Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian Wirausaha
Istilah wirausaha relatif masih baru dan mulai ramai dibicarakan sekitar tahun tujuh
puluhan, yaitu pada awal bangsa Indonesia secara sungguh-sungguh membangun kembali
perekonomian nasional secara bertahap melalui program PELITA. Akhir-akhir ini
wirausaha semakin populer dengan seringnya kita mendengar sebutan wirausaha baik
dari koran-koran, majalah, radio, maupun dari siaran-siaran televisi. Sering didapati
pengertian yang kurang tepat dari sementara orang. Bahkan ada sebagian orang yang
belum mengenal atau mengerti dengan jelas tentang apa yang dimaksud dengan
wirausaha itu. Berikut ini diberikan pengertian tentang istilah wirausaha secara lebih luas.
Menurut etimologis, wirausaha merupakan suatu istilah yang berasal dari kata-kata
“wira” dan “usaha”. “wira” bermakna: berani, utama, atau perkasa.Sedangkan “usaha”
bermakna: kegiatan dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai
sesuatu maksud.
Menurut terminologis, sebagaimana dikemukakan oleh Taufik Baharuddin. Seorang
konsultan manajemen dalam ruang lingkup Manajemen sumberdaya manusia dan
pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bahwa wirausaha:
“Kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju
apa yang diinginkan sesuai dengan yang diidealkan.”
Seiring dengan hal tersebut Buchari Alma mengemukakan bahwa wirausaha atau
entrepreneur:
“Orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi
untuk memanfaatkan peluang tersebut”
Ada banyak definisi tentang wirausaha,tetapi sebenarnya semua versi merujuk ke arah
yang sama. Dibawah ini adalah beberapa definisi kewirausahaan menurut akademisi:
“Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting
the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psyshic, and
social risk, and receiving the resulting rewards of monetary and personal
satisfaction and independence.”
Hisrich, Peters, Shepperd, 2005; 8
Sementara itu, Prof. Yuyun Wirasasmita mendefinisikan Kewirausahaan sebagai:
“Proses kemanusiaan yang berkaitan dengan kreatifitas dan inovasi dalam
memahami peluang, mengorganisasi sumber-sumber, mengelola sehingga peluang
itu terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan laba atau nilai dalam
jangka waktu yang lama”
Dari dua definisi di atas, kata kunci dari pengertian kewirausahaan adalah:
1. Proses Penciptaan nilai.
2. Kreatifitas & Inovasi.
3. Pengelolaan, Kepuasan dan Laba.
Kesimpulannya, Kewirausahaan adalah sebuah proses kemanusiaan yang menghasilkan
kepuasan dan laba jangka panjang dengan cara mengelola dan menciptakan nilai. Jadi,
sebuah proses kewirausahaan dapat dikenali dari elemen-elemen diatas.
Sementara itu, pelaku kewirausahaan (entrepreneurship) adalah wirausaha (Entrepreneur)
atau wiraswasta:
“An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and
uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying
opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on them.”
(Zimmerrer, Scarborough, 2002; 4)
“Entrepreneur berarti orang yang memulai (The Originator) sesuatu usaha bisnis baru.
Atau seorang manajer yang berusaha memperbaiki sebuah unit keorganisasian melalui
serangkaian perubahan-perubahan produktif”.
(Winardi, 2003:71)
Secara praktis, Sir Richard Branson mendefinisikan wirausaha sebagai:
“An entrepreneur is somebody who is willing to go where others will not…”
Jaman dulu, sebelum ada pendidikan kewirausahaan, ada pendapat bahwa kewirausahaan
dan wirausaha disebabkan semata-mata oleh bakat. Tidak sepenuhnya benar, karena
ternyata, menjalankan proses kewirausahaan dan menjadi wirausaha itu bisa diajarkan.
Tentunya akan menjadi kelebihan tersendiri jika seseorang memiliki bakat yang biasa kita
sebut ‘bakat dagang’ dan sejenisnya. Tetapi dalam prakteknya, menjalankan proses
kewirausahaan berarti bekerja. Bukan hanya masalah bakat apalagi keberuntungan.
