Professional Documents
Culture Documents
(Study Kasus Kab. Kulon Progo, Kab. Bantul dan Kab. Gunung Kidul)
Diajukan oleh :
MOH. ISFADJAR DJAKA MULYA
NIM : 4055111003
Proposal Tugas Akhir dengan judul “Analisis Studi Kelayakan Industri Pengolahan
Tepung Ikan Di Provinsi D.I. Yogyakarta” ini telah diperiksa keaslian dan kelayakan
judulnya oleh Tim Vertifikasi Tugas Akhir Program Studi Teknik Industri FTI UTY
pada :
Hari :
Tanggal :
( )
Yogyakarta,..........................
Yang mengusulkan,
Menyetujui,
Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Industri,
Suseno, STP. MT
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Berkembangnya usaha peternakan dan budidaya ikan di Indonesia telah
menaikkan tingkat penggunaan tepung ikan. Sementara produksi tepung ikan di dalam
negeri belum mencukupi kebutuhannya, sehingga posisi Indonesia sebenarrnya
memiliki potensi yang besar bagi pengembangan produksi tepung ikan. Dari total
produksi tangkapan laut, sebesar 57,05 % dimanfaatkan dalam bentuk basah, sebesar
30,19% bentuk olahan tradisional dan sebesar 10,90 % bentuk olahan modern dan
olahan lainnya 1,86% Sedangkan dari ekspor tahun 2005 sebesar 857.782 ton, 80%
diantaranya didominasi produk olahan modern sedangkan produk olahan tradisional
hanya sekitar 6%.
Kekayaan sumberdaya laut Indonesia sangat berlimpah, dua per tiga wilayah
Indonesia terdiri dari laut, potensi perikanan sebesar 6,26 juta ton/tahun dengan
keragaman jenis ikan namun belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Pada
tahun 2005, total produksi perikanan 4,71 juta ton, dimana 75% (3,5 juta ton) berasal
dari tangkapan laut. Apabila dilihat dari tingkat pemanfaatan, terutama untuk ikan-
ikan non ekonomis belum optimal. Hal ini disebabkan pemanfaatannya masih terbatas
dalam bentuk olahan tradisional dan konsumsi segar. Ekspor hasil perikanan
Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh ikan dalam bentuk gelondongan dan
belum diolah (DKP,2007).
Secara geografis, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak
berbatasan dengan Samudera Hindia. Panjang garis pantai Provinsi DIY sebesar 113
km atau 61,02 mil yang secara administratif masuk kedalam 3 wilayah kabupaten,
yaitu Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo. Sehingga masih tersedia cukup peluang
untuk meningkatkan usaha (Murtidjo, 2005).
Tepung ikan (fish meal) adalah salah satu produk ikan awetan dalam bentuk
kering yang berupa tepung. Produk tersebut mengandung protein hewani yang tinggi
dan merupakan bahan baku yang diperlukan dalam penyusunan formulasi pakan
ternak, ikan, pembuatan biskuit maupun dalam pembuatan mie yang bila ditinjau dari
kualitasnya. Hal ini disebabkan karena bahan baku tepung ikan mengandung protein
tinggi dan asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu nilai
biologisnya mencapai 90% dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna
(Adawiyah, 2007). Tepung ikan umumnya diolah dari ikan-ikan yang bernilai
ekonomi rendah, hasil samping penangkapan (by catch) atau persediaan ikan saat
produksi hasil tangkapan nelayan melimpah. Untuk membuat tepung ikan sebenarnya
dapat digunakan semua jenis ikan, tetapi hanya ikan pelagis dan demersal saja yang
banyak digunakan sebagai bahan baku. Oleh karena itu, selama ikan masih mungkin
dikomsumsi segar oleh masyarakat. Tidaklah layak bila ikan dijadikan tepung ikan
karena akan terjadi persaingan harga pembelian bahan baku.
1. 2. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang permasalahan maka masalah yang dirumuskan yaitu :
a. Bagaimana informasi mengenai manfaat industri tepung ikan dan kelayakannya,
bermanfaat bagi pelaku usaha dan investor.
b. Bagaimana melakukan analisa kelayakan industri pengolahan tepung ikan yang
ditinjau berdasarkan aspek produksi dan teknologi, aspek pemasaran, aspek
keuangan serta aspek sosial budaya.
c. Bagaimana melakukan analisa terhadap meramalkan permintaan dan penjualan
ketersediaan bahan baku yang dapat dipengaruhi oleh iklim (cuaca).
d. Bagaimana menganalisis ketahanan industri pengolahan tepung ikan di masa
mendatang.
1. 1. Batasan Masalah
Dalam penyusunan tugas akhir ini, untuk mengatasi permasalahan yang ada
maka penyusun membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ikan pelagis terutama ikan rucah
dan ekor kuning sebagai bahan baku utama.
2. Penetuan lokasi industri pengolahan tepung ikan dengan menggunakan
pendekatan AHP (Analytical Hierarki Process).
