You are on page 1of 32

I lecture at stikes bk, I live in Bandung. now I'll tell you what it bandung city.

Bandung is a beautiful city, Bandung is located on the island of Java, exactly dijawa
barat.mayoritas bandung city residents to use language in everyday situations is the
famous traditional sunda.makanan "peuyem", made from cassava and delicious sweet
taste.
here there is also a traditional dance that is jaipong, while the instrument is made of
bamboo angklung, the way the game is by how shaken.
in addition, in bandung many interesting recreational places we can visit, such as
Tangkuban perahu, white crater and many again.oleh so I am very happy to stay here.
Kateter Suction adalah tabung fleksibel panjang yang digunakan dalam perawatan
intensif untuk menghapus cairan dari mulut dan saluran udara pasien sakit kritis. Pasien
kritis sering mengalami kesulitan dengan menelan atau batuk. Pemindahan cairan adalah
penting untuk memastikan paru-paru tetap jelas dan pasien dapat bernapas dengan benar.

Bagaimana mereka bekerja?

Kateter hisap dan pipa hisap tersambung ke wadah koleksi (tabung suction) dan
perangkat yang menghasilkan hisap. Ini adalah kateter pakai yang paling sering
digunakan ketika pasien tidak memiliki saluran udara buatan seperti tabung endotrakeal
atau trakeostomi di tempat. Sebuah 'inline hisap perangkat', dimana kateter isap ditutupi
dalam lengan plastik, umumnya digunakan ketika pasien memiliki pipa napas di tempat.
Ini adalah diganti setiap 2-3 hari.

Kateter lembut dimasukkan ke jalan napas pasien dan hisap diterapkan, sehingga
menghilangkan setiap kotoran atau cairan. Suction akan dilakukan oleh ahli fisioterapi,
perawat atau dokter.

Untuk penjelasan lebih rinci tentang bagaimana kateter suction yang digunakan silahkan
lihat 'suction sebuah jalan napas buatan'.
Adakah Komplikasi?

Pengisapan bisa menyedihkan bagi pasien namun penghapusan sekresi ini sangat penting
untuk pemulihan pasien. Semua Intensive Care intervensi dan prosedur membawa tingkat
potensi risiko bahkan ketika dilakukan oleh staf yang terampil dan berpengalaman.
Silakan mendiskusikan isu-isu ini dengan staf keperawatan dan medis yang merawat
pasien.
Setiap lebih lanjut Kekhawatiran?

Tentu saja, jika Anda memiliki pertanyaan atau masalah, silakan mendiskusikannya
dengan para perawat ICU dan dokter.
Terjemahan:

    * Arab
    * Cina
    * Yunani
    * Italia
    * Macedonia

Perlu diketahui terjemahan ini didasarkan pada versi sebelumnya deskripsi ini.

 
Publikasi

Suction Kateter - Versi 2


Original versi yang dipublikasikan Juni 2004

Versi ini dipublikasikan Februari 2008

Kaye Pengarang Rolls ICCMU CNC

Informasi yang terdapat pada halaman ini sifatnya umum dan karena itu tidak dapat
mencerminkan variasi individu pasien. Selain itu mencerminkan praktik perawatan
intensif Australia yang mungkin berbeda dari negara lain. Hal ini dimaksudkan sebagai
cadangan untuk informasi spesifik yang akan dibicarakan dengan Anda oleh Dokter dan
Perawat merawat kekasih Anda. ICCMU membuktikan keakuratan informasi yang
terdapat di sini NAMUN tidak bertanggung jawab atas bagaimana mungkin berlaku
untuk seorang individu pasien. Silakan lihat disclaimer penuh. .

