Professional Documents
Culture Documents
Kalium manganat(VII) biasa digunakan dalam larutan netral atau larutan yang bersifat
basa dalam kimia organik. Pengasaman kalium manganat(VII) cenderung untuk lebih
meningkatkan kekuatan destruktif agen pengoksidasi, memecah ikatan-ikatan karbon-
karbon.
Larutan kalium manganat(VII) biasa dibuat sedikit basa dengan larutan natrium karbonat,
dan perubahan warna yang khas adalah sebagai berikut:
Oksigen dalam tanda kurung persegi berarti â€oksigen dari agen pengoksidasiâ€. Ini
merupakan singkatan dari persamaan yang banyak digunakan dalam kimia organik.
Kamu pasti sangat tidak menyukai untuk menulis persamaan ion yang lengkap untuk
reaksi tersebut pada tingkatan ini.
Sejujurnya, pengujian ini bukanlah suatu tes yang baik untuk ikatan rangkap karbon-
karbon, karena semua yang mengalami reduksi dapat memiliki efek yang sama pada
larutan kalium manganat(VII).
Akan tetapi, kamu dapat menggunakan reaksi sederhana ini sebagai cara untuk membuat
diol.
Larutan kalium menganat(VII) yang bersifat basa mengoksidasi semua rantai cabang
yang melekat pada pada cincin benzen menjadi satu grup -COOH. Pemanasan yang lama
sangat diperlukan pada tahap ini.
Sebagai contoh:
Pada kasus rantai cabang etil, kamu juga akan memperoleh karbon dioksida. Dengan
rantai cabang yang lebih panjang, kamu dapat memilah campuran produk yang lain –
tetapi pada tiap kasus, produk utama adalah asam benzoat.
Latar belakang
• Asam etandioat (asam oksalat) menjadi karbon dioksida (reaksi ini berlangsung
dalam kondisi panas).
• Ion sulfit (ion sulfat(IV)) menjadi ion sulfat (ion sulfat(VI))
Pada setiap kasus, persamaan setengah reaksi untuk ion manganat(VII) daalm larutan
asam adalah:
Persamaan tersebut dapat digabungkan untuk memberikan kamu persamaan ion secara
keseluruhan untuk setiap kemungkinan reaksi. Hal ini, tentunya, juga memberikan
kepada kamu suatu perbandingan reaksi.
Sebagai contoh, ketika persamaan digabungkan, kamu menemukan bahwa 1 mol ion
MnO4- bereaksi dengan 5 mol ion Fe2+. Melalui informasi yang diperoleh tersebut,
perhitungan titrasi sama seperti yang lain.
Melakukan titrasi
Larutan kalium manganat(VII) selalu dimasukkan ke dalam buret, dan larutan yang lain
ditempatkan dalam labu yang diasamkan dengan asam sulfat encer terlebih dahulu.
Larutan kalium manganat(VII) menetes kedalam labu dan menjadikannya tidak berwarna.
Titik akhir adalah warna merah muda permanen yang muncul pertama kali dalam larutan
yang menunjukkan adanya sedikit ion manganat(VII) berlebih.
• Kalium manganat(VII) tidak dapat digunakan pada titrasi yang mengandung ion-
ion klorida atau bromida yang mana kedua ion tersebut dapat teroksidasi. Jumlah
kalium manganat(VII) yang tidak diketahui digunakan dalam reaksi samping, dan
pasti hasil titrasi tidak akurat.
Hal inilah yang menyebabkan kenapa kamu tidak boleh mengasamkan larutan
dengan asam klorida.
• Kalium manganat(VII) bukan standar primer. Ini berarti bahwa kalium
manganat(VII) tidak dapat dibuat untuk menghasilkan larutan stabil yang
konsentrasinya diketahui dengan akurat.
Kalium manganat(VII) berwarna kuat dan ini memungkinkan untuk dilihat ketika
kristal yang kamu gunakan dilarutkan semuanya, dan untuk jangka waktu yang
lama kalium manganat(VII) dapat mengoksidasi air yang terlarut menjadi
oksigen.
