You are on page 1of 14

MAKALAH

TENTANG
KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP

Dibuat Oleh :

Rizky Novid Hermansyah

90801

2007

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2011
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara berpenduduk terbesar ke-lima sesudah RRC,

India, USSR dan USA, sangat merasakan betapa berat tekanan-tekanan akibat

adanya masalah kependudukan yang sangat dirasakan adalah pertumbuhannya

yang pesat dan penyebarannya ke seluruh wilayah yang tidak seimbang.

Di samping itu, Indonesia sebagai Negara yang berkembang juga

menghadapi masalah urbanisasi penduduk ke kota-kota yang umumnya tidak

memiliki lapangan pekerjaan, sehingga pemanfaatan SDA semakin diperluas yang

akhirnya menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup.

Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia adalah

179,4 juta. Berarti Indonesia termasuk negara terbesar ke tiga di antara

negaranegara yang sedang berkembang setelah Gina dan India.Dibanding dengan

jumlah sensus tahun 1980 maka akan terlihat peningkatan penduduk Indonesia

rata-rata1,98% pertahun.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Indonesia pada

tahun 1995 sebanyak 195,3 juta jiwa. Bila dilihat dari luas Wilayah pada peta

penyebaran penduduknya terlihat tidak merata di 27 propinsi. Berdasarkan hasil

sensus penduduk tahun 1990 sekitar

60% penduduk tinggal di pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas

wilayah Indonesia. Dilain pihak pulau Kalimantan yang luas wilayahnya hanya

ditempati oleh 5% dari jumlah penduduknya.


Kondisi tersebut menunjukan bahwa kepadatan penduduk Indonesia tidak

seimbang. Kondisi tersebut memerlukan upaya pemerataan dan upaya tersebut

telah dilaksanakan melalui program transmigrasi dan gerakan kembali ke Desa.

Dilihat dari tingkat pertambahan Penduduknya Indonesia masih tergolong tinggi,

hal ini bila tidak diupayakan pengendalianya akan menimbulkan banyak masalah.

Masalah lingkungan hidup (environmental problems) akhir-akhir ini telah

dijadikan isu global terutama dua dekade terakhir sehingga baik pemerintah

maupun masyarakat di Negara-negara maju yang sedang berkembang telah

memberikan perhatian yang serius pada masalah tersebut. Dunia semakin

menyadari bahwa eksploitasi SDA (natural resources) yang hanya berorientasi

ekonomi tidak hanya membawa efek positif tetapi juga membawa efek negatif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sikap manusia terhadap kependudukan dan lingkungan hidup ?

2. Tindakan apa yang harus di tempuh dalam mengatasi kependudukan dan

lingkungan hidup ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kependudukan

Sampai kini belum ada orang yang tahu dengan tepat sejak kapan manusia

pertama mendiami bumi ini, orang hanya mampu menaksir sejak kapan manusia

mampu membuat alat-alat batu, yang dikenal sebagai zaman batu. Pada zaman itu

sekitar 8.000-7.000 tahun sebelum Isa Al-Masih, diperkirakan jumlah penduduk

bumi antara 5-10 juta orang (IKIP, 1988 : 46).

Dalam determinants and consequens of population growth (united nation,

New York, 1953), disebutkan bahwa manusia telah mendiami ini sejak 100.000

tahun yang lalu. Pertumbuhan penduduk sangat lambat karena tingginya angka

kematian bayi dimana pengadaan makanan merupakan faktor utama membatasi

pertumbuhan penduduk pada zaman prasejarah karena pengolahan lahan pertanian

yang sangat primitif (1988). Barulah antara 1.000-300 tahun sebelum Isa Al-

Masih terjadi perbaikan yang berarti dalam bidang pertanian yang ditandai dengan

penggunaan sungai Nil di Mesir di lembah sungai Tigris dan sungai Eufrhat pada

kerajaan Babylonia (Iraq), lembah sungai Kuning (yang tse kiang) di Tiongkok,

lembah sungai Indus di India. Di daerah-daerah tersebutlah muncul peradaban

kuno dimana pertambahan penduduk berlangsung dengan cepat.

