You are on page 1of 29

Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh


prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan
suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah
dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah
mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan. Belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi
apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan
belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami
pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu
sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan
pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu
titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar
sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi
belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan
psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri
siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak
antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat
digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi
yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak
dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas
bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar
mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat
menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat
kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang
tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil
daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan
intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,
semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk
meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi
merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.

Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan.
Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa
“bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan,
yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan
kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut
Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk
melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat
ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi
rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat
keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang
baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan.
Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”
Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-
keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau
kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan
karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam
menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk
melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap
sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat
tercapai sesuai dengan keinginannya.

Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang
mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam
kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk
belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah
menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi
instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang
bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan
sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang
datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan
belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada
untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam
diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk
membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan
kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di
luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan
sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada
individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah
“keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga
pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi
bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman
merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.
Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-
lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik
dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana
orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian
orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun.
Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk
belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru
dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik
akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang
akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru
harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat
dalam mengajar.

c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena
lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab
dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu
berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat:
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang
sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak
akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya
merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat
terpengaruh pula.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam
pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-
kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu
lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa
pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Pengguna Facebook yang masih sekolah berhati-hatilah! Menurut studi yang dilakukan oleh
Ohio State University, semakin sering kamu menggunakan Facebook, semakin sedikit waktu
kamu belajar dan semakin buruklah nilai-nilai mata pelajaran kamu. Begitu tertulis dalam
laporan studi yang mengambil sampel 219 mahasiswa Ohio State University tersebut. Namun
penulis laporan mengatakan, laporannya hanya memperlihatkan kemungkinan hubungan antara
penggunaan Facebook dan menurunnya nilai-nilai yang kamu peroleh di sekolah.

Faktanya, jika kamu pengguna Facebook, kemungkinan besar kamu selalu ingin mengetahui
status yang dikabarkan oleh teman-teman kamu. Kenikmatan semangkuk baso, asyiknya irama
jazz, foto-foto pesta teman-teman dekat kamu, dan pertanyaan-pertanyaan yang berharap
mendapatkan komentar karena kamu ingin memastikan seseorang di jaringan pertemanan kamu
sedang membaca tulisan kamu memang sangat menggoda hati dan juga menyita waktu kamu.
Akhirnya, kamu mungkin terpicu untuk menulis hal-hal tak penting, membaca hal-hal sepele,
dan juga berpikir secara tak cerdas.

Untunglah bukan itu yang dilaporkan oleh peneliti Ohio State University. Namun disebutkan
bahwa 65 persen mahasiswa setiap hari mengakses Facebook minimal satu kali dan
menghabiskan setidaknya satu jam di laman tersebut. Yang menarik, 79 persen dari pengguna
Facebook merasa bahwa menggunakan laman tersebut tidak mempengaruhi kualitas pekerjaan
mereka. Namun yang terpengaruh adalah nilai ujian.‘’Ini ibarat perbedaan antara dapat nilai A
dan B,’’ kata Aryn Karpinski, peneliti Ohio State yang menanyai 219 mahasiswa untuk
penelitiannya.
DAMPAK NEGATIF SITUS JEJARING SOSIAL

TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di era globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih,
penyebaran informasi serta akses telekomunikasi dan transportasi semakin lebih cepat dan
mudah. Tidak dapat dipungkiri hal tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung
mempunyai dampak bagi masyarakat, baik itu berdampak positif ataupun negatif. Dampaknya
pun tidak terbatas terhadap kalangan tertentu saja, namun telah meluas ke semua kalangan baik
kalangan terpelajar maupun bukan kalangan terpelajar.

Internet merupakan salah satu hasil dari kecanggihan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi buatan manusia. Internet adalah singkatan dari Interconnected Networking yang
apabila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti rangkaian komputer yang terhubung di dalam
beberapa rangkaian jaringan. Fungsi internet bermacam-macam, dan salah satunya adalah
sebagai tempat komunitas jejaring sosial dunia maya. Jejaring sosial merupakan suatu layanan
dari sebuah cakupan sistem software internet yang memungkinkan penggunanya dapat
berinteraksi dan berbagi data dengan pengguna yang lain dalam skala yang besar.

Situs jejaring sosial di internet bermacam-macam jenis dan bentuknya, namun yang paling
dikenal dan banyak digandrungi remaja jaman sekarang adalah facebook, friendster, My Space
dan twitter. Lalu, apakah situs jejaring sosial ini mendatangkan manfaat atau mendatangkan
masalah baru dalam kehidupan?

