You are on page 1of 12

AKHLAQUL KARIMAH/AKHLAQUL MAHMUDAH

18 Masjid Khadijah
Pendidikan Islam & Pluralisme Agama

berdasarkan Mudawamatu Dzikrullah .......


Bismillahirrohamanirrohiim,
Allah telah mengangkat derajat seseorang manusia, yang mana mereka itu suka mengendalikan
HAWA NAFSU, sehingga Nabi pun memandang orang itu orang-orang yang melakukan
"Jihadul Akbar" perang besar, hal ini disabdakan oleh Nabi dikala perang di TabukArtinya:

"Marilah kita kembali dari perang kecil menuju perang besar, yaitu perang dengan nafsu yang
benar-benar musuhmu, yang selalu terisi didalam dadamu"

Adapun maksudnya supaya umat-umat berAkhlaqul Karimah/Budi yang mulia/Akhlaqul

Mahmudah/Alhlaq yang terpuji hingga menyingkirkan Akhlaq Madzmumah, ya'ni akhlaq yang

tercela dan bina. Orang-orang cerdik pandai berpendapat, terutama Ulama Ulama sufi, sungguh
mulia manusia yang selalu boleh mengendalikan hawa nafsunya. Sebab manusia yang demikian
benar-benar tangguh, kuat iamnnya,.
Ulet menghadapi musuhnya yang jadi penyakit didalam hatinya, dimana Allah swt. Berfirman:

Artinya: Adapun manusia yang diisi penyakitpenyakit batin (hati) ya ni bujukan nafsu, godaan
syetan sepertui takabur, iri, dengki, jahat dendam, serakah, memfitnah dsb, Berakibat amal laku
yang kotor (yang dapat menimbulkan bencana kepada keluarga dan masyarakat) begitulah
memuncak menjadi amal laku yang keji (dapat menimbulkan mala petaka terhadap masyarakat
dan Negara) bahkan huru hara kepada seluruh
ummat manusia. Mereka itu matinya tergolong orang-orang kafir"
Begitulah gambaran yang telah dijelaskan Al Quran Kalam Qodim Allah swt. Yang tidak boleh
dirubah dan diragukan lagi. Demikianlah terjadinya peperangan fisik yang membunuh ribuan
jiwa, sehingga kehidupan manusia menjadi sengsara, ini dikarnakan tidak dapat mengendalikan
hawa nafsu, juga kezaliman kecuranganpun akibat manusia yang dijajah oleh hawa nafsunya
atau penyakit hati. Seandainya keadaan penyakit batin (hati) itu dibiarkan berjalan dan
berkembang terus, maka pembangunan umat manusia, khususnya pembangunan Bangsa kita
pasti akan
terganggu bahkan mungkin akan gagal, terutama tujuan pembangunan bangsa kita adalah untuk
mencapai kesejahteraan hidup yang seimbang antara kemakmuran dazhiriyah dan kebahagiaan
batinniyah, alias dengan kata lain sifat pembangunan Negara kita adalah pembangunan yang
seimbang antara jasmani dan rohani, antara kehidupan dunia dan akhirat. Tentu saja disamping
itupun boleh merembet terhadap para remaja sendiri sebagai calon penerus kita, sehingga bagi
mereka merasa hari depannya kabur, kacau, suram, kadang-kadang mereka ingin juga mengatasi
perasaan yang tidak menyenangkan itu dengan jalan berbahaya dipandang Agama dan Negara,
berbuat yang menyesatkan yang akibatnya
merugikan Bangsa dan Negara, disebabkan orang-orang tuanya, seperti halnya Nabi kita
menjelaskan

Artinya: "Setiap manusia yang dilahirkan adalah fitrah suci, akan tetapi ayah bundanya
(pemimpin) yang mewarnai anak itu, hingga jadi Yahudi atau Nasrani dan Majusi. Dengan kata
lain ayah bunda (pemimpin) itu yang membawa dan memberi contoh baik buruknya sang putra.
Oleh kerana itu kita arahkan dengan ajaran agama yang tepat boleh meluruskan arah batin yang
telah rusak itu.
Kerana agama itu merupakan fitrah yang sudah melekat pada manusia semenjak ia dilahirkan,
dan telah berurat berakar yang sangat dalam pada jiwanya; sebagaimana firman Allah swt.:

