You are on page 1of 34

c c

   


 c  

Dalam usaha menjaga kontinyuitas pelayanan tenaga listrik dan juga agar peralatan
pada sistem tenaga listrik tidak mengalami kerusakan total bila terjadi suatu gangguan maka
mutlak diperlukan suatu peralatan pengaman. Diantaranya adalah relay-relay proteksi. Relay
proteksi adalah peralatan listrik yang memiliki fungsi antara lain untuk melokalisir bagian
sistem yang terganggu serta memisahkan secepatnya sehingga sistem lainnya tidak
terganggu, mengurangi kerusakan yang lebih parah pada peralatan yang terganggu,
mengurangi pengaruh gangguan terhadap sistem yang tidak terganggu di dalam sistem
tersebut. Adapun syarat-syarat relay proteksi antara lain selektif, reliable (handal), peka,
cepat dan ekonomis / sederhana.

Seiring dengan banyak dan bertambahnya variasi beban, maka sering pula suatu
sistem tenaga listrik terjadi gangguan/error. Hal ini menyebabkan kegagalan dalam suatu
sistem dan kerugian yang terjadi pada suatu industri yang menggunakan sistem kelistrikan
serta kerusakan yang terjadi akibat gangguan tersebut.

Di suatu jaringan listrik distribusi ( tegangan menengah 20 kV ) terdapat suatu


kubikel 20 kV. Kubikel 20 kV berisi komponen ± komponen antara lain : busbar, LBS, CB,
DS, ES, relay proteksi dll. fungsi dari kubikel itu sendiri di dalam jaringan tersebut adalah
membagi, menyalurkan, mengukur, mengontrol dan memproteksi pada system jaringan 20
kV tersebut. Salah satu dari fungsi kubikel 20 kV adalah untuk memproteksi sistem jaringan
yang dilakukan oleh relay proteksi semisalnya OCR dan GFR. Di dalam kubikel tersebut
juga akan di lakukan pengujian relay agar relay di dalam kubikel tersebut dapat diketahui
masih presisi untuk dapat di gunakan atau tidak layak untuk di gunakan pada relay tersebut,
sehingga pengujian relay itu benar ± benar harus di perhatian teknisnya yang ada di manual
booknya.
suatu relay proteksi untuk dapat men-setting suatu relay proteksi perlu adanya
suatu pengujian relay proteksi yang fungsinya adalah untuk memudahkan mahasiswa
mengetahui tahap ± tahap cara simulasi pengujian relay OCR dan GFR di suatu kubikel 20
kV, serta dapat mengetahui dengan sebenarnya tentang cara setting suatu relay proteksi.

Berdasarkan sejumlah uraian di atas, maka penulis membahas relay yang lebih
difokuskan pada pengujian Over Current Relay ( OCR ) serta Ground Fault Relay ( GFR )
secara individu dan di dalam kubikel 20 kV.


    

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pembahasan ini
akan difokuskan pada:

1. Bagaimana cara menguji Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR )
secara individu ?
2. Bagaimana cara menguji Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR )
pada kubikel 20 kV ?
3. Bagaimana membuat SOP untuk pengujian Over Current Relay

( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR ) ?


c     

Agar pembahasan lebih terarah sesuai dengan perumusan masalah maka


pembahasan dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Perakitan modul pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR )
2. Pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay

( GFR ) secara individu

3. Pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay

( GFR ) pada kubikel 20 kV


 

Tujuan pembuatan / penyusunan proposal judul laporan akhir ini adalah untuk:

1. Dapat menguji Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR ) secara
individu relay itu sendiri.
2. Dapat menguji Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR ) pada
kubikel 20 kV.
3. Dapat membuat SOP untuk pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan Ground Fault
Relay ( GFR ).

  !

Dalam Laporan Akhir permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Blok diagram dari Over Current Relay (


OCR ) dan Ground Fault Relay ( GFR ).
2. Pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan
Ground Fault Relay

( GFR ) secara individu.

3. Pengujian Over Current Relay ( OCR ) dan


Ground Fault Relay

( GFR ) pada kubikel 20 kV.