Akhir-akhir ini banyak dijumpai pemberitaan di media cetak dan elektronik yang memberitakan
tentang penyalahgunaan situs jejaring sosial. Beberapa berita yang paling hangat adalah kasus
seorang anak remaja laki-laki yang membawa kabur seorang anak remaja perempuan yang
dikenal lewat situs jejaring sosial (facebook), dan penggunaan situs jejaring sosial (facebook)
sebagai ajang prostitusi di kalangan remaja. Keadaan ini sungguh sangat ironis dengan tujuan
utama situs jejaring sosial itu dibuat, yakni untuk memperluas hubungan sosial.

Tidak hanya kehidupan umum saja yang terkena dampak dari situs jejaring sosial, namun
pengaruhnya mulai dirasakan dalam dunia pendidikan. Dampak terburuk dalam dunia
pendidikan yang mungkin dihasilkan dari situs jejaring sosial adalah mulai menurunnya motivasi
dan prestasi belajar siswa. Motivasi adalah salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh siswa
demi mencapai prestasi belajar yang diingingkan. Jika motivasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran telah menurun, bagaimana prestasi belajar yang baik dapat dicapai?

Hal inilah yang melatarbelakangi kami sebagai penulis untuk memberikan sebuah gagasan
mengenai “Dampak Negatif Situs Jejaring Sosial Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar
Siswa”. Adapun tujuan kami melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa dan
seberapa besar pengaruh situs jejaring sosial terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa.
Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode observasi dan telaah pustaka.

Tujuan

Melalui penulisan karya tulis ini tujuan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu agar pembaca tahu
mengenai dampak-dampak negatif dari situs jejaring sosial dalam bidang pendidikan, serta
bagaimana cara untuk menanggulanginya.

Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah agar pembaca tahu bahaya situs jejaring
sosial, dapat mencegah serta menanggulangi dampak negatif dari situs jejaring sosial tersebut.

GAGASAN

Kondisi yang Relevan dengan Gagasan

Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul
(umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik
seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain sebagainya. Jejaring sosial sebagai struktur
sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan
dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-
hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J.A. Barnes di tahun 1954.

Akhir-akhir ini banyak dijumpai pemberitaan di media cetak dan elektronik yang memberitakan
tentang penyalahgunaan situs jejaring sosial. Beberapa berita yang paling hangat adalah kasus
seorang anak remaja laki-laki yang membawa kabur seorang anak remaja perempuan yang
dikenal lewat situs jejaring sosial (facebook). Selain itu penyalahgunaan situs jejaring sosial
(facebook) juga digunakan sebagai ajang prostitusi di kalangan remaja. Selain kedua hal tersebut,
masih banyak lagi masalah-masalah yang ditimbulkan dari situs pertemanan sosial. Keadaan ini
sungguh sangat ironis dengan tujuan utama situs jejaring sosial itu dibuat, yakni untuk
memperluas hubungan sosial, untuk kebutuhan konsumen atau pemakai, menekankan pada sisi
sosial atau eksternal, serta lebih diutamakan sisi emosionalnya (dalam Pengaruh Jejaring Sosial
Dalam Masyarakat, SatriaKusumaIndustriesBlog.com).

Dampak situs jejaring sosial mungkin lebih banyak dirasakan oleh kalangan remaja, karena
sebagian besar pengguna jejaring sosial adalah dari kalangan remaja pada usia sekolah. Karena
sangat mudah menjadi anggota dari situs jejaring sosial, maka tidak heran jika banyak orang baik
sengaja ataupun hanya coba-coba mendaftarkan dirinya menjadi pengguna situs jejaring sosial
tersebut. Tidak butuh waktu lama akan menjadi kebiasaan untuk mengakses dan membuka situs-
situs jejaring sosial tersebut, dan berinteraksi secara pasif di dalamnya. Akibatnya pengguna
dalam hal ini peserta didik (siswa) bisa lupa waktu karena terlalu asyik dengan kegiatannya di
dunia maya tersebut.
Yang paling menghawatirkan adalah bahwa pada era teknologi dan globalisasi seperti sekarang
ini, telepon seluler yang dulunya hanya berfungsi sebagai alat penerima dan pemanggil jarak
jauh, kini dapat digunakan untuk mengakses internet dan situs jejaring sosial. Jadi siswa tidak
perlu lagi ke warnet untuk mengakses situs pertemanan, melainkan dapat mengaksesnya
langsung di telepon seluler mereka. Hal ini semakin menambah banyak kasus penyalahgunaan
situs jejaring sosial untuk hal yang tidak sesuai dengan aturan.