Artinya: "Hadapkanlah dirimu dengan keadaan lurus kepada Agama Allah swt. Atas kesucian
Agama Allah yang telah mewujudkan manusia menurut Fitrah itu".
Jadi agama Islam itu (Fitrah) merupakan pedoman Illahi bagi umat manusia untuk membina
tentang
hidup dan kehidupannya didunia dan diakhirat; bahkan dimana aqal fikiran dan perasaan
seseorang bebas dari segala macam khurufat dan tahayal-tahayul (penyakit batin), juga kehendak
dan kegiatan tiap pribadi terlepas dari segala
belenggu nafsu, dan dari rintangan godaan syetan. Maka daripada itu ia menjadi manusia yang
tidak mau menggantangkan dirinya kepada yang lain, kecuali hanya kepada Allag swt. Yang
dengan istilah sekarang disebut "WIRASWASTA", yaitu
orang yang percaya terhadap diri sendiri yang penuh rasa tanggung jawab atas memanfaatkan
segala anugerah Illahi, yang serba lengkap bagi kepentingan sesame manusia dan alam
sekitarnya.
Di bumi ini ada tanda-tanda, sebagaimana digamabarkan Allah dalam Al Quran surat Adz-
Dzariyat:

Artinya: "Kebesaran Allah swt. Yang serba lengkap bagi orang-orang yang yakin, dan begitu
juga didalam diri kamu sendiri, kenapakah kamu tidak mau memperhatikan. Padahal segala
anggota dan amal laku yang dianugerahkan Allah swt. Akan meminta pertanggung jawabnya:
firman Allah swt. :

Artinya: “Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan hati begitu juga pandangan perasaannya,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.
Seseorang yang berani bertanggung jawab, baik kepada Allah Khooliqul Alam maupun kepada
sesame manusia, itu dikarenakan kuat imannya teguh tauhidnya. Iman inilah yang telah
mensucikan jiwa-jiwa para muminin, bersih dari sifat-sifat dengki, iri hati, sombong,
membanggakan diri, maksiat, kekejaman, kezaliman dan lain sebagainya. Dan iman inilah yang
telahy mensucikan jiwa-jiwa para muminin, bersih dari sifat-sifat dengki, iri hati,
sombong, membanggakan diri, maksiat, kekejaman, kedholiman dan lain sebagainya. Dan iman
ini pulalah yang telah mempertinggi cita-cita manusia sehingga dapat memperbaiki kehidupan
yang akan membawa kemakmuran, kebahagiaan,
kebajikan dan kemajuan zahir batin serta keadilan yang merata dan juga dapat memberi
kenikmatan dan kebahagiaan kepada seseorang sebagai pribadi khususnya dan kepada
masyarakat pada
umumnya; sebagai Firman Allah swt. Dalam Al Quran surat Al-Maidah ayat 2 :-

Artinya: "Kamu orang-orang yang beriman harus menjadi manusia yang saling tolong menolong
diatas kebenaran dan ketaqwaan."
Firman Allah swt. Dalam Al Quran surat Al Imran ayat 134 :-

Artinya: “Mereka orang-orang beriman yang memberikan harta bendanya (menolong) baik
diwaktu lapang maupun diwaktu sempit dan kuat menahan amarah juga suka memaafkan
kesalahan orang lain, bahwa Allah kasih kepada orang yang berbuat baik.”
Firman Allah swt. Dalam surat Al-Khafi :-

Artinya: “Adapun orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka ia akan mendapat
pembalasan yang baik. Dan kami akan sampaikan kepadanya segala sesuatu dengan mudah
daripada urusan kami ini.”
Unsur-unsur yang menjadi syarat bagi kemajuan lahir batin dunia dan akhirat hanya boleh
didapat dibawah naungan hati yang tenteram, tenang, yang dijiwai oleh iman kepada Allah swt.
Yang murni, dimana manusia-manusianya mendapat Inayah dan karunianya, boleh mencapai
tingkat kesempurnaan lahir batin yang dicitacitakan,. Jadi hati timan itulah yang kita harus pupuk
benar-benar jangan sekali-kali disusupi sikap keragu-raguan, kemunafikan, kesombongan yang
jadi pokok utama merajalelanya penyakit hati: baik dalam mengatur rumah tangganya, maupun
dalam mengatur masyarakatnya/umatnya. Alhamdulillah bagaimanapun besarnya dosadosa
dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh manusia yang hatinya berpenyakit namun Tuhan
Maha Pemurah,pengampun telah menjadikan obat yang mustajab untuk menyembuhkan penyakit
hati itu, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad saw.:-