4. Pembuatan SOP.


5. Software dari type peralatan relay yang
digunakan.
6. Merakit modul Over current relay ( OVR )
dan Ground Fault Relay ( GFR ).

"#      

Penulisan laporan akhir ini terdiri atas lima bab, yaitu :

BAB I. PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang , rumusan masalah,


batasan masalah, tujuan dan sitematika penulisan, penjelasan istilah, yang memuat
gambaran umum mengenai laporan ini.

BAB II. LANDASAN TEORI, membahas secara teoritis tentang garis besar dari
laporan akhir ini.

BAB III. METODOLOGI, berisi tentang studi referensi, identifikasi peralatan,


perencanaan dan pembuatan modul relay proteksi, pengujian relay proteksi yang terdiri dari
langkah-langkah pengujian dan gambar rangkaian pengujian.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN, membahas mengenai hasil data dari
pengujian dan analisa hasil data pengujian relay dengan data yang ada pada buku manual
relay tipe.

BAB V. PENUTUP, merupakan kesimpulan dari penulisan laporan akhir dan


saran-saran agar yang menjadi obyek dalam pembahasan laporan ini sesuai dengan
tujuannya.

c c
$  # %

II.   &

Relay adalah sebuah alat yang bekerja secara otomatis untuk


mengatur/memasukkan suatu rangkaian listrik ( rangkaian trip atau alarm ) akibat adanya
perubahan rangkaian lain . Relay proteksi adalah suatu peralatan listrik yang dapat
1

mendeteksi kondisi tidak normal yang mungkin terjadi dalam sistem dengan cara
mengukur besaran listrik yang berbeda pada keadaan normal dan keadaan gangguan.
Besaran ukuran listrik dasar yang berubah harganya pada keadaan gangguan adalah arus,
tegangan, sudut phasa dan frekuensi. Jika terdapat gangguan pada sistem, maka relay
pengaman akan memerintahkan PMT untuk membuka.

( ' 

  !%  &  ()

*) | 
 |  |  PT. PLN (Persero) P3B,
September 2005, hal 8

Macam-macam beban mempengaruhi perencanaan pengaman dan menentukan


dalam perencanaan sistem tenaga listrik. Adapun relay pengaman pada sistem tenaga
listrik berfungsi untuk:

1. Merasakan, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta memisahkan
secepatnya sehingga sistem lainnya yang tidak terganggu dapat beroperasi secara normal.
2. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang tidak terganggu didalam
sitem tersebut serta mencegah meluasnya gangguan.
4. Memperkecil bahaya bagi manusia.
Untuk memenuhi fungsi di atas, maka relay proteksi harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut : 

1. Selektif

Relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau bagian dari sistem
tenaga listrik dalam jangkauan pengamanannya (kecermatan pemilihan dalam
pengamanan). Dengan kata lain pengamanan dikatakan selektif apabila relay
proteksi bekerja hanya pada daerah terganggu saja.

2. Reliable (dapat diandalkan)

Dalam keadaan normal, relay tidak boleh bekerja, tetapi bila suatu saat ada
gangguan maka relay harus bekerja (relay tidak boleh gagal bekerja) karena
pemadaman akan semakin luas disamping itu relay tidak boleh salah bekerja.

3. Cepat

Waktu kerja relay yang cepat bereaksi dalam kondisi abnormal, makin cepat
relay bekerja, maka dapat memperkecil kemungkinan meluasnya gangguan.

4. Peka (sensitif)

Relay dikatakan peka apabila dapat bekerja dengan input dari besaran yang
dideteksi adalah kecil. Jadi relay dapat bekerja pada awal kejadian gangguan.

5. Sederhana

Konstruksi relay yang sederhana akan menghindarkan kerusakan pada


komponen-komponen di dalamnya.

6. Murah

Dengan syarat telah memenuhi syarat-syarat sebelumnya.


