You are on page 1of 5

OMI

INDIKATOR PEMBANGUNAN EKONOMI


Pembangunan ekonomi adalah sebuah upaya untuk menigkatkan kesejahteraan ekonomi berskala
besar, yaitu skala sebuah Negara. Karena skalanya yang sangat besar tersebut, untuk
mengevaluasi sejauh mana keberhasilan sebuah pembangunan ekonomi bukanlah hal yang
mudah. Di samping skalah yang besar tersebut, yang membuat evaluasi pembangunan menjadi
titik mudah adalah karena variabel utama yang diamati adalah variabel kesejahteraan, sebuah
variabel yang tidak dapat diukur karena sifatnya yang kualitatif. Ditambah lagi ukuran
kesejahteraan itu tidak sederhana, akan tetapi meliputi banyak hal atau multidimensi. Untuk
mengatasi ketiga hal tersebut maka ahli ekonomi pembangunan menyusun berbagai indikator
pembangunan.
Indikator pembangunan menaglami perbaikan seiring dengan perkembangan ilmu
ekonomi pembangunan. Di balik upaya pengembangan ini terlibat ekonom dari berbagi
universitas besar diberbagai Negara. Berikut ini akan dibahas indikator-indikator besar yang
telah mereka hasilkan jalnnya pembangunan di sebuah Negara.
A. Pertumbuhan GNP sebagai indikator pembangunan ekonomi
Waktu berjala dan pemerintah memusatkan perhatian dan upayanya untuk meningkatkan
pertumbuhan GNP sehingga beberapa Negara berhasil menumbuhkan GNPnya dalam tingkat
yang tinggi,, terutama Negara-negara di kawasan Asia. Dengan meningkatnya pertumbuhan
GNP orang berharap bahwa kesejahteraan juga akan menigkat. Akan tetapi kemudian Negara-
negara tersebut mencatat bahwa meskipun pertumbuhan GNP sudah berlangsung dengan tingkat
tinggi dan dalam kurun waktu yang cukup lama, masih banyak orang yang hidup di bawah garis
kemiskinan.kemudian disadari bahwa ternayat pertumbuhan yang tinggi tersebut di ikuti pula
oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi pula sehingga pertumbuhan GNP tersebut harus dibagi
pula dengan jumlah penduduk yang menigkat sehingga tidak bisa menjamin kesejahteraan
penduduk. Kerena itu orang lebih suka menggunakan GNP perkapita.
GNP perkapita adalah ukuran pendapatan nasional yang sudah memperhitungkan jumlah
penduduk. GNP perkapita adalah salah satu indikator pembangunan yang paling mendasar dan
nasih digunakan sampai saat ini yang mempunyai dua keunggulan yaitu pertama, GNP perkapita
relative mudah dihitumg dan kedua, ukuran ini cukup mewakili hakikat utama pembangunan,
yaitu meningkatkan kesejahteraan dan penghilang kemiskinan.
B. Index Mutu Hidup ( The Physical Quality of Life Index/ PQLI )
Ukuran kesejahteraan yang lain disamping pendapatan nasional adalah index mutu hidup
(physical quality of life index). PQLI adalah indeks non-ekonomi hidup yang merupakan
kombinasi dari tiga indicator :
a) Kematian bayi ( jumlah kematian tahunan dari bayi yang berumur di bawah satu tahun per
1000 yang hidup)
b) Harapan hidup mulai umur satu tahun
c) Tingkat melek huruf (dalam persentase)
PQLI memang menberikan alternatif bagi indikator kesejahteraan selain GNP perkapita.
Akan tetapi indikator ini juga tidak lepas dari kritik perhatian beberapa hal berikut ini ;
1) Beberapa ahli ekonom mengatakan bahwa hubungan antara indicator PQLI dan indeks gabungan
GNP perkapita sangat erat sehingga menunjukkan hal yang tidak berbeda. Kebanyakan Negara
yang GNP perkapitanya tinggi akan mempunyai indeks PQLI yang tinggi pula. Sehingga
menurut ekonom , PQLI tidak menunjukkan sesuatu yang baru karena merupakn hal yang sia-sia
untuk menghitungnya sepanjang kita mempunyi GNP perkapita. tetapi para ekonom akhirnya
sepakat bahwa indikator PQLI hanya efektif membedakan tinggakt pembangunan jika tingkat
GNP masih rendah.
2) Tidak pernah ada dasar ilmiah yang pasti dalam pembuatan skala indeks dari 1-100
3) PQLI member bobot yang sama atas tiga indeks penyusunan.

