Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Seiring dengan perkembangan jaman, manusia senantiasa berusaha untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara dominan. Hal ini terbukti dengan
pesatnya kemajuan IPTEK di bidang kesehatan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh penduduk dunia. Dan seiring itu system
pelayanan keperawatan di berbagai negara maju dan negara berkembang juga
mengalami kemajuan/perubahan.
Isitilah proses keperawatan dan kerangka kerjanya relatif baru. Pada tahun
1955 Hall memulai istilah proses keperawatan dan sejak itulah para ilmuwan
keperawatan menguraikan proses keperawatan secara ilmiah dengan berbagai
pendapat. Weiden Bach pada tahun 1963 menguraikan asuhan keperawatan
menjadi 3 tahap yang meliputi observasi, bantuan untuk pertolongan dan validasi.
Later Knowles (1967) mengatakan bahwa dalam praktek keperawatan
menganjurkan 5 D yaitu discover (menemukan), delve (menyelidiki), decide
(memutuskan), do (melaksanakan) dan discriminate (membedakan).
Selanjutnya Gabbie dan Lavin (1975) mengemukakan bahwa esensi dari
model - model keperawatan yang ada menggambarkan 4 konsep yang sama yaitu :
1. Orang yang menerima asuhan keperawatan.
2. Lingkungan (masyarakat).
3. Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit).
4. Keperawatan dan perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi).
Melihat gambaran di atas Penulis mencoba menganalisa dan mengaplikasikan
model konsep keperawatan yang dikemukakan oleh Sister Calista Roy (stress dan
adaptasi Roy) ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia.
B. Masalah.
Dengan adanya ragam model model keperawatan dan dari masing – masing
model konseptual tersebut mempunyai gambaran inti yang sama (Gabbie &
Lavin, 1975), maka untuk mengaplikasikan model konsep keperawatan menurut
Sister Calista Roy ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia, muncul
berbagai masalah antara lain :
1. Bagaimana cara menerapkan model konseptual secara optimal terhadap
kasus penyakit yang dialami oleh penderita?
2. Bagaimana strategi yang digunakan oleh perawat dengan adanya ragam
kultur/budaya masyarakat Indonesia?
3. Bagaimana peranan perawat, mengingat secara ratio antara
jumlah peawat dengan pasien di lapangan masih belum seimbang?
C. Tujuan.
1. Tujuan Umum.
Perawat Indonesia dapat menerapkan model konseptual keperawatan Sister
Calista Roy yang menggunakan pendekatan metode ilmiah dalam system
pelayanan kesehatan.
2. Tujuan khusus.
a. Mampu menyelaraskan dan mendefinisikan model konseptual Sister
Calista Roy.
b. Mampu memahami konsep dasar/asumsi dasar dalam model
konseptual stress dan adaptasi Roy.
c. Mampu menjelaskan komponen – komponen model konsep
keperawatan Sister Calista Roy.
d. Mampu menjelaskan karakteristik model konsep keperawatan Sister
Calista Roy.
e. Mampu menjelaskan hubungan model konsep keperawatan Sister
Calista Roy dengan proses keperawatan yang ada di Indonesia.
B A B II
TINJAUAN TEORI
2. Asumsi Dasar.
Asumsi adalah pernyataan dari fakta – fakta atau anggapan yang
diterima sebagai dasar teori untuk konsep – konsep dari disiplin ilmu
tertentu. Beberapa model keperawatan menggambarkan asumsi dari
adaptasi teori – teori yang lainnya dari system teori yang lain (teori
system, teori adaptasi Nelsen dan fisiologi dari nilai – nilai manusia).
B. Komponen Model.
Roy dalam menyusun model konseptualnya didasari atas nilai – nilai sebagai
berikut :
1. Manusia.
Roy memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang holistic
dalam segenap aspek individu dengan bagian – bagiannya berperan
bersama membentuk kesatuan ditambah manusia sebagai system yang
berada dalam interaksi yang konstan dengan lingkungan antara system dan
lingkungan terjadi pertukaran informasi, materi dan energi.
Ini menunjukkan system – system kehidupan sebagai system yang
terbuka. Sel adalah system kehidupan terbuka. Sel mempunyai substansi
yang harus mempertahankan dalam usaha memperbanyak diri.
