You are on page 1of 9

UJI IDENTIFIKASI LIPID

I. Tujuan Percobaan

Diharapkan dapat memahami metode identifikasi lipid dan dapat


mempelajari beberapa reaksi uji terhadap beberapa golongan lipid. Golongan
tersebuat ialah lemak, minyak, dan kolesterol.

II. Teori Dasar

Lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut dalam


pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene, aseton, dan
petroleum eter (Lehninger 1982). Lipid dapat digolongkan dalam beberapa
kelompok berdasarkan komponen dasar pembentuk lipid, sumber penghasil lipid,
kandungan asam lemak, dan sifat-sifat kimia dari lipid seperti sifat dapat tidaknya
dilakukan penyabunan. Berdasarkan komponen dasarnya, lipid dikelompokkan
menjadi lipid sederhana (simple lipid), lipid majemuk (compound lipid), dan lipid
turunan (derived lipid). Lipid sederhana mengandung asam-asam lemak yang
sama sebagai penyusunnya dan tidak dapat disabunkan, sedangkan lipid majemuk
atau campuran mengandung dua atau tiga jenis asam lemak yang berbeda dan
dapat disabunkan.

Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk
menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul yang disintesis
dari polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau metilmalonil-KoA di
dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak. Asam lemak terdiri
dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam karboksilat penyusunan
ini memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar
dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air. Struktur asam lemak merupakan salah
satu kategori paling mendasar dari biolipid biologis dan dipakai sebagai blok
bangunan dari lipid dengan struktur yang lebih kompleks. Rantai karbon, biasanya
antara empat sampai 24 panjang karbon, baik yang jenuh ataupun tak jenuh dan
dapat dilekatkan ke dalam gugus fungsional yang
mengandung oksigen, halogen, nitrogen, dand belerang. Ketika terdapat sebuah
ikatan valensi ganda, terdapat kemungkinan isomerisme geometri cis atau trans,
yang secara signifikan memengaruhi konfigurasi molekuler molekul tersebut. Ikatan
ganda-cis menyebabkan rantai asam lemak menekuk, dan hal ini menjadi lebih
mencolok apabila terdapat ikatan ganda yang lebih banyak dalam suatu rantai. Pada
gilirannya, ini memainkan peranan penting di dalam struktur dan fungsi membran
sel.

Asam lemak yang paling banyak muncul di alam memiliki konfigurasi cis,


meskipun bentuk trans wujud di beberapa lemak dan minyak yang dihidrogenasi
secara parsial. Contoh asam lemak yang penting secara biologis adalah eikosanoid,
utamanya diturunkan dari asam arakidonat dan asam eikosapentaenoat, yang
meliputi prostaglandin, leukotriena, dantromboksana. Kelas utama lain dalam
kategori asam lemak adalah ester lemak dan amida lemak. Ester lemak meliputi zat-
zat antara biokimia yang penting seperti ester lilin, turunan-turunan asam lemak
tioester koenzim A, turunan-turunan asam lemak tioester ACP, dan asam lemak
karnitina. Amida lemak meliputi senyawa N-asiletanolamina, seperti penghantar
saraf kanabinoidanandamida.

Asam lemak adalah asam alkanoat dengan rumus bangun hidrokarbon yang panjang.


Rantai hidrokarbon tersebut dapat mencapat 10 hingga 30 atom. Rantai alkana yang
non polar mempunyai peran yang sangat penting demi mengimbangi
kebasaan gugus hidroksil.

Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan mendominasi


sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun demikian pada asam
lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul.

Asam lemak terbagi menjadi:

 Asam lemak jenuh


 Asam lemak tak jenuh
 Garam dari asam lemak
 Prostaglandin

Berdasarkan jumlah ikatan atom C, asam lemak dibedakan kedalam rantai


asam lemak dengan ikatan atom C tunggal yang disebut asam lemak jenuh
(saturated) dan rantai asam lemak dengan satu atau lebih ikatan rangkap yang
disebut asam lemak tidak jenuh (unsaturated). Ikatan rangkap mempunyai sifat
struktur yang tidak stabil dan kaku (rigit) sehingga di dalam larutan dapat membuat
dua isomer, yaitu cis dan trans. Pada umumnya lipid yang mengandung asam lemak
jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak, sedangkan lipid yang mengandung
asam lemak tidak jenuh bersifat cair pada suhu kamar dan disebut minyak.
Lipid akan terhidrolisis jika dilarutkan dalam asam atau basa, air, dan enzim
lipase. Hidrolisis lipid oleh asam akan menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak
penyusunnya. Hidrolisis lipid oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkan
campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Proses hidrolisis ini disebut penyabunan
atau saponifikasi. Hidrolisis oleh air akan terjadi jika lemak/minyak dipanaskan
dengan air pada suhu 180º C dan tekanan 10 atm, kemudian akan terhidrolisis
menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Gliserol larut dalam air, sedangkan asam
lemak terapung di atas air (Lehninger 1982)
Hidrogenasi pada lipid akan terjadi jika minyak yang mengandung asam-
asam lemak tidak jenuh dengan katalis serbuk Ni dapat mengadisi hidrogen sehingga
berubah menjadi lemak padat. Proses ini digunakan untuk membuat mentega tiruan
atau margarin. Lipid dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah
secara kimia menjadi lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya.
Jika terkena udara bebas, lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung
mengalami autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam
lemak, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini
menyebabkan minyak mengalami ketengikan.