Artinya: “Ingat kepada Allah itu menjadi obat yang mustajab guna menyembuhkan segala
penyakit hati”.
Dan disediakan pula resep untuk membersihkannya, seperti sabda Rasulullah saw. :

Artinya: “Sesungguhnya untuk segala perkara itu ada alat pencucinya, sedangkan pencuci hati itu
adalah zikir kepada Allah swt.”
Jelaslah bahwa sebab dari segala penyakit hati itu adalah Ghaflatun Iallah atau lupa kepada
Allah, lupa hati, lupa ingatannya kepada Tuhan, sebab hati dan ingatannya telah ditimbuni
melulu oleh yang lain selain Allah. Hati dan ingatannya terisi oleh pamrih lainnya seperti harta
kekayaan, kemuliaan, pengkat serta jabatan/kedudukan, pujian sanjungan dan lain-lain.
Dengan ingat selalu kepada Allah, akan memutuskan ingatan buruk kita selain kepada Allah.
Dengan terisi penuhnya hati ingat kepada Allah akan meredakan, mengurangi, malah akan
mengikis habiskan buruknya ingatan kepada hyang lain selain Allah, ingatan yang menjjadi tabir
pemisah kita dengan Allah, maka dengan
ingat selalu kepadanya tersingkaplah tabir, ingatan hanya kepada yang kekal, kepada siapa kita
harus mengabdi.
Pribadi yang terombang-ambing kerana hati dan ingatannya terkait pada yang fana yang selalu
berubah ini, akan menjadi pribadi yang tenang, terutama kerana hati dan ingatannya dihadapkan
kepada TuhanNya, Dzat yang kekal dan tidak tunduk kepada perubahan, apabila hati lupa kepada
Allah, menyatakan celah-celah untuk masuknya godaan syetan dan bujukan nafsu. Dalam Al
Quran Surat Adz Dzuhruf diterangkan demikian:-

Artinya: “Barang siapa yang berpaling dari pada Allah, aku akan mengaitkan dia dengan syeitan,
maka syeitanlah yang menyertainya”
Diterangkan pula dalam Surat Ar-Rad'u 28, bahwa cirri-ciri orang yang beriman itu adalah
sebagai berikut :-

Artinya: “Mereka yang beriman itu teguh tetap serta tenang hatinya kerana ingat kepada Allah,
ketahuilah bahwa ingat kepada Allah itu menenteramkan hati.”
Begitu besarnya hikmah zikrullah itu terutama dalam membentuk iman dan akhlaqul Karimah,
sehingga Sayyidina Ali r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Sebagai berikut :-

Yang artinya: “Ya Rasulullah …………tunjukkanlah padaku jalan ayang sependek-pendeknya


agar boleh dekat kepada Allah dan jalan yang semudah- mudahnya. Dan jalan yang paling
utama dapat ditempuh oleh hambanya pada sisi Allah.”
Rasulullah saw. Menjawab:“Hendaklah engkau lakukan zikirrullah yang kekal (Mudawamatu
Zikirullah).”
Sayyidina Ali r.a. : “Bagaimana cara aku berzikir agar Zikirullah dawam Ya
Rasulullah……………….?
Pertanyaan Sayyidina Ali r.a. yang pertama dijawab oleh Rasulullah secara umum atau teoritis.
Pertanyaaan yang kedua “Bagaimana agar dapat zikir dawan”, adalah pertanyaan yang lebih
khusus, pertanyaan mengenai praktek zikir, yang
diberikan penjelasan dengan praktek pula. Dari sinilah lahir methode zikir (Thoreqat zikir Jahar
dan Khaffi, dimana sekarang dikenal dengan THOREQATQOODIRIYYAH
WANNAQSYABANDIYYAH) yang sesungguhnya dizaman
Sahabat dikenal dengan nama Thoreqat Siddiqiyyah atau Thoreqat Muhamadiyyah. Meneliti dari
penjelasan Rasulullah atas pertanyaan Sayyidina Ali r.a. adalah untuk dapat zikir dawam harus
melalui zikir yang diucapkan (zikir jahar) dan zikir yang ditanam didalam hati dan ingatan (zikir
khoffi) agar segala amal laku jasmaniyah rohaniyah kita terhindar dari segala godaan syaitan dan
nafsu yang merupakan akhlaq-akhlaq yang buruk dan kemudian menjelmalah akhlaq yang baik.
Dikeranakan adanya satu kesatuan antara zikir yang diucapkan dan zikir yasng diingatkan itu
dapat memancarkan
kebulatan teqad dan kemantapan iman tauhid, rasa insyaf dan menyerah kepada Allah swt.
Sebagaimana Rasulullah saw. Mengatakan :-