Tidak hanya siswa, para mahasiswapun tidak luput dari dampak situs jejaring sosial ini. Sebuah
penelitian terbaru dari Aryn Karpinski, peneliti dari Ohio State University, menunjukkan bahwa
para mahasiswa pengguna aktif jejaring sosial seperti facebook ternyata mempunyai nilai yang
lebih rendah daripada para mahasiswa yang tidak menggunakan situs jejaring sosial facebook.
Dari 219 mahasiswa yang diriset oleh Karpinski, 148 mahasiswa pengguna situs facebook
ternyata memiliki nilai yang lebih rendah daripada mahasiswa non pengguna. Menurut
Karpinski, memang tidak ada korelasi secara langsung antara jejaring sosial seperti facebook
yang menyebabkan nilai para mahasiswa atau pelajar menjadi jeblok. Namun diduga jejaring
sosial telah menyebabkan waktu belajar para siswa atau mahasiswa tersita oleh keasyikan
berselancar di situs jejaring sosial tersebut. Para pengguna jejaring sosial mengakui waktu
belajar mereka memang telah tersita. Rata-rata para siswa pengguna jejaring sosial kehilangan
waktu antara 1 – 5 jam sampai 11 – 15 jam waktu belajarnya per minggu untuk bermain jejaring
sosial di internet. (dalam www.pengaruh facebook.com).

Berdasarkan hasil riset Yahoo di Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres pada
tahun 2009, pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. Riset itu
dilakukan melalui survei terhadap 2.000 responden. Sebanyak 53 persen dari kalangan remaja itu
mengakses internet melalui warung internet (warnet), sementara sebanyak 19 persen mengakses
via telepon seluler. Sebagai gambaran, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada
2009 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta.
Pertumbuhannya setiap tahun rata-rata 25 persen. Riset Nielsen juga mengungkapkan, pengguna
Facebook pada 2009 di Indonesia meningkat 700 persen dibanding pada tahun 2008. Sementara
pada periode tahun yang sama, pengguna Twitter tahun 2009 meningkat 3.700 persen. Sebagian
besar pengguna berusia 15-39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa memang benar adanya
pengguna situs jejaring sosial adalah dari kalangan remaja usia sekolah.

Motivasi dan prestasi belajar siswa dapat menurun karena situs jejaring sosial. Buktinya pada
penelitian yang dilakukan oleh Aryn Karpinski yang sudah ditulis di bagian atas. Prestasi belajar
dalam hal ini nilai siwa menurun akibat terlalu sering membuka situs jejaring sosial di internet.
Hal ini mungkin karena motivasi belajar siswa tersebut juga menjadi berkurang karena lebih
mementingkan jejaring sosialnya daripada prestasi belajarnya sendiri. Motivasi sangat
memegang pengaruh yang penting terhadap siswa, karena dengan motivasi siswa tersebut dapat
menyadari betapa pentingnya belajar untuk kehidupan yang akan datang. Motivasi juga
berpengaruh terhadap pencapaian cita-cita siswa yang mungkin telah tertanam sejak siswa itu
memiliki cita-cita. Untuk itulah motivasi belajar siswa perlu dipertahankan dan jangan sampai
motivasi tersebut menurun akibat dari penggunaan sius jejaring sosial yang semakin
menghawatirkan.

Solusi Penyelesaian Masalah


Banyak masalah yang ditimbulkan jejaring sosial di kehidupan nyata, terlebih dampak nyatanya
pada dunia pendidikan. Motivasi siswa kini menurun, prestasi belajarnyapun menurun, dan minat
siswa untuk mengikuti pelajaran juga mulai mengalami penurunan. Kurangnya waktu belajar
juga meruoakan implikasi dampak negatif dari situs jejaring sosial. Masalah-masalah tersebut
dapat saja diatasi dengan jalan melarang siswa atau anak didik untuk tidak menjadi pengguna
jejaring sosial. Tapi, apa hanya sampai di situkah pengawasan yang dilakukan?

Setidaknya ada beberapa dampak negatif dari situs jejaring sosial:

Membuat Seseorang Menjadi Penyendiri dan Susah Bergaul

Situs jejaring sosial di internet membuat penggunanya memiliki dunia sendiri, sehingga tidak
sedikit dari mereka tidak peduli dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Seseorang yang
telah kecanduan situs jejaring sosial sering mengalami hal ini. Yang mengakibatkan dirinya tidak
peduli dengan lingkungan sekitarnya lagi.

Kurangnya Sosialisasi dengan Lingkungan

Hal ini cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan kehidupan sosial peserta didik (siswa).
Mereka yang seharusnya belajar sosialisai dengan lingkungan justru lebih banyak menghabiskan
waktu untuk berselancar di dunia maya bersama teman teman di komunitas jejaring sosialnya,
yang rata-rata membahas sesuatu yang tidak penting. Akibatnya kemampuan interaksi siswa
menurun.

Menghamburkan Uang

Akses internet untuk membuka situs jejaring sosial jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan
siswa (terlebih kalau akses dari warnet). Tidak jarang siswa menggunakan uang SPP mereka
untuk pergi ke warnet sekedar untuk membuka situs jejaring sosial saja. Ini dapat dikategorikan
sebagai pemborosan, karena menggunakan uang secara tidak produktif.

