
kombinasi SAARD pada pasien yang gagal 1 SAARD (N Engl J Med 334:1287, 1996)
Obat lini pertama : hidroksiklorokuin (plakuenil), sulfasalazin, metotreksat
Obat lini kedua : penghambat TNF (N Engl J Med 337:141, 1997 dan 340:253, 1999), preparat
emas IM, azatioprin, siklosporin
Ingat bahwa sendi reumatoid dapat mengalami superinfeksi
Diposkan oleh hidup optimis di 05:35
PENGOBATAN TBC MUTAKHIR
PENGOBATAN TUBERKOLOSIS MUTAHIR
Dari hasil percobaan pada binatang dan pengobatan pada manusia ternyata :
Hampir seua obat anti tuberkolosis mempunyai sifat bakteritis kecuali etabutol dan tiasetazon
yang hanya bersifak bakteriosetatik dan masih berperan untuk terjadinya resistensi kuman
terhadap obat,
Rifampisin dan pirazinamid mempunyai sifat aktivitas seterilisasi yang baik sedangkan INH
dan streptomisin urutan yang lebih bawah.
Dalam aktifitas bakterisid :
Rifampisin dan INH disebut bakterisid yang lengkap oleh karena obat ini dapat masuk
keseluruh populasi kuman.Kedua obat ini masing-masing mendapat nilai Saturday Pirazinamid
dan Streptomisin masing-masing hanya mendapat nilai setengah,karena hanya bekarja dalam
lingkungan asam sedangkan streptomisin dalam lingkungan basa.
Etabutol dan tiasetazon tidak mendapat niali.
Panduan Obat
Dengan menggunakan panduan obat ini kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena:
- jarang ditemukan resistensi terhadap dua macam obat atau lebih.
- Pola resistensi yang banyak ditemukan ialah terhadap INH.
Tetapi belakangan ini di beberapa Negara banyak terdapat resistensi terthadap lebih dari satu
obat (multi drug resistance ) terutama terthadap INH dan rifampisin .
I. Obat Primer
1. Isoniazid
2. Rifampisin
3. Pirazinamid
4. Streptomisin
5. Etabutol
II. Obat Sekunder
1. Kanamisin
2. PAS (Para Amino Salicylic acid)
3. Tiasetazon
4. Etionamid
5. Protionamid
6. Sikloserin
7. Viomisiun
8. Kapreomisin
9. Amikasin
10. Ofloksasin
11. Siprofloksasin
12. Klofazimin
DOSIAS OBAT
Nama Obat Dosis Harian Dosis berkala
BB 50Kg 3x seminggu
Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg
Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg
Pirazinamid 1.500 mg 2.000 mg 2-3 g
Sterptomisin 750 mg 1.000 mg 1.000 mg
Etambutol 750 mg 1.000 mg 1-1,5 mg
Etionamid 500 mg 750 mg -
PAS 9 g 10 g -
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologist
Pemriksaan laboratorium
Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan khusus
TERAPI
Antibiotik
Terapi Suportif Umum
1. Terapi O2
2. Humidifikasi dengan nubulizer untuk mengencerkan dahak
3. Fisioterapi dad untuk mengeluarkan dahak
4. Pengaturan cairan
5. Pemberian kortikosteroid
6. Obat inotropik seperti dobutamin
7. Ventilasi mekanis
8. Dranase
9. Berikan nuitrisi
KOMPLIKASI
Efusi pleura
Komlikasi sistematik
Hipoksemia
Pneuomonia kronik
Bronkiektasis
Diposkan oleh hidup optimis di 05:30
TUBERKULOSIS (TBC)
TUBERKULOSIS PARU
Patologi
1.Tuberkulosis primer
Penularan tuberkulosis karena kuman dibatuKkan atrau dibersinkan kEluar menjadi droplet
nuclei dalam udara,biasanya menular melalui jalan napas.
2.Tuberkolosis post-primer
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun dan menyebabkan
tuberkolosis dewasa ( tuberkulosis post-primer ),dalam waktu 3-10 minggu menjasdi tuberkel.
Klasifikasi tuberkulosis
1. ± Tuberlulosis primer
± Tuberkulosis post ±primer
2. Tuberkolosis paru aktif,non aktif
3. * Tuberkulosis Minimal
* Moderately advanced tuberculosis
* Far advanced tuberculosis
Gejala-gejala Klinis
1. Demam
2. Batuk
3. Ssak napas
4. Nyeri dada
5. Malaise
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisis
2. Pemeriksaan radiology
3. Periksaan laboratorium
Darah
Sputum
Tes tuberculin
Nama Obat
Dosis Harian
BB50 Kg
Dosis berkala
2-3x seminggu
Isoniazid 400 mg 400 mg 600-900 mg
Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg
Pirazinaid 1.500 mg 2.000 mg 2.000 mg
Streptomisin 750 mg 1.000 mg 1.000 mg
Etambutol 1.000 mg 1.000 mg 2 2,5 mg
Etionamid 500 mg 750 mg ««««.
