You are on page 1of 3

1.

Nama Tari : Tari Dolalak


http://purworejotempodoloe.blogspot.com/2009/11/tari-dolalak-khas-purworejo.html
2. Asal Daerah : Purworejo

3. Jenis Tarian : Koreografi Tradisi Klasik

4. Sejarah Perkembangan : Awal mula kehadirannya tidak diketahui secara pasti namun
ada pada zaman penjajahan Belanda. Tari dolalak tercipta karena terinspirasi oleh
perilaku serdadu Belanda pada saat beristirahat di camp-camp. Serdadu- serdadu
tersebut beristirahat sambil minum-minuman keras, ada juga yang menyanyi dan
berdansa ria. Aktifitas sehari-hari para serdadu di kamp ditiru oleh para pengikutnya
yang kebanyakan pribumi. Tari dolalak berasal dari kata “do” dan “la-la” yang
dimaksud not balok dari do,re,mi,fa,sol,la,si,do, yang diambil dari pendengaran
penduduk pribumi yang berubah menjadi lidah jawa dolalak, sekitar tahun 1940. Tari
ini oleh rakyat Indonesia diciptakan sebagai misi keagamaan dan politik untuk
memerangi Belanda.

5. Tema Tarian : Heroic

6. Gerak Tari : Sederhana dan berulang-ulang, diperankan oleh remaja putri yang
berpakaian mirip serdadu Belanda. Tari dolalak mempunyai berbagai ragam sesuai
dengan daerah asalnya misalnya; gaya Kaligesingan, Mlaranan, Sejiwanan, dan
Banyuuripan. Gerak tari dolalak merupakan gerak keprajuritan didominasi oleh gerak
yang rampak dan dinamis nyaris seperti gerakan bela diri pencak silat yang
diperhalus. Gerakan “kirig” (gerakan bahu yang cepat pada saat-saat tertentu)
merupakan ciri khas dolalak yang tidak didapati pada tarian lain.
Dalam tari terdapat berbagai macam istilah diantaranya:
a. Gerak kaki seperti adeg, tanjak, hoyog, sered, mancat, gejug, jinjit, ngentrik,
ngetol, engklel, sing, ngetol, pencik, kesutan, sampok, jengkeng dan sepak.
b. Gerak tangan seperti ngruji, taweng, ngregem, malangkerik, ukel, ukel wolak-
walik, tepis, jentus, keplok, enthang, siak, kesutan grodha, miwir sampur, ngithir
sampur, bapangan wolak-walik, atur-atur, cathok, mbandhul, cakilan, dan
tangkisan.
c. Gerak tubuh/ badan seperti ogek, entrag dan geblag.
d. Gerak leher seperti tolehan, lilingan, dan coklekan.
e. Gerak bahu seperti kirig, dan kedher.

7. Irinngan dan Instrumen yang digunakan adalah kendang, rebana dan bedug syair-
syairnya tentang keagamaan, pendidikan dan juga berbagai kritik dan sindiran.

8. Definisi :
Tari ini oleh rakyat Indonesia diciptakan sebagai misi keagamaan dan politik
untuk memerangi Belanda. Tari ini dipentaskan pada saat-saat tertentu, diantaranya;
mantu,sunatan dan syukuran. Biasanya warga mengundang group tertentu yang
disebut nanggap dalam bahasa jawa, tari ini ditarikan menjelang hajatan yaitu pada
malam hari semalam suntuk. Dalam perkembangan selanjutnya kabupaten Purworejo
memperhatikan perkembangannya kemudian mengangkat kesenian ini lewat
penataran dan seminar tentang tari dolalak. Bahkan dolalak dijadikan muatan lokal
dalam pendidikan dasar. Perhatian pemerintah juga tampak dengan memberikan alat
dan kostum. Sehingga kini dolalak sudah terkenal sampai di TMII yang pernah pentas
di anjungan Jawa Tengah. Seiring berjalannya waktu kemudian dolalak menjadi aset
mata pencaharian tambahan bagi penari dan pengiring group tersebut. Sebab pada
musim pernikahan banyak menampilkan tari dolalak untuk meramaikannya. Memilik
beberapa unsur, diantaranya :