Gambar 2.2

Konstruksi Relay Pengaman *)

*) ð      

PT. PLN (Persero), Udiklat Padang, slide 6

Proteksi terdiri dari perangkat peralatan yang merupakan sistem yang terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut :

1. Relay pengaman

2. Trafo arus dan trafo tegangan

3. Pemutus tenaga

4. Catu daya (battery) AC atau DC

5. Sistem pengawatan

6. Sistem komunikasi untuk keperluan teleproteksi.

Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi dapat disebabkan antara lain oleh :
3

1. Relainya telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya.


2. Setelan (seting) Relainya tidak benar (kurang sensitif atau kurang cepat).
3. Baterainya lemah atau kegagalan sistem DC supply sehingga tidak mampu mengetripkan
PMT-nya.
4. Hubungan kotak kurang baik pada sirkit tripping atau terputus.
5. Kemacetan mekanisme tripping pada PMT-nya karena kotor, karat, patah atau meleset.
6. Kegagalan PMT dalam memutuskan arus gangguan.
. Kekurang sempurnaan rangkaian sistem proteksi antara lain adanya hubungan kontak
yang kurang baik.
8. Kegagalan saluran komunikasi tele proteksi.
9. Trafo arus terlalu jenuh.

II .1 Macam ± macam Relay sebagai berikut

1. ã *  &+ &  ' )

Relay arus lebih adalah suatu relay yang bekerjanya didasarkan adanya kenaikan
arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan dalam waktu tertentu, jadi relay
tersebut akan bekerja apabila arus yang dideteksi sesuai atau lebih besar dari settingnya
untuk mengkomando pemutus tenaga, sehingga relay ini dapat dipakai sebagai pola
pengaman arus lebih.

Relay arus lebih berfungsi sebagai :

1. Pengaman gangguan hubung singkat antar fasa, maupun fasa ke tanah
2. Pengaman beban lebih
3. Pengaman utama atau cadangan

Arus  dan arus    4

Arus kerja atau arus   (Ip) adalah nilai arus dimana relay arus akan bekerja dan
menutup kontaknya sehingga relay waktu bekerja. Arus kembali atau arus    (Id)
adalah nilai arus dimana relay harus terhenti bekerja dan kontaknya membuka kembali,
sehingga relay waktu terhenti bekerja.

Perbandingan Ip dengan Id dinyatakan dengan faktor Kd

) 5
Untuk relay arus lebih waktu tertentu (   OCR) mempunyai nilai Kd 0, ± 0,9.
Untuk relay   mempunyai Kd § 1,0.

1.  &  ' #  +` ` )

Relay arus lebih seketika adalah jenis relay arus lebih yang paling sederhana
dimana jangka waktu kerja relay yaitu mulai saat relay mengalami  sampai
selesainya kerja relay sangat singkat atau tanpa penundaan waktu.

Relai arus ini digunakan untuk pengaman arus hubung singkat yang besar (
 ) sehingga   pada arus gangguan yang besar relai akan bekerja seketika

( ' 
,

%-   &  ' #  ()

*) Setiyo Saksomo, |  ð   , Universitas Brawijaya Malang, hal 2

( ' 


%      &  ' #  ()

*) Ibid, hal 28
2.  &  ' .    +j
`)

Relay arus lebih tertentu adalah jenis relay arus lebih dimana jangka waktu relay
mulai pick-up sampai selesainya kerja relay dapat diperpanjang dengan nilai tertentu dan
tidak tergantung dari besarnya arus yang mengrjakannya (tergantung dari besarnya arus
setting maka waktu kerja relay ditentukan oleh waktu settingnya).

Setting Definite time OCR pada trafo adalah sebagai berikut:

Iset = 1,5 x Int ) 6

Tset = tf + ¨t ) 

dimana Int adalah arus nominal trafo, tf adalah setting waktu OCR pada feeder
(umumnya 0,4 - 0,5 detik) dan ¨t adalah beda waktu yang harus diberikan untuk
mendapatkan selektifitas. Harga ¨t antara 0,4 ± 0,5 detik.

