You are on page 1of 14

A.

JUDUL PENELITIAN

Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar KKPI Melalui Pembelajaran


Kooperatif (Tipe Pendekatan Struktural Think-Pair-Share) pada Siswa Kelas
X Ak1 SMK Negeri I Bandar Lampung 2007/2008.

B. BIDANG KAJIAN

Bidang kajian penelitian adalah tindakan kelas dengan fokus pada desain dan
strategi pembelajaran.

C. PENDAHULUAN

Proses pembelajaran KKPI di sekolah selama ini umumnya masih didominasi


oleh kegiatan siswa mengasyiki buku bacaan dari pada mengeksplorasi
berbagai objek dan gejala yang ada. Cara belajar tersebut lebih mengarah
kepada belajar dengan sistem satu arah (one way) dan kurang bervariasi. Hal
ini akan mengakibatkan susasana belajar menjadi membosankan dan tidak
dapat mengembangkan potensi siswa secara lengkap. Cara belajar yang
berorientasi kepada buku akan membawa siswa sekedar menerima informasi,
mengingat dan menghafal.

Sistem pembelajaran di SMK yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP), membawa iklim belajar bukan hanya berkutat pada aspek
produk belajar semata, tetapi lebih menekankan pada aspek proses belajar.
Proses belajar yang baik, yaitu mampu mengembangkan: sikap ilmiah, proses
ilmiah, dan produk ilmiah, maka dengan sendirinya diharapkan akan memicu
hasil belajar siswa yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil pra-survei terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
kelas X pada mata pelajaran KKPI SMK Negeri Bandar Lampung TP
2007/2008 dilihat dari kategori ketuntasan belajar yang telah ditetapkan pihak
sekolah adalah 65 dapat disajikan dalam tabel berikut:
1
Tabel 1. Hasil Ulangan Harian KKPI Siswa Kelas X SMK Negeri I Bandar
Lampung Semester Ganjil TP 2006/2007
Kategori Nilai Jumlah siswa Prosentase Ketuntasan secara Klasikal
≥ 65 16 38,88 %
< 65 24 61,12%
Jumlah 40 100,00%
Sumber: Buku Presensi dan Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar Kelas X SMK
Negeri I Bandar Lampung.
Fakta di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1
sebagian besar masih rendah, yaitu sebesdar 61,12% tergolong kategori belum
tuntas. Selain hasil belajar yang rendah, pengalaman selama ini menunjukkan,
bahwa pada diri siswa SMK kelas X, khususnya dalam mengikuti pelajaran
KKPI di SMK Negeri I Bandar Lampung banyak yang kurang termotivasi,
karena semasa di SMP mereka lebih banyak belajar dengan cara menghafal.
Pengalaman empiris yang sama juga dilaporkan oleh (Djohar, 1992),
kurangnya minat siswa belajar lebih dipicu oleh sistem belajar di sekolah yang
belum mampu membangkitkan minat belajar.

Kurangnya motivasi siswa dalam belajar dan rendahnya hasil belajar KKPI
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai variabel yang esential, seperti
kesulitan siswa memahami konsep KKPI, cara verbal guru mengajar KKPI,
penggunaan media belajar, berbagai sistem pembelajaran KKPI, dan
sebagainya. Berbagai faktor tersebut apabila diaplikasikan di dalam proses
belajar mengajar KKPI di sekolah, maka akan meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa.

Adanya berbagai alternatif di atas, maka variabel sistem pembelajaran KKPI


paling mendesak untuk dibenahi. Dalam hal ini pembelajaran KKPI yang
dimaksud adalah pembelajaran kooperatif, khususnya tipe pendekatan
struktural think-paire-share. Menurut Qadriyah (2003), pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pendekatan pembelajaran motivasional yang
diyakini mampu meningkatkan motivasi siswa maupun hasil belajar siswa,
karena pembelajaran ini berorientasi kepada siswa (student oriented), yang
melibatkan siswa secara emosional dan sosial dalam belajar.
2
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif memungkinkan tercipta suasana
interaksi siswa yang kooperatif. Antarsiswa akan memungkinkan menjadi
sumber belajar bagi sesamanya, dan siswa akan merasa lebih mudah belajar
sehingga guru dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan belajar.

D. PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah “rendahnya


motivasi dan hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1 SMK Negeri I Bandar
Lampung”. Sehubungan dengan masalah tersebut, maka lingkup penelitian ini
adalah “memperbaiki kualitas pembelajaran KKPI guna meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar KKPI”.

Berdasarkan masalah dan lingkup penelitian ini, maka dapat dirumuskan


masalah penelitian sebagai berikut.

1) Apakah pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-


share) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran KKPI
siswa kelasa X Ak1 SMK Negeri 1 Bandar Lampung?

2) Apakah pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-


share) dapat meningkatkan hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1 SMK
negeri I Bandar Lampung?

3) Bagaimanakah implementasi pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan


struktural think-paire-share) dapat meningkatkan motivasi belajar dan
hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1 SMK Negeri I Bandar Lampung?

2.PEMECAHAN MASALAH

Pemecahan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada memperbaiki


kualitas pembelajaran KKPI di kelas. Tahapan-tahapan yang dilakukan antara
lain sebagai berikut.

a. Identifikasi Tindakan

Alternatif tindakan yang ditetapkan dalam pemecahan masalah penelitian


ini adalah pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-
3
paire-share) untuk materi pokok KKPI SMK kelas X. Alternatif ini
ditetapkan, karena sifat pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
yang bersifat motivasional dan berpusat kepada siswa. Hasil penelitian
sejenis yang dilakukan oleh Qadriyah (2003), terbukti dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif (Tipe STAD) dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa SMU Wahid Hasyim Malang Tahun Pelajaran
2001/2002.

b. Cara Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut.

1) Menyusun profil siswa berdasarkan kemampuan akademik melalui tes


awal.

2) Menyusun kelompok yaitu pasangan siswa.

3) Menganalisis konsep-konsep materi pokok yang akan diajarkan, yaitu:


aspek kesulitan, kompleksitas, relevansi media, dan ketersediaan
lingkungan sekolah yang mendukung konsep yang dipelajari.

4) Mendisain materi pokok KKPI ke pembelajaran kooperatif (tipe


pendekatan struktural think-paire-share).

5) Menyusun kuesioner siswa, lembar observasi pembelajaran, instrumen


pengukur motivasi, dan tes hasil belajar.

6) Melaksanakan pembelajaran kooperatif berdasarkan disain


pembelajaran yang dikembangkan pada no 4).

7) Melakukan monitoring proses pembelajaran, dan refleksi siklus 1, serta


mendisain ulang rencana tindakan untuk dilakukan perbaikan pada
tindakan siklus 2 sampai dengan monitoring dan refleksi.

c. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut.
4
1) Pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share)
dapat meningkatkan motivasi belajar KKPI.siswa kelas X Ak1 SMK
Negeri 1 Bandar Lampung.

2) Pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share)


dapat meningkatkan hasil belajar KKPI siswa kelas X Ak1 SMK
Negeri I Bandar Lampung.

d. Indikator keberhasilan Tindakan

Untuk memperoleh gambaran keberhasilan tindakan yang dilakukan dalam


pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share)
dapat dilihat dari indikator sebagai berikut:

1) Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif

Aktivitas siswa yang diukur dalam pembelajaran kooperatif adalah


frekuensi siswa dalam beraktivitas meliputi: bertanya, berpendapat dan
menjawab pertanyaan dalam diskusi. Aktivitas ini akan diukur dengan
lembaran pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat
(observer) dalam setiap siklus.

2) Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar siswa yang akan diukur adalah motivasi awal (pra
tindakan) dan motivasi setelah pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
Motivasi siswa diukur dengan skala yang berupa angket. Indikator
keberhasilan motivasi belajar adalah apabila motivasi siswa setelah
pembelajaran kooperatif meningkat dibandingkan motivasi awal.

3) Skor Hasil Belajar KKPI

Skor hasil belajar siswa yang akan diukur adalah skor pengetahuan
awal yang diukur dengan tes. Tes dilakukan sebelum tindakan (sebagai
tes awal), hasil tes pada setiap akhir tindakan, hasil pekerjaan siswa
dalam pembelajaran, dan hasil tes akhir. Indikasi keberhasilan dalam
hasil belajar didasarkan kepada peningkatan ketuntasan belajar secara
klasikal yang menggunakan skor standar tuntas individu 65.
5
3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini antara lain untuk meningkatkan:

1) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran KKPI melalui


pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share).

