Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
khusus seperti kawasan industri, kawasan pertambangan, kawasan
pertanian, kawasan perikanan/nelayan, kawasan perbatasan, kawasan untuk
menampung korban bencana, dan lain sebagainya. Kawasan-kawasan
tersebut dalam penanganannya membutuhkan pendekatan tersendiri terkait
dengan kegiatannya dengan tema tertentu (sektor), dalam hal ini untuk
membangun perumahan yang mendukung kegiatan yang berlangsung di
dalamnya.
1.2.1. Maksud
2
primer/sekunder lokal kawasan khusus yang terdiri dari 2 lokasi dan
dilanjutkan dengan evaluasi atas kinerja pelaksanaan pengembangan
kawasan yang telah dicapai berdasarkan kriteria pengembangan
kawasan perumahan dan permukiman dalam mendukung
pembangunan perumahan rakyat.
1.2.2. Tujuan
1.3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai melalui pelaksanaan kegiatan ini adalah :
3
1.4. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah laporan akhir
kegiatan yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
4
4. Analisis atas kesenjangan antara praktek pada program
pelaksanaan pembangunan prasarana primer/sekunder lokal kawasan
khusus di lapangan dengan ketentuan kebijakan yang ada.
5
BAB II
6
Pembangunan Prasarna primer/sekunder kawasan yang dipersiapkan
Kementerian Perumahan Rakyat ini adalah salah satu upaya yang dilakukan
guna mempersiapkan pemenuhan kebutuhan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah yang akan terlibat pada kawasan khusus. Monitoring
atas pelaksanaan pembangunannya perlu dilakukan disamping untuk
mengetahui perkembangan lapangan adalah juga untuk mengetahui
sejauhmana kendala yang dihadapi dan bagaimana sektor lain terutama
Pemerintah Daerah terlibat didalamnya.
Tim swakelola ini dapat memahami sepenuhnya maksud dan tujuan dari
pelaksanaan kegiatan ini.
Disamping itu pada akhir kegiatan ini akan dicoba merumuskan rekomendasi
dan masukan teknis dalam rangka penyempurnaan kebijakan pelaksanaan
program system pengembangan kawasan dan pelaksanaan di bidang
pengembangan kawasan dan pelaksanaan di bidang pengembangan
kawasan perumahan rakyat pada kawasan khusus dalam mendukung
pembangunan perumahan rakyat.
7
1. Teridentifikasinya data dan informasi kinerja pencapaian pelaksanaan
program sistem pengembangan kawasan khusus.
Tim Swakelola dapat memahami keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini
yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
8
1. Pengumpulan data dan informasi kinerja pelaksanaan
pembangunan prasarana primer/sekunder lokal kawasan khusus.
9
BAB III
Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat memperoleh hasil yang optimal, maka
perlu dilaksanakan langkah-langkah pendekatan sebagai berikut :
10
Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan ini maka perlu disusun format-
format pengumpulan data maupun evaluasi yang akan dipergunakan sebagai
pegangan dalam pencarian atau inventarisasi data-data lapangan.
11
(3). Dukungan dari Bidang Pengembangan Kawasan Kementerian
Negara Perumahan Rakyat
(4). Dukungan dari Bidang lainnya dari Kementerian Negara
Perumahan Rakyat
(5). Komitmen Pemerintah Daerah
(6). Dukungan Bidang Pekerjaan Umum
(7). Dukungan sektor lainnya.
12
(3). Rekomendasi Tindak Turun Tangan oleh Pimpinan
13
BAB IV
GAMBARAN LOKASI KAWASAN KHUSUS
1. Kawasan Ekonomi
a. Kawasan pariwisata
b. Kawasan Industri
14
b. Kawasan taman nasional,
c. Kawasan pangkalan militer,
d. Kawasan penelitian dan pengembangan sumber daya nasional,
laboratorium sosial, lembaga pemasyarakatan spesifik
e. Kawasan perbatasan,
f. Pulau-pulau kecil
g. Kawasan nelayan/pesisir
h. Kawasan dampak bencana
15
belum tertarik terhadap kegiatan bisnis perumahan pada kawasan
khusus karena alasan profit.
(5). Lokasi Kawasan Perumahan pada kawasan khusus (diluar kawasan
industri) sebagian besar berada pada lokasi yang terpencil (remote
area) dengan medan lokasi yang berat sehingga memerlukan biaya
investasi yang cukup besar dalam penyiapan kawasannya.
Secara fisiografis wilayah pesisir Kabupaten Nunukan terdiri dari rawa pasang
surut daratan alluvial, rawa, dataran, dan perbukitan. Deskripsi masing-
masing satuan fisiografis adalah sebagai berikut :
1)Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah yang
terdapat mulai dari Muara Sungai Sembakung sampai kawasan pantai
bagian utara wilayah Kabupaten Nunukan. Kawasan ini selalu
dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan ditumbuhi oleh hutan
16
mangrove dan nipah. Bentuk wilayah datar dengan variasi kelerengan
kurang dari 2% dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter.
2)Daerah rawa (swamp) yaitu kawasan banjir yang selalu tergenang dan
dapat dikategorikan sebagai rawa bergambut dengan bentuk wilayah
datar. Kawasan rawa ini terdapat di bagian hilir daerah aliran sungai
(DAS) Sembakung. Variasi kelerengan kurang dari 2 meter dengan beda
ketinggian kurang dari 1 meter.
3)Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah daratan yang terbentuk
dengan proses pengendapan, baik di daerah muara maupun daerah
pedalaman. Bentuk wilayah datar dengan variasi kelerengan kurang dari
2% dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter.
4)Daerah dataran (plain) merupakan dataran endapan, dataran karst, dataran
vulkanik, dataran batuan beku (metamorf) masam, dengan bentuk
wilayah bergelombang sampai berbukit, variasi kelerengan kurang dari
2% sampai 40% dengan beda tinggi kurang dari 50 meter.
5)Daerah berbukit (hill) merupakan daerah bukit endapan dan metamorf
dengan bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung. Variasi
kelerengan mulai dari 15% sampai 40%. Beda tinggi lebih dari 50 meter.
17
(Jiwa) (Jiwa/KM)
1 Kerayan 3.114,20 9.349 3.00
2 Lumbis 2.656,50 7.523 2.83
3 Sembakung 2.457,70 7.153 2.91
4 Nunukan 5.536,14 36.698 6.63
5 Sebatik 861,16 22.034 26.83
Jumlah/rata-rata 14.585,70 82.754 5.67
Sumber : BPS Kabupaten Nunukan 2002
18