Setting tersebut sudah memenuhi pertimbangan berikut:

1. tidak mendeteksi keadaan   


2. memberikan      bagi    .
3.   /  dari relay

( ' 


%-   &  ' .    ()

*) Ibid, hal 29

( ' 

%      &  ' .    ()

*) Ibid

3.  &  ' c' / '  +  )

Relay arus lebih dengan karakteristik waktu arus berbanding terbalik adalah jenis
relai arus lebih dimana jangka waktu relay mulai  sampai dengan selesainya kerja
relay tergantung dari besarnya arus yang melewati kumparan relaynya, maksudnya relay
tersebut mempunyai sifat terbalik untuk nilai arus dan waktu kerjanya.

Relay arus lebih berbanding terbalik dibedakan menjadi 4 yaitu standar   
        dan     .

Hubungan antara Arus terhadap waktu ditunjukan oleh persamaan berikut : 8

Dimana

t : waktu dalam detik

I : Arus gangguan

Is : Arus seting

TMS : time multiplier setting

K dan Y untuk setiap karakteristik besarnya seperti pada tabel di bawah :

*)
Tabel 2. Karakteristik Nilai K Dan Y Dari Macam-Macam Relay Ê 

Karakteristik K Y

Standard Inverse 0.14 0.02

Very Inverse 13.5 1.0


Extremely Inverse 80.0 2.0

Long Time Inverse 120.0 1.0

 
| 
 |   Ê, PT. PLN (Persero) P3B, April 2005, hal 53

Gambar 2.14

Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik *)

*) Ibid, hal 30

( ' 


%      &  ' c' / '  ()

 
| 
 |   Ê, PT. PLN (Persero) P3B, April 2005, hal 52

( ' 
"

' /  c' ! %       ()

 
Ibid, hal 53

2.    V   &+ &(    )


Earth Fault Relay biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah dan jaringan
tegangan rendah atau saluran distribusi untuk melindungi trafo dan saluran distribusi.
Relay ini berfungsi untuk mendeteksi arus sisa dari hasil masing-masing arus fasa dan
netralnya. Penggunaan sensor arus dapat dilakukan dengan tiga buah CT yang dipasang
pada setiap fasa atau dengan satu buah CT yang melingkari seluruh fasa (3 fasa).

Prinsip kerja relay ini adalah mendeteksi arus urutan nol, karena setiap gangguan tanah
menghasilkan arus urutan nol. Jika tidak ada gangguan tanah atau pada kondisi normal,
arus yang melewati relay adalah penjumlahan vektor arus tiga fasa, yang dalam titik
netral Star seimbang adalah sama dengan nol, sehingga relay tidak bekerja. Tetapi jika
terjadi gangguan tanah, maka terjadi arus urutan nol yang mengalir ke relay dan
menghasilkan operasi pengaman terhadap gangguan.

Seperti pada formula berikut : 9

I0 = I1 + I2 + I3

( ' 
0

  V   &/    1- +*)()

() Doni Yugiarto, ð | || !"#ð  ÊBlimbing


Malang, 2001, hal 16.

*
ã  -  &+ &   '' )

Merupakan relay pengaman yang bekerja karena tegangan pasokan/sumber terlalu

tinggi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan-peralatan listrik contohnya,

merusak isolasi motor termasuk kabel-kabel penghubungnya. Oleh karena itu, keadaan

ini harus dicegah dengan menggunakan relay tegangan berlebih. Prinsip kerjanya adalah
mendeteksi tegangan antar fasa melalui transformator tegangan. Apabila tegangan

tersebut melampaui batas setting yang ditentukan, maka relay ini akan bekerja untuk

men- kan CB.

4. / -  &+ &/-!   )

Merupakan relay pengaman yang bekerja karena tegangan pasokan/sumber terlalu

rendah atau hilang. Hal ini menyebabkan relay tersebut bekerja dan men- kan CB.

Proteksi drop tegangan diperlukan karena tegangan yang rendah dapat menimbulkan arus

lebih, sedangkan

tegangan pasokan/sumber hilang perlu diikuti pembukaan kontak pada CB agar

jangan timbul arus berlebihan jika tegangan pasokan datang kembali.



(   / #  &  

Jaringan tenaga listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui dan dipisahkan

dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar kerugian yang lebih

besar dapat dihindarkan.