SUCTION

(membersihkan jalan nafas atas dari adanya sekret pada jalan nafas atas )

No
Kegiatan
A 1. Beri penjelasan bila klien sadar

2. atur posisi sesuai dengan kebutuhan

 semifowler dengan kepala mengarah ke perawat


(oropharingeal suction)

 semifowler dengan leher hiperekstensi, bila tidak


ada kontraindikasi (nasipharingeal suction)

 lateral dengan muka menghadap perawat (bila klien


sadar)

3. Persiapan Alat

(Alat Steril): (semua alat disimpan dalam bak steril)

 Kateter suction

 Sarung tangan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Tindakan Suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir yang
dilakukan dengan memasukkan selang kateter suction melalui hidung atau
mulut. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi
sputum, mencegah terjadinya infeksi paru (RS Harapan kita, 2002). Di ruang
ICU Rumah sakit dr. Kariadi sebagian pasien mempunyai permasalahan di
pernafasan yang memerlukan bantuan ventilator mekanik dan pemasangan
ETT (Endo Trakeal Tube), dimana pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube)
masuk sampai percabangan bronkus pada saluran nafas. Pasien yang
terpasang ETT (Endo Trakeal Tube) dan ventilator maka respon tubuh pasien
untuk mengeluarkan benda asing adalah mengeluarkan sekret yang mana
perlu dilakukan tindakan suction.

Fenomena yang terjadi di Rumah Sakit dr. Kariadi dalam melakukan


tindakan suction adalah sering diabaikannya prosedur dalam melakukan
tindakan suction seperti kurang terjaganya kesterilan dalam melakukan
tindakan suction. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 18 perawat
diidapatkan data bahwa sebanyak 50% atau 9 perawat mengabaikan prosedur
suction dan seringkali pelaksanaannya tidak sesuai dengan prosedur yang
ada. Hasil penelitian di RSUP dr. Kariadi tahun 2000 didapatkan angka
kejadian infeksi nosokomial pada ruang ICU berkisar antara 13–42 % dan
pada ruang intensif 40 %. Tahun 1998 RSUP dr. Kariadi melaporkan angka
kejadian infeksi nosokomial pada pasien intensif berkisar 13-42 % yang
diantaranya disebabkan karena bakteri entero bacter, eschercia coli,
pseudomonas (Wahyono, 2007).

Kasus sekresi yang berlebihan perlu dilakukan tindakan suction dan


tindakan tersebut juga harus mengutamakan prinsip steril sehingga tidak
menyebabkan infeksi tambahan pada pasien, dan tindakan suction juga harus
sesuai prosedur dimana pada saat suction kateter sudah sampai pada karina
kateter suction ditarik 2 cm supaya tidak melukai carina (Protap RSUP Dr.
Kariadi, 2004). Apa bila tindakan suction tidak dilakukan pada pasien dengan
gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut akan dapat kekurangan
suplai O2, dan apa bila suplai O2 tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka
dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen.

Informasi yang didapatkan peneliti, dari ruang ICU didapatkan data


bahwa sebagian besar perawat ICU RSUP Dr. Kariadi semarang jarang sekali
membaca protap yang ada di ruangan dan sebagian besar dari mereka
menyebutkan urutan protap tidak sesuai dengan urutan yang ada dan ada
beberapa protap yang harusnya mereka lakukan tidak tersebutkan. Dan
sebagian besar perawat ICU juga dapat menyebutkan akibat fatal dari
tindakan suction yang dilakukan dengan tidak sesuai prosedur. Fenomena
yang sering terjadi di ICU RSUP dr. Kariadi semarang adalah seringnya
kateter suction tidak ditarik 2 cm setelah masuk sampai pada carina, dan
karena kurangnya tenaga dan terburu-buru seringnya tindakan suction
dilakukan tidak sesuai prosedur yang ada.
Mengingat pentingnya tindakan suction maka tindakan tersebut harus
dilakukan sesuai prosedur supaya tidak menyebabkan komplikasi lain pada
pasien. Untuk bisa sesuai dengan prosedur dibutuhkan pengetahuan yang baik
tentang prosedur suction. Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan
penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang prosedur
suction dengan pelaksanaan perawat dalam melakukan tindakan suction
tersebut. Penulis berharap pelayanan terhadap keperawatan terhadap pasien
tentang tindakan suction dan pencegahan infeksi nosokomial menjadi lebih
berkualitas.

