You are on page 1of 11

.

SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan
dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan
mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan
menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui
mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga;
dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir
(minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui
bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan
masalah, dan menerapkan.

13. TGT (Teams Games Tournament)


Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa
sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja
individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa
kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada
sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi
kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam
rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai
berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan
\mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa
yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan
seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap
siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah
disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit).
Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga
diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap
meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very
good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan
pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior
dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi
oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.

14. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)


Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan
ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah
dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah
pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

15. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)


Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu
pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih
melalui pemberian tugas atau quis.

Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Peserta Didik di Kelas 5 Pokok Bahasan Pecahan dan Pecahan Sederhana

A. JUDUL PENELITIAN
Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik di Kelas 5 Pokok Bahasan Pecahan dan Pecahan Sederhana di SD

B. KATEGORI PENELITIAN DAN BIDANG ILMU


1. Kategori penelitian : Pengembangan IPTEKS
2. Bidang ilmu : Pendidikan

C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah
masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang
senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi
pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik
itu sendiri yakni bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Bisa dilihat bahwa
proses pembeajaran hingga dewasa ini masih didominasi oleh guru dan tidak diberi kesempatan
bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.
Rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika merupakan permasalahan
yang terjadi di SDN Babatan 1. Adapun salah satu penyebabnya adalah rendahnya hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran matematika karena orientasi pembelajaran yang selalu
berpusat pada guru. Dimana guru merupakan sumber segala informasi sehingga dalam
pembelajaran matematika siswa hanya menunggu hasil akhir dari penyelesaian yang berasal dari
guru. Adapun materi pembelajaran yang sangat sulit dipecahkan oleh peserta didik khususnya di
kelas 5 SDN Babatan 1 ialah materi pecahan dan pecahan sederhana.
Melihat dari permasalahan di atas, sebagai alternatif pembelajaran yang inovatif yang dapat
meningkatkan kreativitas siswa di kelas dan sekaligus menghilangkan kesenjangan yang terjadi
di SDN Babatan 1 yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
dalam pembelajaran matematika.
Oleh sebab itu untuk memperkuat alasan model pembelajaran di atas dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut maka penulis mengangkat judul “Penerapan Model Pembelajaran Group
Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik di Kelas 5 Pokok Bahasan
Pecahan dan Pecahan Sederhana di SDN Babatan 1”.
2. Perumusan Masalah
a) Apakah penerapan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada pokok bahasan pecahan dan pecahan sederhana pada siswa kelas 5 SDN
Babatan 1?
b) Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran group investigation
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan pecahan dan pecahan
sederhana pada siswa kelas 5 SDN Babatan 1?
c) Faktor-faktor apa saja yang dapat membantu guru dalam menerapkan model pembelajaran
group investigation untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan pecahan
dan pecahan sederhana pada siswa kelas 5 SDN Babatan?
3. Alternatif Pemecahan Masalah
a) Cara pemecahan masalah
Melihat permasalahan rendahnya hasil belajar peserta didik, sebagai alternatif pembelajaran yang
inovatif yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas dan sekaligus
menghilangkan kesenjangan yang terjadi di SDN Babatan 1 yaitu menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran matematika.

b) Indikator keberhasilan
Menurut KTSP, seorang peserta didik dikatakan tuntas belajar bila telah mencapai skor ≥65 atau
daya serap ≥65 dan suatu kelas dinyatakan tuntas belajar bila dalam kelas tersebut terdapat ≥85
siswa mencapai daya serap ≥65%.
4. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengidentifikasi apakah penerapan model pembelajaran group investigation dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan pecahan dan pecahan sederhana
pada siswa kelas 5 SDN Babatan 1.
b) Untuk menganalisis bagaimana langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran group
investigation dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan pecahan dan
pecahan sederhana pada siswa kelas 5 SDN Babatan 1.
c) Untuk menemukan faktor-faktor apa sajakah yang dapat membantu guru dan siswa dalam
penerapan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik pada pokok bahasan pecahan dan pecahan sederhana pada siswa kelas 5 SDN Babatan 1.
5. Manfaat Penelitian
a) Bagi peneliti, dapat mengembangkan wawasan peneliti dalam menggunakan model
pembelajaran Group Investigation.
b) Bagi guru, dapat menggunakan model pembelajaran group investigation dalam proses
pembelajaran serta dapat meningkatkan kreativitas guru dalam pembelajaran khususnya pada
mata pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran group investigation.
Meningkatkan wawasan guru dalam pemilihan salah satu strategi pembelajaran yang tepat dalam
meningkatkan aktivitas siswa di kelas.
c) Bagi siswa, dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan bernalar siswa dalam
menyelesaikan soal-soal khususnya pada materi pecahan dan pecahan sederhana dengan
menggunakan model pembelajaran group investigation.