P.A.S. 9 mg 10 mg ««««.
Evaluasi pengobatan
a. Klinis biasanya penderita dikontrol setiap 2 minggu, selanjutjya setiap 2 minggu selama
sebulan dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan . secara klinis hendaknya adanya
pembaikan dari keluhan-keluhan penderita seperti; batuk-batuk berkurang, batuk darah hilang,
nafsu makan bertambah,bb meningkat dll.
b. Bakteriologis Bisasanya setelah 2-3 minggu pengobatan ,sputum BTA mulai jadi negative.
c. Radiologis Evaluasi radiologist juga diperlukan untuk meihat kemajuan terapi.jika keluhan
penderita tetap tidak berkurang ( misalnya tetap batuk-batuk ) dengan pemeriksaan radiologist
dapat dilihat keadaan tubrrkolosis parunya atau adakah penyakit lain yang menyertainya .
Diposkan oleh hidup optimis di 05:23
KANKER PARU (CA PARU)
KARSINOMA PARU
Umumnya apabila kita berbicara menge3nai tumor paru yang kekerapanya amat tinggi dan
banyak membawa kematian, yang dimaksud ialah tumor primer ganas dari bronkus yang disebut
juga karsinoma bronkogenik
WHO (1981) membuat klasifikasi histologis khusus untuk karsinoma paru ini yang umumnya
dipakai sentra paru diseluruh dunia sbb:
1. Karsinoma Epidermoid
2. Karsinoma sel Kecil
1. Fusiform
2. Poligonal
3. lymphocyte-like
4. lain-lain
3. Adeno karsinoma
4. Karsimoma sel besar
5. Kombinasi epidomoid dan adenokarsinoma
6. Tumor karsinoid
7. Tumor kelenjar bronchial
8. Tumor papiler dan epitel permukaan
9. Tumor-tumor campuran dan karsinosar koma
10. Sarkoma
11, Unclassified
12. Melanoma
Etiologi
Kangkerr paru merupakan salah satu kangker ganas yang mungkin dapat dijelaskan
hubungannya dengan zat karsinogen, antara lain:
1. Asap rokok 5. Debu radio aktif / nuklir
2. Asap tambang 6. Zat kimia
3. Asap pabrik
4. Asap mobil
Gejal dan tanda
Gejalanya bervariasi tergantung pada letaknya . Tumor didaerah sentral umumnya batuk,karena
adanya iritasi didaerah bronchial,sesak napas,nyeri dada, bising mengi,batuk dada, dan
demam.tumur yang terletak didaerah primer dananya sumbatan didaerah paru ,yang
menyebabkan batuk dan nyeri dadakarena gesekan pleura parietal dengan dinding dada
Pengobatan
1.Pembedahan
2.Radioterapi
Diposkan oleh hidup optimis di 05:19
KISTA TIROID
KISTA TIROID
PENGERTIAN
Kista tiroid adalah nodul kistik pada jaringan tiroid ,merupakan 10 ± 25 % dari seluruh nodul
tiroid,insidens keganasan pada nodul kistik kurang dibandingkan nodul solid,pada nodul kistik
komplek masih mungkin merupakan suatu keganasan ,sebagian nodulkistik mempunyai bagian
yang sulid.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Sejak kapan benjolan timbul
Rasa nyeri spontan atau tidak spontan ,berpindah atau tetap
Cara membesarnya:cepat atau lambat
Pada awalnya berupa satu benjolan yang membesar ,menjadi beberapa benjolan atau hanya
pembesaran leher saja.