2) Meningkatkan motivasi belajar siswa KKPI melalui pembelajaran


kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share).

3) Meningkatkan hasil belajar KKPI melalui pembelajaran kooperatif (tipe


pendekatan struktural think-paire-share).

4) Meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar KKPI melalui


pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share)

4. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Manfaat hasil penelitian ini secara umum adalah untuk memperbaiki kualitas
proses pembelajaran KKPI di SMK Negeri I Bandar Lampung. Secara khusus
dapat diuraikan manfaat hasil penelitian ini sebagai berikut:

1) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar KKPI dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural think-paire-share).

2) Bagi siswa, melalui pembelajaran kooperatif (tipe pendekatan struktural


think-paire-share) dapat digunakan untuk melatih keterampilan
berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman di kelas dalam rangka
menjadi sumber belajar sesamanya.

3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan
dalam menciptakan suasana sekolah yang berdampak kepada motivasional
siswa berkaitan dengan aktivitasnya belajar di sekolah.

E. KAJIAN PUSTAKA

Sebagaimana dipahami oleh semua guru bahwa di dalam proses pembelajaran,


tugas guru tidak hanya terbatas memberikan informasi ilmu pengetahuan
kepada siswa. Tugas yang lebih berat adalah mengusahakan bagaimana
konsep-konsep penting dan yang berguna dapat tertanam kuat di dalam benak
6
siswa. Dalam pembelajaran KKPI, siswa pada hakikatnya memahami baik
proses maupun produk KKPI. Oleh karena itu mengajarkan IPA (sama halnya
dengan KKPI) yang terbatas kepada produknya dianggap belum lengkap,
karena baru mengajarkan salah satu komponennya (Mariana, 1995).

Menurut Funk et al., seperti dikutip oleh Nur (1996), proses ... dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: (1) keterampilan proses dasar, seperti:
mengamati, mengkalifikasikan, mengukur, memprediksi, dan menyimpulkan,
dan (2) keterampilan proses terpadu, seperti: mengidentifikasikan variabel,
menyusun data tabel, menyusun grafik, mendeskripsikan hubungan antar
variabel, memperoleh dan memroses data, menganalisis penyelidikan,
merumuskan hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, dan
melakukan eksperimen.

Proses pembelajaran KKPI sebagaimana dipaparkan di atas tampak sarat


dengan berbagai aktivitas. Banyaknya aktivitas dalam belajar KKPI menuntut
sistem pembelajaran yang mampu mengembangkan berbagai aktivitas tersebut,
sehingga dapat menumbuhkan adanya motivasi yang tinggi pada subjek
belajar yang pada gilirannya akan meningkatkan pula hasil belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pendekatan pembelajaran


motivasional yang diyakini mampu meningkatkan baik motivasi maupun hasil
belajar siswa. Menurut Arend (1989), setidaknya terdapat tiga tujuan yang
dapat dicapai melalui pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) peningkatan kinerja
prestasi akademik, (2) penerimaan terhadap keragaman, seperti: status sosial,
suku, kemampuan dan sebagainya, dan (3) keterampilan bekerja sama atau
kolaborasi dalam pemecahan masalah. Menurut Sidharta (2004), beberapa
ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Kesulitan dalam
belajar akan mudah dipecahkan apabila di dalam kolaborasi terdapat variasi
kemampuan akademik. Seperti dikemukakan oleh Vygotsky (dalam Qadriyah,
2003), bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada
dalam zona perkembangan terdekat (zona of proximal development) mereka.
Pada saat siswa sedang bekerja bersama (kooperatif), kemungkinan sekali
7
tingkat prestasi atau kinerja salah seorang anggota kelompok pada suatu tugas
tertentu berada pada tingkat kognitif sedikit dari tingkat kinerja siswa tersebut.

Berdasarkan pembahasan di atas menunjukkan bahwa, melalui pembelajaran


kooperatif pemecahan masalah terhadap konsep-konsep yang sulit dapat
dilakukan oleh sesama siswa melalui kolaborasi. Oleh adanya keragaman
kemampuan maka di dalam kolaborasi yang positif akan terbangun aliran
tingkat kinerja yang tinggi menuju tingkat kinerja yang rendah. Keadaan ini
dengan sendirinya di dalam aktivitas belajar, maka siswa yang berkemampuan
tinggi akan membawa dampak positif bagi siswa yang berkemampuan lebih
rendah.

