Professional Documents
Culture Documents
Ada dua istilah dalam bahasa Indonesia yang artinya berhubungan dengan
konsep menyimak, yaitu mendengar dan mendengarkan. Mendengar berarti dapat
menangkap bunyi dengan telinga tanpa adanya unsur kesengajaan. Mendengarkan
berarti mendengar sesuatu bunyi tetapi dibarengi dengan adanya unsur
kesengajaan, sedangkan menyimak berarti mendengarkan dengan baik-baik,
dengan penuh perhatian tentang apa yang diucapkan oleh seseorang ataupun yang
lain, adanya kemampuan menangkap dan memahami makna pesan yang
terkandung dalam bunyi serta unsur kesanggupan mengingat pesan (Soedjiatno,
1982:5, Tarigan, 1991:3-4).
Sementara itu, Kridalaksana (1993) menggunakan mendengar untuk istilah
menyimak, sebagai terjemahan listening. Dalam bahasa Indonesia mendengar,
mendengarkan, dan menyimak memiliki kemiripan arti, sehingga sering timbul
kekacauan pemahaman. Menyimak memiliki kandungan makna yang lebih
spesifik bila dibandingkan dengan kedua istilah sebelumnya. Namun, sekali lagi
menyimak ini sering disamakan dengan mendengarkan, sehingga pada beberapa
hal keduanya dapat digunakan secara bergantian.
Menurut Goss (dalam Farris, 1993:154), menyimak merupakan suatu
proses mengorganisasi apa yang didengar dan menetapkan unit-unit verbal yang
berkorespondensi sehingga bisa ditangkap makna tertentu dari apa yang didengar.
Menyimak merupakan suatu proses internal yang sulit dipahami. Lundsteen
(dalam Tompkins dan Hoskisson, 1991:108) menggambarkan menyimak sebagai
guru sulit untuk mengetahui sejauhmana siswanya berhasil atau tidak dalam suatu
proses pembelajaran menyimak. Ia juga mengemukakan bahwa menyimak
merupakan proses yang sangat kompleks dan interaktif, yakni siswa dituntut
mampu mengubah bahasa atau wacana lisan yang didengar menjadi sebuah makna
di dalam pikiran.
2 Proses Menyimak
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para pakar yang dapat
dijadikan acuan untuk memahami proses menyimak. Wolvin dan Coakley (1985)
sebagaimana yang dikutip oleh Tompkins dan Hoskisson (1991:108)
mengemukakan ada tiga tahap utama dalam proses menyimak, yaitu receiving,
attending, dan assigning meaning. Pada tahap pertama, penyimak menerima
rangsangan suara dan gambar (aural and visual) yang disampaikan pembicara.
Selanjutnya, penyimak berkosentrasi pada rangsangan tertentu dan mengabaikan
rangsangan lain yang mengganggu. Karena ada berbagai rangsangan di sekitar
siswa di kelas, maka mereka harus memperhatikan pesan pembicara, dan
berkonsentrasi pada informasi terpenting dalam pesan tersebut. Pada tahap ketiga,
penyimak mengolah pesan dengan menggunakan asimilasi dan akomodasi untuk
menyesuaikan pesan yang diterima dengan struktur kognitif yang telah
dimilikinya atau membuat stuktur baru jika perlu.
Sejalan dengan itu, Farris (1993:155) menyatakan bahwa proses
menyimak itu terdiri dari tiga tahap dasar, yaitu: (1) receiving the auditory input,
(2) attending to the received, (3) auditory input, and (3) interpreting and
interacting with the received auditory input. Hal senada dikemukakan oleh
Nicholas (1988:19) bahwa menyimak merupakan proses aktif karena penyimak
berperan aktif dalam menyusun pesan yang disampaikan. Rivers dan Temperley
(1978) melihat proses menyimak dengan pemahaman sebagai proses yang melalui
beberapa tingkatan sebagai berikut. (1) Saat seseorang mendengar suara, reaksi
pertamanya adalah menemukan apakah suara tersebut adalah suara yang teratur
(seperti bahasa atau musik) atau suara yang tidak teratur. Dengan kata lain,
sebelum ia memahami maksudnya ia harus mengenali apakah suara tersebut
datang secara sistematis atau tidak. (2) Langkah berikutnya adalah menentukan
struktur suara. Ia dapat memilah-milah menjadi kata-kata dan kalimat jika suara
itu adalah bahasa serta memilahnya menjadi bagian-bagian irama jika suara
tersebut adalah musik.
(3) Kemudian ia mengedarkan suara tersebut dalam pikirannya serta memilah-
milah pesan yang penting dan tidak penting. Informasi yang sudah dipilah akan
terekam dalam ingatan atau akan diungkapkan.
Sementara itu, Tarigan (1986:58) dan Tarigan (1991:16) berpendapat
bahwa proses menyimak mencakup beberapa tahap, yakni: (1) mendengar, (2)
mengidentifikasi, (3) menginterpretasi, (4) memahami, (5) mengevaluasi, dan (6)
menanggapi. Dalam setiap tahap tersebut diperlukan kemampuan tertentu agar
proses menyimak dapat berjalan lancar. Misalnya, dalam tahap mendengar bunyi
bahasa diperlukan kemampuan menangkap bunyi.