B.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu
masalah : adakah hubungan antara pengetahuan perawat tentang prosedur
suction dengan pelaksanaan dalam melakukan tindakan suction.

C.
Tujuan Penelitian.
1.
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang prosedur
suction dengan pelaksanaan tindakan suction.
2.
Tujuan khusus
a) Mendiskripsikan pengetahuan perawat tentang prosedur suction.
b) Mendiskripsikan pelaksanaan tindakan suction oleh perawat.
c) Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang
prosedur suction dengan pelaksanaan tindakan suction.
D.
Manfaat Penelitian.
1.
Tenaga keperawatan.
Diharapkan dari hasil penelitian ini tenaga keperawatan dapat memahami
pentingnya melakukan tindakan suction sesuai prosedur untuk mencegah
terjadinya komplikasi dari tindakan tersebut.
2.
Instalasi rumah sakit
Diharapkan dari hasil penelitian ini rumah sakit lebih menyadari akan arti
pentingnya usaha pencegahan dan pengawasan terhadap mutu pelayanan
dan melakukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan perawat dan
tenaga kesehatan lain tentang pentingnya melakukan tindakan sesuai
prosedur.
3.
Peneliti.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian ilmiah.
Medapatkan gambaran tentang tingkat pengetahuan perawat tentang
prosedur suction.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.
Pelaksanaan Suction
1.
Pengertian
Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas
dengan memakai kateter penghisap melalui nasotrakeal tube (NTT),
orotraceal tube (OTT), traceostomy tube (TT) pada saluran pernafasa
bagian atas. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi
retensi sputum, merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru.
Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan
yang dapat menimbulkan spasme laring terutama sebagai akibat
penghisapan melalui trakea gangguan perdarahan, edema laring,
varises esophagus, perdarahan gaster, infark miokard (Elly, 2000).

2.
Indikasi penghisapan sekret endotrakeal diperlukan untuk (Protap
RSUP Dr. Kariadi 2004):
a.
Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenence)
1) Pasien tidak mampu batuk efektif.
2) Di duga ada aspirasi.
b.
Membersihkan jalan napas (branchial toilet) bila ditemukan :
1) Pada auskultasi terdapat suara napas yang kasar, atau ada suara
napas tambahan.
2) Di duga ada sekresi mukus di dalam sal napas.
3)
Klinis menunjukkan adanya peningkatan beban kerja sistem
pernapasan.

c.
Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium.
d.
Sebelum dilakukan tindakan radiologis ulang untuk evaluasi.
e.
Mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.
Penerapan prosedur suction diharapkan sesuai dengan standar
prosedur yang sudah ditetapkan dengan menjaga kesterilan dan
kebersihan agar pasien terhindar dari infeksi tambahan karena prosedur
tindakan suction. Adapun standar yang digunakan di RS dr. Kariadi
adalah (Protap RSUP Dr. Kariadi, 2004):

3.
Standar alat
a.
Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai.
b.
Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa.
c.
Pinset steril atau sarung tangan steril.
d.
Cuff inflator atau spuit 10 cc.
e.
Arteri klem.
f.
Alas dada atau handuk.
g.
Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam pinset.
h.
Kom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter.
i.
Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam kateter yang
sudah dipakai.
j.
Ambubag / air viva dan selang o2.
k.
Pelicin / jely
l.
Nacl 0,9 %
m.
Spuit 5 cc.
4.
Standar pasien.
a.
Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakuakan.
b.
Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan.
5.
Prosedur.
a.
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
b.
Sebelum dilakukan penghisapan sekresi :
1) Memutar tombol oksigen menjadi 100 %
2) Menggunakan air viva dengan memompa 4–5 kali dengan
kosentrasi oksigen 15 liter.
3) Melepaskan hubungan ventilator dengan ETT.