Menurut Sidharta (2004), hal yang paling penting diperhatikan untuk dapat
melaksanakan pembelajaran kooperatif adalah memastikan kelompok siswa
telah jelas strukturnya. Secara praktis guru dapat memilih beberapa tipe
pembelajaran kooperatif, memilih materi yang sesuai, membentuk kelompok
siswa, mengembangkan materi dan tujuan, mengenalkan siswa kepada tugas
dan peran, dan merencanakan waktu serta tempat.

Pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan laboratorium, yaitu kegiatan


praktikum oleh Berg (1995), dinyatakan bahwa kegiatan praktikum
mendukung perkembangan konsep maupun keterampilan proses dalam diri
siswa. Namun demikian perlu diingat bahwa tidak setiap praktikum dapat
meningkatkan kemampuannya sebab setiap jenis praktikum menuntut didaktik
yang berbeda. Menurut Berg, faktor didaktik yang jarang diperhatikan adalah:
perumusan tujuan, perumusan tujuan ke dalam konsep, proses,
peralatan/keterampilan, melatih keterampilan peralatan “sebelum praktikum
konsep” atau “praktikum keterampilan” berlangsung, menganalisis petunjuk
kerja (konsep-konsep, LKS, proses, peralatan), membimbing praktikum baik
pada alat, konsep, maupun proses.

Hasil-hasil penelitian yang terkait dengan pembelajaran, khususnya aspek


penguasaan pengetahuan menunjukkan: Pertama, dilaporkan oleh Leonard
(1988), bahwa pada pengajaran sains yang menggunakan pendekatan yaitu:
guided inquiry dan extended discretion yang diterapkan pada tiga variabel
8
yang diteliti, yaitu: Laboratory Quizes, Laboratory Report, dan Laboratory
exam memberikan hasil yang berbeda secara signifikan. Siswa yang
dikondisikan dengan belajar menggunakan Laboratory Quizes, Laboratory
Report dalam pendekatan guided inquiry (bimbingan lebih besar dari pada
extended discretion) menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi. Kedua,
penelitian yang dilaporkan oleh Glasson (1989), menunjukkan bahwa rata-rata
hasil belajar dalam pengajaran yang menggunakan metode pedoman kegiatan
(hand on teaching method) lebih tinggi dari pada metode demonstrasi (teacher
demonstration) pada saat guru mengajarkan aspek fakta, konsep, dan strategi
pemecahan masalah.

Hasil-hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan menekankan


kepada aktivitas kerja di laboratorium, berarti kompetensi psikomotorik, yaitu
keterampilan proses siswa berkembang. Tingginya penguasaan siswa terhadap
bahan ajar memberikan indikasi bahwa apabila keterampilan proses KKPI
dimiliki oleh siswa maka pada kompetensi kognitif siswa juga berkembang.
Dengan hasil ini berarti pembelajaran KKPI yang lengkap dapat direalisasikan

F. METODE PENELITIAN

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini berangkat dari perumusan


masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dijelaskan langkah-
langkahnya sebagai berikut.

a. SETTING

Penelitian kaji tindak ini dilaksanakan pada semester ganjil yaitu pada tahun
ajaran 2007/2008. dan dilaksanakan di kelas X Ak1 Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 1 Bandar Lampung

b. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini adalah tentang efektifitas metode kooperatif (tipe pendekatan


struktural think-pair-share) dengan melihat peningkatan motivasi belajar dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran KKPI.
9
1. Perencanaan Tindakan

Tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah: Mendisain


lingkungan sebagai sumber belajar dalam disain instruksional
pembelajaran KKPI kelas X dan mengembangkannya dalam bentuk LKS.