Gangguan pada jaringan tenaga listrik dapat terjadi diantaranya pada pembangkit,

jaringan transmisi atau di jaringan distribusi. Penyebab gangguan tersebut tersebut dapat

diakibatkan oleh gangguan system dan non sistem .10


1. Gangguan Sistem

Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di system tenaga listrik seperti pada

generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan system dapat

dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer. Gangguan temporer

adalah gangguan yang hilang dengan sendirinya bila PMT terbuka, misalnya sambaran

petir yang menyebabkan flash over pada isolator SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat

segera dimasukan kembali, secara manual atau otomatis dengan AutoRecloser.

Gangguan permanen adalah gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan

untuk pemulihan diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus.

2. Gangguan Non Sistem

PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem, dapat saja

PMT terbuka oleh karena relai yang bekerja sendiri atau kabel control yang terluka atau

oleh sebab interferensi dan lain sebagainya.

Gangguan seperti ini disebut gangguan bukan pada sistem, selanjutnya disebut gangguan

non-sistem.

Jenis gangguan non-sistem antara lain :

1. kerusakan komponen relay

2. kabel kontrol terhubung singkat

3. interferensi / induksi pada kabel kontrol.


II.3 Klasifikasi Relay Pengaman

1. Berdasarkan prinsip kerja/konstruksinya

1. Relay tarikan magnet listrik ( Y      )

1. | 

Cara kerja : bila ada arus (i) mengalir, inti magnet (plunger) akan tertarik akibat

adanya medan magnet yang menyebabkan kontak menutup. Relay ini mempunyai

waktu kerja yang cepat, sehinggabanyak digunakan sebagai relay instantaneous.

Gambar 2.3

Konstruksi Relay Tipe Plunger *)

*) Ibid, slide 9

2. c  

Cara kerja : batang (beam) A akan tetap pada posisi horizontal, kecuali gaya yang

diakibatkan oleh arus kumparan kerja (i2) lebih besar dari gaya yang diakibatkan

oleh arus kumparan penahan(i1) yang menyebabkan kontak trip menutup. Relay

ini banyak digunakan sebagai relay diferensial dan relay jarak.

Gambar 2.4

Relay Tipe Tuas Pengimbang/Balance Beam *)


*) Ibid, slide 10

3. V $  

Cara kerja : bila ada arus I mengalir, inti besi akan menjadi magnet, lengan gerak

akan tertarik dan kontak trip akan menutup. Relay tipe ini banyak digunakan

sebagai relay bantu, karena dapat mempunyai kontak yang banyak dan kontaknya

mempunyai kapasitas pemutusan arus yang lebih besar.

Gambar 2.5

Konstruksi Relay Tipe Hinged Armature *)

*) Ibid, slide 11

4. |     

Cara kerja : medan magnet yang timbul pada inti kumparan akibat arus I yang

mengalir harus senama / searah dengan magnet permanen yang ada untuk

menyebabkan kontak menutup.

Gambar 2.6

Konstruksi Relay Tipe |   


Ê *)

*) Ibid, slide 12
5. |     

Cara kerja : gaya gerak timbul akibat adanya interaksi antara medan magnet

permanen dan medan magnet pada kumparan yang menyebabkan kontak

menutup.

Gambar 2.

Konstruksi Relay Tipe Kumparan Putar Magnet Tetap (|  


 


% ) *)

*) Ibid, slide 13

(2) Induksi magnet listrik ( electromagnetic induction )

1. Ê &

2. Ê %

Prinsipnya sama dengan motor induksi. Terdapat rotor aluminium berbentuk

silinder yang di tengahnya inti magnetik sehingga silinder tersebut dapat berputar

pada silinder dipasang kontak gerak dan dapat menutup kontak ke kiri atau ke

kanan. Biasanya digunakan sebagai relay daya balik.

Gambar 2.8

Konstruksi Relay Tipe Induction Cup

3. ð   


Cara kerja : bila kumparan diberi arus, maka akan timbul dua buah flux yang

memotong piringan. Kedua flux ini berbeda fasa, karena adanya cincin ( 

 ), sehingga piringan berputar dan kontak menutup. Banyak digunakan

sebagai relay arus lebih, relay tegangan lebih/kurang.