Berkurangnya Waktu Belajar Siswa

Hal ini sudah jelas, karena dengan mengakses internet dan membuka situs jejaring sosial siswa
akan lupa waktu, sehingga yang dikerjakannya hanyalah itu-itu saja.

Menurut pengamat sosial media dan teknologi informasi Nukman Luthfie, selain harus waspada,
orang tua juga harus mempelajari secara mendalam media sosial ini demi masa depan anak-anak.
Berdasar penelusurannya, ditemukan fakta bahwa dari 17,6 juta pemilik akun jejaring sosial
facebook berasal dari Indonesia, dan 360.000 orang di antaranya berumur 13 tahun.

“Bagi orang tua, saya sarankan untuk segera menghindarkan anak-anaknya yang belum berumur
13 tahun dari facebook atau jejaring sosial sejenis. Memang banyak games menarik di facebook
yang bisa menggoda anak-anak. Namun tetap saja harus dihindari. Masih banyak games lain
yang menarik dan bisa dimainkan tanpa harus jadi anggota facebook,” kata Nukman.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua sebagai langkah untuk menjaga anak-anak
mereka dari dampak negatif situs jejaring sosial, di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, berupaya belajar tentang internet serta situs jejaring sosial yang ada di internet tersebut.
Hal ini perlu dilakukan agar setidaknya para orang tua mengetahui seperti apa teknologi
sekarang ini, dan bisa mengawasi anaknya pada saat berselancar di internet. Kedua, beritahukan
tentang bahaya yang mengintai dalam penggunaan situs jejaring sosial. Hal ini akan membuat
anak menjadi lebih berhati-hati dalam menggunakan jejaring sosial tersebut, dan mengerti
batasan-batasannya. Ketiga, sebisanya dampingi anak saat berselancar di dunia maya, terlebih
pada saat anak tersebut membuka situs jejaring sosial. Keempat, tidak memberikan telepon
seluler yang dapat mengakses internet pada anak yang belum cukup umur.

Langkah-langkah Strategis Pengimplementasian Gagasan

Dalam perkembangannya di jaman sekarang ini, mengakses internet dan membuka situs jejaring
sosial kini dapat dilakukan dengan telepon seluler. Hal ini cukup membuat dampak dari jejaring
sosial sangat dirasakan dikalangan siswa. Masalahnya adalah banyak siswa yang mengakses situs
jejaring sosial tersebut dari telepon seluler mereka pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Akibatnya para siswa tidak serius mengikuti pelajaran yang berlangsung, sehingga konsentrasi
mereka hanya pada jejaring sosial yang mereka akses melalui telepon genggam. Melihat keadaan
ini, lambat laun motivasi belajar mereka juga akan mengalami penurunan. Motivasi belajar
sangat erat kaitannya dengan prestasi siswa. Jika motivasi atau keinginan siswa untuk belajar
rendah maka yang terjadi adalah prestasi mereka juga akan mengalami penurunan. Hal inilah
yang sangat menghawatirkan dalam dunia pendidikan.

Dari paparan dampak situs jejaring sosial di atas, adapun langkah strategis yang dapat dilakukan
untuk pengimplementasian gagasan yaitu sebagai berikut:

Memberikan Pemahaman kepada Siswa Tentang Bahaya Situs Jejaring Sosial

Langkah ini perlu dilakukan agar para siswa tahu bahaya dari penggunaan situs jejaring sosial,
dan dapat menggunakannya secara lebih bijak. Selain itu langkah ini juga dapat menimbulkan
rasa waspada kepada siswa sehingga dalam menggunakan situs jejaring sosial mereka lebih
berhati-hati.

Usahakan Untuk Tidak Memberikan Telepon Seluler yang Dapat Mengakses Internet (situs
jejaring sosial)

Kecanggihan alat komunikasi sekarang ini telah memungkinkan telepon seluler untuk mengakses
internet. Bahkan beberapa merek telepon seluler ternama berlomba-lomba mengeluarkan produk
yang memiliki kecanggihan dan kemampuan akses internet, yang memungkinkan penggunanya
mengakses situs jejaring sosial dengan sangat mudah. Hal ini dapat menyebabkan siswa
kecanduan mengakses situs jejaring sosial dengan telepon seluler mereka. Maka dari itu sebagai
orang tua, usahakanlah untuk tidak memberikan telepon seluler kepada anak usia dini, karena
kebanyakan anak usia dini belum dapat memanfaatkan internet dengan baik, maka akan
berakibat pada prestasi mereka disekolah karena terlalu sering mengakses internet atau jejaring
sosial. Karena tujuan utama telepon seluler adalah untuk alat komunikasi saja.