Riwayat keluarga
Riwayat penyinaran daerah leherb pada waktu kecil/muda
Perubahan suara
Gangguan menelan
Sesak napas
Penurunan berat badan
Keluhan tirotoksikosis
Pemeriksaan fisik :
Umum
Local
o Nodus tungggal atau majemuk ,atau difus
o Nyeri tekan
o Konsistensi :kistik ;
o Permukaan
o Perlekatan pada jaringan sekitarnya
o Pendesakan atau pendorongan trakea
o Pembesaran kelenjar getah bening regional
o Pemberton¶s sign
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meningkat kecurigaan kearah keganasan tiroid :
Umur 70 tahun
Gender laki ± laki
Nodul disertai disfagia,serak,atau obstruksi jalan napas
Pertumbuhan nodul cepat ( beberpa minggu ± bulan )
Riwayat radiasi daeah leher waktu usia anak ± anak atau dewasa (jga meningkatkan insiden
penyakit nodul tiroid jinak )
Riwayat keluarga kanker tiroid medular
Nodul yang tunggal ,berbatas tegas,keras,irregular,dan sulit digerakan paralysis pita suara
Temuan limpadenopati servikal
Metastasis jauh ( paru ± paru , dLL )
DIAGNOSIS BANDING
Kista tiroid ,kista degenerasi,karsinoma tiroid.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG tiroid ;
o Dapat membedakan bagian padat dan cair
o Dapat untuk memandu BAJAH; menemukan bagian solid,
o Gambaran USG kista =kurang lebih bulat,seluruhnya hipoekoik sonolusen,dinding tipis,
Sitologi cairan kista dengan prosedur sitospin ,
Biopsy aspirasi jarum halus (BAJAH ) ; pada bagian yang solid
TERAPI
Pungsi aspirasi seluruh cairan kista ;
Bila kista regresi ² observasi
Bila kista rekurens , klinis kecurigaan ganas rendah , ²- fungsi aspirasi dan observasi
Bila kista rekurens ,klinis kecurigaan ganas tinggi ²- operasi lobektomi
KOMPLIKASI
Tidak ada.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam , tergantung tipe dan jenis histopatologinya
Diposkan oleh hidup optimis di 05:18
STRUMA NODOSA NON TOKSIK. (PEMBESARAN KEL, TIROID)
STRUMA NODOSA NON TOKSIK
PENGERTIAN
Struma nodosa non toksik merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang teraba sebagai suatu
nodul ,tanpa disertai tanda ± tanda hipertiroidisme,berdasarkan jumlah nodul ,dibagi :
Struma mononodosa non toksik
Struma multinodosa nontoksik
Sedangkan berdasarkan konsistensinya ,nodul dibedakan menjadi ;nodul lunak ,nodul kistik,
nodul keras,nodul sangat keras,
DIAGNOSIS
Anamnesis :
Sejak kapan benjolan timbul
Rasa nyeri spontan atau tidak spontan ,berpindah atau tetap
Cara membesarkanya : cepat atau lambat
Pada awalnya berupa satu benjolan yang membesar menjadi beberapa benjolan atau hanya
pembesaran leher saja
Riwayat keluarga
Riwayat penyinaran daerah pada waktu kecil/muda
Perubahan suara
Gangguan menelan ,sesak nafas
Penurunan berat badan
Keluhan tirotoksikosis
Pemeriksaan fisik ;
Umum
Local ;
o Nodul tunggal atau majemuk,atau difus
o Nyeri tekan
o Konsistensi
o Permukaan
o Perlekatan pada jaringan sekitarnya
o Pendesakan atau pendorongan trakea
o Pembesaran kelenjar getah bening regional
o Pemberton¶s sign
namnesis dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan kecurigaan kearah keganasan tiroid :
Umur 70 tahun
Gender laki- laki
Nodul disertai disfagi ,serak atau obstruksi jlan napas
Pertumbuhan nodul cepat ( beberapa minggu ± bulan )
Riwayat radiasi daerah leher waktu usia anak ± anak atau dewasa ( juga meningkatkan insiden
penyakit nodul tiroid jinak )
Riwayat keluarga kanker tiroid meduler
Nodul yang tunggal ,berbatas tegas ,keras,irregular dan sulit digerakan
Paralysis pita suara
Temuan limpadenofati servikal
Metastasis jauh ( paru-paru ),DLL
DIAGNOSIS BANDING
Struma nodosa yang terjadi pada peningkatan kebutuhan terhadap tiroksin saat masa
pertumbuhan ,pubertas laktasi,menstruasi,kehamilan menopause,infeksi,stes lain .