Gambar 2.9

Konstruksi Relay Tipe ð |  *)

*) PT PLN (PERSERO) UDIKLAT SEMARANG, |  ð 


|  , hal 1.1-13

(3) Relay suhu / panas (   )

a. c  

b.     

c.   

d.NTC ( '     %  )

(4) Relay yang digerakkan oleh gas (   )

a. Relay Bucholz

b. ð    


Cara kerja : kenaikan tekanan yang tiba-tiba atau mendadak mengakibatkan kontak

menutup.

(5) Relay Tekanan lebih/mendadak

a. Tekanan minyak

b. Tekanan Gas SF6 ( pada GIS )

(6) Relay Statik ( elektronik )

() Relay Digital

2. Berdasarkan fungsi/besaran inputnya

(1) Relay arus lebih

(2) Relay tegangan lebih/kurang

(3) Relay frekuensi lebih/kurang

(4) Relay daya balik

(5) Relay jarak ( relay impedansi )

(6) Relay arah

() Relay Diferensial

(8) Relay penutup balik (   )


(9) Relay ð  

Tabel 1. Simbol dan Kode Relay Berdasarkan Fungsi/besaran Input *)

$  & # '- %-/


1

Relay jarak.(Distance relay) 23 

Relay Tegangan Kurang (Under Voltage Relay) 3 0

Relay Suhu (Thermis Relay) 4

Over Current Relay Instantaneous 55 ,

Relay arus lebih dengan tunda waktu 5 

Relay Tegangan Lebih (Over Voltage Relay) 5 4

Relay tunda waktu (Time Aux. Relay) 66 "

Relay Tekanan Gas (Gas Pres. Relay)  "

Relay Hubung Tanah (Ground Fault Relay). ,5 "

Relay arus lebih berarah (Direct Over Current 66 "0


Relay)

Relay penutup balik (reclossing Relay) 66 04

Relay Frekuensi V

Relay Defferensial / 0

Relay Bucholz 66 4

*) ð             PT.PLN (Persero), Udiklat Padang,

slide 41
3. Berdasarkan Karakteristiknya

1) Relay Ê (


 

2) Relay Ê 

a. ' Ê 

b.# Ê 

c.Y Ê 

d.  Ê 

3) Relay & 

4. Berdasarkan Peranannya

pengaman utama dan pengaman cadangan

5. Berdasarkan Pemasangannya

relay primer dan relay sekunder



 %' ,7

1.  

Cubicle 20 kV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan


menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan
control yang terpasang pada ruang tertutup dan sebagai pembagi, penyalur, pengukur,
pengontrol, dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik.

Disebut sebagai cubicle karena peralatan-peralatan tersebut dikemas plat berbentuk


almari dengan pintu di bagian depan yang bisa dibuka dan ditutup menurut standar
operasi yang diminta.

( ' %' ,7#" V/

Cubicle 20 kV atau switchgear 20 kV ini berisi peralatan-peralatan sebagai berikut :

1. c' 

Busbar digunakan untuk menyalurkan dan membagikan tenaga listrik ke


peralatan-peralatan lain di dalam suatu cubicle seperti gambar di bawah ini.
 c %  !"#ð
)

2. * 8 c +*c)

Circuit Breaker adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk menghubungkan atau
memutuskan arus listrik sesuai dengan ratingnya. Circuit breaker ini dapat dioperasikan
secara otomatis maupun manual dengan waktu pemutus atau penyambungan yang tetap
sama, sebab factor ini ditentukan oleh struktur mekanisme yang menggunakan pegas
seperti di gambar di bawah ini

3. - /c #9 8+ c#)

Load Breaker Switch (LBS) adalah alat untuk memutus atau menghubungkan rangkaian
pada system tenaga listrik dalam kondisi berbeban dan tidak berbeban. Pemutus ini
tidak dapat digunakan untuk memutus arus gangguan. Pemutus ini biasanya digunakan
pada jaringan tegangan menengah. Pada LBS terdapat dua kontak yaitu kontak utama
dan kontak Bantu. Kedua kontak ini bekerja bergantian yaitu pada saat masuk kontak
Bantu masuk terlebih dulu kemudian kontak utama dan pada saat keluar kontak utama
keluar terlebih dulu baru kontak Bantu seperti gambar ini.