Botol larutan kalium manganat(VII) selalu memiliki endapan coklat pada bagian
atasnya. Endapan ini adalah mangan(IV) oksida – yang dihasilkan ketika ion
manganat(VII) bereaksi dengan air.
Kamu dapat membuat larutan yang kamu mau secukupnya, dan kemudian di
standarisasi melalui titrasi. Standarisasi sering kali dilakukan dengan larutan asan
etandioat (asam oksalat), karena larutan asam etandioat (asam oksalat) merupakan
standar primer.
Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang
menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan
metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada
tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit.
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan
dengan mudah sebagai berikut:
• Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
• Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas
tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan
oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga
oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi
sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu
mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai
"redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang
melibatkan ikatan kovalen).
Reaksi non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal (formal charge)
dikenal sebagai reaksi metatesis
Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya
ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan
oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang
terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks.
Kita dapat menulis keseluruhan reaksi ini sebagai dua reaksi setengah: reaksi oksidasi
Unsur-unsur, bahkan dalam bentuk molekul, sering kali memiliki bilangan oksidasi nol.
Pada reaksi di atas, hidrogen teroksidasi dari bilangan oksidasi 0 menjadi +1, sedangkan
fluorin tereduksi dari bilangan oksidasi 0 menjadi -1.
Ketika reaksi oksidasi dan reduksi digabungkan, elektron-elektron yang terlibat akan
saling mengurangi:
Dan ion-ion akan bergabung membentuk hidrogen fluorida:
Redoks terjadi pada reaksi penggantian tunggal atau reaksi substitusi. Komponen redoks
dalam tipe reaksi ini ada pada perubahan keadaan oksidasi (muatan) pada atom-atom
tertentu, dan bukanlah pada pergantian atom dalam senyawa.
H2O2 + 2 e− → 2 OH−
• Besi akan teroksidasi menjadi besi(III) oksida dan oksigen akan tereduksi
membentuk besi(III) oksida (umumnya dikenal sebagai perkaratan):
Banyak proses biologi yang melibatkan reaksi redoks. Reaksi ini berlangsung secara
simultan karena sel, sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia, harus
melangsungkan semua fungsi hidup. Agen biokimia yang mendorong terjadinya oksidasi
terhadap substansi berguna dikenal dalam ilmu pangan dan kesehatan sebagai oksidan.
Zat yang mencegah aktivitas oksidan disebut antioksidan.
Pernapasan sel, contohnya, adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan reduksi
oksigen menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:
Energi biologi sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan reaksi redoks.
Fotosintesis melibatkan reduksi karbon dioksida menjadi gula dan oksidasi air menjadi
oksigen. Reaksi baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula, menghasilkan karbon dioksida
dan air. Sebagai langkah antara, senyawa karbon yang direduksi digunakan untuk
mereduksi nikotinamida adenina dinukleotida (NAD+), yang kemudian berkontribusi
dalam pembentukan gradien proton, yang akan mendorong sintesis adenosina trifosfat
(ATP) dan dijaga oleh reduksi oksigen. Pada sel-sel hewan, mitokondria menjalankan
fungsi yang sama. Lihat pula Potensial membran.
Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan keseimbangan antara
NAD+/NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem biologi seperti pada sel dan organ.
Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan beberapa set metabolit (misalnya
laktat dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan asetoasetat) yang antarubahannya sangat
bergantung pada rasio ini. Keadaan redoks yang tidak normal akan berakibat buruk,
seperti hipoksia, guncangan (shock), dan sepsis.
Berbagai macam senyawa aromatik direduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa
radikal bebas. Secara umum, penderma elektronnya adalah berbagai jenis flavoenzim dan
koenzim-koenzimnya. Seketika terbentuk, radikal-radikal bebas anion ini akan mereduksi
oskigen menjadi superoksida. Reaksi bersihnya adalah oksidasi koenzim flavoenzim dan
reduksi oksigen menjadi superoksida. Tingkah laku katalitik ini dijelaskan sebagai siklus
redoks.
