You are on page 1of 31

PANDUAN

By
H. Abdul Rahman Sofyan, Lc,SE, MA.
Defenisi:
Faraid bentuk jamak dari faridah ( ‫) فريضة‬,
diambil dari kata al-fard yang artinya at-
taqdir ( bahagian/kadar tertentu ).
Dalam syariat faraid bermakna; bahagian
yang telah ditetapkan kepada ahli waris.
Dalil disyari’atkannya faraid:
 ( Q.s 4:11 ) : “Allah mensyariatkan bagimu tentang

(pembagian pusaka) untuk anakmu. Yaitu bahagian


seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang
anak permpuan, dan jika anak itu semuanya perempuan
lebih dari dua maka bagi mereka dua pertiga dari harta
yang ditinggalkan, jika anak perempuan itu seorang saja
maka ia memperoleh separoh harta. Dan untuk dua
orang ibu bapa bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan jika yang meninggal itu
mempunyai anak, jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak
dan ia diwarisi oleh ibu bapanya (saja) maka ibunya mendapat
sepertiga, jika yang meninggal itu mempunayi beberapa saudara,
maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau sesudah
dibayar hutangnya. Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu
tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
 Hadis; a. riwayat Ahmad dari Ibn Mas’ud,
Rasulullah SAW berkata: Pelajarilah oleh
kamu al-Qur’an dan faraid serta
ajarkanlah kepada manusia,
sesungguhnya aku seseorang yang akan
diambil Allah dan ilmu akan segera
diangkat, dikhawatirkan nanti orang
akan berselisih tentang pembahagian
harta, dan tak ada satu orangpun yang
dapat menyelesaikannya.
b. Riwayat Abu Daud dan Ibn Majah, dari
Abdullah bin ‘Amru bahwasanya Rasulullah SAW
berkata: Ilmu itu hanya 3 macam, tidak ada ilmu
yang lebih baik dari 3 macam tersebut; ayat-
ayat muhakkamah, sunnah qaimah, dan faraid
secara adil.
c. Riwayat Ibn Majah dan Daruquthni, dari Abi
Hurairah sesungguhnya Nabi SAW berkata:
Pelajarilah oleh kamu faraid, dan ajarkanlah
kepada manusia lainnya karena sesungguhnya
dia setengah dari ilmu, dan dia yang pertama
dilupakan oleh manusia dan yang pertama kali
ilmu yang dicabut dari umatku.
Rukun Pewarisan:
 Orang yang mewarisi.
 Orang yang diwarisi (mayit)
 Harta yang diwarisi.
Sebab-sebab Mewarisi Harta:
 Faktor garis keturunan (Nasab)
 Faktor pernikahan
 Faktor memerdekakan budak
Syarat-syarat Pewarisan:
 Adanya Mayit; baik secara hakikat (jelas wafatnya) ataupun
secara hukum (raibnya seseorang yang dinyatakan oleh hakim
telah wafat).
 Jelas hidupnya orang yang mewarisi sesudah matinya orang yang
akan diwarisi. Mis; orang yang hamil wafat, maka sianak di dalam
kandungan akan mendapat warisan, tanpa melihat apakah ruh
sudah ditiupkan atau belum (hal ini ditetapkan secara hukum
qadhi). Apabila tidak diketahui hidupnya pewaris harta setelah
matinya orang yang akan diwarisi seperti ; keduanya sama-sama
tenggelam atau terbakar, atau terkena ledakan, tidak diketahui
siapa yang mati terlebih dahulu dari mereka. Maka perhitungan
pembahagian waris mereka tidak dihitung. Harta akan diwarisi
kepada ahli waris yang hidup lainnya.
 Tidak terdapatnya hal yang menyebabkan terhalangnya
pewarisan.
Hal yang menyebabkan tidak
mendapat warisan:
 Budak.
 Pembunuh.
 Berbeda agama.
Orang-orang yang mendapat
harata warisan: (menurut Hanafi)
 Ash-habul furud
 Ashobah Nasabiyah (hubungan darah)
 Ashobah sababiyah (hubungan famili)
 Pengembalian sisa harta warisan kepada zawil furud
 Zdawil arham
 Orang yang memerdekakan budak
 Orang yang ditetapkan mempunyai hubungan
kekeluargaan
 Orang yang diwasiatkan kepadanya melebihi dari 1/3
 Baitul Mal
Urutan orang-orang yang
mendapat warisan:
 Ash-habul furud
 Ashobah Nasabiyah
 Pemulangan sisa harta warisan kepada ash-habul
furud
 Zdawil arham
 Pemulangan sisa harta warisan kepada salah seorang
suami istri
 Ashobah
 Orang yang ditetapkan mempunyai hubungan dengan
simayit
 Orang yang diwarisi dengan seluruh harta simayit
 Baitul mal
Istilah-istilah dalam ilmu faraid
1. Ash-habul furud = orang yang
mendapat warisan dari harta dengan
jumlah yang telah tertentu. Jumlah
bilangannya :( 1/2, 1/4, 2/3, 1/8, 1/3,
dan 1/6).
2. Ashobah = orang yang mendapat
sisa harta setelah pembagian atau
mewarisi seluruh harta warisan. Dan
ashobah ini terbagi kepada 2 macam:
a. Ashobah Nasabiyah; terdiri dari 3
bentuk:
 Ashobah Binafsih = ahli waris laki-laki
yang tidak diselingi dalam keturunannya
itu wanita. Mereka adalah:
1. garis keturunan anak laki-laki.