c.
Menghidupkan mesin penghisap sekresi.
d.
Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian
perlahan–lahan dimasukakan ke dalam selang pernafasan melalui
ETT.
e.
Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat kateter
dimasukkan ke ETT.
f.
Menarik kateter penghisap kira–kira 2 cm pada saat ada
rangsangan batuk untuk mencegah trauma pada carina.
g.
Menutup lubang melipat pangkal, kateter penghisap kemudian
suction kateter ditarik dengan gerakan memutar.
h.
Mengobservasi hemodinamik pasien.
i. Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan cara
baging.
j. Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernafas
3-7 kali.
k. Masukkan Nacl 0,9 % sebanyak 3-5 cc untuk mengencerkan
sekresi.
l. Melakukan baging.

m.
Mengempiskan cuff pada penghisapan sekresi terahir saat kateter
berada dalam ETT, sehingga sekresi yang lengket disekitar cufft
dapat terhisap.
n.
Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff infaltor
setelah ventilator dipasang kembali.
o.
Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam
dengan cairan desinfektan dalam tempat yang sudah disediakan.
p.
Mengobservasi dan mencatat
1) Tensi, nadi, dan pernafasan.
2) Hipoksia.
3) Tanda perdarahan, warna, bau, konsentrasi.
4) Disritmia.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat penghisapan sekret endotrakeal
sebagai berikut( Setianto, 2007):

a.
Hipoksia / Hipoksemia
b.
Kerusakan mukosa bronkial atau trakeal
c.
Cardiac arest
d.
Arithmia
e.
Atelektasis
f.
Bronkokonstriksi / bronkospasme
g.
Infeksi (pasien / petugas)
h.
Pendarahan dari paru
i.
Peningkatan tekanan intra kranial
j.
Hipotensi
k. Hipertensi
Evaluasi dari hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan
penghisapan sekret endotrakeal adalah (Setianto, 2007):
a.
Meningkatnya suara napas
b.
Menurunnya Peak Inspiratory Pressure, menurunnya ketegangan
saluran pernapasan, meningkatnya dinamik campliance paru,
meningkatnya tidal volume.
c.
Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau saturasi
oksigen yang bisa dipantau dengan pulse oxymeter.
d.
Hilangnya sekresi pulmonal.
6.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tata cara suction (Widayatun, 1999).
a.
Pengetahuan
1) Pengertian pengetahuan prosedur suction oleh perawat
Manusia diciptakan oleh Tuhan YME sebagai mahluk
yang sadar, kesadaran manusia dapat disimpulkan dari
kemampuannya untuk berfikir, berkehedak dan merasa dengan
pikirannya manusia mendapat pengetahuan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi


setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam bentuk tindakan seseorang (over behavior)
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan prosedur suction oleh perawat yang dicakup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a)
Tahu (know) : tahu diartikan dengan mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diteima.

b)
Memahami (Comprehension) : memahami diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

c)
Aplikasi (Application): aplikasi diartikan dengan
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
d) Analisis (Analisys) : analisis adalah suatu kemampuan
untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen–
komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (Synthesis) : sintesis menunjukan kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian–bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (Evaluation) : evaluasi ini berkaitan dengan
kemapuan untuk melanjutkan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2003).
2) Proses adopsi perilaku.
Hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian
(Rogers, 1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru) didalam diri
orang tersebut terjadi roses yang berurutan yaitu :
a) Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b) Interest yakni orang mulai tetarik kepada stimulus.

c) Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya) hal ini berarti sikap respond an

sudah lebih baik lagi.

d) Trial orang telah mulai mencoba perilaku baru.


e) Adoption subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus.

Apabila penerima perilaku baru atau adopsi tersebut


yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila prilaku tersebut tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan seseorang erat kaitannya


dengan pendidikan yang telah diperolehnya dalam arti luas
pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala
bentuk interaksi individu dengan lingkungan baik secara
formal dan informal (Kariyoso, 1999). Apabila seseorang
mempunyai pendidikan lebih tinggi maka dirinya lebih
mudah dalam mengetahui, mengerti, memahami,
kemampuan mengetahui sesuatu dipengaruhi oleh
kemampuan belajar dan daya ingat.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara ataui angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2002).

b. Pendidikan perawat
Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan
seorang perawat sebab pendidikan akan menghasilkan perubahan
keseluruhan cara hidup perawat. Perawat yang mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi akan mempunyai keinginan untuk
mengembangkan dirinya, sedangkan mereka yang berasal dari
tingkat pendidikan yang rendah cenderung mempertahankan
tradisi yang ada (Walgito, 2002).