a. Gerak
b. Busana
Kostum tradisional dolalak menggunakan baju lengan panjang hitam dan
celana pendek hitam dengan pelisir “untu walang” pada tepinya. Serta
aksesorius kuning keemasan pada bagian dada dan punggung ditambah topi
pet hitam dengan hiasan dan kaos kaki panjang, namun saat ini dimodivikasi
pada celana pendek yang dahulu diatas lutut menjadi di bawah lutut. Bahkan
ada juga yang dimodivikasi dengan gaya muslim dengan berkerudung namun
aksesorisnya tetap sama. Memakai sampur pendek yang diikat di sebelah
kanan saja.
c. Musik.
Semula hanya acapela, namun dalam perkembangannya diiringi dengan lagu
dan tembang seerta iringan solawat jawa dan dilengkapi juga dengan bedug,
kendang, terbang, kecer dan organ. Musiknya beragam dari vocal “bawa”
sebagai lagu pembuka hingga lagu parikan atau pantun yang menggunakan
bahasa melayu lama dan sebagian bahasa jawa bahkan bahasa arab. Bahkan
sekarang masuk juga lagu jenis pop, dangdut dan campursari.
d. Syair lagu
bertema tentang agama sindiran sosial, kegembiraan dan nasehat kehidupan
ada juga yang bernuansa romantis yang dinyatakan dengan pantun atau
parikan.
Dansa (tari gaul gaya barat ) dengan iringan lagu membangkitkan inspirasi
beberapa warga pribumi untuk menirunya menjadi tari dolalak.
Penelitian Prihartini membagi tari dolalak menjadi tiga bagian yaitu: tari
kelompok, tari pasangan, dan tari tunggal. Tari tunggal biasanya diikuti dengan
“trance” atau kesurupan sehingga penari bisa menari hingga berjam-jam.
Pada perkembangannya tari dolalak dimodivikasi sehingga bisa ditarikan hanya 15
menit. Pada awal kehadirannya sampai tahun 1970 dolalak merupakan kesenian
rakyat yang berfungsi sebagai penghibur pada kegiatan hajatan masyarakat desa. Pada
dekade 1970 ketika pemerintah mulai menggalakkan kesenian daerah sebagai aset
wisata, dan mulai ada campur tangan dari pemerintah dan pembinaan. Atas prakarsa
Bupati Soepanto (1975) yang menganjurkan kaum wanita bisa menjadi penari dolalak
mendapat respon yang positif. Sehingga mulailah muncul group- group dolalak di
tingkat kecamatan dan mencapai puncaknya pada dekade 1980 –an. Bahkan pada
tahun 80 an terjadi perubahan yang menonjol dimana kemudian para penari yang
tadinya lelaki diganti menjadi wanita yang diawali dengan group dolalak dari dusun
Teneran, desa Kaligono, kecamatan Kaligesing. Dan kemudian pada saat ini
berkembang pesat group dolalak yang penarinya wanita.
Isi lain yang perlu diungkap adalah “mantra” yang digunakan oleh sesepuh group
dolalak ketika mengendalikan kekuatan ghaib yang merasuki penari dolalak. Sebelum
group dolalak menari telah disediakan sesaji diantaranya: bunga setaman minimum 3
macam, minuman ( teh, kopi, dan air putih), kelapa muda, pisang dan jajan pasar, alat
kecantikan (bedak, lipstik, kaca pengilon, sisir dan minyak wangi), kinang, sirih dan
kapur sirih. Semuanya itu disajikan untuk penari yang “mendhem” atau kerasukan roh
halus. Dalam kondisi menari mereka bisa totalitas dan bahkan kadang dapat
melakukan hal- hal yang aneh dan diluar kebiasaan.

You might also like