Mengawasi Siswa dalam Berinternet atau Berjejaring Sosial

Pengawasan terhadap pergaulan siswa dalam jejaring sosial dunia maya sangat diperlukan,
karena jika siswa tidak diawasi mereka akan dengan mudah mengakses situs jejaring sosial
tersebut dan menggunakannya kea rah yang tidak baik. Pergaulan mereka akan mudah melawan
perkataan orang tua, dan usaha kita untuk menyelamatkan anak untuk tidak menggunakan akses
internet secara berlebihan akan sia-sia dan tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Pergaulan
anak yang bebas dan pengaruh dari teman-teman juga dapat memudahkan anak untuk mengakses
situs jejaring sosial dengan mudah. Maka dari itu mereka perlu diawasi untuk tidak mengakses
internet dengan bebas.

Dengan mengimplementasikan gagasan di atas, diharapkan berbagai dampak negatif yang


ditimbulkan oleh situs jejaring sosial dapat ditanggulangi, baik sebelum terjadi atau sesudah
dampak itu terjadi. Namun untuk lebih meminimalkan dampak negatif yang dihasilkan dari situs
jejaring sosial, alangkah lebih baiknya jika kita menggunakan internet dan jejaring sosial dengan
bijak.

KESIMPULAN

Gagasan yang Diajukan

Adapun gagasan yang dapat kami ajukan adalah, sebagai seorang siswa yang mempunyai nalar
dan pikiran kritis terhadap persoalan yang ada, alangkah lebih baik jika menggunakan situs
jejaring sosial dengan lebih bijaksana dan sesuai dengan aturan, agar dampak negatif yang
ditimbulkan menjadi lebih berkurang. Sehingga motivasi belajar siswa tetap terjaga dan prestasi
belajar mereka dapat ditingkatkan lagi, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai
peserta didik.

Teknik Implementasi yang Dilakukan

Mengenai teknik implementasi, kami mencoba untuk memberikan pengarahan kepada siswa
tentang dampak dan akibat negatif dari situs jejaring sosial tersebut, agar siswa dapat lebih
memahami penggunaan situs jejaring sosial dan menggunakannya dengan baik. Selain itu siswa
juga perlu diberi kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi belajarnya.

Manfaat dan Dampak

Manfaat dari karya tulis ini yaitu memberikan solusi mengenai dampak negatif dari situs jejaring
sosial terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. Agar nantinya dampak tersebut dapat
diminimalisir adanya. Adapun dampak dari karya gagasan ini yaitu memberikan porsi solusi dan
pemecahan masalah yang beragam terhadap dampak negatif jejaring sosial terhadap motivasi dan
prestasi belajar siswa, sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
DAFTAR RUJUKAN

http://anugerawan.blogspot.com/2009/12/dampak-negatif-dan-positif-jaringan.html. Diakses
pada Minggu, 21 Pebruari 2010.

http://merdeka-panthom.blogspot.com/10 dampak negatif facebook bagi pelajar dan remaja.


Diakses pada Senin, 22 Pebruari 2010.

http://rayandimas.blogspot.com/2010/02/dampak-dari-jejaringan-sosial.html. Diakses pada


Minggu, 21 Pebruari 2010.

http://www.kompas.com/Berjejaring Sosial Itu Butuh Kedewasaan. Di akses pada Senin, 22


Pebruari 2010.
Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan (sekolah) merupakan wadah para siswa dalam menggali ilmu
pengetahuan, salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi tingkat hasil
belajar siswa adalah motivasi belajar yang ada pada diri siswa. Adanya motivasi
belajar yang kuat membuat siswa belajar dengan tekun yang pada akhirnya
terwujud dalam hasil belajar siswa tersebut. Oleh karena itulah motivasi belajar
hendaknya ditanamkan pada diri siswa agar dengan demikian ia akan dengan
senang hati akan mengikuti materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah.
Perlu ditanamkan pada diri siswa bahwa dengan belajarlah akan mendapatkan
pengetahuan yang baik, siswa akan mempunyai bekal menjalani kehidupannya di
kemudian hari. Hal

hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar pada diri siswa dapat timbul dari
dirinya sendiri, lingkungan sekolah maupun dari lingkungan keluarga. Dari
lingkungan sekolah misalnya guru di samping mengajar juga hendaknya
menanamkan motivasi belajar kepada siswa yang diajarnya. Banyak siswa yang
tidak termotivasi belajar mengakibatkan hasil belajarnya menurun. Oleh karena
itulah sekolah hendaknya mengkondisikan lingkungannya sedemikian rupa dengan
demikian siswa akan termotivasi untuk belajar.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta pembatasan


masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar
siswa dengan hasil belajar siswa. SMK Al-Hidayah I Jakarta.

E.

Tujuan Penelitian

1.
Tujuan penelitian ini di tujukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan motivasi
belajar siswa dengan hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah I Jakarta, serta ingin
mengetahui apakah metode pendekatan yang di pergunakan dalam rangka
peningkatan hasil belajar siswa. 2.