Kegiatan dan proses pendidikan pada dasarnya melibatkan


masalah tingkah laku individu maupun kelompok. Secara umum
pendidikan sangat besar pengaruhnya pada perilaku. Perawat yang
mempunyai pendidikan tinggi diharapkan mempunyai perilaku
yang lebih baik dari pada perawat yang berpendidikan rendah.
Apabila perawat mempunyai pendidikan yang lebih tinggi maka
semakin siap menghadapi lingkungan sehingga individu tersebut
akan mengubah perilakunya (Purwanto, 1999).

c. Pengalaman perawat
Pengalaman kerja perawat merupakan salah satu faktor dalam
dari perawat yang sangat menentukan tahap penerimaan rangsang
pada proses persepsi berlangsung. Perawat yang mempunyai
pengalaman selalu akan lebih pandai dari pada mereka yang sama
sekali tidak mempunyai pengalaman. Suatu perilaku atau
pelaksanaan didasari oleh perilaku terdahulu atau pengalaman,
dengan demikian perilaku terbentuk melalui suatu proses dan
berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan yang
dipengaruhi oleh faktor internal dan external (Purwanto, 1999).
B. Kerangka Teori
Pengetahuan prosedur
suction oleh perawat
Pendidikan perawat
Pengalaman perawat
ICU
Perilaku perawat
Sekema 2.1. Kerangka teori (Purwanto, 1999), (Walgito, 1999
C. Kerangka Konsep.
Kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variable bebas
Tingkat pengetahuan perawat
tentang prosedur suction
variable terikat
Pelaksanaan tindakan suction

Skema 2.2. kerangka konseptual penelitian

D.
Hipotesis.
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan
pelaksanaan tindakan suction di divisi rawat intensif ruang ICU Rumah
Sakit dr. Karyadi Semarang.
(SUCTION OROFARINGEAL, ETT, TRACHEOSTOMY)

Amye Hutagalung, 0906510621

SUCTION

Pengertian :

Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk


mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas
yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak
mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan
menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.

Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk

3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.

Prinsip:

Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki.

Komplikasi:

a. Hipoksia

b. Trauma jaringan

c. Meningkatkan resiko infeksi

d. Stimulasi vagal dan bronkospasm

Kriteria :
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital

Indikasai :
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan
mengeluarkan atau menelan

2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar suara
pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan
pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu
nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral

Persiapan :
a. Lingkungan
- Penjelasan pada kleuarga
- Pasang skerem/ tabir
- Pencahayaan yang baik

b. Klien
- Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
- Atur posisi klien :
Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan posisi fowler
dengan leher ekstensi (nasal suction)
Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap pelaksana tindakan
(oral/nasal suction)

c. Alat – alat
1. Regulator vakum set
2. Kateter penghiap steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut/ handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p

Pelaksanaan :
A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak

Fase kerja

I. Suction Orofaringeal

Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan
sekresi dengan mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur digunakan setelah
klien batuk.

1.Siapkan peralatan disamping tempat tidur klien


2. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan umum klien)
4. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu klien
5. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat
6. Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah steril
7. Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator vakum
8. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung klien
9. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
10. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring dengan
perlahan
11. Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat
menariknya, tidak boleh lebih dari 15 detik.
12. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami disteress pernafasan,
istirahat 20-30 detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
13. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkah 9 -11
14. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan batuk efektif diantara penghisapan.
15. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan orofaringeal.
16. Buang kateter penghisap bersamaan dengn pelepasan hanscoon
17. Cuci tangan