Contoh molekul-molekul yang menginduksi siklus redoks adalah herbisida parakuat, dan
viologen dan kuinon lainnya seperti menadion. [3]PDF (2.76 MiB)
Pada media asam, ion H+ dan air ditambahkan pada reaksi setengah untuk
menyeimbangkan keseluruhan reaksi. Sebagai contoh, ketika mangan(II) bereaksi dengan
natrium bismutat:
Reaksi ini diseimbangkan dengan mengatur reaksi sedemikian rupa sehingga dua
setengah reaksi tersebut melibatkan jumlah elektron yang sama (yakni mengalikan reaksi
oksidasi dengan jumlah elektron pada langkah reduksi, demikian juga sebaliknya).
Reaksi diseimbangkan
Hal yang sama juga berlaku untuk sel bahan bakar propana di bawah kondisi asam:
Dengan menyeimbangkan jumlah elektron yang terlibat:
Persamaan diseimbangkan:
Pada media basa, ion OH- dan air ditambahkan ke reaksi setengah untuk
menyeimbangkan keseluruhan reaksi.Sebagai contoh, reaksi antara kalium permanganat
dan natrium sulfit:
Persamaan diseimbangkan:
Halaman ini membahas tentang reaksi antara ikatan karbon-karbon rangkap pada
senyawa-senyawa alkena seperti etena dengan larutan kalium manganat(VII) (larutan
kalium permanganat).
Oksidasi alkena
Fakta-fakta
Alkena bereaksi dengan larutan kalium manganat(VII) dalam suasana dingin. Perubahan
warna tergantung pada apakah kalium manganat(VII) digunakan dalam kondisi asam atau
basa.
Jika larutan kalium manganat(VII) diasamkan dengan asam sulfat encer, maka larutan
akan berubah warna dari ungu menjadi tidak berwarna.
Jika larutan kalium manganat(VII) dijadikan sedikit bersifat basa (biasanya dengan
menambahkan larutan natrium karbonat), larutan ungu pertama-tama berubah menjadi
hijau tua dan selanjutnya menghasilkan endapan berwarna coklat gelap.
Kita akan melihat reaksi dengan etena. Alkena-alkena yang lain bereaksi persis sama
dengan etena.
Ion-ion manganat(VII) merupakan agen pengoksidasi kuat, dan etena dioksidasi menjadi
etana-1,2-diol (nama lama: etilen glikol).
Jika persamaan reaksinya ditinjau murni dari sudut pandang reaksi organik, maka dapat
dituliskan:
dan selanjutnya direduksi menjadi padatan mangan(IV) oksida yang berwarna coklat
gelap (mangan oksida).
Reaksi yang terakhir ini juga merupakan reaksi yang akan terjadi apabila reaksi
berlangsung pada kondisi netral. Hanya saja tidak ditemukan lagi adanya ion hidrogen
atau ion hidroksida pada sebelah kiri persamaan reaksi.
Komplikasi-komplikasi
Produk yang terbentuk dari reaksi antara etena dengan Kalium Manganat(VII), yakni
etana-1,2-diol, agak mudah dioksidasi oleh ion-ion manganat(VII), sehingga reaksi tidak
akan terhenti setelah produk ini dihasilkan sebelum larutan kalium manganat(VII) sangat
encer, sangat dingin, dan tidak pada kondisi asam.
Ini berarti bahwa reaksi ini tidak terlalu bermanfaat untuk digunakan dalam pembuatan
etana-1,2-diol. Reaksi ini hanya bermanfaat dalam pengujian ikatan karbon-karbon
rangkap – meski tidak begitu bagus!
Jika sebuah senyawa organik bereaksi dengan kalium manganat(VII) basa yang encer
menghasilkan larutan hijau yang diikuti dengan endapan coklat gelap, maka senyawa
organik tersebut kemungkinan mengandung sebuah ikatan rangkap C=C. Akan tetapi,
senyawa organik tersebut bisa jadi salah satu dari banyak senyawa lain yang semua
kandungannya bisa dioksidasi oleh ion-ion manganat(VII) dibawah kondisi basa.
Apabila larutan kalium manganat(VII) dalam kondisi asam maka situasinya lebih buruk
lagi karena larutan ini memiliki kecenderungan untuk memutus ikatan karbon-karbon.