D. KAJIAN PUSTAKA
1. Konsepsi
a) Karakteristik Pembelajaran Matematika
Menurut Jihad (2008:152), matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan
pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang mengunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai arti daripada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; sedangkan menurut
Jonson dan Rising (dalam Jihat 2008:152) matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan ola
atau ide; dan matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keturunan dan
keharmonisan.
b) Konsep Pecahan
Menurut Heruman (2007:43) pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.
Dalam ilutrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperlihatkan, yang biasanya
ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh
adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.
Kemampuan prasyarat yang harus dikuasai siswa dalam membandingkan pecahan ini adalah
pemahaman tentang nilai pecahan dan pecahan senilai. Sama halnya seperti pengajaran konsep
pecahan, pada umumnya guru langsung memberikan drill dengan cara menyamakan terlebih
dahulu bilangan penyebut dari dua pecahan yang akan dibandingkan, tanpa menggunakan media
peraga. Inilah yang menjadi alasan mengapa konsep pecahan ini kurang dapat dimengerti oleh
peserta didik.
c) Model Pembelajaran Group Investigasi
Menurut Slavin (2008:214) group investigation adalah penelitian yang paling luas dan sukses
dari metode-metode spesialisasi tugas. Group investigation tidak dapat diimplementasikan dalam
lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak
memerhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas. Kesuksesan implementasi
dari group investigation sebelumnya menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan
sosial. Penting bagi group investigation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang
dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai
dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama mereka menentukan apa yang mereka ingin
investigasikan sehubungan dengan upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka
hadapi, sumber apa yang mereka butuhkan, siapa akan melakukan apa, dan bagaimana mereka
akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai ke hadapan kelas.
Dalam group investigation, peserta didik bekerja melalui enam tahap. Tahap-tahap dalam group
investigation antara lain:
Tahap 1: mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.
Tahap 2: merencanakan tugas yang akan dipelajari
Tahap 3: melaksanakan investigasi
Tahap 4: menyiapkan laporan akhir
Tahap 5: mempresentasikan laporan akhir
Tahap 6: evaluasi
2. Perumusan Hipotesis
Dengan menerapkan strategi group investigation hasil belajar peserta didik kelas 5 pada pokok
bahasan pecahan dan pecahan sederhana di SDN Babatan I dapat ditingkatkan.

E. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan deskriptif
kualitatif. Menurut Ebbutt dalam Wiriaatmadja (2008:12) penelitian tindakan kelas adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan hasil refleksi mereka mengenai
hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan Elliot (1991) melihat penelitian tindakan kelas
sebagai kajian dar sebuah situasi social dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki
kualitas situasi sosial tersebut.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2006:97) mengatakan bahwa ada empat
langkah dan pengulangannya dalam PTK, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi.
2. Variabel-Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Model pembelajaran Group Investigation
2. Hasil belajar peserta didik
3. Subyek Penelitian
Siswa kelas 5 SDN Babatan 1 berjumlah 40 orang
4. Lokasi Penelitian
SDN Babatan 1
5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
a. Metode Observasi
1) Data Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Selama Pembelajaran Group Investigation
2) Data Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
3) Data Keterampilan Kooperatif Siswa
b. Metode Tes
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dari penerapan model pembelajaran group
investigation dapat diperoleh dengan memberikan tes pada peserta didik. Jenis tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test, kuis, post-test.
Tes yang digunakan disusun dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Pembuatan soal lebih mudah
2) Menghindari peserta didik menerka jawaban
3) Dapat mengukur aspek kemampuan lebih tinggi
4) Mendorong peserta didik untuk menyatakan ide-ide.
c. Metode dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa hasil tes dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

6. Teknik Analisis Data


a. Analisis Data Observasi
1) Analisis pangamatan aktivitas guru dan siswa
2) Analisis pengelolaan pembelaran Group Investigation
3) Analisis data keterampilan kooperatif siswa
b. Analisis Tes Hasil Belajar
F. Hasil Dan Pembahasan
Tes hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor ≥ 65
sebanyak 13 orang dengan persentase ketuntasan belajarnya menjadi 32, 5 % sedangkan jumlah
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 27 orang dengan persentase
ketidaktuntasan menjadi menjadi 67,5. Hal ini menunjukan bahwa bagi siswa yang mengalami
ketuntasan belajar harus diberikan remedial ulang untuk mencapai materi yang belum dipahami.
Sedangkan, tes hasil belajar diberikan setelah menyelesaikan materi pembelajaran pada siklus
kedua menunjukan bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor ≥ 65 sebanyak 40 orang dengan
persentase ketuntasan belajarnya menjadi 100% % sedangkan jumlah siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar tidak ada dengan persentase ketidaktuntasan menjadi menjadi 0 %.
Hal ini menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan
sangat memuaskan karena semua siswa dalam kelas tersebut mampu menyelesaikan setiap
persoalan yang diberikan guru (peneliti).