3. Aspek pemasaran dibatasi pada analisis pasar dan ketersediaan bahan baku.
4. Aspek keuangan meliputi aliran kas, besarnya investasi, serta analisis
sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku, penurunan harga jual dan
penurunan penjualan
5. Kemampuan penyediaan modal investor diasumsikan tak terbatas dan sebagai
modal pinjaman.
6. Perencanaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah 5 tahun (lima tahun) 2010-
2015.
1. 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk studi kelayakan industri pengolahan tepung ikan
dengan fokus perencanaan di wilayah pesisir laut Yogyakarta, harapan-harapan yang
ingin dicapai dengan pengembangan penelitian ini adalah:
a) Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk peluang investasi di bidang
industri tepung ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan.
b) Menentukan kelayakan industri tepung ikan sebagai bahan pakan alternatif
ditinjau dari aspek teknik produksi dan teknologi, aspek pemasaran, aspek
keuangan serta aspek sosial budaya.
c) Memaksimalkan pemanfaatan hasil tangkap ikan nelayan dari nilai ekonomis
rendah menjadi penunjang industri pengolahan tepung ikan bernilai ekonomi
tinggi.
d) Mengukur kadar kualitas tepung ikan (Fish Meal) yang ada, dari ikan rucah dan
ekor kuning sebagai sampling standard untuk produksi sesuai kualitas FAO.
1. 1. Manfaat Penelitian
Sebagai langka awal dalam mengolah potensi sumber daya kelautan,
khususnya industri tepung ikan, maka diharapkan dapat beguna bagi :
1) Masyarakat
Penelitian ini ini diharapkan mampu menjadi alternatif solusi untuk
meningkatkat kualitas kebutuhan protein dari pangan masyarakat Indonesia
khususnya di Provinsi D.I. Yogyakarta.
Memberikan informasi tentang tingkat kelayakan pabrik produksi pengolahan
tepung ikan bagi instansi pemerintah dan masyarakat.
Sebagai alternatif pakan ikan budidaya mayarakat dengan kandungan protein
yang tinggi.
Masyarakat, dapat meningkatkan pendapatan melalui usaha tepung ikan yang
berkualitas.
1) Nelayan
Peluang mengembangkan pengolahan industri tepung ikan sebagai home
industry secara legal.
Sebagai alternatif penghasilan tambahan dikala sedang tidak melaut.
Meningkatkan pengetahuan secara terperinci mengenai manfaat ikan rucah
secara ekonomi.
1) Pemerintah .
Pemerintah Daerah, dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan masuknya investor untuk menanamkan modalnya dalam membangun
industri tepung ikan.
Peluang dalam meningkatkan pembangunan infrastruktur dengan masuknya
investor.
Dapat menampung tenaga kerja yang ada.
Sebagai sarana informasi peluang investasi kapada investor, sehingga dapat
melakukan investasi pada sektor perikanan, khususnya industri tepung ikan.
I. TINJAUAN PUSTAKA
2 .1. Tepung Ikan (Fish Meal)
Fish Meal dikenal juga dengan tepung ikan adalah salah satu sumber gizi yang
lengkap dan sangat potensial dalam pembuatan pakan. Faktor yang sangat penting
dalam pengembangan usaha peternakan dan budidaya ikan adalah tersedianya pakan
sehingga untuk menstimulasi produksi tersebut selain mengusahakan adanya pakan
alami juga perlu ditambahkan pakan tambahan yang merupakan sumber gizi yang
dapat melengkapi pakan alami. Pakan tersebut harus mempunyai kandungan gizi yang
lengkap berupa protein, asam amino, lemak, asam lemak, vitamin, kalori dan mineral
yang akan mampu meningkatkan produksi (Sunarya dan Saleh, 1990). Adapun
klasifikasi kadar protein dengan nilai gizi tepung ikan dengan jenis bahan-bahan
pakan lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1. Kandungan Protein Bahan Pakan Ikan
Nama bahan Protein Lemak Serat
Tepung Teri 63.71 4.21 3.6
Tepung Ikan 47.47 8.95 4.49
Tepung Darah 80.85 5.61 0
Tepung bekicot 39 9.33 1.05
Tepung Ikan 62.99 6.01 3.6
Tepung Kedelai 46.8 5.31 3.54
Tepung Terigu 12.27 1.16 0
Dedak Halus 13.3 2.4 9.4
Tepung Jagung 9.5 3.22 1.76
Tepung Singkong 0.85 0.3 0
Bungkil Kelapa 24.0 8.0 10
Tepung Ayam Segar 15.51 0.21 0.36
Sumber : Data Perikanan ikannila.com
Jika ditinjau dari segi kandungan lemaknya, ikan sebagai bahan baku produk
tepung ikan, dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a) Ikan berkadar lemak rendah (3% - 5%)
b) Ikan berkadar lemak sedang (6% - 10%)
c) Ikan berkadar lemak tinggi (lebih besar dari 10%)
Ikan
Tepung
Dikukus
Pengolahan
Penghilangan
Proses
ProsesIkan
±15-30
Menjadi
Lemak dengan Cara
Segar
Pengeringan
Penepungan
Menit
Pellet
Pengepresan
Gambar 2. 1. Bagan Alir Proses Pengolahan Tepung Ikan
Ditinjau dari tempat hidupnya, jenis-jenis ikan secara umum dapat dibagi
menjadi dua golongan sebagai berikut.
