Professional Documents
Culture Documents
Sidang Istimewa MPR yang diminta DPR-GR itu sesuai dengan Penjelasan
UUD 1945 yang menyatakan, "Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah
kuat. Dewan ini tidak bisa dibubarkan oleh Presiden (berlainan dengan
sistem parlementer). Kecuali itu, anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakyat semuanya merangkap menjadi anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Oleh karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat dapat senantiasa
mengawasi tindakan-tindakan Presiden dan jika Dewan menganggap bahwa
Presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah ditetapkan oleh
Undang-Undang Dasar atau oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, maka
Majelis itu dapat diundang untuk persidangan istimewa agar supaya bisa
minta pertanggungan jawab kepada Presiden."
***
SIDANG Istimewa MPR yang kedua berlangsung di penghujung abad 20, yang
dilaksanakan guna memenuhi tuntutan reformasi yang menghendaki
diselenggarakannya pemilu yang dipercepat, setelah Presiden Soeharto
mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998.
Namun, untuk melakukan percepatan pemilu ada kendala, yaitu GBHN 1998
menetapkan pemilu diselenggarakan pada tahun 2002. Dengan ketentuan
yang ditetapkan GBHN tersebut maka bilamana pemilu akan dipercepat,
ketentuan tersebut harus diubah. Untuk itu tidak ada jalan lain bagi
MPR kecuali mengadakan persidangan istimewa guna
mencabut/meninjau/mengubah Ketetapan-ketetapan MPR yang terkait dengan
pemilu, karena Ketetapan MPR hanya dapat dicabut/ditinjau/ diubah oleh
MPR itu sendiri.
***
Adakah kesimpulan yang dapat ditarik dari aturan tersebut? Ada dalam
kerangka pemberian memorandum sebagaimana telah dilakukan DPR kepada
Presiden beberapa waktu yang lalu-walaupun dalam banyak hal
penyampaian memorandum itu masih bisa diperdebatkan-tentunya mesti
mengikuti tahapan-tahapan sebagaimana diatur dalam Ketetapan MPR
tersebut.