Artinya: “Zikirullah itu cirri kuat iman, yang dapat melebur dari sifat kemunafikan dan
merupakan benteng pertahanan dari segala godaan syaitan dan menjadi perisai dari panasnya api
neraka”.(dari Abu Hurairah riwayat Tabrani).
Apabila hati selalu diisi dengan zikrullah, ingatan ditautkan dengan ingatan kepada Allah, maka
akan nampak pengaruh zikir itu pada sikap batin dan akan menjelma dalam amal perbuatan yang
baik, amal laku sebagaimana digariskan
dalam perintah Allah dan RasululNya. Maka terwujudlah "Pribadi Mu'min, pribadi Hamba Allah
yang berakhlaqul Karimah, pribadi mu'min yang mengabdikan dirinya hanya kerana
"Mahabbah", kerana mantap imannya secara mendalam yang terdorong oleh zikirnya terhadap
Allah, sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Nabi :

Artinya: “Diperutuh imanmu, dipertebal keyakinanmu dengan memperbanyak ucapan Laa Ilaaha
Illallaah”.
Begitulah pembinaan aqidah/iman seseorang agar kuat dan yakin, jangan tergoncangkan,
trgoyahkan dari segala godaan syeitan dan bujukan nafsu.
Sehingga Allah swt. Menandaskan dalam Al- Quran :-

Artinya: “Ketahuilah bahwa ingat kepada Allah itu dapat menenteramkan hati". Jadi aqidah/iman
yang mantap kepada Allah harus benar-benar terpelihara, jangan ada keraguan sedikitpun, sebab
keyakinan iman itu jadi modal utama yang merupakan tenaga penggerak untuk mengisi dan
menderong dalam segala kegiatan manusia, baik kegiatan untuk pembangunan duniawi, maupun
kegiatan pembangunan ukhrowi, begitupun dalam menyatakan hubungan langsung kepada Allah
(Hablumminallah) juga diwaktu Hablumminannas yaitu mewujudkan “Muamalah” beramal
bakti terhadap sesame manusia dan alam sekitarnya. MUAMALLAH yaitu beramal bakti yang
saleh, yang ikhlas, yang jujur, yang sepi ingpamrih/ lillahi Ta'ala, yang selalu tidak lupa kepada
Allah dalam segala kegiatannya sebagaimana
firman Allah :-

Artinya: “Orang-orang yang beriman dalam segala amal perbuatannya selalu ingat hatinya
kepada Allah, baik waktu berdiri, waktu duduk maupun waktu berbaring”.
MUAMALAH amal bakti yang selalu tidak lupa kepada Allah, hatinya tidak munafik, adalah
amal bakti yang akan mendapat hasil berlipat ganda, menurut firman Allah :-
Artinya: “Barangsiapa yang beramal laku saleh baik pria maupun wanita sedangkan dia itu yang
yakin imannya, pasti aku akan melimpahkan kehidupan yang baik, yang akan dibalas lebih dari
pada yang diamalkannya baik di dunia maupun
diakhirat”
Malah seorang laki-laki, seorang yang tabah dalam menghadapi suasana, tidak terhalang
ingatannya kepada Allah dalam bekerja, berdagang, berusaha, bel;ajar, berjuang serta apapun
yang dilakukannya semuanya itu Ilallah, seperti dinyatakan dalam Al-Quran