Tiroiditis akut
Tiroiditis subakut
Tiroiditis kronis,limpositik (hashimoto),fibrous-invasif ( riedel )
Simple goiter
Struma endemic
Kista tiroid,kista degenerasi
Adenoma
Karsinoma tiroid primer,metastatik
Limfoma
PEMEIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : T4 atau T3, dan TSHs
Biosi aspirasi jarum halus ( BAJAH ) nodul tiroid
o Bila hasil laboratorium; non ±toksik
o Bila hasil lab,(awal ) toksik,tetapi hasil scan : cold nodule ± syrat sudah menjadi eutiroid,
USG tiroid
o Pemantau kasus nodul yang tidak diopersi
o Pemendu pada BAJAH
Sidik tiroid :
o Bila klinis ganas,tetapi hasil sitologi dengan BAJAH ( 2 X );jinakm ,
o Hasil sitologi dengan BAJAH : curiga ganas
Petanda keganasan tiroid ( bila ada riwayat keluarga dengan karsinoma tiroid
medular,diperiksakan kalsitonik)
Pemeriksaaan antitiroglobulin bila TSHs meningkat,curiga penyakit hashimoto
TERAPI
Sesuai hasil BAJAH ,maka terapi :
A, Ganas ;²²- operasi tirodektomi near total ;
B, curiga ;²²± operasi dengan lebih dulu melakukan potong beku (VC)
Bila hasil = ganas ²- operasi tiroidektomi near total
Bila hasil = jinak ²± operasi lobektomi,atau tiroidektomi near
Total.
² alternatif ; sidik tiroid,bila hasil = cold nodule ² operasi
C, tak cukup / sediaan tak representatif
Jika nodul solid ( saat BAJAH ); ulang BAJAH.V
Bila klinis curiga ganas tinggi ²± operasi lobektomiV
Bila klinis curiga ganas rendah ²± observasiV
Jika nodul kistik (saat BAJAH ) ;aspirasiV
Bila kista regresi ²- observasiV
Bila kista rekurens,klinis curiga ganas rendah ²- observasiV
Bila kista rekurens, klinis curiga ganas tinggi ²± operasi lobektomiV
D,jinak
* terapi dengan levo-tiroksin ( LT 4) dosis subtoksis .
Dosis dititrasi mulai 2 x 25 ug ( 3 hari )
Dilanjutkan 3 x 25 ug ( 3 ± 4 hari )
Bila tidak ada efek samping atau tanda toksis ; dosis ± menjadi 2 x 100 ug sampai 4 ² 6
minggu , kemudian evaluasi TSH ( target 0,1 ± 0,3 ulU /L)
Supresi TSH dipertahankan selama 6 bulan
Evaluasi dengan USG : apakah nodul berhasil mengecil atau tidak ( berhasil bila mengecil > 50
% dari volume awal )
o Bila nodul mengecil atau tetap ² L ± tiroksin dihentikan dan diobservasi;
o Bila setelah itu struma membesar lagi ,maka L-tiroksin dimulsi lagi ( target TSH 0,1 ± 0,3 ul
U/L )
o Bila setelah 1- tiroksin dihentikan ,struma tidak berubah ,diobservasi saja.
o Bila nodul membesar dalam 6 bulan atau saat terapi supresi ² obat dihentikan dan operasi
tiroidektomi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi ² hasi PA :
Jinak teapi dengan L_tiroksin ; target TSH 0,5 ± 3,0 uI U/LV
Ganas terapi L-tiroksinV
Individu dengan risiko ganas tinggi :target TSH < 0,01 ± 0,05 uI U/L
Individu dengan risiko ganas rendah : target TSH 0,05 ± 0,1 uI U / L
KOMPLIKASI
Umumnya tidak ada ,kecuali ada infeksi seperti pada tiroiditis akut /subakut
PROGNOSIS
Tergantung jenis nodul ,tipe histologis.
Diposkan oleh hidup optimis di 05:14
DISLIPIDEMIA/ KELAINAN KOLESTEROL
DISLIPIDEMIA
PENGERTIAN
Dislipidemia merupakan kelaianan metabolisme lipid yang ditandai oleh kelainan ( peningkatan
atau penurunan ) Fraksi lipid dalam plasma ,kelaianan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total,kenaikan kadar trigliserid serta penurunan kadar kolsterol HDL.dalam
proses terjadinya aterosklerosis ketiganya mempunyai peran penting dan berkaitan ,sehingga
dikenal sebagai triad lipid ,secara klinis dislipidemia diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
hiperkolesteromia ,hipertrigliseridemia ,dan campuran hiperkolesteromia dan
hipertrigliseridemia.