Proses terjadinya kewirausahaan bisa diringkas menjadi beberapa langkah berikut:
BAKAT & MENTAL + KETERAMPILAN + LINGKUNGAN + TRIGGERING
EVENT
Jadi, bakat memang perlu. Tapi bakat saja tidak cukup jika tidak memiliki mental yang
kuat, keterampilan, dukungan lingkungan dan apa yang disebut sebagai triggering event.
Jadi, secara ideal, proses terjadinya kewirausahaan adalah adanya suatu bakat terpendam
dalam diri seseorang yang mempunyai mental kuat, yang kemudian belajar secara terus
menerus sehingga memiliki keterampilan, memiliki lingkungan yang mendukung
kegiatan dan mendapatkan momen pemicu yang menyebabkan seseorang memutuskan
untuk berwirausaha.
Istilah wiraswasta sama saja dengan wirausaha, walaupun rumusnya berbeda-beda tetapi
isi dan karakteristiknya sama. Jika ditinjau lebih dalam perbedaan wiraswasta dengan
wirausaha adalah wiraswasta lebih fokus pada objek, sedangkan wirausaha lebih
menekankan pada jiwa dan semangat kemudian diaplikasikan dalam segala aspek
kehidupan. Jadi perbedaan seorang wiraswasta dengan seorang wirausaha adalah
wirausaha cenderung bermain dengan resiko dan tantangan. Artinya. wirausaha lebih
bermain dengan cara memanfaatkan peluang-peluang tersebut. Sedangkan wiraswasta
lebih cenderung kepada seseorang yang memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk
membuka suatu usaha tertentu. Seorang wirausaha bisa jadi merupakan wiraswastawan,
namun wiraswastawan belum tentu seorang wirausaha. Wirausaha mungkin adalah
seorang manajer yang mengelola suatu perusahaan yang bukan miliknya. Namun
wiraswastawan adalah seseorang yang memiliki sebuah usaha sendiri.
Tanri Abeng adalah seorang wirausaha yang sukses, namun bukan seoang
wiraswastawan karena ia tidak memiliki perusahaan yang dipimpinnya. Bob Sadino
merupakan seorang wirausaha yang juga seorang wiraswastawan yang memiliki
perusahaan yang dipimpinnya. Bahkan bukan tidak mungkin pegawai yang bekerja pada
pemerintahan dapat disebut wirausaha karena ia sukses dalam mengembangkan diri dan
departemen yang digelutinya. Setiap orang bisa disebut sebagai wirausaha selama ia
dapat memanfaatkan peluang menjadi sebuah tantangan dalam pekerjaannya.
B. Unsur-unsur Wirausaha
Wirausaha mencakup beberapa unsur penting yang satu dengan yang lainnya saling
terkait, bersinergi dan tidak terlepas satu sama lain, yaitu:
1. Unsur Pengetahuan
Unsur pengetahuan atau unsur kognitif mencirikan tingkat penalaran yang
dimiliki oleh seseorang, yaitu tingkat kemampuan berpikir seseorang yang
umumnya lebih banyak ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik pendidikan
formal maupun bukan. Seseorang mungkin saja mempunyai pengetahuan yang
luas, dalam arti dia mengetahui berbagai jenis pengetahuan, tetapi tidak
mendalam sehingga disebut sebagai “generalis”. Sebaliknya, ada pula orang yang
sangat ahli untuk satu bidang ilmu saja dan tidak banyak mengetahui bidang-
bidang ilmu lainnya. Seseorang yang ahli untuk satu bidang pengetahuan dikenal
sebagai pakar atau expert dalam bidang pengetahuan yang dikuasainya itu.
Untuk memecahkan suatu masalah spesifik diperlukan pakar yang khusus pula.
Sebaliknya, pada dunia usaha yang kompleks diperlukan suatu kemampuan yang
komprehensif untuk mengatasinya. Umumnya para wirausaha dan eksekutif
dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang relatif walaupun kurang mendalam.
Jika ingin maju dan tidak tertinggal haruslah tiap hari menambah
pengetahuannya. Tiap hari selalu terjadi perubahan nilai, volume, dan jenis barang
yang diperdagangkan, harganya dan bahkan kadang-kadang peraturannya. Itu
semua harus di ikuti agar tetap dapat survive.
2. Keterampilan
Keterampilan atau unsur psikomotorik lebih berasosiasi pada kerja fisik anggota
badan, terutama tangan, kaki, dan mulut (suara) untuk bekerja dan berkarya.
