You are on page 1of 8

EKOSISTEM LAUT DALAM

A. PENJELASAN UMUM

Ekosistem didefinisikan sebagai suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik saling tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya, atau
suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi.

Di dalam ekosistem, terjadi interaksi timbal balik dan saling ketergantungan antara
organisme dan lingkungannya, akibatnya akan terjadi siklus materi dan siklus energi.
Siklus materi berlangsung antara organisme dan anorganisme, sedangkan siklus energi
akan menuju kepada struktur biotic tertentu. Secara umum, matahari merupakan
sumber dari semua energy yang ada di permukaan bumi ini.

Komponen-komponen pembentuk ekosistem, terdiri dari :

a. Komponen Biotik, merupakan makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba.

b. Komponen Abiotik, berupa cahaya matahari, air, oksigen, suhu, iklim, garam,
batuan, dan sebagainya.

Tipe-tipe Ekosistem :

1. Ekosistem Air

a) Ekosistem air tawar.

b) Ekosistem air laut.

c) Ekosistem estuari.
Ekosistem Laut Dalam 2

d) Ekosistem pantai.

e) Ekosistem sungai.

f) Ekosistem terumbu karang.

g) Ekosistem laut dalam.

h) Ekosistem lamun.

2. Ekosistem Darat

a) Ekosistem hutan hujan tropis

b) Ekosistem tundra

c) Ekosistem savanna/sabana

d) Ekosistem padang rumput

e) Ekosistem gurun

f) Ekosistem hutan gugur

g) Ekosistem taiga

h) Ekosistem karst (batu gamping/gua)

3. Ekosistem Buatan

a) Bendungan

b) Hutan tanaman produksi

c) Agroekosistem
d) Sawah irigasi

Yovita Agustina 1020011006


Ekosistem Laut Dalam 3

e) Perkebunan sawit
f) Ekosistem pemukiman
g) Ekosistem ruang angkasa
h) Dan sebagainya

B. EKOSISTEM LAUT DALAM

71 % permukaan bumi berupa ekosistem laut, yang juga merupakan 97 % dari air yang
terkandung di bumi. Jadi, hanya 3 % saja (dari total air di bumi) air yang terkandung
pada ekosistem lainnya. Ekosistem laut berbeda dari ekosistem air tawar yang ditandai
oleh kehadiran senyawa-senyawa terlarut, misalnya natrium dan klorin, yang terlarut
sebanyak 85 % dalam air laut. . Air laut memiliki salinitas rata-rata dari 35 bagian per
seribu (ppt) air. Sebenarnya salinitas bervariasi antara ekosistem laut yang berbeda.

Berdasarkan tingkat kedalamannya, laut dibagi dalam 3 (tiga) zonasi sebagai berikut :

1. Zona Eufotik
Zona eufotik merupakan zona dimana cahaya matahari masih dapat masuk dan
masih memungkinkan untuk terjadinya keberlangsungan proses fotosintesis. Zona
ini meliputi kedalaman laut 0 – 150 meter.

2. Zona Disfotik
Zona disfotik merupakan zona dimana cahaya matahari hanya sedikit dan tidak
cukup mendukung keberlangsungan proses fotosintesis. Zona ini meliputi
kedalaman laut 150 – 1.000 meter.

3. Zona Afotik
Zona afotik merupakan zona dimana cahaya matahari sama sekali tidak dapat
masuk, sehingga disebut pula zona yang gelap gulita sepanjang masa. Zona ini
meiputi kedalaman lebih dari 1.000 meter.
Berdasarkan tingkat kedalamannya, zona afotik dibagi 3, yaitu :
 Zona Batipelagis

Yovita Agustina 1020011006


Ekosistem Laut Dalam 4

Dengan kedalaman 1.000 – 3.000 meter.


 Zona Abisal
Dengan kedalaman 3.000 – 6.000 meter.
 Zona Hadal
Dengan kedalaman lebih dari 6.000 meter.

Ekosistem Laut Dalam merupakan habitat paling luas di muka bumi ini. Ekosistem Laut
Dalam berada pada kedalaman antara 700 – 10.000 meter, sehingga tidak lagi
terjangkau oleh cahaya matahari, karenanya pada ekosistem ini tidak mungkin hidup
produsen yang fotoautotraf.

Kehidupan di Laut Dalam memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan ekosistem
lainnya, yakni tingkat kegelapan yang total, temperatur yang ekstrim dingin, kadar
oksigen yang sangat terbatas, makanan yang juga terbatas, dan tekanan udara yang
sangat tinggi. Mahluk hidup di Laut Dalam harus memiliki kemampuan beradaptasi
dengan kondisi fisik tersebut untuk dapat bertahan hidup, melihat, merasakan,
memperoleh makanan, bereproduksi, bergerak, dan menghindarkan diri dari pemangsa
(predator).

C. KARAKTERISTIK KEHIDUPAN PADA EKOSISTEM LAUT DALAM

Karakteristik kehidupan di Laut Dalam :

a) Cahaya

Kondisi di Laut Dalam sangatlah gelap, yang dikarenakan sinar matahari tidak bisa
mencapai Laut Dalam. Satu-satunya sumber cahaya adalah yang diproduksi oleh
bioluminescence, yaitu reaksi kimia dalam tubuh mahluk hidup yang menghasilkan
cahaya berskala kecil. Bioluminescence adalah cahaya yang dapat dihasilkan oleh
beberapa hewan laut, cahaya tersebut berasal dari bakteri yang hidup secara
permanen didalam sebuah perangkap. Bioluminescence digunakan oleh hewan laut

Yovita Agustina 1020011006


Ekosistem Laut Dalam 5

dalam sebagai alat perangkap atau alat untuk menarik mangsa, kurang lebih
bioluminescence berfungsi sebagai umpan. Cahaya bioluminescence yang dihasilkan
biasa berwarna biru atau kehijauan, putih, dan merah. Walau sebagian besar
bioluminescence digunakan untuk mekanisme bertahan hidup, namun beberapa
diantara hewan laut dalam tersebut menggunakan bioluminescence untuk menarik
lawan jenisnya.