Untuk mengembangkan cakrawala wawasan berpikir, khususnya dalam


memecahkan masalah

masalah yang ada hubungannya dengan motivasi belajar dengan hasil belajar dan
meningkatkan motivasi siswa belajar walaupun di luar lingkungan sekolah.

F.

Kegunaaan Penelitian

Dengan penelitian yang telah dilakukan, penulis berharap penelitian ini mempunyai
banyak kegunaan yang di peroleh antara lain: a.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan yang positif bagi
pelaksanaan proses pembelajaran. b.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sendiri guna meningkatkan
profesionalisme di bidang penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIK, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.

Landasan Teoritik 1.
Pengertian Motivasi Belajar

Dalam bukunya yang berjudul: Belajar Secara Efektif, Hakim berpendapat bahwa

yang dimaksud dengan motivasi : “Motivasi

didefinisikan sebagai suatu dorongan kehendak yang menyebabkan

seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.”

Pendapat di atas menunjukkan bahwa seseorang melaksanakan sesuatu karena


ada dorongan dalam dirinya untuk mencapai sesuatu. Makin kuat dorongan
tersebut maka makin optimal pula ia berupaya agar sesuatu yang dituju dapat
tercapai, di mana kalau sesuatu yang diinginkan itu dapat tercapai maka ia akan
merasa berhasil dan juga akan merasa puas. Istilah motivasi adalah kata yang
berasal dari bahasa latin yaitu

“movere yang berarti menggerakkan.”

Banyak ragam teori motivasi yang akan diutarakan dalam bab ini. Namun
terlebuih dahulu akan di tampilkan suatu model yang bisa merangsang tumbuhnya
motivasi siswa di dalam pembelajarannya. Menurut Keller seperti yang di kutip oleh
Prasetya, Suciati, dan Wardani dikemukakan model ARCS (Attention, Relevance,
Confidance, and Satisfaction).

a.

Perhatian Perhatian siswa didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin
tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian,
dan perhatian tersebut terpelihara selama proses beljar mengajar, bahkan lebih
lama lagi. Rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen-
elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada. Apabila elemen-elemen
seperti itu dimasukan dalam rancangan pembelajaran, hal itu akan menstimulir rasa
ingin tahu siswa. Namun yang perlu diperhatikan stimulir tersebut jangan terlalu
berlebihan, sebab akan menjadikan hal yang biasaan dan kurang keefektifannya. b.

Relevan Relevan menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan


kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi akan terpelihara apabila mereka
menganggap apa yang dipelajari memnuhi kebutuhan pribadi, atau nbermanfaat
dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi dikelompokkan ke dalam
tiga kategori yaitu motivasi pribadi, motif instuental, dan motif cultural.

c.

Kepercayaan Diri Merasa diri kompeten atau atau mampu merupakan potensi untuk
dapat berinteraksi secara positif dengan linkungan. Kopnsep tersewbut
berhubunhgan dengan keyakinan pribadi siswa bahwa dirinya memiliki untuk
melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku
dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
harapan untuk berhasil. Hal ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses
dimasa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman
sukses dengan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa
keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan
memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya. d.

Kepuasan Keberhasilan dalam mencapai siatu tujuan akan menghasilakan


kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan
serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang
diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Untuk
memelihara dan meningkatkan motivasi siswa, duru dapat menggunakan
pemberian penguatan berupa pujian, kesempatan dan lain-lain. Berkaitan dengan
hal tersebut di atas sudah sangat jelas sekali bahwa, seseorang di dalam
melakukan sesuatu tindakan pasti mempunyai suatu alasan yang dijadikan dasar,
atas sebab apa dia melakukan tindakan tersebut. Pengertian motif tidak bias
dipisahkan dengan kebutuhan. Seseorang yang melakukan suatu tindakan pasti ada
tujuan yang ingin dicapai. Senada dengan pengertian tersebut di atas, Freemont
dan James, seperti yang diterjemahkan oleh Hasyim Ali menyatakan :

“Motivasi adalah apa yang menggerakkan seseorang untuk bertindak

dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan sesuatu


kecenderungan perilaku tertentu, yang dapat dipicu oleh rangsangan luar, atau
yang lahir dari dalam diri orang itu se

ndiri.”

Setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang secara sadar maupun tidak,


berusaha untuk mewujudkannya. Hali ini menunjukkan bahwa kebutuhan
merupakan awal timbulnya suatu perilaku, diperlukan adanya suatu dorongan
(motivasi) yang mampu menggerakkan atau mengarahkan perilaku tersebut. Setiap
manusia berbeda antara satu dengan lainnya, perbedaan itu selain pada
kemampuannya dalam bekerja juga tergantung pada keinginannya untuk bekerja
atau tergantung kepada keinginan, dorongan dan kebutuhannya untuk bekaerja.
Keinginan untuk bekerja dalam hal ini disebut motivasi. Menurut Sardiman A.M
Motivasi adalah : Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka berusaha untuk meniadakan atau
mengelakan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi itu dapat dirangkai oleh
factor dari luar tetapi motivasi adalah tumbuh di

dalam diri seseorang.”

Motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang, kita kenal sebagai motivasi internal
yang tumbuh karena adanya kebutuhan dan keinginan.

Sedangkan motivasi yang tumbuh di luar diri seseorang disebut motivasi eksternal
yang harus diciptakan dan diarahkan supaya dapat membantu tumbuhnya motivasi
internal. Sedangkan menurut Hadari Nawawi membedakan motif menjadi dua
yaitu : Motif intrinsik, yaitu dorongan yang terdapat didalam pekerjaan, yang
dilakukan motif ekstrinsik, yakni dorongan yang berasal dari luar pekerjaan yang
sedang dilakukan.

Dari berbagai teori dan penanganan mengenai motivasi yang dikemukakan diatas,
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu kondisi internal yang mampu
menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang menggerakkan dan mengarahkan
untuk melakukan perilaku dan aktifitas tertentu guna mencapai tujuan dalam
rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2.

Jenis-Jenis Motivasi dalam Belajar

Menurut Salnadi Sutadipura yang memberikan pendapat mengenai motivasi dalam


praktek belajar. Motivasi dalam belajar adalah merupakan suatu proses, yang mana
proses tersebut dapat: a.

7
Membimbing anak didik kita ke arah pengalaman-pengalaman, dimana kegiatan
belajar itu dapat berlangsung. b.

Memberikan kepada anak didik kita itu kekuatan, aktivitas dan kewaspadaan yang
memadai c.

Pada suatu saat mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan. Menurut
Pasaribu dan B. Simanjuntak motif yang menggerakkan anak sehingga mau belajar
adalah : Motif psikologis, motif praktis, motif pembentukan kepribadian, motif
kesusilaan, motif sosial dan motif ketuhanan.

Berdasarkan analisis teori-teori motivasi yang telah dipaparkan dimuka dalam


penelitian ini, dapat disimulkan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi internal
yang mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang menggerakkan dan
mengarahkan untuk melakukan suatu perilaku atau aktivitas tertentu guna
mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Pemenuhan
kebutuhan tersebut merupakan wujud tingkah laku nyata motivasi yang dimiliki
setiap manusia.

3.

Hakikat Hasil Belajar

Soedijanto mendefinisikan, tentang hasil belajar adalah sebagai berikut : Hasil


belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar dalam mengikuti
program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Senada dengan definisi tersebut, Munadir medefinisikan : Belajar sebagai


perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia selama periode waktu tertentu
yang disebabkan oleh proses perubahan, dan perubahan itu dapat diamati dalam
bentuk perubahan tingkah laku yang dapat bertahan selama beberapa periode
waktu.

10
8

LL.Pasaribu dan B. Simanjuntak. 1996.

Teori Kepribadian,

Bandung : Tarsito, hal. 54

Soedijarto, 1997.

Menuju Pendidikan Yang Relevan dan Bermutu.

Jakarta : Balai Pustaka, hal. 49

10

Winkel W.S. 1996.

Psikologi Pengajaran.

Jakarta: Grasindo,hal. 36

C.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka konseptual di atas, maka selanjutya
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ho :Diduga motivasi belajar tidak
ada hubungannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SMK Al

Hidayah I Jakarta. Ha : Diduga motivasi belajar ada hubungannya dalam


meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SMK Al

Hidayah I Jakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


B.

Populasi dan Sampel Penelitian 1.

Populasi Penelitian

Populasi adalah “semua anggota kelompok orang, kejadian atau objek yang telah

dirumuskan secara jelas."

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMK Al-Hidayah 1 Jakarta.

2.

Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 35 orang yang ditarik secara acak
sederhana (

simple random sampling

) melalui undian.

C.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian dengan expo facto dengan pendekatan
korelasional. Metode ini digunakan karena peneliti berusaha mengetahui variable
terikat (Prestasi Belajar) pada Siswa SMK Al-Hidayah 1 Jakarta.

D.

Tehnik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara menggunakan angket dan data yang
ada. Angket digunakan untuk menjaring data tentang pemberian motivasi (X)
sedangkan data prestasi belajar (Y) diambil dari nilai rapor kelas I pada semester I
tahun ajaran 2007-2008.
E.

Instrumen Penelitian

1.

Untuk pengumpulan data tentang variabel X digunakan angket yang terdiri dari 20
butir pernyataan, yang jawabannya dikelompokkan menjadi 5 peringkat jawaban
dengan mengacu pada skala likert sebagai berikut : Tabel 1 Skor Jawaban Angket

Jawaban

Skor

SS

TS

STS

= Sangat Setuju

= Setuju
= Ragu

ragu

= Tidak Setuju

= Sangat Tidak Setuju

2.