G. Penutup
1. Simpulan
Dari hasil penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
a) Dengan menerapkan model pembelajaran group investigation pada pembelajaran matematika,
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan pecahan dan pecahan
sederhana pada siswa kelas 5 SDN Babatan 1
b) Langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran group investigation untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan pecahan dan pecahan sederhana
pada siswa kelas 5 SDN Babatan 1, meliputi: memilih topik, perencanaan kooperatif,
implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil final, evaluasi
c) Faktor-faktor yang dapat membantu guru dalam menerapkan model pembelajaran group
investigation untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan pecahan dan
pecahan sederhana pada siswa kelas 5 SDN Babatan, adalah sebagai berikut:
1) Kesiapan guru dalam mengelolah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
group investigation
2) Kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation
3) Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan moel pembelajaran
group investigation
4) Kemampuan siswa dalam kelompok belajar yang terbentuk untuk mencapai prestasi kelompok
yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran group investigation
2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti menyarankan:
a. Pembelajaran matematika harus menggunakan model pembelajaran group investigation karena
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasa pecahan dan pecahan
sederhana
b. Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan mengunakan model pembelajaran group
investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara berkelompok karena lewat kerja
kelompok, dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
yang berkaitan dengan masalah sehari-hari
c. Kesiapan guru dalam mengelolah pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation dapat menunjang
terlaksananya pembelajaran yang inovatif
d. Faktor-faktor yang dapat membantu guru dalam menerapkan model pembelajaran group
investigation dapat dijadikan contoh untuk mengemas pembelajaran bukan saja pada materi
pecahan tetapi dapat disesuaikan dengan materi yang lainnya untuk meningkatkan mutu belajar
siswa

H. Daftar Pusataka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Putra.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Rosda Karya.
Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis).
Bandung: Multi Pressindo.
Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat Ketenagaan.
Ruseffendy. 1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud
Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di
Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.
Van De Walle, John. 2008. Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar dan
Menengah. Jakarta: Erlangga.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya.
Zakaria, Z. 2001. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Usaha di SLTP N 2 Sidoarjo.
Surabaya: Skripsi tidak dipublikasikan Pendidikan Fisika UNESA.

Oleh : Azwa Zone


A. JUDUL PENELITIAN
Penggunaan Metode Team Work dengan Pendekatan AIR (Auditory Intellectually
Repetition) Untuk Meningkatkan Pemahaman dan dan Keaktifan Siswa Dalam Belajar