Keterbukaan system selanjutnya menunjukkan pertukaran yang konstan
dari informasi, materi dan energi antara system dan lingkungan. Interaksi
ini juga diterapkan pada manusia. Interaksi konstan manusia dengan
lingkungannya ditandai oleh perubahan – perubahan interna dan eksterna,
selanjutnya perubahan ini mengharuskan manusia mempertahankan
integritasnya yaitu adaptasi terus menerus. Diagram di bawah digunakan
Roy untuk menggambarkan system adaptasi manusia.
Roy mengidentifikasi input sebagai stimulus. Stimulus ini adalah
unit dari informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai
respon. Seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi manusia berperan
sebagai system adaptasi. Tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus
manusia yang dapat mengadaptasikan responnya dengan usaha yang
wajar.
2. Tujuan Keperawatan.
Roy mendefinisikan tujuan keperawatan sebagai peningkatan dari
respon adaptasi keempat model adaptasi. Kondisi seseorang ditentukan
oleh tingkat adaptasinya, apakah berespon secara positif terhadap
rangsang interna atau eksterna. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya
rangsangan baik fokal, kontekstual maupun residual. Yang dimaksud
dengan tiga rangsang tersebut adalah :
a. Fokal stimuli
Rangsangan yang segera dihadapi oleh manusia dan merupakan
tingkatan yang paling tinggi dari perubahan atau kelainan.
b. Kontekstual stimuli
Semua rangsangan dari manusia baik interna maupun eksterna dapat
diamati, diukur atau subyektifitasnya yang dilaporkan secara obyektif
oleh pasien.
c. Residual stimuli.
Rangsangan yang membentuk karakteristik dari seseorang sesuai
dengan stuasi atau tidak, hal ini sulit untuk dimulai.
3. Konsep kesehatan.
Roy mengidentifikasi sebagai status dan proses dari keadaan yang
digabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk
menentukan tujuan hidup, berkembang, tumbuh dan produksi serta
memimpin.
4. Konsep lingkungan.
Roy mendefinisikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu
semua keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan
lingkungan serta tingkah laku individu dan kelompok.
5. Arah tindakan.
Aktivitas perawatan direncanakan oleh model sebagai peningkatan
respon adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah
pendekatan yang merupakan tindakan perawat memanipulasi stimuli
fokal, kontekstual dan residual yang menyimpang pada manusia.
Rangsangan fokal dapat dirubah tetapi perawat dapat meningkatkan
respon adaptasi dengan memanipulasi rangsangan kontekstual dan
residual. Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon sekunder
yang tidak efektif pada rangsangan yang sama pada keadaan tertentu.
Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan
memperkuat regulator, cognator dan mekanisme koping.
B A B III
PROSES KEPERAWATAN
A. Kesimpulan.
Setelah melakukan eksplorasi terhadap model konseptual Sister Calista Roy
maka Penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Model konseptual Sister Calista Roy menekankan pola asuhan pada
adaptasi sehat atau sakit
2. Model konseptual Sister Calista Roy terbagi dalam 5 elemen dasar yaitu
manusia, tujuan perawatan, lingkungan, konsep kesehatan dan arah
tindakan.
3. Model konseptual Sister Calista Roy dalam proses keperawatan terdiri 6
elemen yaitu :
a. Pengkajian pertama.
b. Pengkajian kedua.
c. Diagnosa keperawatan.
d. Penentuan tujuan
e. Intervensi.
f. Evaluasi.
B. Saran.
Setelah pelaksanaan eksplorasi model konseptual Sister Calista Roy Penulis
dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Model konseptual Sister Calista Roy cukup baik untuk diterapkan
pada pasien yang menghadapi gangguan psikologis.
2. Model konseptual Sister Calista Roy perlu diujicobakan pada
ruang geriatric, bangsal jiwa dan bangsal umum dengan masalah
psikologis.
3. Model konseptual Sister Calista Roy mungkin perlu diujicobakan
pada rumah sakit jiwa di negara Indonesia dalam rangka meningkatkan
asuhan keperawatan.
MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN
SISTER CALISTA ROY
Disusun Oleh :
DAFTAR PUSTAKA
George, Julia B, (1990), Nursing Theories : The Basic for Professional Nursing
Practice, Practice Hall International Inc, New Jersey.
Gordon, Majory, (1992), Manual of Nursing Diagnosis, Mosby Years Book, St.
Louis.