2. garis keturunan ayah.

3. garis keturunan saudara.

4. garis keturunan paman.


 Ashobah Bighairih = ahli waris wanita yang
pendapatan bahagiannya 1/2 apabila ia sendiri,
dan 2/3 apabila ia lebih dari satu. Mereka
menjadi ashobah dengan adanya bersama
mereka saudara laki-laki mereka.
1. anak perempuan berserta anak laki-laki.
2. cucu perempuan dan saudaranya laki-laki dari
anak laki-laki.
3. saudara perempuan dan saudaranya laki-laki
yang sekandung dengan simayit.
4. saudara perempuan dan saudaranya laki-laki
yang sebapak dengan simayit.
NB. Yang mana pembahagian sisa harta mereka
adalah 1:2 (1 untuk wanita 2 untuk laki-laki).
 Ashobah Ma’al Ghairih = ahli waris
perempuan yang memerlukan ahli waris
perempuan lain agar bisa sebagai ashobah.
1. saudara perempuan kandung (seorang atau
lebih) bersama 1 orang anak perempuan atau 1
orang cucu perempuan dari anak laki-laki.
2. Saudara perempuan sebapak (seorang atau
lebih) bersama 1 orang anak perempuan atau 1
orang cucu perempuan dari anak laki-laki. Dan
mereka mengambil sisa harta setelah
mendapat bahagian tertentu.
b. Ashobah Sababiyah; seorang (laki-
laki/perempuan) yang telah
memerdekakan budak. Bila mantan
budak itu mati ia menjadi ashobah
simayit.
3. Dzawil arham = orang-orang yang
dekat hubungannya dengan simayit akan
tetapi bukan ash-habul furud dan bukan
pula ashobah.
Para Ulama berbeda pendapat. Maliki dan
Syafi’i berpendapat mereka tidak
mewarisi, dan harta kembali kepada baitul
mal. Hanafi dan Ahmad berpendapat
mewarisi, apabila ahli waris ash-habul
furud dan ashobah tidak ada.
4. Baitul Mal = suatu lembaga dalam
bidang penanganan harta kaum muslimin
yang didistribusikan untuk kepentingan
umat.
5. Al-hijab = terhalangnya orang-orang
untuk mendapat warisan baik seluruh harta
ataupun sebahagian harta dikarenakan adanya
orang-orang lain yang lebih berhak.
Hijab ini terbagi kepada 2 bentuk:
 hijab nuqshon; kurangnya pendapatan
bahagian harta karena ada orang lain.
a. suami terhijab dari 1/2 kepada 1/4 ketika ada
anak
b. istri terhijab dari 1/4 kepada 1/8 ketika ada
anak
c. ibu terhijab dari 1/3 kepada 1/6 ketika ada anak
 hijab hirman; tercegahnya seseorang
akibat adanya orang lain. (seperti
tercegahnya saudara ketika adanya anak
laki-laki simayit)
6. Al-‘Aul = kurangnya harta
waris setelah dilakukan pembahagian
kepada ash-habul furud. (Aul terjadi
apabila jumlah dari penyebutnya 6, 12,
24).
Angka penyebut 6 bisa aul ketika
pembilangnya 7, 8, 9, dan 10. Angka
penyebut 12 bisa aul ketika pembilangnya
13, 15, dan 17. Sedangkan angka
penyebut 24 bisa aul kepada 27.
7. Ar-Rad = berlebihnya harta
setelah dilakukan pembahagian kepada
ash-habul furud, dan ahli waris yang lain
tidak ada. (para ulama berbeda pendapat
tentang sisa harta, apakah kembali
kepada ash-habul furud atau kepada
baitul mal dan zdawil arham).
Contoh-contoh pembahagian harta
waris:
1. Mayit meninggalkan harta sejumlah Rp. 4.000.000 dengan ahli
waris sebagai berikut: Suami, 2 orang anak perempuan, 1 orang
anak laki-laki,
Jawab:
 Suami; mendapat 1/4 disebabkan adanya anak si mayit.
 Anak; mereka menjadi ashobah (ashobah bil ghairih), mengambil
sisi seluruh harta dengan perincian perbandingan 1 bahagian
pendapatan perempuan, 2 bahagian pendapatan laki-laki. maka
pembahagian dapat dilakukan sebagai berikut;
Suami 1/4 * 4.000.000 = Rp. 1.000.000
Ashobah :
Dua orang perempuan = Rp. 1.500.000 = @ Rp. 750.000
anak laki-laki = Rp. 1.500.000
jumlah = Rp. 4.000.000
2. Mayit meninggalkan istri, seorang anak perempuan, dan Bapak.
 Istri : 1/8 (karena ada anak).
 Seorang anak prm : 1/2
 Bapak : 1/6 (karena ada anak) dan ashobah.
Harta : Rp. 24.000.000
Maka harta dapat dibagi setelah mendapat bilangan yang
tertentu: 1/8, 1/2, 1/6 = /24.
 Istri : 3/24 * 24.000.000 = 3.000.000
 Anak prm : 12/24 * 24.000.000 = 12.000.000
 Bapak : 4/24 * 24.000.000 = 4.000.000
Jumlah = 19.000.000
Sisa (diambil oleh Bapak) = 5.000.000