Pada masa kehidupan nabi Isa a.s. penduduk dunia diperkirakan 200-300

juta jiwa dan pada zaman kerajaan Romawi. Kerajaan tersebut mempunyai

penduduk 50-55 jiwa sedang sebagian besar Amerika, Eropa Utara, lautan pasifik,

dan Asia bagian Utara masih jarang sekali penduduknya (1988).


Data tersebut diatas masih merupakan perkiraan, belum pernah diadakan

sensus. Baru pada tahun 1650 diadakan untuk pertama kalinya studi tentang

penduduk, meskipun sangat sederhana dan tidak meneliti secara menyeluruh,

perhitungannya masih terpusat di Eropa Saja.

Pada tahun 1922, A.M. Carr-Sunders menerbitkan bukunya yang berjudul

“The Population Problem: A study in Evolution”, telah membuat taksiran jumlah

penduduk di seluruh dunia, di Eropa termasuk Uni Sovyet, Amerika Utara, pulau-

pulau di lautan pasifik, di Asia, Amerika Latin, dan Afrika pada tahun 1650, 1750,

1850 dan pada tahun 1900. Kemudian PBB membuat taksiran sejak 1920 sampai

sekarang di daerah-daerah seperti di sebutkan diatas.

DR. RK. Sembiring (1985 : 3), menyebutkan, jika penduduk dunia terus

bertambah dalam kira-kira tujuh abad lagi, maka hanya ada tempat untuk duduk di

planet bumi ini.

B. Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup berasal dari kata “lingkungan dan hidup” dalam kamus besar

bahasa Indonesia yang di susun oleh tim penyusun kamus pusat pembinaan dan

pengembangan bahasa terbitan Balai Pustaka, 1984, lingkungan diartikan sebagai

daerah (kawasan dan sebagainya), sedang lingkungan alam diartikan sebagai

keadaan (kondisi, kekuatan) sekitar, yang mempengaruhi perkembangan dan

tingkah laku organisme.


Pengertian lingkungan hidup menurut pakar-pakar lingkungan yaitu :

1. Otto Soemarwoto, seorang pakar lingkungan terkemuka mendefinisikan

lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam

ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan (Soemarwoto,

1977:30).

2. ST. Munadjat Danusaputro, mengartikan lingkungan hidup sebagai semua

benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya,

yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup

dan kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya (Danusaputro, 1980:67).

3. A.L.Slamet Ryadi, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah suatu ilmu

yang mampu menerapkan berbagai disiplin (fragmen berbagai ilmu dasar)

melalui pendekatan ekologi terhadap masalah lingkungan hidup yang

diakibatkan karena aktifitas manusia sendiri (Ryadi, 1981:11).

4. Kondrad Buchwald, dalam (Kaslan A. Thohir, 1991:3) mangatakan, istilah

“lingkungan” selalu mengandung dua cirri yaitu :

1) Selalu dikaitkan dengan unsur-unsur atau kesatuan-kesatuan yang hidup.

2) Kekomplekan dari unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain secara timbal

balik atau searah, sehingga terjadi suatu jaringan hubungan atau relasi antara

unsur-unsur baik yang mati maupun yang hidup yang terdapat dalam lingkungan

manusia.
C. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup

NTH.Siahaan, merumuskan sebagai berikut :

1. Semua benda berupa : manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, organisme, tanah,

air, udara, rumah, sampah, mobil, angin, dan lain-lain yang keseluruhannya

disebut materi sedangkan satuan-satuannya disebut komponen.

2. Daya yang disebut energi

3. Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi

4. Prilaku / tabiat

5. Ruang, yaitu wadah berbagai komponen berada

6. Proses interaksi, disebut juga saling mempengaruhi atau biasa pula disebut

jaringan kehidupan (Siahaan, 1987:3).