III. Alat Dan Bahan

Alat Bahan

 Erlenmeyer  Minyak kelapa


 Pipet ukur  Alkohol 96 %
 Tabung reaksi  Kloroform
 Water bath  Eter
 Beker glas  Aquadest
 Gelas ukur  Larutan NaCO3 0.5 %
 Margain
 Lemak padat
 NaOH
 Air brom
 Asam asetat
 Asam sulfat

IV. Prosedur

IV.1Uji Kelarutan

Disediakan 5 tabung reaksi kemudian diisi dengan aquadest, alkohol 96%,


eter, kloroform dan larutan NACO3 0.5 % sebanyak 1 mL. Kemudian
kedalam tabung di masukan 2 tetes minyak. Kemudian dikocock hingga
homogen, dibiarkan beberapa saat. Kemudian diamati sifat kelarutannya

IV.2Uji Sifat Kejenuhan Minyak

2 tetes minyak kelapa dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah


2 mL kloroform ditambah setetes demi stetes air brom sambil dikocok hingga
warna merah air brom tidak berubah. Kemudian dihitung jumlah tetesan yang
dibutuhkan. Kemudian percobaan diulangi dengan menggunakan margarin
dan lemak padat. Bandingkan jumlah tetesan yang dihasilkan.

IV.3Uji Penyabunan Minyak ( Saponifikasi )

5 mL minyak kelapa dimasukan ke dalam erlen meyer, ditambahkan 1.5 g


NaOH dan 25 mL alkohol 96 %, kemudian dipanaskan selama 15 menit.
Untuk mengetahui hasil reaksi penyabunan telah sempurna, pipet 3 tetes
larutan, kemudian larutkan dalam air. Bila larut menunjukan reaksi telah
sempurna. Setelah sempurna, uapkan alkohol sampai habis kemudian
didinginkan lalu ditambah 75 mL aquadest dan panaskan sampai sabun larut

IV.4Uji Akrolein
Disediakan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering lalu 10 tetes olive oil,
gliserol atau sedikit asam palmitat dimasukan kedalam masing-masing tabun.
Kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing tabung sejumlah sama
volume KHSO4, lalu dipanaskan pelan-pelan di atas api. Perhatikan bau
akrolein yang menusuk hidung, dan bedakan dengan bau SO4.

IV.5Uji Liberman Burchard Untuk Kolesterol

Sedikit kolesterol dilautkan dalam kloroform hingga larut seluruhnya.


Kemudian ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan dua tetes asam
sulfat pekat, kocok perlahan-lahan dan biarkan beberapa menit. Perhatikan
perubahan warna yang terjadi.

V. Data Pengamatan

Uji kelarutan

Tabung I aquadest ditambah 2 tetes minyak kemudian di kocok tidak larut

Tabung II alkohol ditambah 2 tetes minyak kemudian dikocok larut

Tabung III eter ditambah 2 tetes minyak kemudian dikocok larut

Tabung IV kloroform ditambah 2 tetes minyak kemudian dikocok larut

Tabung V NaCO3 0.5 % ditambah 2 tetes minyak kemudain dikocok laut

Uji Penyabunan Minyak ( Saponifikasi )

5 mL minyak ditambah NaOH ditambah alkohol kemudian dipanaskan selama 15


menit menjadi pasta. Kemudian ditambah 75 ml dipanaskan sampai sabun larut
reaksi positif karena semua sabun larut

Uji Karolein

Tabung I olive oil ditambah KHSO4 ada 2 fasa

Gliserol ditambah KHSO4 jadi bening tidak larut

As. Palmitat ditambah KHSO4 serbuk tidak larut


Setelah dipanaskan

 olive oil jadi bau tengik


 Gliserol jadi bau obat menyengat
 As. Palmitat jadi bau seperti belerang tapi tidak menyengat

Uji Liberman Burchard Untuk Kolesterol

Sedikit kolesterol ditambah kloroform 6 tetes larut lalu ditambahkan dengan 10


tetes asam asetat warnanya bening agak keruh lalu pada saat ditambahkan 2 tetes
asam sulfat warnanya pink muda reaksi positif.