Intensitas cahaya yang sangat rendah tidak memungkinkan , adanya produksi


primer di Laut Dalam. Untuk beradaptasi, ikan laut dalam memiliki indra khusus
untuk mendeteksi makanan dan lawan jenis, keperluan reproduksi serta
mempertahankan asosiasinya, baik bersifat intra maupun inter-spesies.

b) Tekanan

Tekanan air di Laut Dalam berkisar antara 20 – 1.000 atm, dengan rata-rata 200 –
600 atm. Tekanan kurang atau lebih dari tekanan rata-rata tersebut tidak lagi dapat
ditolerir oleh sebagian besar spesies organisme laut dalam. Daging dan tulang
mahluk hidup Laut Dalam lunak dan elastic, sehingga mereka bisa bertahan
terhadap tekanan yang tinggi.

c) Temperatur

Tingkat perbedaan temperatur antara permukaan laut dengan Laut Dalam sangat
tinggi. Di Laut Dalam temperature cenderung seragam dan konstan, yaitu berkisar
antara 2 – 4 oC. Kecuali pada wilayah hydrothermal vents (mencapai > 80oC) dan cold
hydrocarbon seeps (kurang dari 1 oC).

d) Oksigen

Kehidupan di Laut Dalam hanya membutuhkan oksigen dalam jumlah yang relative
sedikit. Oksigen ditransportasikan dari permukaan laut ke Laut Dalam ketika
temperatur di permukaan menurun, sehingga air yang ada di permukaan laut
bergerak ke bawah.

Yovita Agustina 1020011006


Ekosistem Laut Dalam 6

e) Ketersediaan Makanan

Beberapa makanan berasal dari detritus, yaitu sisa penguraian hewan dan
tumbuhan yang terangkut secara hidrodinamis dari zona lautan yang ada diatasnya.

D. ADAPTASI MAHLUK HIDUP PADA EKOSISTEM LAUT DALAM

Bentuk adaptasi dari mahluk hidup yang ada di Lautan Dalam, diantaranya adalah
dengan memiliki mata yang lebar sehingga dapat menangkap sekecil apapun cahaya,
bioluminescence, indera penciuman yang kuat, komposisi tubuh (tidak memiliki sirip,
daging dan tubuh yang lunak dan elastic) sehingga bisa bertahan terhadap tekanan yang
tinggi, perut yang lebar, tidak memiliki taring. Selain itu, warna juga merupakan bentuk
adapatasi yang berfungsi sebagai kamuflase dan pertahanan diri terhadap predator.
Ikan-ikan Laut Dalam biasanya memiliki warna transparent, hitam, perak, atau merah.

Mahluk hidup di Laut Dalam mengembangkan mekanisme makan yang unik karena
keterbatasan cahaya dan kelangkaan makanan yang tersedia. Ikan-ikan Laut Dalam
memiliki perut yang besar dan berkembang sehingga dapat menampung makanan
dalam jumlah yang banyak sebagai persediaan menghadapi kesulitan memperoleh
makanan. Ikan-ikan ini membatasi gerakannya untuk menghemat energi, sehingga tidak
perlu berenang untuk mencari makanannya. Mereka hanya berdiam di suatu tempat
dan memasang jebakan untuk mangsanya dengan adaptasi yang dimilikinya.

Sebagai contoh, Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga
ketika ada mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat
memakannya, karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam
ekosistem ini. Contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan
atena sensitif, antena tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan, fungsinya
untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya.

Yovita Agustina 1020011006


Ekosistem Laut Dalam 7

E. RANTAI MAKANAN PADA EKOSISTEM LAUT DALAM

Tiap organisme merupakan sumber energy dan sumber material bagi organisme
lainnya. Di Laut Dalam Produsen Utama tidak memiliki akses secara langsung dengan
sinar matahari, karenanya mereka menggunakan energy dari bahan-bahan kimia
(kemoautotrof).

Dalam ekosistem Laut Dalam, yang berperan sebagai produsen adalah detritus (fungi,
bakteri dan protozoa) yang menguraikan hewan dan tumbuhan mati yang berasal dari
zona lautan di atasnya. Hancuran bahan organik ini kemudian menjadi bahan makanan
penting (nutrien) bagi mahluk hidup lain di Laut Dalam.

Yang berperan sebagai konsumen pada ekosistem laut dalam, baik itu konsumen
tingkat I, II, dan seterusnya adalah jenis-jenis ikan, ubur-ubur, cumi, dan udang,
contohnya Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet.
Sedangkan peran decomposer dipegang oleh oleh mikroba pengurai.

DAFTAR PUSTAKA

Dive and Discover : Expeditions to the Seafloor - Woods Hole Oceanographic Institution
Deep-Sea News

Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta. Hlm. 13-15.

Marine Biology, an ecological approach, James W. Nybakken. Chapter 4: Deep Sea


Biology.

Rahman Nganro, Noorsalam. Prospek Laut Dalam sebagai Prospek Ekonomi Baru, ITB,
Bandung. 2009.

Yovita Agustina 1020011006


Ekosistem Laut Dalam 8

Susan M. Libes (1992) An Introduction to Marine Biogeochemistry. John Wiley and


Sons, Inc.

Yovita Agustina 1020011006

You might also like