Materi ialah segala sesuatu yang ada pada suatu tempat tertentu dan waktu

tertentu pula. Menurut pendapat tradisional semua benda terdiri empat macam

yaitu api, air, tanah dan udara (Husein, 1992:8)

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, 4 unsur tersebut tidak dapat

bertahan untuk sebagai zat tunggal. Api bukan materi melainkan gejala panas,

atau gejala cahaya. Tanah merupakan campuran berbagai unsur dan zat

persenyawa. Air terbentuk dari persenyawa zat hidrogen dan oksigen. Udara

merupakan bermacam-macam gas, antara lain ialah gas hidrogen dan oksigen (H.

Prawiro, 1988:12-13).
Energi dan materi memiliki hubungan yang erat sekali. Untuk memperoleh

materi, orang harus makan. Dengan makanan tersebut timbullah energi yang

memungkinkan dilakukannya aktivitas. Energi atau daya ialah sesuatu yang

memberikan kemampuan untuk menjalankan sesuatu (aktivitas). Dalam alam

semesta ini sarat dengan energi yang mengejewantah dalam berbagai bentuk

seperti cahaya dan radiasi lain, panas, daya gerak, daya potensial, daya kimia, dan

lain-lain.

Ruang adalah tempat atau wadah komponen-komponen lingkungan hidup.

Oleh karena itu, dimana terdapat komponen lingkungan hidup, berarti disitu

terdapat ruang atau wadah. Ruang atau wadah yang berada disekitar komponen

lingkungan hidup itu mempunyai interaksi yang kuat yang merupakan satu

kesatuan antara komponen dan ruang atau wadahnya tersebut. Dengan demikian

ruang atau wadah adalah tempat berlangsungnya ekosistem antara komponen

lingkungan dan ruang yang ditempatinya.

Keadaan tersebut juga kondisi atau situasi. Keadaan memiliki ragam-ragam

yang satu sama lain ada yang membantu kelancaran berlangsungnya proses

kehidupan lingkungan, ada yang merangsang makhluk-makhluk untuk melakukan

sesuatu, ada pula yang mengganggu berprosesnya interaksi lingkungan dengan

baik.

D. Pembagian lingkungan hidup

L.L. Bernard dalam bukunya Introduction to Social Phychology, membagi

lingkungan atas 4 macam yaitu :


1. Lingkungan fisik atau organik, yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik

dan fisio-grafis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik, ombak.

2. Lingkungan biologi atau organik yaitu segala sesuatu yang bersifat biotis

berupa mikro organisme, parasit, hewan, tumbuh-tumbuhan, termasuk juga

lingkungan pranata dan proses-proses biologi seperti reproduksi, pertumbuhan.

3. Lingkungan sosial, yang terdiri dari fisio-sosial yang meliputi: kebudayaan

materiil, seperti peralatan, senjata mesin, gedung-gedung dan lain-lain;

lingkungan bio-sosila manusia dan bukan manusia yaitu manusia dan

interaksinya terhadap sesamanya dan tumbuhan beserta hewan domestic dam

semua bahan yang digunakan manusia yang berasal dari sumber organik.

Lingkungan psiko-sosial yaitu yang berhubung dengan tabiat batin manusia

seperti sikap, pandangan, keinginan. Hal ini terlihat melalui kebiasaan, agama,

ideologi, bahasa, dan lain-lain.

4. Lingkungan komposit yaitu lingkungan yang diatur secara instansional,

berupa lembaga-lembaga masyarakat baik yang terdapat didaerah perkotaan,

maupun di daerah pedesaan.