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting bagi perkembangan dan perwujudan
diri individu, terutama bagi perkembangan bangsa dan negara. Untuk menghadapi era
globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiap-kan sumber daya manusia yang
kompeten agar mampu bersaing di dunia inter-nasional.
Biologi sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang sangat penting,
sehingga Biologi perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat, terutama
siswa sekolah formal.
Bagi guru peranan motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat
menimbulkan kemauan, memberi semangat, dan menimbulkan semangat untuk
meningkatkan hasil belajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 239) masalah-masalah pada pembelajaran ada dua
yaitu masalah-masalah intern belajar dan masalah ekstern belajar. Salah satu penyebab
masalah intern belajar yaitu motivasi. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi
lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus..
Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor dari dalam
diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar diri siswa. Dalam hal ini Ruseffendi (1991: 8)
menyatakan “ Faktor dari dalam diri siswa itu meliputi kecerdasan anak, sedangkan
pribadi dan sikap guru serta kompetensi guru, model penyajian materi pelajaran, suasana
pengajaran dan kondisi masyarakat luas ter-masuk dari luar diri siswa”.
Mengingat model penyajian materi pelajaran merupakan suatu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, maka seorang guru hendaknya menguasai teknik-
teknik penyajian materi pelajaran sehingga dapat mengembangkan metode belajar sesuai
dengan topik yang akan disajikan, sehingga siswa terhindar dari kejenuhan dan
diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Ada beberapa cara yang dilakukan guru untuk memotivasi, antara lain guru harus
memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, guru harus menggunakan metode
mengajar yang bervariasi, membuat situasi persaingan, mengadakan evaluasi yang
berkesinambungan dan guru harus membuat contoh yang baik.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa adalah
metode team work dengan pendekatan AIR, dimana metode ini memungkinkan adanya
kerja sama antara siswa dalam kelompoknya untuk menguasai materi, sehingga siswa
yang kurang aktif akan berbaur dengan yang lainnya sehingga akan muncul sikap yang
aktif pada dirinya karena disini semua anggota kelompok di tuntut untuk menguasai
materi. Selain itu metode ini dibarengi dengan pendekatan AIR (auditory, Intelectually,
Repetition) dimana pendekatan ini dalam penggunaannya melibatkan semua panca indera,
karena pada penggunaannya siswa dituntut untuk menyimak penjelasan, lalu siswa juga
harus bisa memecahkan masalah yang timbul yang berkaitan dengan materi dan
mengemukakan pendapat atas masalah tersebut dan yang terakhir siswa dituntut untuk
mengerjakan soal baik dalam bentuk tulisan dan kuis. Dengan penggunaan banyak panca
indera yang terlibat, maka akan meningkatkan pemahaman belajar siswa. Maka dari itu
suatu metode pembelajaran bisa dikatakan objektif apabila hasil dari penerapan metode
pembelajaran team work itu dapat membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa. Adapun kriterian efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran itu adalah
sebagai berikut:
Aktivitas siswa dalam pembelajaran terlihat lebih aktif,
Alokasi waktu dalam menggunakan suatu model pembelajaran itu tepat,
Metode yang digunakan dalam metode tersebut tepat,
Instrumen pembelajaran yang digunakan sesuai dengan model pembelajaran,
bahan ajar dan alat yang dalam pembelajaran tersebut memadai dan tepat.
adanya sarana dan prasarana yang mendukung.
Dengan permasalahan tersebut, maka penulis menyumbangkan pikiran untuk dapat lebih
meningkatkan mutu dan kualitas hasil pembelajaran di kelas, yaitu dengan mencari solusi
dan strategi pembelajaran yang baik untuk dapat dilaksanakan sehingga permasalah-
permasalahan tadi dapat dikurangi. Maka penelitian ini difokuskan pada penerapan
metode team work dengan pendekatan AIR untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa, dengan harapan hasil proses pembelajaran akan lebih baik.

C. PERMASALAHAN
Berdasarkan Latar belakang di atas dinyatakan bahwa proses pembelajaran itu dikatakan
efektif jika memenuhi kriteria –kriteria tertentu diantaranya seluruh siswa dapat aktif
dalam mengikuti pelajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dalam
proses pembelajaran guru menggunakan metode Tanya jawab dua arah yang
memungkinkan siswa akan lebih aktif, namun pada kenyataannya metode yang digunakan
tersebut kurang efektif karena keaktifan siswa tersebut hanya muncul dari siswa yang bias
dikatakan lebih pintar dari siswa lainnya, sedangkan siswa yang lain di luar itu tidak
menunjukan reaksi yang diharapkan. Hal tersebut dimungkinkan karena siswa yang lain
memang benar-benar tidak paham dengan materi atau siswa tersebut paham, tapi ragu
mengemukakan pendapat. Kondisi seperti itu akan menyulitkan guru untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

D. CARA PEMECAHAN MASALAH


Berdasarkan uraian masalah diatas, maka dapat diajukan suatu pemecahan masalah,
yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran “Team Work dengan pendekatan AIR
(Auditory, Intellectually, Repetition) , yaitu dengan membuat kelompok kerja pada siswa,
dimana sebelumnya guru telah memilih siswa sebagai pemimpin kelompok tersebut.
Pemilihan pemimpin tersebut didasarkan pada nilai akademis siswa yang dilihat dari hasil
free test. Setelah terbagi kelompok, kelompok tersebut harus melakukan kegiatan sebagai
berikut:
1. Menyimak penjelasan guru dan memahami materi. Setiap anggota kelompok harus
memahami materi ajar, dimana diantara setiap anggota kelompok harus saling membantu.
Jadi siswa yang lebih paham, harus membantu temannya yang kurang paham menjadi
lebih memahami materi dengan guru sebagai fasilitator
2. Memecahkan Masalah dan memberikan gagasan. Guru akan memberikan sebuah
permasalahan yang berkaitan dengan materi ajar, dan siswa diminta untuk memecahkan
permasalahan tersebut dengan cara mendiskusikan dengan temannya, mencari informasi
dari buku dan diharapkan semua anggota kelompok harus bisa menemukan
pemecahannya dan bisa mempresentasikannya karena guru akan memilih secara acak
siswa untuk menjelaskan gagasan tentang pemecahan masalah
3. Pengisian soal. Semua siswa harus bisa mengisi soal, sebagai pengulangan atas materi
yang sudah dipelajati dan merupakan suatu penilaian juga bagi guru terhadap
pemahaman siswa
Dengan melakukan hal tersebut, maka siswa akan lebih aktif dan pemahaman siswa akan
lebih meningkat.