Load break switch pada incoming

IEC 298

Un = 24 kV

Ith = 14,5 kA

In = 400 A ± 50/60Hz

Uw = 125 kV
Ima = 36,5 KA

4.  8-8 #9 8+#)

Disconecting Switch (DS) adalah suatu peralatan yang merupakan pasangan dari Circuit
Breaker. Fungsi disconnecting switch adalah memisahkan tegangan suatu bagian dari
sumbernya pada keadaan tidak berbeban. Hubungan rangkaian circuit breaker dan
disconnecting switch adalah menempatkan circuit beraker diantara dua disconnecting
switch. Hubungan antara circuit breaker dengan disconnecting switch adalah interlock
dengan tujuan tidak salah pengoperasian dari dua peralatan tersebut seperti gambar di
bawah ini.

Saklar pemutus beban pada Incoming, Metering, dan Outgoing di kubikel 20 kV

Un = 24 kV

Ith = 14,5 kA

In = 400A- 50/60 Hz

IMC

Uw = 125 kV

Ima = 36,5 kA

IEC 298

5.    #9 8+#)

Saklar pentanahan menghubungkan saluran transmisi dengan bumi. Dalam keadaan


normal saklar pentanahan pada posisi terbuka dan bila saluran transmisi mengalami
gangguan hubung singkat maka saklar pentanahan akan ditutup dengan tujuan
membebaskan tegangan pada salusan transmisi. Saklar pentanahan ini juga digunakan
jika terjadi pemeliharaan terhadap peralatan lain dan menghilangkan tegangan akibat
kapasitansi seperti gambar di bawah ini.

6. *  1-+*)

Current Transformer (CT) adalah suatu peralatan transformator yang diletakkan dalam
rangkaian tenaga listrik yang berguna sebagai peralatan ukur yang dihubungkan dengan
relay pengaman. Dengan transformator arus dapat diperluas batas pengukuran suatu
alat ukur seperti di gambar di bawah ini.

 %     !"#|Ê'Y


$
CT

Transfomator de current N.9506449


stromwandler

ARN2/N2F 24/50/125 kV 50Hz

It 12,5 kA 0,8s Id 25 ± 12,5 kA

Rapport Borner
ubersetzeung klemmen
A/A VA Classes Fs/F1

50/5 1s1- 1s2 ,5 0,5 10

50/5 2s1- 2s2 10 5p 10

MG 331090

Normes normen NFC 42502 IEC 185 Ext 120%

. -   1-+)

Potensial transformer berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi atau tegangan


menengah menjadi tegangan rendah untuk besaran ukur sesuai dengan alat-alat
pengukuran seperti gambar di bawah ini.
 |      !"#|Ê'Y
$

PT

NUOVA MAGRINI GALILEO

Transfrmateur de NO 9512640
tenson
swannirgwander

VRQ ZN/S2 24/50/125 Kv 50 Hz

PUISANCE D¶ECHAUFF FACT TENS

ERWARMUNG LEISTUNG 250 VA SPAIN FACT 1,9/8 h

RAPPORT KV/V BORNES VA CLASS

UBERSETZUNG KLEMEN

20 V3/100 V3 1S1 ± 1S2 30 0,5

20V3/100V3 2S1 - 2S2 30 1

MG 33129 IEC 186 DN 386-21

NORMER

NFC 42501
8.    +7-  : ! 
. )

Ampermeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besarnya aliran
arus yang dipakai oleh beban.

Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besarnya potensial
atau tegangan antara dua titik.

kWH meter adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengintegrasikan dan
mengatur arus, daya aktif, yang diberikan kepada suatu beban dalam waktu tertentu
seperti di gambar bawah ini.