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP KEPENDUDUKAN DAN

LINGKUNGAN

A. Pandangan Masyarakat

Sejak dicetuskan 30 tahun lalu, hari bumi dijadikan simbol kebangkitan

masyarakat sipil melawan pihak penguasa yang kurang arif dalam

memperlakukan lingkungan hidup sehingga ditetapkanlah tanggal 22 April 1970


sebagai hari bumi. Timbullah pertanyaan, seandainya tidak ada Hari Bumi

tersebut apakah umat manusia atau penduduk bumi tidak akan berusaha

melestarikan lingkungan hidup? Jawabannya! Tentu tidak. Penetapan tanggal 22

April 1970 itu merupakan refleksi keprihatinan seorang senator Amerika Serikat,

Gaylord Nelson, terhadap semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup

(Kompas, 2000 : 7), Nelson menyebut kebangkitan masyarakat sipil itu sebagai

“Ledakan akar rumput yang sangat mencengangkan”. Menurut analisis ledakan itu

muncul karena bergabungnya generasi pemrotes tahun 1960-an yang sebagian

besar pelajar, mahasiswa, dan sarjana yang dikenal sebagai motor gerakan anti

perang dan pembela hak sipil yang radikal.

1. Pandangan Masyarakat Timur

Umat manusia harus menyadari bahwa bumi tempat berpijak memiliki

keterbatasan daya tamping baik dari segi daya yang dimilikinya maupun dari segi

materi yang dikandungnya.

Memperhatikan jumlah penduduk yang terus meningkat hingga memasuki

abad ke-21, masyarakat jangan terpaku pada jumlah peduduk yang semakin

bertambah, tetapi perhatian itu terutama lebih di fokuskan pada kebutuhan yang

diperlukan manusia yang berlipat ganda. Menurut Otto Soemarwato

(kompas,200:4) manusia terlalu arogan dalam memanfaatkan daya yang dimiliki

bumi. Padahal manusia pendatang baru di bumi, nenek moyang manusia tertua

muncul baru sekitar 3 juta tahun yang lalu. Manusia dikatakan modern adalah

hasil proses evolusi, seperti halnya mahluk hidup lainnya, manusia berinteraksi

denga lingkungan hidupnya. Oleh karena itu, maka setiap perubahan yang terjadi
pada lingkungan hidup sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, padahal

manusia ingin hidup sejahtera.

Pada hakekatnya, untuk membina kesejahteraan hidup manusia memerlukan

4 macam kebutuhan hidup yaitu: pangan, sandang, papan dan pendidikan. Untuk

mencapai semua itu manusia memanfaatkan ataupun mengeksploitasi alam

sekitar, dalam hal inilah, sebagian besar penduduk bumi masih mempunyai

kecenderungan berprilaku yang membawa akibat penurunan kualitas atau

kerusakan alam sekitar. Karena tanpa menyadari manusialah yang membutuhkan

lingkungan bukan lingkungan yang membutuhkan manusia, tanpa lingkungan

manusia tidak akan bisa mempertahankan dan melestarikan / melangsukan

kehidupannya (Otto Soemarwoto,1985)

2. Pandanagan Masyarakat Barat

Sikap dan perilaku kelompok masyarakat modern (barat) berfalsafah hidup

bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi harus di kembangkan secara maksimal

dan berupaya menghasilkan penemuan-penemuan batu untuk mengubah dan

menguasai kebutuhan manusia.

Konsep yang datang dari barat adalah adanya pandangan “manusia lawan

alam” atau “manusia penakluk alam” (1989). Konsep ini mendasari pelaksanaan

hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya selama berabad-abad.

Konsep ini seakan-akan menjadi dasar falsafah sekuler sejarah. Dalam falsafah ini

jalan peradaban manusia dapat dilihat sebagai gerakan suatu evolusi dan waktu

manusia harus tunduk pada dan atur oleh alam sampai ketitik terjadi kebalikannya

dan manusia mengatur alam lingkungannya.