Artinya: “Laki-laki ialah dia yang ingatannya selalu kepada Allah (zikrullah), tidak
tergoncangkan, tidak terpengaruh oleh kegiatan perdagangannya dan kegiatan jual belinya,
sebaliknya istiqamah mendirikan sembahyangnya dan membelanjakan harta bendanya dijalan
yang baik”.Segala yang memacu pandangannya, mengingatkan dia akan kebesaran TuhanNya,
hatinya memuji kebesaran itu terlontar dari lidahnya kata-kata:
ALHAMDULILLAH. Bila terangsang perasaannya, mengalir dalam ingatannya akan ke AGUNGAN
TuhanNya, hatinya memuji akan ni'mat TuhanNya, maka tergetar lidahnya mengucapkan:
WASYUKURULILLAH . Apabila daang ujian
dari Tuhan atas dirinya, ingatannya mengharap keridhaan TuhanNya dengan ikhlas, ditadahnya
hal ini dengan ukiran kata: INNA LILLAHI WA INNALILIHI ROOJIUUN. Hati yang
sedemekian penuh dengan kalimah Allah, jantungnya berdetak-ditingkah irama kebesaran Allah,
ingatannya bersyukur memuji Allah, hidupnya seluruhnya diabdikan kepada Allah, maka
menjelmalah dia menjadi pribadi makhluk yang dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji,
menyatakan
rasa cinta (mahabbah) kepada Allah khususnya, dan rasa kasih saying kesesama manusia pada
umumnya. Kami kutip ucapan Ulama Tasawuf yang besar, Syekh Abdul Qoodir Al-Jaelani
Qooddassallahu is sirrohu sebagai berikut.
"Sesungguhnya zikir itu adalah menjadi sebab wusulnya (sampainya) manusia kepada Allah swt.
Dan menjadi sebab pula manusia boleh rasa mahabbah kepadaNya. Oleh kerana itu manusia
tidak dpaat menghindarkan apa yang menjadi kesalahan dan apa yang menjadi kekerasan hati
dan begitu pula yang menimbulkan amarah melainkan manusia yang
mengharapkan rahmat Allah dan mengamalkan zikir kepadaNya." Dan Rasulullah pun
menganjurkan demikian :

Yang artinya : "perbanyak oleh kamu sekalian ingat kepada Allah dalam segala amal laku,
sesungguhnya tidak ada amal yang menjadikan lebnih cinta kepada Allah, tidak ada amal yang
dapat melepaskan abdi Allah dari pada kejahatan dan kesalahan di dunia dan akhirat melainkan
zikir kepada Allah."
Kesimpulan, hanya dengan mengamalkan zikir, melanggengkan ingatan kepada Allah saja yang
dapat membentuk pribadi mu'min muslimin muslimat yang mengabdikan dirinya dhohir batin
kepada Allah swt. Kerana orang mu'min dan muslim yang langgeng (dawan) ingatannya kepada
Allah akan merasa dirinya selalu dipimpin oleh Allah, merasa segala amal lakunya selalu dilihat
dan diawasi oleh Allah, sesuai dengan hadist Nabi saw. :
Artinya : "Beribadahlah kamu seakan akan melihat Tuhan mu, maka jika kamu tidak melihatnya
(Allah), sesungguhnya Tuhan melihat kamu". (Riwayat Bukhari).
Pribadi yang demikian itu akan membuktikan kebaikan dalam segala amal lakunya. Hanya
dengan pribadi pribadi demikianlah, ketentraman, kesejahteraan, keamanan masyarakat. Bangsa
dan Negara dapat tercapai,. Kerana ia merupakan
pribadi yang mu'min yang berAqidahNya yakin, yang bersusila, berakhlaq dan bermuamalah
selalu bergerak amal laku yang manfaat bagi dirinya, bagi Bangsa dan Negara sehingga berani
bertanggung jawab baik di akhirat dihadapan
TuhanNya maupun didunia terhadap sesame
mahluk. Inilah pribadi manusia yang menyatakan ibadah yang utuh baik dhohirnya maupun
batinnya terhadap Allah swt. Demikian itulah yang dinamai berAKHLAQUL KARIMAH yang
didasarkan atas MUDAWAMATU ZIKRULLAH.
Mudah-mudahan pribadi yang demikian itu memenuhi dan menyebar diseluruh tanah air kita
Indonesia yang berdasarkan PANCASILA dan UUD 1945, mengharumkan ibu pertiwi,
menjunjung tinggi derajat Bangsa dan Negara, menuju
masyarkat yang ADIL MAKMUR SEJAHTERA GEMAH RIMAH REPEH RAPIH, serta
diridhoi
ALLAH SUBHANU WATA'ALA . Amin Ya Robbal 'Alamiin,
Wabilahit Taufiq Wal Hidayah.
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Rosul SAW sebagai Suri Tauladan Akhlaqul Karimah


 
Tugas para nabi dan rosul secara umum adalah menyampaikan risalah kepada manusia. Di antara
manusia ada yang menerima dan beriman kepada Allah, namun banyak di antara manusia yang
mengingkarinya.

Mereka yang menerima risalah dan beriman maka ia menjadi seorang muslim dan mu’min. Iman
dan Islam mereka terlihat dari pancaran wajah dan perilaku kehidupan mereka. Itulah
kesempurnaan akhlaq. Sebagaimana sabda Rosul SAW yang telah berulang kali penulis
kemukakan.