Unsur keterampilan seseorang umumnya banyak diperoleh melalui latihan dan
pengalaman kerja. Tingkat keterampilan seseorang yang telah bekerja atau
mengerjakan suatu pekerjaan yang relatif sama selama bertahun-tahun akan relatif
lebih mahir daripada orang lain yang baru dan belum berpengalaman. Tingkat
keterampilan seseorang banyak ditentukan oleh pengalaman yang pernah
diperolehnya. Mereka yang berpengalaman tentulah relatif lebih terampil dalam
arti dapat melakukan suatu pekerjaan dengan lebih lancar, tertib, sedikit atau
tanpa kesalahan dan secara umum lebih baik. Itulah sebabnya tenaga
berpengalaman lebih banyak dicari daripada yang belum berpengalaman. Tentu
saja seseorang tidak akan mempunyai pengalaman jika dia tidak diberi
kesempatan untuk berpraktek. Banyak berlatih dan disiplin adalah kunci utama
untuk memperoleh keterampilan yang tinggi.
Penguasaan keterampilan yang baik jelas akan memberikan lapangan kerja dan
penghasilan yang baik, selain juga memberikan kepercayan diri yang tinggi. Oleh
karena itu, seseorang perlu menguasai satu atau beberapa keterampilan tertentu
untuk memudahkan dan memperlancar berbagai tugas yang harus dijalani dan
diselesaikannya. Rasa enggan dan malas harus dihilangkan. Raga harus di
manfaatkan, terutama tangan sebagai karunia Allah dengan sebaik-baiknya demi
kehidupan yang lebih baik.
3. Sikap mental
Unsur sikap mental lebih mencirikan respon, tanggapan, atau tingkah laku
seseorang jika dihadapkan pada suatu situasi tertentu. Sikap mental lebih
menggambarkan reaksi sikap dan mental seseorang jika yang bersangkutan
mengadapi suatu situasi misalnya dia dihadapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Dia mungkin akan menerimanya dengan senang hati, menerimanya
dengan berat hati, atau menolak, atau acuh tak acuh saja. Jika dia menerima
pekerjaan itu, mungkin dia akan melaksanakannya dengan segera dan cepat tetapi
mungkin juga menangguhkannya dulu pelaksanaannya atau dilaksanakan
pekerjaan tersebut, dia mungkin bergairah melakukannya, atau dia bekerja dengan
penuh keengganan. Dia mungkin melakukannya dengan sungguh-sungguh,
cermat, cepat, atau melaksanakannya dengan “asal kerja”, ceroboh, menunda-
nunda, dan bermalas-malasan.
Tingkah laku yang di tunjukkan seseorang dalam menghadapi situasi tersebut
banyak mencirikan sikap mentalnya. Bagaimana seseorang menjawab suatu
pertanyaan atau melaksanakan suatu perintah atau tugas yang diberikan
kepadanya, akan dapat menggambarkan sikap mentalnya. Rasa tanggung jawab,
kejujuran, ketegasan, keberanian untuk mengambil tindakan, inisiatif, dan
berbagai tindakan lainnya, juga dapat menggambarkan sikap mental seseorang
walaupun hanya secara lahiriyahnya saja.
4. Kewaspadaan
Unsur kewaspadaan merupakan paduan unsur kognitif dan sikap mental terhadap
sesuatu yang akan datang. Kewaspadaan adalah pemikiran atau rencana tindakan
seseorang terhadap sesuatu yang mungkin atau di duga akan di alaminya.
Seseorang akan bersifat defensif, atau sebaliknya akan bersifat ofensif, dalam
menghadapi suatu keadaan yang akan di alaminya. Jika dia bersifat defensif,
maka pemikiran atau rencana tindakannya akan bersifat menghindari, mencegah,
membelokkan, menutupi, memperkecil atau mengurangi hal-hal yang di duga
akan merugikan dirinya. Pikiran dan tindakannya di tujukan untuk menghindari
dan mencegah bahaya dan jika tidak mungkin, berusaha untuk membelokkan atau
memperkecil resiko atau kerugian yang mungkin di alaminya. Sebaliknya,
kewaspadaan yang bersifat ofensif atau maju justru mencoba melihat keuntungan
apa yang dapat diperoleh dari sesuatu yang mungkin akan terjadi. Pikiran dan
rencana tindakannya ditujukan untuk dapat menggunakan setiap momen dan
kesempatan yang datang dengan tepat dan sebaik mungkin sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya, keluarganya, usahanya,
lingkungannya, dan bangsanya.