Gambar Voltmeter dam Ampemeter di kubikel 20 kV

di Politeknik negeri malang


9.  &- 
1. Relay arus lebih ( OCR )

Relay ini berfungsi untuk memproteksi SUTM / SKTM terhadap arus lebih
yang diakibatkan oleh gangguan hubung singkat antar fasa.

2. Relay Gangguan Tanah ( Ground Fault Relay )

Relay ini berfungsi untuk mengamankan SUTM / SKTM dari gangguan tanah.

3. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite Time Over Current Relay)

Sifat atau karakteristik dari relay definite time ini adalah relay baru akan
bekerja bila arus yang mengalir pada relay tersebut melebihi besarnya arus setting
(Is) yang telah ditentukan.

10. -8 *- -

Cubicle 20 kV ini banyak digunakan pada:

1. Gardu distribusi 20 kV pada jaringan distribusi 20 kV di PLN atau di industri berskala
besar yang memiliki jaringan distribusi sendiri.
2. Cubicle gardu distribusi yang banyak terpasang di beberapa tempat antara lain yang
berdekatan dengan konsumen, gedung perkantoran, hotel maupun industri menengah.

11. 
Heatler adalah alat yang berfungsi untuk menjaga komponen ± komponen kubikel
dari kelembapan udara, karena kelembapan udara bisa menimbulkan bercak ± bercak
kotoran sehingga bercak kotoran akan menjadi karatan di peralatan kubikel. Alat ini di
operasikan pada tegangan 220 Volt.

2. V *' 8;,7

1. Tempat operasi switching On-Off bagi jaringan distribusi (radial, loop, spindle).
2. Tempat operasi switching On-Off terhadap trafo distribusi.
3. Tempat operasi switching On-Off bagi motor-motor TM (dengan tegangan
nominal lebih rendah 3,3 s/d 12 kV).

3. &  *' 8,7<


1. Konstruksi:

— Kuat/kokoh

— Jarak hantaran terbuka (antar phasa, phasa-body) tergantung dari jenis


penyekatnya (udara, minyak, gas)
— Sambungan/terminating sesuai dengan SOP

2. Elektrik

— Tegangan (tegangan kerja max, tegangan impuls)

— Kekuatan tahanan isolasi (TID)

— Arus (arus nominal, arus hubung singkat).

3. Operasional

— Urutan kerja peralatan switching (DS, LBS, CB, ES).

— Relay proteksi
— Sistem interlocking

4.      *' 8,7

Pemeliharaan adalah kegiatan yang harus dilakukan sebagai usaha untuk mengembalikan
atau mempertahankan atau mendayagunakan setiap peralatan dengan tujuan agar
peralatan dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya serta menjamin keandalan peralatan
tersebut sampai mencapai umur ekonomisnya dan untuk menjamin kontnuitas pelayanan
tenaga listrik.

Tujuan dari pemeliharaan peralatan cubicle 20 kV :

— Meningkatkan reliability, availibility, dan efisiensi peralatan

— Memperpanjang umur peralatan

— Memperpanjang interval overhoul (pemeliharaan besar)

— Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.

— Meningkatkan safety

— Mengurangi lama waktu padam

— Menghemat biaya pemeliharaan

— Waktu pemulihan lebih efektif.

1|  ð  |   | ð  |  , PT PLN (PERSERO) UDIKLAT

SEMARANG, 2002, hal 1.

2 Arismunandar,    , Jilid II, Jakarta, Oktober 1993, hal 9

3 Aslimeri, dkk,     *ð


, Jilid III, Jakarta, Agustus 2008, hal 35

4 PT PLN (PERSERO) UNDIKLAT SEMARANG, |  ð |  , hal 1.2-14
5 Cahyo Dwi Hartanto&David Herdianto Laporan Akhir, Perencanaan Modul Pengujian relay pengaman
menggunakan   PTE-100-C, 200

6 Ibid, hal 19

 Ibid, hal 19

8 | 
 |   Ê, PT. PLN (Persero) P3B, April 2005, hal 53

Protection of Electrical Network, Christophe Preve, hal 210

10 Ibid, hal 36


Diposkan oleh Ziril di 06.34
Reaksi:

You might also like