DIAGNOSIS
Klasifikasi kadar kolesterol : klasifikasi
Kolesterol LDL 190 mg/dL sangat tinggi
Kolesterol total 240 mg/dl tinggi
Kolesterol HDL 60 mg/dL tinggi
Untuk mengevaluasi resiko penyakit jantung koroner (PJK) ,perlu diperhatikan faktor-faktor
risiko lainnya :
1, faktor resiko fositif
- merokok
- umur (pria 45 thn, wanita 55 thn )
- kolesterol HDL rendah
- hipertensi (TD 140 /90 atau dalam terapi antihipertensi )
- riwayat penyakit jantung koroner dini dalam keluarga ( fist degree :pria , 55 t
Tahun ,wanita 20 % dalam 10 tahun ,terdiri dari ;
bentuk klinis lain dari aterosklerosis ;penyakit arteri perifer ,aneurisma aorta abdominalis
,penyakit arteri karotis yang simptomatis¶
diabetes
Faktor risisko multiple yang mempunyai resiko PJK dalam 10 tahun > 20%
Peningkatan kadar trigliserida juga merupakan faktor resiko indefenden untuk terjadinya
PJK,faktor yang mempengaruhi tingginya trigliserida;
Obesitas ,berat badan lebih
Inaktivitas fisik
Merokok
Asupan alcohol berlebihan
Diet tinggi karbohidrat ( >60 % asupan energi)
Penyakit DM tipe 2 , gagal ginjal kronik ,sindrom nefrotik
Obat,kortikosteroid,estrogen ,retinoid ,penghambatan adrenergic-beta dosis tinggi
Kelainan genetic( riwayat keluarga )
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Skirining dianjurkan pada semuah pasien berusia 20 tahun ,setiap 5 tahun sekali ;kadar kolesterol
total,LDL,HDL,trigliserida ,glukosa darah ,tes fungsi hati ,urin lengkap,tes fungsi ginjal ,TSH <
EKG.
TERAPI
Untuk hiperkolesteromia;
Penatalaksanaan non-farmakologis (perubahan gaya hidup
Diet, dengan komposis :
o Lemak jenuh <7 % kalori total
o PUFA hingga 10 % kalori total
o MUFA hingga 10 % kalori total
o Lemak toal 25 ± 35 % kalori total
o Karbohidrat 50 ± 60 % kalori total
o Protein hingga 15 % kalori total
o Serat 20 ± 30 g / hari
o Kolesterol <200 mg / hari
Latihan jasmani
Penurunan berat badan bagi yang gemuk
Menhintikan kebiasaan merokok ,minuman alcohol
Pemantauan profil lipid dilakukan setiap 6 minggu ,bila target sudah tercapai ( lihat tabel target
di bawah ini),pemantauan setiap 4 ± 6 bulan
Bila setelah 6 minggu PGH, target belum tercapai;intensifkan penurunan lemak jenuh dan
kolesterol ,tambahkan stanol/steroid nabati,tingkatkan konsumsi serat,dan kerjasam dengan
dietisian.
Bila setelah 6 minggu berikutnya terapi non-farmakologis tidak berhasil menirunkan kadar
kolesterol LDL,maka terpi farmakologis mulai diberikan ,dengan tetap meneruskan pengaturan
makan dan latihan jasmani.
TERAPI FARMAKOLOGIS
Golongan statin ;
o Simvastatin 5²40 mg
o Lovastatin 10²80 mg
o Pravastatin 10²40 mg
o Fluvastatin 20²80 mg
o Atorvastatin 10²80 mg
Golongan bile acid sequestrant :
o Kolestiramin 4²16 g
Golongan nicotinic acid;
o Nicotinic acid ( immediate release ) 2 * 100 mg s,d 1,5 ± 3 g
- Pasien dengan trigliserida tinggi ; target sekunder adalah kadar kolesterol non HDL ,yakni
sebesar 30 mg /dL lebih tinggi dari target kadar kolesterol LDL
- Pendekatan terapi obat ;
Obat penurun kadar kolesterol LDL ,atau
Ditambahkan dengan obat fibrat atau nicotinic acid.golongan fibrat terdiri dari
o Gemfibrozil 2 x600 mg 1 x 900 mg,
o Fenofibrat 1 x 200 mg
KOMPLIKASI
Aterosklerosis,penyakit jantung koroner ,strok ,pankreatitis akut
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Diposkan oleh hidup optimis di 05:13
HIPOGLIKEMIA
HIPOGLIKEMIA
PENGERTIAN
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dL ,atau kadar glukosa darah
,<80 mg/dL,dengan gejala klinis ,hipoglikemia pada DM terjasi karena;
Kelebihan obat / dosis obat ; terutama insulin ,atau obat hipoglikemia oral
Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun ; gagal ginjal kronik pasca persalinan
Asupan makan tidak adekuat ; jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat
Kegiatan jasmani berlebihan
DIAGNOSIS
GEJALA DAN TANDA KLINIS ;
Stadium parasimpatik ; lapar,mual,tekanan darah turun
Stadium gangguan otak ringan ; lemah lesu ,sulit bicara ,kesulitan menghitung sementara
Stadium simpatik; keringat dingin pada muka ,bibir atau tangan gemetar
Stadium gangguan otak berat ;tidak sadar,dengan atau tanpa kejang
ANAMNESIA ;
Penggunan preparat insulin atau obat hipoglemik oral ; dosis terakhir ,waktu pemakaian
terakhir ,perubahan dosis.