Larutan ini bereaksi keras dengan berbagai senyawa organik dan jarang digunakan dalam
kimia organik.
Anda dapat menggunakan larutan kalium manganat(VII) basa untuk menguji keberadaan
ikatan C=C jika, misalnya, anda hanya ingin menentukan apakah sebuah hidrokarbon
adalah alkana atau alkena – dengan kata lain, jika tidak ada lagi zat lain di dalamnya yang
bisa dioksidasi.
Reaksi uji ini tidak begitu bermanfaat. Penggunaan air bromin jauh lebih jelas hasilnya.
4. Berapakah:
- Densitas uap?
- Tekanan uap?
- Titik beku?
- Specific Gravity?
- Kelarutan dalam air?
• Sifat-sifat bahaya :
1. Bahaya kesehatan :
Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya
jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis).
NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam satuan
mg/m3 atau ppm. NAB adalah konsentrasi
pencemaran dalam udara yang boleh dihirup
seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5
hari. Beberapa data berkaitan dengan bahaya
kesehatan juga diberikan, yakni :
o LD-50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal
terhadap 50 persen binatang percobaan mati.
o LC-50 (lethal concentration) : konsentrasi yang
berakibat fatal terhadap 50 persen binatang
percobaan.
o IDLH (immediately dangerous to life and health) :
pemaparan yang berbahaya terhadap kehidupan dan
kesehatan.
2. Bahaya kebakaran :
Ini termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat
dibakar, tidak dapat dibakar atau membakar bahan
lain. Kemudahan zat untuk terbakar ditentukan oleh :
o Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat
dinyalakan.
o Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi
uap gas yang dapat dinyalakan. Konsentrasi uap zat
terendah yang masih dapat dibakar disebut LFL (low
flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih
dapat dinyalakan disebut UFL (upper flammable
limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain
ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
o Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
3. Bahaya reaktivitas :
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan
terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi
yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif. Atau
reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas
beracun.
• Sifat-sifat fisika :
Sifat-sifat fisika merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi sifat bahaya suatu bahan.
POTASSIUM PERMANGANATE
1. Product Identification
Synonyms: Permanganic acid, potassium salt; Condy's crystals
CAS No.: 7722-64-7
Molecular Weight: 158.03
Chemical Formula: KMnO4
Product Codes:
J.T. Baker: 3227, 3228, 3232
Mallinckrodt: 7056, 7068
2. Composition/Information on Ingredients
3. Hazards Identification
Emergency Overview
--------------------------
DANGER! STRONG OXIDIZER. CONTACT WITH OTHER MATERIAL MAY
CAUSE FIRE. CORROSIVE. CAUSES BURNS TO ANY AREA OF CONTACT.
HARMFUL IF SWALLOWED OR INHALED.
Inhalation:
Causes irritation to the respiratory tract. Symptoms may include coughing, shortness of
breath. High concentrations can cause pulmonary edema.
Ingestion:
Ingestion of solid or high concentrations causes severe distress of gastro-intestinal system
with possible burns and edema; slow pulse; shock with fall of blood pressure. May be
fatal. Ingestion of concentrations up to 1% causes burning of the throat, nausea, vomiting,
and abdominal pain; 2-3% causes anemia and swelling of the throat with possible
suffocation; 4-5% may cause kidney damage.
Skin Contact:
Dry crystals and concentrated solutions are caustic causing redness, pain, severe burns,
brown stains in the contact area and possible hardening of outer skin layer. Diluted
solutions are only mildly irritating to the skin.
Eye Contact:
Eye contact with crystals (dusts) and concentrated solutions causes severe irritation,
redness, blurred vision and can cause severe damage, possibly permanent.
Chronic Exposure:
Prolonged skin contact may cause irritation, defatting, and dermatitis. Chronic
manganese poisoning can result from excessive inhalation exposure to manganese dust
and involves impairment of the central nervous system. Early symptoms include
sluggishness, sleepiness, and weakness in the legs. Advanced cases have shown
symptoms of fixed facial expression, emotional disturbances, spastic gait, and falling.
Aggravation of Pre-existing Conditions:
No information found.