C. The Human Development Index (HDI) / indeks pembangunan manusia


HDI meringkas tiga variabel kesejahteraan dan meringkasnya dalam sebuah indeks
komposisi tunggal. Variabel-variabel tersebut adalah :
a) Umur panjang (longevity)
Sebagai pengukur kesehatan dan nutrisi. Umur panjang diukur dengan merata-rata harapan hidup
(dalam tahun) dari tingkat kelahiran, dihitung dengan mengasumsikan bahwa seorang bayi lahir
dalam satu tahun tertentu akan mengalami tingkat kematian seketika dari kelompok umur ( tahun
pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai tahun ke-n ) sepanjang hidupnya.
b) Pendidikan
Terdiri dari rata-rata terbobot antara (a) tingkat melek huruf dari kaum dewasa dalam persentase
(bobot 2/3), (b) tahun-tahun utama dari masa sekolah seseorang sepanjang tahun 25 tahun dari
umurnya (bobot 1/3).
c) Standar hidup
Indicator standar kehidupan adalah GDP perkapita rill dalam dolar PPP(purchasing power
parity), dengan tanpa diskon sampai dengan suatu tingkat kemiskinan global dengan dasar
kebutuhan pendapatan yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat nutrisi minimal dan diskon yang
meningkat dengan progresif dengan menigkatnya pendapatan, merefleksikan utilitas marginal
yang semakin menurun dari pendapatan.
Untuk menyusun sebuah indeks komposit, kita harus menentukan nilai maksimum dan
minimum untuk tiap tiga variabel- harapan hidup, pendidikan, dan GDP rill perkapita yang sudah
disesuaikan. Kita menormalkan nilai observasi untuk masing-masing variabel dengan skala 0-10
kemudian kita mengukur depreviasi dari sebuah Negara yang dialami untuk masing-masing
variabel tersebut, kemudian merata-rata tiga tingkat depreviasi untuk mendapatkan HDI. HDI
bisa diasumsikan bernilai antara 0 sampai dengan 1.
Beberapa kritik mengargumentasikan bahwa masalah-masalah pembangunan esensinya
adalah masalah menstimulasi pertumbuhan ekonomi. R. Reichel menemukan bahwa GNP
perkapita dengan pendekatan PPP bisa menjelaskan sebagian besar komponen-komponen HDI.
Dengan demikian kita perlu mengukur pembangunan manusia secara terpisah. Tetapi
kebanyakan ahli pembangunan dan agen-agrn internasional menolak pendapat Reichel dan
mengatakan bahwa GNP perkapita dengan PPP masih mengabaikan berbagai aspek yang penting
dari proses pembangunan.
Konsep pembangunan manusia mencakup variabel yang sangat bervariasi dan sulit untuk kita
gambarkan hanya dalam satu indeks atau indikator. HDI adalah salah satu indeks yang berguna
dalam memusatkan perhatian pada aspek kualitas dari pembangunan, dan berguna bagi Negara-
nagara dengan skor HDI yang relative rendah untuk melihat kembali vareiabel-variabel nutrisi,
kesehatan, dan pendidikan.