2. Pelaksanaan

Berdasarkan pada perencanaan tindakan yang dikemukakan di atas, maka


hasilnya diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah oleh guru yang
bersangkutan. Untuk memperoleh gambaran kesesuaian antara
perencanaan tindakan dengan pelaksanaannya maka dalam proses
pembelajaran yang dikembangkan akan dilakukan monitoring oleh peneliti
dan guru terutama berkaitan dengan keterlaksanaan disain pembelajaran,
kejelasan disain, suasana kelas, kesulitan siswa dalam melaksanakan
kegiatan, penguasaan konsep oleh siswa, dan tingkat keterampilan proses
pembelajaran KKPI oleh siswa. Monitoring dilaksanakan selama
penelitian berlangsung, yaitu terhadap dua kompetensi dasar pada semester
ganjil Tahun pelajaran 2007/2008. Alat monitoring yang disiapkan, yaitu:
pedoman pengamatan, tes dan angket.

3. Evaluasi Hasil Tindakan

Evaluasi hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

1) Evaluasi terhadap kualitas disain pembelajaran yang dikembangkan


guru.

2) Evaluasi kompetensi psikomotorik, yaitu keterampilan proses KKPI


yang dicapai siswa.

3) Evaluasi terhadap kompetensi kognitif, yaitu penguasaan konsep


dalam hal ini hasil belajar siswa.

4. Refleksi dan Pengambilan Keputusan dalam Rangka Pengembangan


Lebih Lanjut

Berdasarkan implementasi tindakan dan monitoring yang direncanakan


dalam penelitian ini maka hasilnya akan digunakan di dalam memperbaiki
10
disain pembelajaran KKPI pada siklus berikutnya (dalam penelitian
dilakukan tiga siklus). Apabila diperoleh implementasi tindakan yang
tidak sesuai dengan perencanaan, maka ditempuh dengan cara melakukan
perbaikan-perbaikan seperti digambarkan dalam siklus proses penelitian
tindakan. Akan tetapi sebaliknya apabila diperoleh implementasi tindakan
yang sesuai dengan perencanaan tindakan, maka dapat digunakan sebagai
alternatif dalam pembelajaran KKPI yang berbasis lingkungan.

Secara keseluruhan langkah-langkah yang dilakukan dalam metode


penelitian ini dapat divisualisasikan ke dalam siklus kegiatan sebagai
berikut:

4 1 4 1 4 1

Siklus Pertama Siklus Kedua Siklus Ketiga

3 2 3 2 3 2

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan (Mc Kernan dalam Depdikbud,


1999)

Berdasarkan proses tersebut dapat dilihat bahwa pada proses siklus


pertama akan dikembangkan kegiatan mulai dari perencanaan, tindakan,
implementasi, dan refleksi. Dengan melakukan kegiatan pembelajaran
koopertif (tipe pendekatan struktural think-pair-share) yaitu dengan cara
berkelompok atau terdiri dari lima orang siswa yang bodoh dipandu oleh
satu orang siswa yang pandai. Setelah siklus pertama selesai maka kita
akan melihat hasil yang dicapai oleh siswa apakah metode yang kita pakai
tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar KKPI
Setelah itu kita akan melanjutkan ke proses siklus kedua dengan
menggunakan kegiatan belajar yang sama tetapi dengan kelompok yang
lebih kecil, sehingga pada akhir penelitian ini akan diajukan rekomendasi
dalam rangka mengambil keputusan berkenaan dengan upaya yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan keterampilan proses pembelajaran KKPI.
11
G. JADWAL PENELITIAN

Jadwal kegiatan penelitian direncanakan selama 3 bulan efektif, yaitu mulai


dari persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian. Rangkaian
kegiatan selama 3 bulan dapat dituangkan ke dalam jadwal sebagai berikut.

Tabel 1. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

Waktu
No Rencana Kegiatan Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Bimbingan
proposal
(Persiapan)
2. Pelaksanaan siklus
1
3. Pelaksanaan siklus
2
4. Pembuatan laporan
5. Seminar hasil
6. Perbaikan hasil
seminar
7. Penggandaan dan
penyerahan laporan
akhir

H. PERSONALIA PENELITIAN

Personalia peneliti dalam usulan penelitian ini merupakan penelitian mandiri.

I. RINCIAN PEMBIAYAAN PENELITIAN

Alokasi pembiayaan penelitian ini dananya diharapkan diperoleh dari


Departemen Pendidikan Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2007. Adapun
rincian pembiayaan penelitian dapat disajikan sebagai berikut.