((‫))إنما بعست ألتمم مكارم األخالق‬

“Sesungguhya aku telah diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur”

c. Metode Dakwah Rosul SAW Pengertian metode dakwah

Menurut Dr. Abdul Karim Zaidan, Metode dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan cara penyampaian (tabligh) dan berusaha melenyapkan gangguan-gangguan
yang merintangi.
Drs. Kha. Syamsuri Siddiq menjelaskan bahwa metode berasal dari bahasa latin: methodos
artinya “cara” atau cara bekerja, di Indonesia sering dibaca metode. Logis juga berasal dari
bahasa Latin artinya “ilmu”, lalu menjadi kata majemuk “Methodologi” artinya ilmu cara
bekerja. Jadi methologi dakwah dapat diartikan ilmu cara berdakwah.

Sementara itu Drs. Salahuddin Sanusi menyebutkan jika kata metode itu berasal dari methodus
yang artinya “jalan ke methode yang telah mendapat pengertian yang diteriam oleh umum yaitu
cara-cara, prosedur atau rentetan gerak usaha tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Metode
Dakwah ialah cara-cara penyampaian ajaran Islam kepada individu, kelompok ataupun
masyarakat supaya ajaran itu cepat dimiliki, diyakini serta dijalankan.

Adapun  Drs. Abdul Kadir Munsyi menjelaskan metode artinya cara untuk menyampaikan
sesuatu. Yang dinamakan metode dakwah ialah cara yang dipakai atauyang digunakan untuk
memberikan dakwah. Metode ini penting untuk mengantar kepada tujuan yang akan dicapai.

Dari beberapa definisi metode dakwah di atas daptlah dicermati bahwa pendapat para ahli
tersebut mempunyai kesamaan yaitu metode dakwah merupakan cara yang dipakai dalam
menyampaikan dakwah.

Jadi kesimpulannya metode dakwah adalah cara bagaimana menyampaikan dakwah sehingga
sasaran dakwah atau al mad’u mudah dicerna, dipahami, diyakini terhadap materi yang
disampaikan.”

Adapun metode yang ditempuh Rosul SAW di dalam berdakwah menyampaikan risalahnya
secara global ialah:

1. Memberi peringatan
2. Mengagungkan robb
3. Memberihkan diri dari dosa/ taubat
4. Iklhas
5. Bersabar

Sebagaimana tertulis dalam bab “Perintah melaksanakan dakwah kepada Allah dan materi
dakwah” Siroh Nabawiyah oleh Syaikh Shofiyyurohman Al Mubarokfury.

“Nabi SAW mendapat berbagi macam perintah dalam firman Allah SWT:

)4( ْ‫ك فَطَهِّر‬ َ َ‫) َوثِيَاب‬3( ْ‫ك فَ َكبِّر‬ َ 2( ْ‫) قُ ْم فَأ َ ْن ِذر‬1(ُ‫يَاأَيُّهَا ْال ُم َّدثِّر‬
َ َّ‫)و َرب‬
ْ‫ك فَاصْ بِر‬ َ ِّ‫) َولِ َرب‬6(ُ‫) َواَل تَ ْمنُ ْن تَ ْستَ ْكثِر‬5( ْ‫َوالرُّ جْ َز فَا ْهجُر‬

Artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan
Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (Al Mudatsir: 1-7)
Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah sederhana dan remeh. Namun pada hakikatnya
mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan nyata, yang dapat dirinci sbb:

1. Tujuan pemberian peringatan agar siapapun yang menyalahi keridhoan Allah di dunia ini
diberi perngiatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan yang pasti akan
mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya.

2. Tujuan mengagungkan rob, agar siapapun yang menyombongkan diri di dunia tidak dibiarkan
begitu saja melainkan kekuatannya akan dipunahkan dan keadaannya akan dibalik total, sehingga
tidak ada kebesaran yang menyisa di dunia selain kebesaran Allah.

3. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa, agar perbuatan lahir dan
batin benar-benar tercapai, begitu pula dalam membersihkan jiwa dari segala noda dan kotoran
bisa mencapai titik kesempurnaan agar jiwa manusia berada di bawah lindungan rahmat Allah,
penjagaan, pemeliharaan, hidayah dan cahaya Nya, sehingga ia menjadi sosok ideal di tengah
masyarakat manusia, mengundang pesona semua hati dan decak kekaguman.

4. Tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang diberikan, agar seseorang tidak
mengangap perbuatan dan usahanya sesuatu yang besar lagi hebat, agar dioa senantiasa berbuat
dan berbuat, lebih banyak berusaha dan berkorban, lalu melupakannya. Bahkan dengan
perasaannya di hadapan Allah, dia tidak merasa telah berbuat dan berkorban.

5. dalam ayat yang terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan, ejekan dan olok-olok yng
bakal dilancarkan orang-orang orang yang menentang, dan bahkan mereka akan berusaha
membunuh beliau dan membunuh para sahabat serta menekan setiap orang yang beriman di
sekitar beliau. Allah memerintahkan agar beliau bersabar dalam menghadapi semua itu, dengan
modal kekuatan dan ketabahan hati, bukan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, tapi karena
keridhoan Allah semata.”

d. Hubungan dakwah Rosul SAW dalam pembentukan akhlaqul karimah

Setelah membaca dari awal tulisan ini, kita bisa menyimpulkan bahwa tujuan diutusnya Rosul
SAW adalah menjadikan manusia bertauhid. Bertauhid artinya ia mengesakan Allah dalam
segala bentuk ibadah.

Allah Ta’ala berfirman:


((‫)) َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا‬
“Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya”.
(An-Nisaa: 36)

Sementara ibadah adalah segala macam perbuatan yang dicintai Allah SWT meliputi Islam
(Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji), Iman, Ihsan, Do’a, Khauf (takut), Raja’
(pengharapan), Tawakkal, Raghbah (penuh minat), Rahbah (cemas), Khusyu’ (tunduk),
Khasyyah (takut), Inabah (kembali kepada Allah), Isti’anah (memohon pertolongan), Isti’adzah
(meminta perlindungan), Istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau
diselamatkan), Dzabh (penyembelihan), Nadzar dan macam-macam ibadah lainnya yang
diperintahkan.

Seluruh bentuk ibadah itu kaitannya adalah dengan Allah SWT dan manusia seluruhnya. Maka
barang siapa memiliki tauhid yang paling lurus maka dialah yang paling bertaqwa. Barangsiapa
yang paling bertaqwa maka dialah yang paling baik akhlaqnya. Insan yang berakhlaq mulia
(Akhlaqul Karimah) adalah ia yang memiliki pakaian taqwa. Jika taqwa itu adalah mematuhi
perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya, maka manusia yang paling bertaqwa adalah ia
yang paling memiliki kemuliaan akhlaq. Allah SWT berfirman:

‫إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم‬

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kamu” (Qs. Al Hujuroot: 13)

Rasululloh SAW ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukan orang ke syurga, maka
beliau SAW bersabda, ((‫“ ))تقوى هللا وحسن الخلق‬Bertakwa kepada Allah dan Akhlak yang baik”
(Diriwayatkan At Tirmidzi yang menshahihkannya).

Islam yang dibawa oleh Rosul SAW adalah peraturan yang membina akhlaq. Atau dengan kata
lain pembinaan akhlaqul karimah adalah tujuan diutusnya Rosul SAW di atas muka ini. Ini
adalah inti dari pada seruan dakwah Rosul SAW.

Karena hanya Islamlah yang akan menuntun manusia dan jin sehingga menjadi makhluk yang
mulia dan pantas ditinggikan derajatnya. Dia, manusia itu, akan menjadi sesosok figur yang
mampu mempertanggung-jawabkan hak dan kewajiban dirinya sendiri kepada Allah, dalam
keluarga dan bahkan dalam tatanan masyarakat yang lebih luas. Sebab figur akhlaq tertinggi
adalah dia, manusia mulia, pilihan sang Rabb pemilik langit dan bumi beserta segala yang ada di
antara keduaannya, sebagai mana firman Allah yang ditujukan kepada nabi “Dan sesungguhnya
kamuMuhammad SAW: ‫ق َع ِظ ٍيم‬ ٍ ُ‫ َوإِنَّكَ لَ َعلى ُخل‬benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Qs. Al
Qolam: 04

Realisasi dari semua ini adalah ittiba’ur Rosul SAW, sebaik baik suri tauladan bagi umatnya,
figur akhlaq paling ideal, dan idola paling mulia di kolong langit ini.

Mengikuti Rosul SAW berarti mengikuti pula seluruh jalan para shahabatnya, para manusia yang
berakhlaq mulia dan generasi terbaik yang kemudian diikuti oleh para tabiiinya. Mereka adalah
generasi-generasi awal Islam yang berhasil merubah kebrobrokan aqidah, kebejadan akhlaq,
kekotoran muammalah dan hinanya masa manusia jahiliyah menjadi masyarakat muslim yang
berkibar peradabannya denagn aqidah lurus dan akhlaq yang luhur.