D. Pemenuhan Kebutuhan-Kebutuhan Pokok


Sepanjang periode 1960-an para ekonom prustasi melihat kenyataan bahwa pertumbuhan
ekonomi tampaknya hanya mempunyai pengaruh yang sangat kecil dalam menurunkan tingkat
kemiskinan di dunia ketiga. Karena itu pada tahun 1970-an banyak ahli ekonomi merasa tidak
puas dengan strategi pembangunan yang hanya me4nekankan pertumbuhan perkapita. Startegi-
strategi tersebut dianggap tidak cukup dan harus disempurnakan dengan program-program yang
langsung menyasar pada 40-50 % populasi termiskin di dunia ketiga yang kemudian di kenal
sebagai pendekatan kebutuhan pokok (the basic needs approach). “ serangan langsung “ ini
diperlukan karena distribusi pendapatan semakin lama semakin tidak merata, karena para
konsumen dengan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan nutrisi sering membuat pilihan
yang tidak efesien atau tidak bijak dalam bidang ini. Harus diambil kebijakan khusu yang
membantu para penduduk miskin tersebtu untuk lepas dari keadaan.
Pendekatan kebutuhan pokok mengeser perhatian dari memaksimalkan output menjadi
meminimalkan kemiskinan. Perhatian sekarang ditekankan bukan hanya pada seberapa banyak
yang harus diproduksi akan tetapi juga pada apa yang harus diproduksi dengan cara bagaimana,
untuk siapa, dan dengan konsekuensi yang yang bagaimana.
Kebutuhan poko meliputi nutrisi, pendidikan dasar, kesehatan, sanitari, suplai air, dan
perumahan yang cukup.yang menjadi masalah adalah ; indikator-indikator apakah yang bisa
mewakili kebutuhan-kebutuhan pokok tersebut ? dua konsultan ekonomi dengan Bank dunia
mengidentifikasikan beberapa hal berikut ini sebagai indikator pendahuluannya :
• Makanan : suplai kalori dan protein per kepala sebagai persentase dari yang
diperlukan.
• Pendidikan : tingkat melek huruf, daftar siswa sekolah dasar (sebagai persentase dari
populasi umur 5-14 tahun).
• Kesehatan : harapan hidup sejak kelahiran
• Sanitasi : kematian bayi (perseribu kelahiran)
• Suplai air : kematian bayi (perseribu kelahiran)
• Perumahan : masih dalam analisis
E. Indikator Ekonomi Bersih
Willian Nordhaus dan James Tobin adalah dua orang ekonom yang masuh percaya bahwa
di samping berbagai kelemahannya, GNP perkapita adalah indikator pembangunan yang cukup
baik . yang perlu dilakukan adalah memperbaiki proses perhitungan GNP, supaya lebih
mencermingkan kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu mereka mengusulkan koreksi atau
GNP perkapita tersebut. Ada dua jenis koreksi yang mereka usulkan ;
a. Koreksi positif
GNP perkapita kadang-kadang tidak memasukkan beberapa hal yang sebenarnya membuat
masyarakat sebuah perekonomian lebih sejahtera. Yang termasuk dalam hal ini adalah :
1) Waktu senggang . beberapa penduduk yang sudah kaya rela bekerja lebih sedikit untuk sekedar
bisa menikmati masa luang, dan kegiatan ini menambah tingkat kesejahteraan mereka, meskipun
bukan berupa tambahan pendapatan. Ini harus dimasukkan dalam GNP hasilnya lebih
mencermingkan kesejahteraan masyarakat (dalam arti menambah)
2) Kegiatan substansi. Misalnya kita memasukkan untuk dimkakan sendiri, adalah kegiatan-
kegiatan yang benar-benar mendatangkan nilai tambah tetapi tidak pernah dimasukkan dalam
GNP.
3) Kegiatan sector informal. Misalnya pedagang kaki lima yang benar-benar menghasilkan nilai
tambah yang seharusnya dimasukkan dalam GNP.
b. Keoreksi negatif
Dalam proses produksi dan komsumsi, kadang-kadang ada biaya-biaya yang muncul tetapi
belum diinternalisasikan dalam harga pasar. Misalnya polusi air dan udara yang ditimbulkan oleh
berbagai pabrik. Akan tetapi GNP tidak pernah dimasukkan. Supaya GNP betul-betul
mencermingkan kesejahteraan masyarakat , mka hala-hal yang tadi harus dimasukkan de dalam
GNP.

http://alamji.blogspot.com/2010/04/indikator-pembangunan-ekonomi.html

You might also like