II. Suction ETT

1. Kaji adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan gejala adanya sekresi jalan nafas
bagian atas
2. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapkan alat dan bahan
4. Tutup pintu atau tarik gorden
5. Berikan pasien posisi yang benar
6. Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah dagu klien
7. Pilih tipe tekanan pengisap yang tepat untuk klien. Misalnya tekanan 110-150 mmHg
untuk dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 untuk bayi.
8. Cuci tangan
9.1. Untuk pengisapan dengan kateter yankauer

a. Kenakan sarung tangan bersih

b. Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin pengisap dan ujung lain dengan
kateter pengisap yankauer. Isi mangkuk dengna air.

c. Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik dengan mengisap sejumlah air dari
mangkuk

d. Pindahkan masker oksigen jika terpasang

e. Masukkan kateter ke dalam mulut sepanjang garis gusi ke faring. Gerakkan kateter
mengelilingi lubang mulut sampai sekresi terangkat.
f. Dorong klien untuk batuk. Angkat masker oksigen

g. Bersihkan kateter dengan air di dalam mangkuk atau Waskom sampai selang penghubung
bersih dari sekresi. Matikan pengisap.

h. Kaji kembali status pernafasan klien

i. Angkat handuk, letakkan di kantong kotor untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan buang
di wadah.

j. Reposisikan klien, posisi sims mendorong drainase dan harus digunakan jika klien
mengalami penurunan tingkat kesadaran.

k. Buang air yang tersisa ke dalam wadah yang tersedia

l. Tempatkan selang penghubung di daerah kering dan bersih

m. Cuci tangan
III. Suction tracheostomy

a. Nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator vakum pada tekanan negative yang sesuai

b. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen tambahan sampai 100% atau sesuai program dokter

c. Gunakan peralatan pengisap dengan membuka bungkusan dengan tetap menjaga kesterilan
pengisap tersebut.

d. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan kateter steril yang terbuka tersebut tanpa
menyentuh bungkusannya.

e. Kenakan masker dan pelindung mata

f. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan atau kenakan sarung tangan bersih pada
tangan tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan.
g. Angkat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaaan yang tidak
steril. Angkat selang penghubung dengan tangan tidak dominan. Masukkan kateter ke
dalam selang.

h. Periksa apakah peralatan berfungi dengan baik dengan mengisap sejumlah normal saline
dari Waskom

i. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengna pelumas larut air

j. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika terpasang dengan tangan tidak dominan. Tanpa
melakukan pengisapan, dengan perlahan tetapi cepat, insersikan kateter dengan ibu jari
dan jari telunjuk dominan ke dalam hidung dengan gerakan sedikit mirimg ke arah bawah
atau melalui mulut saat klien menghirup nafas.

k. Lakukan pengisapan secara intermitten sampai selam 10 detik dengan meletakkan dan
mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang ventilasi kateter sambil memutarnya ke
dalam dan keluar di antara ibu jari dan jari telunjuk dominan.

l. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normal saline sampai bersih.\

Fase Terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang

Pendokumentasian :

Pengkajian sebelum dan sesudah suction, ukuran kateter, lama tindakan, secret
(warna,bau,jumlah dan konsistensi), toleransi klien terhadap tindakan yang dilakukan.

Daftar pustaka
Potter,P.A.dan Perry,A.G.(1997).Fundamental keperawatan:konsep, proses, dan
praktik.(Ed ke-4) vol 2.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Price,S.A.(2003).Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.(Ed ke-6).


Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sherwood, L. (1996). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem (Terj. Brahm. U. Pendit)
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Anggi Jamiyanti
AK. 1.08.004
S1. Keperawatan
Psikologi umum

Emosi
Pengertian Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi
terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Prawitasari,1995 emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai
pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,
karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga
dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.

Proses Emosi

Teori yang dikemukakan oleh William James dan Carl Lange kira-kira seabad
yang lalu, yang dikenal dengan Teori James Lange, mengemukakan proses-proses
terjadinya emosi dihubungkan dengan faktor fisik dengan urutan sebagai berikut:

a) Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi.

b) Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola-pola khusus melalui aktivitas


fisik.

c) Mempersepsikan pola aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya emosi


secara khusus.

Ciri-ciri Emosi
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri – ciri sebagai berikut :

 Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan


dan berpikir.

 Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ).

 Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.

Mengenai ciri – ciri emosi ini dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi pada orang
dewasa sebagai berikut :

Emosi Anak Emosi Orang Dewasa


1. Berlangsung singkat dan berakhir 1. Berlangsung lebih lama dan berakhir
tiba - tiba dengan lambat
2. Terlihat lebih hebat dan kuat 2. Tidak terlihat hebat / kuat
3. Bersifat sementara / dangkal 3. Lebih
4. Lebih sering terjadi 4. Jarang terjadi
5. Dapat diketahui dengan jelas dari 5. Sulit diketahui karena lebih pandai
tingkah lakunya menyembunyikannya

Macam-macam Emosi

. Menurut Descrates, emosi terbagi atas :


a. Desire (hasrat)
b. hate (benci)
c. Sorrow (sedih/duka)
d. Wonder (heran)
e. Love (cinta)
f. Joy (kegembiraan)

Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu :


a. fear (ketakutan)
b. Rage(kemarahan)
c. Love (cinta)

Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak
berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak
tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, kemesraan, kasih
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal

Dampak Emosi

Otak besar
Emosi dapat merusak rhythmic yang menghalangi dengan rangsangan otak besar
mempercepat penuaan sel otak dan melemahkan fungsi otak. Lagipula sejumlah besar
darah yang mengalir deras ke otak, membuat beban pembuluh darah otak bertambah,
disaat demikian racun yang terkandung dalam darah paling banyak, dan kandungan
oksigen paling sedikit, terhadap sel otak tidak lebih baik dari racun. Kusutnya pikiran
ketika murka adalah bukti otak kekurangan oksigen.

Tindakan positif: Dengan cara duduk. Sebab saat mengambil tindakan dengan cara
berdiri, pengeluaran hormon paling cepat, sebaliknya bila dengan cara duduk maka
peningkatan pengeluaran tidak akan begitu cepat. Dengan cara duduk sedikit lebih lama
ini juga dapat mengurangi secara drastic rasio terjadinya impuls (dorongan hati-emosi).

Jantung
Setiap timbul emosi atau maksud negatif pasti akan membuat denyut jantung bertambah
cepat, daya penyusutan jantung bertambah kuat, tekanan darah naik, darah menjadi
lengket dan kental. Darah yang mengalir deras ke otak dan muka dalam jumlah besar,
dapat menyebabkan darah yang disuplai ke jantung itu sendiri berkurang dan
mengakibatkan otot kekurangan oksigen. Demi persediaan oksigen yang cukup, jantung
terpaksa bekerja ekstrem, sekali bergolak, maka denyut jantung akan semakin tidak
teratur, dan itu akan lebih fatal.

Tindakan positif Meskipun pura-pura, tetap harus tersenyum. Saat anda tersenyum,
segera terbayang sejumlah hal yang menyenangkan dalam benak anda. Dalam kondisi
siap tempur semua organ vital mendapat kebebasan, darah cenderung merata, denyut
jantung kembali normal dan teratur.

Hati
Saat emosi, organisme dapat mengeluarkan suatu zat yang berfungsi pada sistem saraf
sentral, membuat gula darah naik, penguraian lemak bertambah kuat, dan asam lemak
bebas dalam sel hati dan darah bertambah. Asam lemak bebas memiliki racun sel yang
sangat kuat, terhadap sel hati ia seperti makanan lezat bagi tubuh, diperlukan jika kurang,
sebaliknya merupakan pembunuh bila kelebihan.

Tindakan posistif : Saat emosi, segera minum segelas air putih. Air dapat mendorong
mengeluarkan asam lemak bebas dalam tubuh, bahkan dapat mengurangi racunnya.