VI. Pembahasan

Berdasarkan uji kelarutan dapat diketahui bahwa minyak kelapa, larut dalam
pelarut eter dan kloroform dan NaCO3.. Hal ini menunjukkan bahwa hampir minyak
kelapa diujikan larut dalam eter dan kloroform dan NaCO3. Adanya ekor
hidrokarbon panjang yang bersifat nonpolar menyebabkan lemak bersifat nonpolar.
Oleh karena itu, lemak dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti eter dan kloroform
NaCO3. Secara umum, lipid tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar,
melainkan dapat terdispersi membentuk misel. Hal ini disebabkan adanya proses
penyabunan. Alkali dan asam encer dapat mengubah asam lemak menjadi sabun
yang berupa garam asam lemak. Selain bergantung pada kepolaran pelarut, kelarutan
lipid juga bergantung pada panjang rantai hidrokarbon yang dikandungnya. Semakin
panjang rantai, kelarutannya akan semakin berkurang (Lehninger 1982).
Pada uji penyabunan minyak atau saponifikasi 5 mL minyak ditambah NaOH
ditambah alkohol kemudian dipanaskan selama 15 menit menjadi pasta. Kemudian
ditambah 75 ml dipanaskan sampai sabun larut reaksi positif karena semua sabun
larut. Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak/minyak dengan
menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga
menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Untuk menghasilkan sabun
yang keras digunakan NaOH, sedangkan untuk menghasilkan sabun yang lunak atau
sabun cair digunakan KOH. Perbendaan antara sabun keras dan lunak jika dilihat dari
kelarutannya dalam air yaitu sabun keras bersifat kurang larut dalam air jika
dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi
saponifikasi.

Reaksi Pengesteran

Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester. Reaksi ini


disebut esterifikasi (pengesteran).

Pada hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam
lemak/minyak akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein.
Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari
gliserol.
Pengujian akrolein pada gliserol mampu menghasilkan gas berbau, sedang
pada olive oil tidak. Hal ini terjadi karena struktur gliserol tidak memiliki ekor,
sehingga ekornya yang kosong itu terisi oleh gugus SO4 dari KHSO4 dan
membentuk senyawa dalam bentuk gas. Sedang pada olive oil, strukturnya sudah
memiliki gugus tertentu di bagian ekor, sehingga ditambahkan KHSO4 tidak ada
ruas bagian yang terisi oleh gugus SO4 Berdasakan data olive oil menjadi bau
tengik . Ketengikan disebabkan oleh adanya reaksi antara molekul oksigen dengan
asam lemak berikatan ganda. Oleh karena itu, olive oil bau tengik. Ketengikan pada
kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa kebanyakan golongan
trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas.
  Kloroform pada uji lieberman burchard berfungsi untuk melarutkan asam asetat
anhidrat sebagai pengkompleks. H2SO4 sebagai katalis. Warna yang terbentuk yaitu
warna pink perubahan warna ini tejadi karena gugus C 3 kolesterol teroksidasi
membentuk 3.5 kolestadiena sehingga menghasilkan wana hijau-ungu-biru-pink-
hijau. Senhingga percobaan ini positif tetapi belum optimal. Penambahan asam asetat
anhidrat pada uji Lieberman-Buchard dimaksudkan untuk mencairkan asam sulfat
(Cook 1958). Penggunaan asetat anhidrat dapat diganti dengan asam asetat, etil
asetat, atau butanol.

Kolesterol merupakan steroida penting, bukan saja karena merupakan


komponen membran tetapi juga karena merupakan pelopor biosintetik umum untuk
steroid lain termasuk hormon steroida dan garam empedu. Kolesterol berlimpah
dalam otak dan jaringan saraf lainnya, dengan mencerminkan pentingnya fungsi
membran di dalam janingan-jaringan ini. Sebagai lipida membran kolesterol terdapat
di dalam membran sel organisme tingkat tinggi, tetapi tidak terdapat di dalam
membrane - membran bakteri dan mitokondria.
VII. Kesimpulan

 Lipid terlarut dengan baik pada pelarut-pelarut organik seperti kloroform,


alkohol dan eter. Kemampuan kelarutan ini didasarkan pada kesamaan sifat
kepolaran antara solute dan solvent nya.
 Uji penyabuna atau saponifikasi minyak reaksi berlangsung positif yaitu
dengan melarutnya semua sabun

 Lipid bisa juga diidentifikasi melalui uji Lieberman-Burchard dengan


pembentukan senyawa berwarna merah/merah muda sebagai detektor
terjadinya reaksi antara lipid dengan asam pekat.

 Pada uji akrolein semua bahan mengandung lemak

 Pada percobaan penyabunan terjadi reaksi esterifikasi


VIII. Daftar Pustaka
 Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Edisi ke-1. Thenawidjaya M,
penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
 Cook RP. 1958. Cholesterol Chemistry: Biochemistry and Pathology. New
York: Academic Press Inc.
 Pujiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press
 http://kamuslemak.com/cari3.php?kunci=143

You might also like