Total = 24.000.000
3. Mayit meninggalkan suami, seorang anak perempuan dan ibu.
Dan harta yang ditinggalkan sebesar Rp. 24.000.000
 Suami: 1/4 (karena ada anak)
 Seorang anak prm: 1/2
 Ibu: 1/6 (karena ada anak)
Hitungan pembahagian: 1/4, 1/2, 1/6 = 12
Maka angka perhitungan didapat:
 Suami: 3/12, seorang anak prm 6/12, ibu 2/12.
Bagian pendapatan harta:
 Suami 3/12 * 24.000.000 = Rp. 6.000.000
 Seorang Anak prm 6/12 * 24.000.000 = Rp. 12.000.000
 Ibu 2/12 * 24.000.000 = Rp. 4.000.000
Total pendapatan Rp. 22.000.000
Sisa Rp. 2.000.000
Sisa ini dapat diselesaikan dengan cara rad (lihat istilah-
istilah dalam ilmu faraid pada no.7)
Ash-Habul Furud Muqaddarah (Orang-orang yang mendapat bahagian tertentu)

Cucu prm dari Saudari Saudari Saudara


Suami Istri Anak prm Ibu Bapak Kakek Nenek
anak lk2 kandung sebapak (lk/prm) seibu

1/2                    

1/4                    

  1/4 (1>)                  

  1/8 (1> )                  

    1/2 ( 1 )                

      1/2 ( 1 )              

        1/2 ( 1 )            

          1/2 ( 1 )          

    2/3 ( 2 > )                

      2/3 ( 2 >)              

        2/3 ( 2 >)            

          2/3 (2 >)          

            1/3 (2 >)        

              1/3      

              1/6      

                1/6    

                  1/6  

                    1/6

    (1) 1/6 (1 >)              

            1/6 ( 1 )        

          1/6 (1 >)          

Ket:

  tidak ada

(1) tunggal

(1>) seorang atau lebih

(2>) dua orang atau lebih


Khashaishul Faraid
(Pembahagian yang khusus dalam faraid)

1. Al-Gharrawain, ahli waris terdiri dari ;


 Suami (1/2)
 Ibu (1/3) dari sisa
 Bapak (ashobah)
Atau pada bentuk waris yang terdiri dari;
 Istri (1/4)
 Ibu (1/3) dari sisa
 Bapak (ashobah)
2. Al-Musyarakah, ahli waris terdiri dari;

a. Suami (1/2)
b. Ibu (1/6)
c. Saudara seibu, dua orang atau lebih (1/3)
d. Saudara laki-laki kandung, dua orang atau lebih
(ashobah)
Perhitungan: suami 3/6, ibu 1/6, saudara seibu 2/6
Jumlah menjadi 6/6. disini saudara laki-laki kandung
sebagai ashobah tidak mendapat harta.
Maka bagian c & d berbagi pada bahagian 1/3. Disebabkan
ashobah tidak akan mendapat harta warisan karena
habis oleh pembahagian.
3. Al-Akdariyah/Al-Himariyah, ahli waris terdiri
dari;

a. Suami (1/2)
b. Ibu (1/3)
c. Kakek (1/6)
d. Seorang Saudara prm kandung/sebapak (1/2)
Maka bagian c & d mewarisi harta dengan
ashobah, sesuai perbandingan 1:2.
4. Al-Jaddu wa al-Akhawah (ahli waris kakek
dan saudara mayit)

Dalam hal ini ada 2 permasalahan;


 Kakek hanya bersama saudara kandung

simayit saja atau sebapak saja.


 Kakek bersama saudara kandung atau

sebapak dan ahli waris lainnya.


Maka si Kakek akan memilih
bahagiannya apakah;
 Mengambil bahagian yang menguntungkan dari :

a). 1/3 dari jumlah warisan.

b). Muqasamah dengan saudara-saudara.

NB. 1. Kakek kurang beruntung mengambil muqasamah dari pada


1/3 harata warisan apabila ahli warisnya terdiri dari; kakek
dan lebih dari dua saudara laki-laki sekandung atau
sebapak.
2. Kakek lebih beruntung mendapat bagian muqasamah dari
pada 1/3 harta warisan apabila ahli warisnya terdiri dari;
kakek dan kurang dari dua saudara.
3. Jika terdapat penerimaan yang sama antara bagian 1/3 dan
muqasamah maka kakek memilih salah satunya.
 Mengambil bahagian yang lebih
menguntungkan dari:
a). 1/6 dari harta warisan.
b). 1/3 sisa harta (setelah diambil ahli
waris lain).
c). Muqasamah dengan saudara, dari sisa
harta.

You might also like