Waktu makan terakhir ,jumlah asupan gizi
Riwayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya
Lama menderita DM ,komplikasi DM
Penyakit penyerta :ginjal ,hati, dll.
Penggunaan obat sistematik lainnya ;penghambat adrenergikB ,dll
DIAGNOSIS BANDING
Hipoglikemia karena :
Obat ;
o ( sering ); insulin ,sulfonlurea,alcohol,
o ( kadang) ; kinin ,pentamidine
o (jarang ) ; salisilat ,sulfonamide.
Hiperinsulinisme endogen ; insulinoma ,kelainan sel B jenis lain ,sekretagogue ( sulfonylurea
),autoimun,sekresi insulin ektopik
Penyakit kritis: gagal hati ,gagal ginjal ,sepsis ,starvasi dan inasasi
Defisiensi endokrin; kortisol,growth hormone ,glukagon ,epnefrin
Tumor non-sel B ;sarkoma ,tumor adrenokortikal,hepatoma ,leukemia ,limfoma ,melanoma
Pasca ± prandial; reaktif ( setelah operasi gaster) ,diinduksi alcohol
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar glukosa darah (GD) ,tes fungsi ginjal ,tes fungsi hati ,C- peptide
TERAPI
Stadium permulaan ( sadar )
Berikan gula murni 30 gram ( 2 sendok makan ) atau sirop /permen atau gula murni ( bukan
pemanis pengganti gula atau gula diit /gula diabetes ) dan makanan yang mengandung
karbohidrat
Hentikan obat hipoglikemik sementara
Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL ( bila sebelumnya tidak sadar)
Cari penyebab
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia );
1) Diberikan larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL)bolus intra vena ,
2) Diberikan cairan dekstrosa 10 % per infuse ,6 jam perkolf
3) Periksa GD sewaktu (GDs) ,kalau memungkinkan dengan glukometer ;
GD ²- RI
( mg/dL ) (unit, subkutan )
350 20
KOMPLIKASI
Kerusakan otak ,koma ,kematian
PROGNOSIS
Dubia
Diposkan oleh hidup optimis di 05:11
KETO-ASIDOSIS DIABETIKUM
KETO-ASIDOSIS DIABETIKUM
PENGERTIAN
Ketoasidosis diabetikum adalah dekompensasi metabolik akibat defesiensi insulin absolut atau
relatif dan merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius. Gambaran klinis utama
ketoasidosis diabetikum ( KAD) adalah hiperglikemia, ketosis, dan asidosis metabolik, faktor
pencetus: infeksi, infark miokard akut, pankrealitis akut, penggunaan obat golingan steroid,
penghentian atau pengurangan dosis insulin.
DIAGNOSIS
Klinis ;
Keluhan poliuri,polidipsi
Riwayat berhenti menyuntik insulin
Demam /infeksi
Muntah
Nyeri perut
Kesadaran ;kompos mentis,delirium ,koma
Pernapasan cepat dan dalam (kussnaul)
Dehidrasi (turgor kulit menurun ,lidah dan bibir kering)
Dapat disertai syok hipovolemik
kriteria diagnosis :
DIAGNOSIS BANDING
Ketosis diabetic,hiperglikemi hiperosmolar non ketotik /hyperglycemic,hyperosmolar
state,ensefalopati uremikum,asidosis uremikum ,minum alcohol,ketosis alkoholik ,ketosis
hipoglikemia ,ketosis starvasi ,asidosis laktat,asidosis hiperkloremik,kelebihan asisilat ,drug ±
induced acidosis ,ensepalopati karena infeksi,trauma kapatis,
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan cito ; gula darah ,elektrolit,ureum ,kreatinin ,aseton darah urin rutin,analisis gas
darah ,EKG
Pemantauan :
Gula darah ; tiap jam
Na+,K+,CI- ; tiap 6 jam selama 24 jam ,selanjutnya sesuai keadaan.
Analisis gas darah : bila pH 7,1 selanjutnya setiap hari sampai setabil
Pemeriksaan lain ( sesuai indikasi );kultur darah ,kultur urin ,kultur pus
TERAPI
Akses intravena (iv)2 jalur ,salah satunya dicabang dengan 3 way ;
I.cairan ;
NaCI 0,9% diberikan kr,lbh1-2 pada jam pertama ,lalu 1 L pada jamV kedua ,lalu 0,5 L pada
jam ketiga dan keempat ,dan 0,25 L pada jam kelima dan keenam ,selanjutnya sesuai kebutuhan .
Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5 LV
Jika Na+V>155 mEq/L ± ganti cairan dengan NaCI 0,45 %
Jika GDV <200 mg / dl ± ganti cairan dengan dextrose 5 %
GD ² RI
(Mg/dl) ( unit ,subkutan )
350 20
III. kalium
kalium ( KCI ) drip dimulai bersaman dengan drip RI ,dengan dosis 50 mEq/ 6 jam ,syarat
;tidak ada gagal ginjal ,tidak ditemukan gelombang T yang lancip dan tinggi pada EKG ,dan
jumlah urine cukup adekuat.
Bila kadar K+ pada pemeriksaan elektrolit kedua :
6,0 ²² drip dihentikan
Bila sudah sadar ,diberikan K+ oral selama seminggu
IV.Natrium bikarbonat
Drip 100 mEq bila pH < 7,0, disertai KCI 26 mEq drip
50 mEq bila pH 7,0 ± 7,1 , disertai KCI 13 mEq drip
Juga diberikan pada asidosis laktat dan hiperkalemi yang mengancam
KOMPLIKASI
Syok hipovolemik ,edema paru ,hipertrgliseridemia,infark miokard akut ,hipoglikemia
.hipokalemia ,hiperkloremia ,edema otak,hipokalsemia
PROGNOSIS
Dubia ad malam ,tergantung pada usia ,komorbid,adanya infark miokard akut ,sepsis ,syok.
WEWENANG
RS, pendidikan ;Dokter spesialis penyakit dalam dan ppds penyakit dalam dengan konsultasi
pada konsulen penyakit dalam
RS, non pendidikan ; Dokter spesialis penyakit dalam
Diposkan oleh hidup optimis di 05:10
TIROTOKSIKOSIS
TIROTOKSITOSIS
PENGERTIAN
Tiroktosikosis merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiwi yang ditemukan bila suatu
jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme ytang paling berat mengancam
jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma
multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat
kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, terapi I
,ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid
terlalu kuat.
DIAGNOSIS
Gejala dan tanda tirotoksikosis: hiperaktivitas,palpitasi, berat badan turun, nafsu makan
meningkat, tidak tahan panas, banyak karingat, mudah lelah, sering buang air besar, oligomenore
/aminore dan libido turun, takikardia, fibrilasi atrial, tremor halus repleksi meningkat, kulit
hangat dan basah, rambut rontok dan bruit.
Gambaran klinis penyakit Graves: Struma difus, tirotoksikosis, oftalmopati/ ekso ftalmus,
dermopati lokal, akropaki.
Laboratorim: TSHs rendah, T4 atau fT4 tinggi pada T3 toksikosis: T3 atau fT3 meningkat.
PEMERIKSAAN MENUNJANG
Laboratorium : TSHs, T4 atau fT4, T3, atau fT3, TSH Rab, kadar leukosit (bila timbul infeksi
pada awal pemakaian obat antitiroid)
Sidik tiroid/ thyroid scan : terutama membedakan penyakit plummer dari penyakit Graves
dengan komponen nodosa
EKG
Foto toraks
TERAPI
Tata laksana penyakit Graves:
Obat anti tiroid
Propiltiourasil PTU) dosis awal 300 ± 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari.
Metimazol dosis awal 20 -30 mg/hari
Indikasi:
- mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan struma
ringan ±sedang dan tiroktosikosis
- untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan
yodium radioaktif
- persiapan tiroidektomi
- pasien hamil, usia lanjut
- krisis tiroid
penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementaramenunggu pasien menjadi eutiroid
setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis
pada awal pengobatan, pasien konrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-
6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah
tercapai eutiroid, obat anti tiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan di pertahankan dosis
terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan
dihentikan , dan di nilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat
antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemidian hari dapat tetap
eutiroid atau terjadi kolaps.
Tindakan Bedah
Indikasi:
pasien usia muda dengan struma besar dan tidak respons dengan antitiroid
wanita hamil trimester kedua yang memerlikan obat dosis tinggi
alergi terhadap obat antitiroid, dan tidak dapat menerima yodium radio aktif
adenoma toksik, struma multinodosa toksik
graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Radioablasi
Indikasi :
35 tahun pasien usia
hipertiroidisme yang kambuh setelah dioprasi
gagal mencapai remisi setalah pemberian antitiroid
tidak mamopu at5au tidak mau terapi obat antitiroid
adenoma toksik, struma multinodosa toksik
Tata laksana krisis tiroid: ( terapi segela mulai bila di curigai krisis tiroid)
1. perawatan suportif:
kompres dingin, antipiretik (asetaminofen )
memperbaiki gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit: infus dextros 5% dan NaCl 0,9%
mengataasi gagal jantung: O2,diuretik,digitalis
2. Antagonis aktivitas hormon tiroid:
Blokade produksi hormon tiroid: PTU dosis 300 mg tiap 4-6 jam PO
Alternatif : metimazol 20-30 mg tiap 4 jam PO.