Merebut kesempatan merupakan salah satu bagian penting dalam kewirausahaan
karena kesempatan dan momen belum tentu ada setiap saat, dan bahkan mungkin
hanya sekali saja. Namun, mengingat dalam kewirausahaan ada unsur wira, maka
dalam merebut atau menggunakan kesempatan tersebut tidak boleh menggunakan
aji mumpung atau tindakan lain yang tidak terpuji seperti penyalahgunaan
wewenang atau kekuasaan, korupsi, penipuan, dan tindakan lain yang sejenis.
Unsur kewaspadaan dalam dunia usaha memegang peranan yang penting karena
keberhasilan bahkan hidup matinya suatu perusahaan, sering ditentukan oleh
ketetapan prakiraan tentang apa yang akan terjadi dan tindakan apa yang harus
dilakukan.
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan meggunakan pemikiran dan
geraknya secara otomatis dan itu merupakan gabungan antara unsur
kognitif, keterampilan, sikap mental, dan kewaspadaannya. Reaksi
seseorang terhadap suatu aksi yang datang mungkin saja merupakan suatu
sikap mental mungkin juga hasil suatu pemikiran dalam rangka
kewaspadaan, atau hanyalah sekedar refleks keterampilan. Dan yang
penting adalah selalu berusaha untuk meningkatkan masing-masing unsur
kewirausahaan tersebut. Seperti: banyak membaca, berlatih keterampilan,
berpikir memecahkan masalah, dan mencari ide dan kegiatan sejenis yang
positif. Kemudian segera mengerjakan setiap ada sesuatu yang terlintas
dalam pikiran yang patut untuk dikerjakan
C. Sifat-sifat Wirausaha
Seorang wirausaha haruslah seorang yang mampu melihat ke depan. Melihat ke depan
bukan melamun kosong, tetapi melihat, berfikir dengan penuh perhitungan, mencari
pilihan alternatif masalah dan pemecahannya. Untuk menjadi wirausaha, seseorang harus
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Percaya diri
Sifat ini adalah langkah awal untuk menjadi wirausaha, karena dengan percaya
diri wirausaha menjadi bisa atau sanggup dalam menjalani setiap usaha-usaha
tanpa malu untuk memulainya dari awal. Dengan demikian dapat maju kearah
selanjutnya utnuk mencapai kesuksesan. Tapi perlu digarisbawahi ‘percaya diri’
disini bukan berarti kita menyombongkan diri kita sendiri, akan tetapi menjadi
tolak ukur kemampuan dan diri kita pribadi.
Sifat diatas dimulai dari pribadi yang mantap, tidak mudah terombang ambing
oleh pendapat dan saran orang lain. Akan tetapi saran-saran orang lain jangan
ditolak mentah-mentah, gunakan sebagai masukan untuk dipertimbangkan.
Wirausaha yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani
dan rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang independen dan sudah
mencapai tingkat maturity. Karakteristik kematangan seorang wirausaha adalah ia
tidak tergantung pada orang lain, dia memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi,
obyektif dan kritis. Tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain,
tetapi mempertimbangkannya secara kritis. Emosionalnya boleh dikatakan sudah
stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam. Juga tingkat sosialnya tinggi,
mau menolong orang lain dan yang paling tinggi lagi ialah kedekatannya dengan
khalik sang pencipta, Allah swt.
2. Berorientasikan tugas dan hasil
Dengan berorientasikan pada tugas dan hasil seorang wirausaha tidak
mengutamakan prestise dulu, prestasi kemudian. Akan tetapi, ia senang pada
prestasi baru kemudian setelah berhasil prestisenya akan naik. Seorang wirausaha
yang selalu memikirkan prestise lebih dulu dan prestasi kemudian, tidak akan
mengalami perkembangan dan kemajuan. Berbagai motivasi akan muncul dalam
bisnis jika kita berusaha menyingkirkan prestise. Kita akan mampu bekerja keras,
enerjik tanpa malu dilihat teman, asal yang kita kerjakan itu pekerjaan halal.