Dalam Geneses I: 20-28 diadakan perbedaan antara tindakan Tuhan Yang

Maha Esa terhadap manusia itu sendiri. Pada semua makhluk hidup di anjurkan

untuk berkembang biak, begitu pula pada manusia, namun manusia harus

menguasai laut, daratan dan angkasa. Disamping itu juga mereka juga patuh

menguasai lingkungannya dengan mahluk hidup yang bergerak diatasnya,

hinggga akhirnya tanpa sadar manusia mengalami kritis kehancuran alam,

pencemaran air, tanah dan udara, pembuatan senjata nuklir, pengrusakan hutan.

(Wardhana 1999).

3. Pandangan Agama

Manusia denga lingkungannya merupakan satu kesatuan “suatu sistem”,

manusia dengan lingkunganya saling berintraksi, manusia dengan sistem

sosialnya (social system) pada satu sisi dapat mempengaruh oleh ekosistem

(ecosystem) dan pada sisi lain lingkungan dan ekosistemnya juga dapat

mempengaruhi dan di pengaruhi oleh sistem sosial dari manusia tersebut (A.Terry

Rambo,1983)

Agama memandang, sejak permulaan perciptaan lingkungan (bumi) oleh

pencipta-Nya telah dinyatakan dan di peringatkan bahwa “Allah menjadikan bumi

dan langit dan segala isinya adalah untuk keselamatan ummat manusia, walaupun

umat sedikit di antara mereka yang bersyukur”(QS, Al-Mukmin:64 Al-

Baqarah:29 ;Al- A’raf:10;dan Al- Hijr:19-20). Agama mengajarkan bahwa

lingkungan harus dikelolah sesuai dengan kebutuhan manusia, karena alam di

ciptakan Allah untuk kemaslahatan ummat manusia,tetapi hanya sampai batas

tertentu.
B. Upaya Mengatasi Krisis Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Sogiran (1983), menjelaskan bahwa manusia berinteraksi dengan

lingkungannya, manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan juga di

pengaruhi oleh lingkungannya. Dalam usaha menjaga kelangsungan hidupnya,

manusia berusaha menyatakan sumber-sumber alam yang ada dengan pengolaan

yang baik.

James G, Lovelok (1984) menyarankan bagaimana cara pengolaan air

kawat. Salah satu cara yang bijaksana pada saat ini adalah dengan membuat

waduk-waduk pada daerah aliran sungai (DAS), sehingga energi potensial yang

terkandung dalam air tidak langsung terbuang ke laut, tanah-tanah yang tandus

dapat di hijaukan kembali atau di buat lahan pertanian, pertanahan, perikanan,

kehutanan dan kombinasi dari kegiatan usaha tersebut, yang telah di kenal sebagai

agroforesti.

Soeryaatmadjan (1987) menyatakan, bahwa perlu pengembangan IPTEK

untuk menyatakan kembali hasil buangan, agar sampah-sampah berasal dari

perkotaan dapat di manfaatkan kembali, misalnya untuk rabuk (kompas), tenaga

listrik dan sebagainya. Kotoran ternak selain untuk pupuk dapat di gunakan untuk

biogas. Model pengembangan ogroforesti di Cina sejak tahun 1049, ternyata

memberikan hasil yang mengembirakan termasuk Jerman dalam pengolaan hutan

masa depan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Infomasi sejarah menunjukan bahwa pertambahan penduduk di Negara-

Negara berkembang jauh lebih cepat dari pada Negara-negara maju. Resiko yang

ditanggung oleh bumi yang diliputi keterbatasan penyediaan kebutuhan manusia

yang kian meningkat secara tajam, dan timbulnya akibat degradasi alam sekitar

walaupun lingkungan hidup, di lain pihak, tuntutan manusia akan pangan,

sandang, papan dan pendidikan telah memberikan derita dan beban kepada bumi

yang makin berat. Sedang tuntutan manusia akan lingkungannya yang baik, justru

lingkungan memberikan tuntutan balik kepada manusia akan lingkungan dan

pencapaian tuntutan pada suatu lingkungan kehidupan yang nyaman.

You might also like