Untuk pengumpulan data tentang variabel Y digunakan studi dokumentasi yaitu


dengan mencatat nilai rata-rata report responden. Tabel 2 Kisi-Kisi Angket

Variabel

Indikator

Jumlah Item
Nomor Item

Motivasi Belajar

Siswa

Ketertarikan pada tugas

Memiliki ketekunan

Kreativitas

Aktivitas dalam belajar


5

Disiplin

1, 2, 8, 3

4, 5, 13, 15

6, 7, 9, 12, 17

10, 11, 18, 20

4, 16, 19
F.

Uji Coba Instrumen

Setelah instrumen penelitian disusun maka langkah selanjutnya adalah melakukan


uji coba terhadap instrumen penelitian tersebut. Uji coba ini dilakukan sebelum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A.

Deskripsi Data Hasil Penelitian

1.

Variabel X (Motivasi Belajar Siswa)

Berdasarkan pada hasil angket yang disampaikan kepada 35 orang responden


(sampel penelitian) dengan melakukan tabulasi data maka diperoleh skor tertinggi
= 92, skor terendah = 74, nilai rata-rata = 83,4, varians = 47,966 dan standar
deviasi = 6,9. (Lihat lampiran 5).

2.

Variabel Y (Hasil Belajar Siswa)

Untuk variabel Y diperoleh skor tertinggi = 7,4, skor terendah = 5,3, nilai rata-rata
= 6,4857, varians = 0,313 dan standar deviasi = 0,559. (Lihat lampiran 6).

B.

Pengujian Persyaratan Statistik

Dari hasil perhitungan korelasi X dengan Y, diperoleh r = 0,48 (lihat lampiran 8) dan
selanjutnya dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi, dimana t

hitung

lebih besar dari pada t


tabel

(t

hitung

= 3,1 dan t

tabel

= 1,684). Dengan demikian dapa disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa di SMP Negeri 193 Jakarta.
Artinya, jika siswa termotivasi belajar maka akan dapat meningkatkan hasil
belajarnya. (Lihat lampiran 9). Dan dalam hasil perhitungan koefisien determinasi
diperoleh nilai KD = 23% (lihat lampiran 10). Dengan demikian besarnya pengaruh
motivasi belajar terhadap peningkatan hasil belajar siswa adalah siswa adalah 23%.
Akan tetapi masih ada faktor-faktor lain sebesar 100% - 23% = 77% yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut.

C.

Pengujian Hipotesis

1.

Data Variabel X 2.

Data Variabel Y Korelasi antara variabel X dengan variabel Y



2222

..()()()()

nXYXYrnXXnYY




Dimana : r = Korelasi X dengan Y n = Jumlah responden X = Motivasi


belajar siswa Y = Hasil belajar siswa Uji keberartian korelasi dengan kriteria
sebagai berikut : 1.

Jika t

hitung

>t

tabel

Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
motivasi dengan hasil belajar siswa. 3.

Jika t

hitung

<t

tabel

Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
motivasi dengan hasil belajar siswa. Catatan :

21

hitung

rntr



Dimana : t = Uji signifikasi korelasi X dengan Y r = Korelasi X dengan Y n =


Jumlah responden Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya pengaruh X
terhadap Y digunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut : KD = r
2

x 100% Dimana : KD = Koefisien determinasi r = Korelasi X dengan Y

D.

Interpretasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan, maka hasil penelitian dapat diinterpretasikan bahwa


pemberian motivasi mempengaruhi prestasi belajar, semakin tinggi pemberian
motivasi kepada siswa maka semakin tinggi pula tingkat prestasi belajarnya,
sebaliknya semakin rendah pemberian motivasi maka semakin rendah pula tingkat
prestasi belajarnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana hubungan motivasi belajar


dengan hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah 1 Jakarta, dimana berdasarkan pada
analisis data yang diperoleh ditarik kesimpulan sebagai berikut: Motivasi belajar
berperan signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan hasil
pengujian hipotesis di mana t

hitung

lebih besar dari pada t

tabel

(t

hitung

= 3,1 dan t

tabel

= 1,684). Dalam perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai KD = 23% yang


artinya : Besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa adalah 23%.
Dan yang 100% - 23% = 77% hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain.

B.

Saran

Dengan memperhatikan pada kesimpulan tersebut di atas maka penulis


mengajukan saran sebagai berikut : Oleh karena motivasi belajar berperan
signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, maka pihak sekolah hendaknya
menanamkan motivasi belajar kepada siswa. Dan khusus untuk guru, di samping
melaksanakan tugas-tugas mengajarnya hendaknya juga memberikan motivasi
belajar terhadap siswa yang diajarnya. Demikian juga halnya dengan para siswa
akan menjadi generasi muda yang tangguh dan mampu bersaing dalam menjalani
hidupnya kelak di kemudian hari.

You might also like