Kulit
Saat emosi, sejumlah besar darah mengalir deras ke muka, saat demikian oksigen dalam
darah tidak banyak, sedangkan asam lemak bebas dan racun lainnya bertambah, racun-
racun ini dapat merangsang kandung bulu, menyebabkan tingkat radang dalam yang tidak
sama di sekitar kandung bulu, akibatnya timbul noda dan problem kulit lainnya. Menurut
hasil penelitian kedokteran AS terhadap 5000 wanita yang ditumbuhi dengan noda di
wajahnya menunjukkan, bahwa saat suasana hati mereka dalam kondisi tidak bergairah,
obat apapun terhadap pengobatan noda semuanya masih lumayan efektif. Sebaliknya saat
hubungan antar manusia pada sejumlah wanita diantaranya itu mengalami perbaikan,
noda di wajah mereka malah sembuh tanpa pengobatan.

Tindakan positif: Gaya merentang segi tiga dalam Yoga. Sepasang kaki dipisah, tarik
nafas, sepasang tangan dimiringkan sejajar, kemudian hirup udara lalu perlahan-lahan
miringkan pinggang ke kanan, tangan kanan diletakkan di atas lantai di sebelah kanan
kaki, lakukan latihan ini secara bergantian posisi. Dengan gaya demikian dapat
menetralisir kondisi tubuh, agar racun dapat dikeluarkan, dan membuat kulit kembali
sehat berkilau.

Sistem sekresi dalam


Emosi mengacaukan pusat kendali pada sistem sekresi dalam, sehingga membuat hormon
pengeluaran kelenjar gondok berlebihan. Kelenjar gondok merupakan organ penting
dalam tubuh yang turut bermetabolisme, saat anda merasa sangat bersemangat itu artinya
kelenjar gondok mendapat rangsangan, lama kelamaan dapat menimbulkan
hyperthyreosis

Tindakan posistif:Sikap duduk dalam senam Yoga. Sikap duduk, rileks, pejamkan mata,
hirup nafas dalam-dalam, kepala menghadap ke depan dan lenturkan ke bawah, rahang
bawah atau dagu menyangga erat tulang dada, lalu angkat kepala perlahan-lahan, tarik
nafas. Ia memiliki efek mengurut kelenjar gondok, dapat membantu melenyapkan
perasaan sedih dan amarah, selanjutnya karena efek kelenjar gondok betambah kuat,
sehingga segenap tubuh akan mendapat manfaat positif.

Lambung
Kekacauan kerja sel otak yang emosi menimbulkan rangsangan pada saraf simpatik, dan
secara langsung berefek pada pembuluh darah dan jantung, membuat jumlah darah di
lambung dan usus berkurang, pristalsis menjadi lamban, nafsu makan menjadi buruk,
getah lambung meningkat, jika parah dapat menyebabkan tukak lambung. Selain itu juga
dapat mengeluarkan hormon menipu saraf sentral, membuat kita tidak nafsu makan,
tepatnya yang sering disebut “pelampiasan amarah” (amarah sudah terlampiaskan).

Tindakan positif: Bernafas gaya perut. Ini dapat membuat saraf parasimpatik yang
menangani ketenangan bekerja, melawan kegairahan saraf simpatik, selain itu juga dapat
mengurut bagian lambung, meredakan gangguan di sekitar jasmani.

Paru-paru
Saat perasaan berkobar-kobar, darah yang mengalir setiap menit melalui jantung
bertambah kencang, terhadap kebutuhan oksigen juga meningkat, dan kapasitas kerja
paru-paru tiba-tiba meningkat. Selain itu, karena hormon berefek pada sistem saraf,
membuat nafas terengah-engah, bahkan terjadi gejala pengambilan nafas yang
berlebihan, gelembung paru terus meluas, tidak ada waktu menyusut, dengan begitu
otomatis tidak mendapatkan istirahat dan suasana rileks yang sewajarnya, sehingga
merusak kesehatan paru-paru.

Tindakan posistif: Fokuskan pada lantai, tarik nafas dalam-dalam dan secara perlahan
sebanyak 5 kali, rasakan perubahan suhu udara yang dihirup dan dikeluarkan. Cara
bernafas demikian dapat membuat gelembung paru beristirahat, oksigen yang cukup
bahkan dapat memperbaiki kondisi otak besar, membantu kita menenangkan diri.
__________________

You might also like