Tabel 3. Rincian Pembiayaan Penelitian

Satuan Jumlah
No. Uraian Volume
(Rp) (Rp)
A. Persiapan Pembimbingan
a. Transport peserta dari Kab/Kota 1 OH 100,000 100,000
b. Konsumsi 1 Keg 17,150 17,150
c. ATK dan Bahan Habis 1 Keg 2,000 2,000
12
Satuan Jumlah
No. Uraian Volume
(Rp) (Rp)
d. Penggandaan 80 Lb 100 8,000
e. Dokumentasi 1 Keg 1,550 1,550
B. Pelaksanaan Bimbingan PTK
1 Pembuatan Proposal
a. Transport Fasilitator ke Kab/Kota 1 OK 28,650 28,650
b. Transport Peserta ke Unila 1 OK 100,000 100,000
c. ATK dan Bahan Habis untuk Peserta 1 OK 200,000 200,000

2 Pelaksanaan PTK (Pelaksanaan


Siklus)
a. Transport Fasilitator ke Kab/Kota utk 1 OK 28,650 28,650
Monitoring
b. Honor peneliti/Peserta 1 OK 150,000 150,000
c. ATK dan Bahan Habis unt Peserta 1 OK 250,000 250,000
d. Biaya Instrumen dan Analisis Data 1 OK 225,000 225,000

3 Penyusunan Laporan PTK


a. Transport Fasilitator ke Kab/ Kota 1 OK 28,650 28,650
b. Honor Peneliti/Peserta 1 OK 100,000 100,000
c. Transport Peserta ke Unila 2 OK 100,000 200,000
d. ATK dan Bahan Habis unt Peserta 1 OK 260,000 260,000
e. Penggadaan Laporan 5 Exp 100,000 500,000

C. Publikasi Hasil PTK melalui


Seminar
a. Transport peserta dari Kab/Kota ke 1 OK 100,000 100,000
Unila
b. Konsumsi (49 peserta, 7 Revierwer 1 Keg 15,000 19,500
dan 8 panitia)
c. ATK dan Bahan Habis 1 OK 114,300 114,300
d. Penggadaan 1 OK 57,200 57,200
e. Dokumentasi 1 Keg 2,000 2,000
f. Kepanitiaan 1 OK 7,350 7,350
2,500,000

J. DAFTAR PUSTAKA

Berg, Ed Vanden. (1995). “Pengajaran Sains Sekarang dan Masa yang Akan
Datang : Suatu Tinjauan Internasional” Makalah. Disampaikan pada
13
Seminar Nasional Pendidikan sains dan Matematika UKSW Salatiga
10-12 Januari 1995.
Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan. Action Research. Jakarta:
Depdikbud, Ditjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Umum.
Glasson, E. George. (1989). “The Effects of Hands and Teacher
Demonstration Laboratory Methods on Science Achievement in
Relation to Reasoning Ability and Prior Knowledge”. Yeany Jr,
Russel H. (ed.)., Journal of Research in Science Teaching. New York:
John Willey and Sons Inc., Vol. 26. Issues 9 December 1989. pp.
126-127.
Hartoto, Johanes. (1995). “Peningkatan Kualitas Lingkungan Melalui Program
Rekreasi”. Jurnal: Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat. IKIP Yogyakarta. Nomor 1. Tahun
XIV, Februari 1995. p. 80.
Leonard, William. H. (1987). An Experimental Test of an Extended
Descretion Laboratory Approach for University General Biology.
Yeany Jr, H. Russel, (Ed.)., Journal of Research in Science Teaching.
New York: John Willey and Sons, Inc., Vol. 26. Issues 9 December
1989. pp. 86-87.
Mariana, I. M. Alit. (1995). Hakikat Pendekatan Science, Technology, and
Society. Jakarta: Direktorat Pendidikan Guru dan Teknis, Depdikbud.
Nur, Muhammad. (1996). Konsep tentang Arah Pengembangan IPA SMP dan
SMU dalam Waktu 5 Tahun yang akan Datang. Jakarta: Proyek
Pengadaan Alat-alat IPA dan PKG, Direktorat Pendidikan dan
Menengah Umum, Depdikbud.
Smith, Julian et al. (1973). Outdoor Education. New Jersey 07632:
Englewood Cliffs, Prentice Hall, Inc.

You might also like