Walhasil, akhlaq bangsa ini bisa diselamatkan hanya jika kita mengikuti pola dakwah generasi
generasi awal terdahulu, generasi-generasi yang shalih, yang sulit dicari tandingannya.

Maka satu-satunya jalan untuk mengembalikan kemuliaan kaum muslimin adalah dengan meniti
jalan yang telah di tempuh oleh para pendahulunya.
Berkata Imam Malik dalam kitabnya, Al Muwattho’: ‫“ ال يصلح أمر هذه‬Tidak akan menjadi baik
urusan‫اإلمام مالك‬‫ األمة إال بما صلح به أولها‬ummat ini kecuali dengan apa-apa yang telah membuat
urusan ummat ini baik pada awal mulanya”

Fenomena wahn, lemah dan kebobrokan akhlaq manusia terutama generasi muda di masyarakat
kita pada saat ini, terutama realita kehidupan keseharian mereka, maka hal itu disebabkan karena
jauhnya mereka dari cahaya Islam.

Melesatnya era globalisasi dan kemajuan tekhnologi telah membuat manusia tidak mengimbangi
dengan percepatan tatanan moral yang semakin tinggi dan luhur. Namun akhlaq sebaliknya,
semakin melesat mundur dengan cepatnya. Dan kaum muslimin sesungguhnya telah kalah dan
akan hancur eksistensinya kecuali mereka kembali kepada ajaran Islam, kembali mengikuti fitroh
mereka, kembali kepada ajaran tauhid yang bersih dari syirik.

Adapun metode dakwah yang tepat pada saat ini adalah pola dakwah yang mengikuti pola Rosul
SAW. Dan jalan dakwah Rosul sesunguhnya berada di atas pola tasfiyah (pembersihan dan
pemurnian) ummat dari akhlaq jahiliyah berupa kemusryikan, kebathilan dan kejahilan,
kemudian di bina dan di tarbiyahnya ummat itu dengan ahkhlaq Islam berupa tauhid.

Harapan penulis, semoga risalah kecil ini dapat bermanfaat bagi bagi kita semua, menjadi
pelengkap perpustakaan Islam, dan menjadi amal sholih bagi penulis kelak.

Akhirnya, segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, segala cacat dan kekurangan
itu hanyalah ada pada diri manusia, dan dikarenakan tiada gading yang retak, penulis sangat
menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penulisan dan pembuatan paper ini, karenanya
kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi sidang pembaca untuk memberikan saran dan kritik
yang membangun guna perbaikan dan muhasabah bagi penulis di masa yang akan datang.

Antara Garut – Karawang, Awal Muharrom 1425 H

Referensi:

1. Al Hilay, Abu Usamah Salim ‘Ied 2002 Mengapa Memilih Manhaj Salaf, Solo, Pustaka
Imam Bukhary
2. Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir 2003 Ensiklopedi Muslim, Jakarta, Darul Falah
3. Al Mubarrokfuri, Abdurrohman Tt Sieroh Nabawiyah, Jakarta, Download Al Sofwah
4. Al Mubarrokfuri, Abdurrohman 1997 Sieroh Nabawiyah, Jakarta, Pustaka Al Kautsar
5. Al Utsaimin, Muhammad 2002 Panduan Kebangkitan Islam, Jakarta, Darul Haq
6. At Tamimy, Syaikh Muhammad 2002 Kitab Tauhid, Jakarta, Darul Haq
7. At Tamimy, Syaikh Muhammad 2002 Tiga Landasan Utama, Solo, At Tibyan
8. Ashr, Syaikh Ibrohim Isma’il 2003 Manhaj Ibnu Taimiyah Beramar Ma’ruf Nahi
Munkar, Jakarta, Darul Haq
9. Daeroby, Ahmad Drs, H., M. Ag 2001, Kesempurnaan Akhlaq, Majalah Risalah,
Bandung
10. Poerwadarminta, W.J.S 2002 Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka
11. Ya’qub, Hamzah, Dr. H. 2002 Etika Islam Bandung, cv. Diponegoro
12. Zaidalah, Alwisral Imam, Drs 2002 Strategi Dakwah dalam membentuk da’i dan khotib
professional, Jakarta, Kalam Mulia.

You might also like