Pada keadaan sangat berat : dapat diberikan melalui pipa nasogastrik (NGT)
PTU 600 ± 1.000 mg atau metinazole 60-100 mg
Blokade ekskresi hormon tiroid: soluti lugol ( saturated solustion of potasium iodida ) 8 tetes
tiap 6 jam
Penyekat ß : propanoolol 60 mg tiap 6 jam PO, dosis disesuaikan respons ( target: frekuensi
jantung 45 tahun
Berat badan lebih: > 110% berat badan idaman atau indeks massa tubuh (IMT) > 23 kg/m
Hipertensi ( TD > 140/90 mmHg)
Riwayat Dm dalam garis keturunan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat, atau BB lahir bayi> 4.000 gram
Riwayat Dm gestasinal
Riwayat toleransi gula terganggu (TGT) atau glukosa darah glokosa terganggu (GDPT)
Penderita penyalit jantung koroner, tuberkolosis, hipertiroidisme
Kolesterol HDL ,. 250 mg/dL
DIAGNOSIS BANDING
Hiperglikemia reaktif, toleransi glukosa terganggu (TGT ), glukosa darah puasaterganggu TTGO
TERAPI
Edukasi meliputi pemahaman tentang:
Penyakit DM, makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan Dm, penyulit Dm, intervensi
farmakologis dan non- farmakologis, hipoglikemia, dan masalah khusus yang di hadapi, cara
mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan, cara menggunakan fasilitas
perawatan kesehatan.
Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makana dengan komposisi :
Karbohidrat 60 ± 70%, protein 10-15%, dan lemak 20- 25 %
Jumlah kandungan kolesterol disarankan , 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber
asam lemak tidak jenuh (MUFA= mono unsaturated fatyi acid )dan mambatasi PUFA (poly
unsaturated fatty acid ) dan asam lemak tak jenuh. Jumlah kandungan serat + 25 gr/hari,
diutamakan serat larut.
Rumus Brosca:
Berat badan idaman = ( tinggi Badan- 100 ) -10%
Pria < 160 cm dan Wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10% lagi
BB kurang :Ê 120 % BB idaman
Latihan Jasmani
Latihan jasmani sehari ± hari dan latihan teratur ( 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit), prnsip : continuous- Rythmical-interval-proggressive-Endurance
Intervensi Farmakologis
Obat Hipoglikemia oral (OHO):
pemicu sekresi insulin ( insulin seckretagogue): sulfonilurea, glinid
penambah sensitifitas terhadap insulin terhadap insulin : metfomin, tiazolindindiaon
penghambat absorpsi glukosa ; penghambat glukosidase alfa
insulin
indikasi
penurunan berat badan yang cepat
hiperglikemia berat yang disertai ketosis
ketoasidosis diabetik
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
sters berat (infeki sistemik,operasi besar,IMA,strok)
kehamilan dengan Dm gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan
gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
terapi kombinasi
pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah ,untuk kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah ,kalau dengan OHO tunggal sasaran
kadar glukosa darah belum tercapai ,perlu kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik oral yang
berbeda mekanisme kerjanya .
pengelola DM tipe 2 gemuk ;
evaluasi 2-4 minggu ( sesuai keadaan klinis );Ênon-farmakologis
sasaran tidak tercapai penekanan kembali tata laksana non-famakologis .
evaluasi 2-4 minggu ( sesuai keadaan klinis )
KOMPLIKASI
A. Akut :
ketoasidosis diabetik
Hiperosmolar non kitetik
Hiperglikemia
B. Kronik:
Makroangiopati :
- pembuluh koroner
- Vaskilar perifer
- Vaskular otak
Mikroangiopati :
- Kapiler retina
- Kapiler renal
Neoropati
Gabungan:
- Kardiopati: penyakit jantung koroner, kardiomiopati
Rentan infeksi
Kaki diabetik
Disfungsi ereksi
PROGNOSIS
Dubia
WEWENANG
RS pendidikan : dokter spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS Pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Ginjal ± Hipertensi,Divisi kardiologi,
dan bagian Neorologi, Patologi klinik, Mata dan Gizi
RS Non Pendidiakan : Bagian Neorologi, patologi klinik, Mata Dan Gizi