Professional Documents
Culture Documents
Asuhan yang berkualitas dapat dicapai dengan adanya profesionalisme keperawatan. Pelayanan
keperawatan profesional di RS diberikan oleh kelompok keperawatan. Kelompok keperawatan
yang bertanggung jawab untuk terlaksananya peran dan kegiatan perawat di RS dapat berupa
komite yang berada dalam struktur tetapi menjalankan peran fungsional. Komite Keperawatan
di RS merupakan media utama untuk mengakomodasi dan memfasilitasi tumbuhnya komunitas
profesi keperawatan melalui sistem pengampu keilmuan yang dapat mempertahankan
profesionalisme pelayanan keperawatan yang diberikan.
A. Pengertian
Komite Keperawatan merupakan wadah non struktural yang berkembang dari struktur
organisasi formal rumah sakit bertujuan untuk menghimpun, merumuskan dan
mengkomunikasikan pendapat dan ide-ide perawat/bidan sehingga memungkinkan
penggunaan gabungan pengetahuan, keterampilan, dan ide dari staf profesional
keperawatan.
Komite Keperawatan merupakan oganisasi yang berfungsi sebagai wahana bagi tenaga
keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan tentang hal-hal yang
terkait masalah profesi dan teknis keperawatan.
H. Susunan organisasi
1. Komite Keperawatan:
a. Terdiri dari ketua, wakil dan sekretaris dan anggota.
b. Ketua dipilih anggota dari 3 (tiga) calon ketua.
c. Dipilih setiap 3 tahun dan ditetapkan dengan SK direksi.
d. Anggota dipilih dari perwakilan bidang keahlian dan kelompok tenaga keperawatan, misalnya
medikal bedah, anak, kritikal dan kelompok Perawat Klinik, peer manager dll.
e. Komite Keperawatan mempunyai sub komite.
I. Hubungan Komite dengan Direktur/Bidang Keperawatan
Komite mempunyai peran yang sanat besar dalam membantu direksi dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan. Hubungan Komite dengan Direktur/Bidang keperawatan bukan hubungan
atasan-bawahan, melainkan hubungan kerjasama, koordinasi, kemitraan, dan saling
menguatkan.
Dengan Undang Undang Rumah Sakit ini, Komite Perawatan sudah tidak menjadi kelompok
yang dianggap penting di rumah sakit, setidaknya menurut yang membuat undang undang itu.
Karena di BAB IX pasal 33 ayat b hanya disebutkan, “Organisasi Rumah Sakit paling sedikit
terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umum dan keuangan.”
Di sini tidak menyebut sama sekali tentang Komite Perawatan. Bandingkan dengan Komite
Medis. Undang undang mempersyaratkan adanya Komite Medis di sebuah rumah sakit dalam
masalah pengorganisasiannya.
Ada beberapa catatan yang bisa kita ambil pelajaran dari keluarnya undang undang itu bagi
Komite Perawatan :
1. Mungkin semenjak 2002 sejak Kepmendagri dikeluarkan, profesi perawat di rumah sakit
daerah tidak mempedulikan dengan Keputusan Mentri Dalam Negeri itu. Walaupun
Mendagri mengakui tentang adanya Komite Perawatan, tapi pada kenyataannya setelah 8
tahun keputusan itu diberlakukan, ternyata tidak semua RSUD memiliki Komite
Perawatan. Padahal di Kepmendagri itu disebutkan di BAB II Pasal 6, “Susunan
organisasi Rumah Sakit Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari; Direktur, Wakil
Direktur; Sekretariat, Bidang, Komite Medik, Staf Medik Fungsional, Komite
Keperawatan, Instalasi, Susunan Pengawas Intern”
2. Undang undang RS itu sebagai evaluasi atas keberadaan Komite Perawatan di rumah
sakit. Diakui atau tidak, selain masih banyaknya rumah sakit yang tidak memiliki Komite
Perawatan, banyak juga rumah sakit yang memiliki Komite Perawatan tapi tidak ada
suaranya sama sekali. Komite Perawatan hanya sekedar terdengar namanya, ada
pengurusnya dan mungkin ada kantornya, tapi absen dari aktifitas dan miskin kegiatan.
Bahkan sebagian rumah sakit, keberadaan Komite Perawatan dimanfaatkan oleh sebagian
anggotanya hanya untuk mengkritisi kebijakan Bidang Perawatan bahkan kebijakan
Direktur Rumah Sakit. Hingga muncul konflik yang sama sekali tidak produktif dan tidak
menguntungkan komunitas perawat.
3. Kontribusi Komite Perawatan dianggap tidak ada atau setidaknya dipertanyakan.
Mungkin ini yang menjadikan Komite Perawatan dianggap “adanya dan tidak adanya
tidak pengaruh” Di sini kemampuan loby, komunikasi, bermain strategi, kerja keras,
pengorbanan, cucuran keringat bahkan air mata, konsentrasi, membangun image,
keseriusan dalam perjuangan, bijak dalam sikap, kemampuan impression management
menjadi begitu penting dikuasai dan dimiliki oleh Komite Perawatan. Idealisme yang
dibangun tanpa dibalut persyaratan yang saya sebutkan di atas, hanya akan menimbulkan
konflik yang justru menjadi kontra produktif.
4. Komite Perawatan tidak mampu menunjukan eksistensinya sebagai perwakilan
Komunitas Perawat. Teman teman di rumah sakitpun kebanyakan mengakui eksistensi
Bidang Perawatan dibanding Komite Perawatan. Hal ini sebenarnya bukan masalah
Bidang Perawatan ada strukturnya dan Komite Perawatan tidak ada strukturnya. Tapi
memang karena komitmen Komite Perawatan terhadap komunitas masih belum
meyakinkan. Komite tidak mampu menunjukan kerja riil yang bisa dilihat oleh komunitas
semacam advokasi, kepedulian, peningkatan kompetensi dll.
5. Komite Perawatan tidak mampu bersinergi dengan Bidang Perawatan disebabkan oleh
“berebut pengaruh” di dalam komunitas. Ketika keinginan yang tinggi untuk
mempengaruhi komunitas itu muncul, terkadang lepas kontrol dan terjerumus pada
perilaku menyalahkan dan merendahkan Bidang Perawatan. Kondisi seperti ini justru
akan semakin mengerdilkan peran Komite Perawatan, karena dengan merendahkan dan
tidak mau menghormati Bidang Perawatan, saya mengibaratkan “menggali lubang
kuburnya sendiri” , maka setelah lubang dibuat, untuk siapa kalau bukan untuk dirinya
sendiri.
Dan mungkin masih sederetan lagi alasan lain, mengapa UU no 44 tahun 2009 tidak
mengakomodasi Komite Perawatan. Silakan Saudara menuliskan di kolom komentar bila masih
memiliki alasan lain.
Tapi memang, daripada Komite dan Bidang Perawatan tidak mampu bersinergi, mendingan tidak
usah berdiri Komite Perawatan. Mengapa?
Karena tidak akan selamat, sebuah kapal besar yang berlayar di lautan lepas dinakhkodai oleh
dua orang. Perawat adalah komunitas yang terbesar di rumah sakit. Maka bila Komite dan
Bidang masing masing ingin menjadi nakhkoda, siap siaplah… komunitas perawatan akan
bingung menentukan sikap, dan kapalpun tidak memiliki arah yang jelas yang pada akhirnya
tenggelam di tengah samudra.
Februari 7, 2010 - Ditulis oleh Jason | hukum-kesehatan | komite perawatan, Undang Undang
Rumah Sakit | Belum Ada Tanggapan