E. TUJUAN PENELITIAN
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian tindakan kelas
ini bertujuan agar siswa lebih menunjukan sikap aktif dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah
disampaikan dalam proses pembelajaran

F. MANFAAT HASIL PENELITIAN


. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
Bagi peneliti, menambah pengetahuan tentang alternatif pembelajaran Biologi dengan
penerapan metode team work dengan pendekatan AIR
Bagi siswa, pembelajaran yang bervariasi akan lebih menarik dan dapat membangkitkan
motivasi serta lebih menyukai pembelajaran BIOLOGI.
Bagi guru, bisa memberikan wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian
tindakan kelas sebagai upaya solusi terhadap permasalahan yang dihadapi siswa dan guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Bagi peneliti lain, dapat menjadi bahan masukan dalam melaksanakan penelitian dengan
menggunakan pendekatan TGT

G. HIPOTESIS PENELITIAN
Dari kegiatan penelitian dengan menggunakan metode Team Work dengan pendekatan
AIR dalam pembelajaran, maka dipeoleh hipotesis yaitu hasil pembelajaran akan lebih
efektif baik bagi siswa maupun guru, karena metode ini memungkinkan siswa untuk
memberikan kontribusi maupun gagasan- gagasan mengenai materi yang sedang
dipelajari dalam kelompoknya, dan siswa yang lebih paham dituntut untuk mengajarkan
temannya untuk memahami materi ajar sehingga terjalin suatu proses kerja sama dalam
kelompok tersebut yang membawa pada kesolidan semua anggota dalam kelompok
tersebut. Lalu metode ini dibarengi dengan pendekatan AIR, dimana pendekatan ini
meliputi proses auditory, yaitu siswa harus menyimak penjelasan dari guru, lalu
Intelectualy dimana siswa dituntut harus bias memecahkan masalah dan menyampaikan
pemecahan tersebut dan repetition diman terjadi proses pengulangan dengan melakukan
pemberian soal pada siswa baik tulisan maupun dalam bentuk kuis. Dengan keadaan
tersebut, maka dapat diketahui banyak panca indera yang terlibat dalam proses belajar,
sehingga memungkinkan daya ingat siswa semakin tinggi sehingga pemahaman siswa
terhadap materi tersebut semakin tinggi pula.

H. RENCANA KEGIATAN
1. Penataan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dilakukan di Cimahi pada kelas 2 SMA dalam mata pelajaran
biologi SMA NEGERI 3 CIMAHI.
Adapun karakteristik dari kelas tersebut yaitu jumlah siswa 40 orang yang terdiri dar 20
orang laki-laki dan 20 orang perempuan dengan tingkat kemampuan bervariasi
2. Faktor yang diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini yaitu ketepatan penggunaan metode belajar
dan penyampaian guru terhadap materi ajar, sehingga dapat meningkatkan pemahaman
siswa
3. desain kegitana penelitian
Kegiatan penelitian penerapan metode team work ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Guru melakukan free test pada siswa tentang materi yang akan diajarakan
b. Guru mengurutkan nilai free test tersebut dari yang terbesar sampai terkecil
c. Guru menentukan siswa yang memperoleh urutan 1-4 dalam free test dinyatakan
sebagai ketua tim.
d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan ketua yang telah ditentukan
e. Guru menyampaikan materi ajar, dan setiap kelompok harus menyimak penyampaian
guru
f. Setiap anggota kelompok harus paham terhadap materi ajar yang disampaikan dengan
cara siswa yang lebih paham harus membantu menjelaskan kepada siswa yang kurang
paham sampai mengerti
g. Dalam sela-sela penyampaian guru memunculkan maslah, dan setiap kelompok harus
mendiskusikan pemecahan masalah tersebut.
h. Setiap anggota kelompok harus paham pemecahan maslah tersebut karena guru akan
mengacak untuk memilih siswa untuk memberikan gagasan pemecahan masalah terhadap
masalah tersebut
i. Guru menyimpulkan pemecahan masalah tersebut
j. Pada akhir pembelajaran guru memberikan soal kepada siswa, dengan tujuan siswa
dapat mengulang mengingat kembali materi yang telah dipelajari dengan mengisi soal dan
sebagai acuan guru untuk penilaian pemahaman siswa
k. Setelah melakukan test guru memberikan tugas kepada setiap kelompok.

You might also like