3. Mengkalkulasi resiko
Kecermatan, ketelitian, kehati-hatian merupakan sikap yang harus dimiliki juga
oleh seorang wirausaha. Penggabungan dari kesemuanya itu adalah memfokuskan
kepada dampak yang akan terjadi setelah bisnis dijalankan. Entah itu untung
ataupun rugi. Serta bagaimana menanggulanginya secara profesional, tanpa
mengabaikan hal-hal yang sekecil mungkin. Seorang wirausaha harus mampu dan
bisa mengkalkulasi kesemuanya itu. Jangan ceroboh dalam mengambil sikap,
menggampangkan apalagi menyepelekannya, karena ini akan membuat kesalahan
yang fatal bagi kemajuan bisnis. Jika perhitungan sudah matang, membuat
pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus dengan tidak lupa
berlindung kepada-Nya.
4. Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memang ada dan selalu terpancar dalam diri masing-masing
individu. Karena setiap manusia dituntut untuk dapat memimpin dirinya sendiri.
Namun sekarang ini, sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih. Ini
tergantung kepada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan
organisasi yang ia pimpin. Jiwa pemimpin merupakan hal yang vital sekali bagi
wirausaha untuk dikembangkan.
5. Berorientasi ke masa depan
Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi ke depan, apa yang
hendak ia lakukan, apa yang ingin di capai. Sebab sebuah bisnis bukan didirikan
untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Oleh sebab itu, faktor kontinuitasnya
harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan. Untuk mengahadapi
pandangan jauh ke depan , seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan
strategi yang matang, agar jelas langkah-langkah yang akan dilaksanakan.
6. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
bersifat baru, baik berupa gagasan maupun karya yang nyata, yang relatif berbeda
dengan apa yang ada sebelumnya atau membuat kombinasi-kombinasi baru atau
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, variabel yang sudah ada
sebelumnya.
Dari paparan di atas, maka jelaslah bahwa seorang wirausaha haruslah memiliki
ciri-ciri: percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, mengkalkulasi resiko,
kepemimpinan berorientasi ke masa depan dan kreativitas. Dengan ciri-ciri
tersebut maka seorang wirausaha mampu bertahan dalam setiap siklus bisnis.
Karena seorang wirausaha akan tetap berusaha dan berjuang, ketika dihadapkan
berbagai tantangan dan kegagalan dalam mencapai kesuksesan dalam bisnis dan
kehidupan.
D. KEUNTUNGAN WIRAUSAHA
Tiap orang tertarik untuk berwirausaha dikerenakan berbagai keuntungan, banyak sekali
keuntungan yang akan didapat jika seseorang berani untuk berwirausaha yang paling
terlihat keuntungannya dalam berwirausaha dapat dikelompokkan dalam tiga kategori
dasar:
1. Laba
2. Kebebasan,dan
3. Kepuasana dalam menjalani hidup
Laba adalah salah satu cara dalam mempertahankan nilai perusahaan. Beberapa
wirausaha mungkin mengambil laba bagi dirinya sendiri atau membagikan laba
tersebut, tetapi kebanyakan wirausaha puas dengan laba yang pantas.
4. Berani memulai.
Dunia kewirausahaan adalah dunia ketidakpastian sementara informasi yang dimiliki
oleh yang akan memulai usaha sedikit. Oleh karenanya, ‘sedikit agak gila’
(overconfidence) dan berani mengambil resiko adalah sangat perlu dilakukan.
Lakukan dulu. Jalan dulu. Jika ada kesulitan, baru dicari jalan keluarnya.
F. TANTANGAN BERWIRAUSAHA
Meskipun keuntungan dalam berwirasuaha menggiurkan, tapi ada juga biaya yang
berhubungan dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan mengoperasikan
bisnis sendiri membutuhkan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan
kekuatan emosi. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada
bagi wirausaha, tidak ada jaminan kesuksesan. Wirausaha harus menerima berbagai
resiko berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tantangan berupa kerja keras, tekanan
emosional, dan risiko meminta tingkat komitmen dan pengorbanan jika kita
mengharapkan mendapatkan keuntungan.