Teori proses menyimak yang lain dikemukakan oleh Nunan (1991:17-18)
dan Richards (1990:63). Mereka mengemukakan tiga proses menyimak yaitu
bottom-up, top-down dan interaksional. Proses bottom-up mengacu pada
penggunaan data yang masuk sebagai sumber informasi tentang suatu pesan.
Proses bottom-up ini dimulai dari menganalisis pesan yang diterima berdasarkan
organisasi bunyi, kata, kalimat sampai pada proses penerimaan makna. Jadi,
proses menyimak jenis ini dipandang sebagai proses penafsiran pesan (decoding).
Proses menyimak top-down mengacu pada suatu proses yang menggambarkan
pengetahuan latar (back ground knowledge) dalam memahami maksud suatu
pesan. Dalam proses ini, penyimak dibantu memahami pesan dan teks lisan
dengan bantuan pengetahuan lainnya. Ada beberapa bentuk pengetahuan latar
diantaranya adalah pengetahuan tentang topik suatu wacana, situasi, kontekstual
ataupun pengetahuan yang telah menjadi memori bagi seseorang berupa skema.
Dalam proses menyimak jenis top-down, pengetahuan awal (prior knowledge)
memiliki peranan yang penting karena pengetahuan awal tersebut dapat
membantu penyimak dalam memahami simakan. Pengetahuan yang sebelumnya
telah dipunyai oleh penyimak merupakan perbendaharaan sejumlah pengetahuan
Mengingat nama orang, nama tempat, urutan kejadian dan hal-hal lain
secara eksplisit disebutkan dalam teks lisan. Memahami arti kata,
ungkapan, dan sebagainya dalam hubungan kalimat. Mengidentifikasi
isi persoalan, meramalkan kejadian selanjutnya, membuat interpretasi
afektif, dan sebagainya. Ya – tidak/alternatif 1 2 3 Dengan kata tanya
456
Pada tabel di atas tampak ada 2 jenis pertanyaan dan 3 jenis prilaku
siswa yang kita pancing. Secara keseluruhan ada 6 pertanyaan, yaitu
pertanyaan 1 – 3 jenis pertanyaan ya-tidak atau alternatif dan
pertanyaan 4 – 6 jenis pertanyaan yang menggunakan kata tanya,
misalnya apa, mengapa, bagaimana, dan lain-lain. Macam pertanyaan
1-3 termasuk pertanyaan yang relatif mudah, sedangkan macam
pertanyaan 4-6 tidak dapat di sangkal, termasuk golongan pertanyaan
yang sukar. Gradasi kesukaran sudah diurutkan makin besar nomor
pertanyaan makin sukar atau makin kecil nomor pertanyaan makin
mudah. Sebaiknya macam pertanyaan 1-3 diberikan di kelas rendah,
sedangkan macam pertanyaan 4-6 diberikan di kelas tinggi.
Pertanyaan jenis ya-tidak adalah pertanyaan yang jawabannya
didahului dengan kata ya atau tidak.
Contoh:
Pertanyaan : Ayahmu bekerja?
Jawab : Ya, ayah saya bekerja.
Tidak, ayah saya tidak bekerja.
Pertanyaan jenis alternatif adalah pertanyaan yang memberikan pilihan
kepada siswa dan pilihannya itu, keduanya secara eksplisit disebutkan
dalam pertanyaan itu.
Contoh:
Pertanyaan : Niko kesekolah atau di rumah?
Jawab : Niko ke sekolah.
Niko di rumah.
Jenis pertanyaan yang menggunakan kata tanya biasanya lebih sukar
daripada jenis ya-tidak atau alternatif, karena jawabannya bergantung
kepada pemahaman siswa akan isi teks lisan dan kemampuannya
menyusun kalimat.
Contoh:
Pertanyaan : Apa yang dilakukan Malin Kundang setelah menjadi
saudagar
kaya raya?
Jawab : Ia pergi berlayar menuju tempat kelahirannya atau ia tidak
mengakui ibu kandungnya sendiri.
E. Tahap-tahap Menyimak
Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh
penyimak agar penyimak benar-benar memahami informasi yang
disimaknya. Tahapan itu adalah: (a) tahap mendengar, (b) tahap
memahami, (c) tahap menginterpretasi, dan (d) tahap mengevaluasi.
F. Faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Faktor yang mempengaruhi menyimak menurut Hunt dalam
Trigan(1990: 97)adalah: sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan,
dan peranan dalam masyarakat. Sementara Logan (dalam Tarigan
1990: 98) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi menyimak
adalah faktor lingkungan, fisik, psikologios, dan pengalaman.
G. Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan
keterampilan menyimak seperti berikut ini.
• Bersikaplah secara positif
• Bertindaklah responsif
• Cegahlah gangguan-gangguan
• Simaklah dan ungkaplah maksud pembicara
• Carilah tanda-tanda yang akan datang
• Carilah rangkuman pembicaraan terlebih dulu
• Nilailah bahan-bahan penunjang
• Carilah petunjuk-petunjuk nonverbal
H. Kendala dalam Menyimak
Russel dan Black dalam Tarigan (1990: 82-86) ada beberapa kendala
dalam menyimak, seperti berikut ini.
• Keegosentrisan
• Keengganan ikut terlibat
• Ketakutan akan perubahan
• Keinginan menghindari pertanyaan
• Puas terhadap penampilan eksternal
• Pertimbangan yang prematur
• Kebingungan semantik.