Ikan pelagis, merupakan ikan-ikan yang biasa hidup di lapisan air bagian atas
antara ± 0 – 500 m.
Ikan demersal, merupakan ikan-ikan yang biasa hidup di dasar perairan.
Habitat atau tempat hidup jenis ikan, secara langsung berkaitan dengan kadar
lemak ikan tersebut. Jenis ikan pelagis umumnya memiliki kadar lemak yang relatif
tinggi. Sementara, ikan demersal memiliki kadar lemak yang rendah. Namun secara
umum, semua jenis ikan memiliki kadar protein tinggi, yaitu berkisar antara 15% -
20%. Dengan demikina, sebagai bahan baku pembuatan produk tepung ikan
berkualitas, sebaiknya digunakan jenis-jenis ikan sebagai bahan baku yang memiliki
kadar lemak rendah. Di samping habitat hidupnya, kondisi musim juga dapat
mempengaruhi kandungan lemak ikan.
Tabel 2.1 Komposisis Kimia dari Beberapa Jenis Ikan Rucah
Selain standar persyaratan kualitas tepung ikan yang ditentukan FAO, pabrik
makanan ternak ikan di Indonesia juga memberikan persyaratan standar kualitas
tepung ikan produksi lokal. Adapun persyaratan dan standar produk tepung ikan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Batasan
Tepung ikan merupakan bahan baku makanan ternak dan ikan yang bersih dan
kering, yang dibuat dari jaringan tubuh ikan, baik seutuhnya, dicampur, ataupun tidak
dengan sisa prosesing ikan, dan jaringan tersebut belum membusuk. Proses
pengolahan dengan atau tanpa diekstraksi sebagai minyaknya. Jika mengandung
garam (NaC1) lebih dari 3%, maka harus diinformasikan kepada konsumen. Adapun
kadar garamnya tidak boleh melebihi 7%.
2. Penilaian Secara Fisik.
Penilaian kualitas tepung ikan secara fisik meliputi parameter-parameter sebagai
berikut :
a. Warn
Kuning kecoklatan, atau sedikit kemerahan, tergantung jenis
a :
ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung.
b. Bau
Produk disertai sedikit bau minyak.
:
c. Bentu Hasil penggilingan tepung ikan 100% harus dapat lolos
k : saringan nomor 9 dan 98% dapat lolos saringan nomor 10.
d. Sifat Produk Tepung ikan bebas dari tenggikan serta tidak hangus,
: warna tingkat kehalusan homogen.
1. Komposisi Kimiawi
Komposisi untuk kualitas tepung ikan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Kadar air rataan 6,5%, dengan spesifikasi maksimal 10,0%.
b. Kadar protein kasar rataan 60,5%, dengan spesifikasi minimal 60,0 %.
c. Kadar lemak rataan 6,0%, dngan spesifikasi maksimal 10,0% atau minimal
5,0%.
d. Kadar serat kasar rataan 1,0% dengan spesifikasi maksimal 1,0%.
e. Kadar abu rataan 21,0%, dengan spesifikasi maksimal 20%.
f. Kadar Calsium rataan 6,0%.
g. Kadar Phospor rataan 3,0%.
h. Tulang dengan spesifikasi maksimal 15%.
i. Protein tercemar dengan spesifikasi maksimal 90%.
Teori yang dikemukakan oleh Gervitz yaitu responden yang dibutuhkan sebagai
sampel untuk suatu kuisioner ditentukan dari populasi sebenarnya sebagai berikut:
a. Sampel minimal adalah 30, jika ukuran sampel kurang dari 30 maka biasanya
terlalu kecil untuk menggambarkan kesimpulan yang diambil.
b. Jika populasi lebih dari 500, maka sampel yang diambil berkisar antara 10
persen dari populasi.
c. Untuk populasi sekitar 5.000 sampel, ukuran sampelnya sebaiknya antara 100-
500.
d. Untuk populasi yang lebih dari 10.000 maka sampel yang diambil seharusnya
berkisar antara 200-1000.
2. 6. 1Aspek Teknis Dan Operasional
Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis pabrik,
seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian
peralatan dan mesin, lokasi pabrik dan letak pabrik yang menguntungkan. Lalu dari
kesimpulan dari kesimpulan dapat dibuat rencana jumlah biaya pengadaan harta
tetapnya (Sayuti, 2008)
1 Faktor pemilihan lokasi untuk pengolahan tepung ikan yang tepat meliputi dua
faktor yaitu pertimbangan umum dan prasyarat teknis.
Pertimbangan umum
Kedekatan dengan sumber bahan baku, yaitu dekat dengan sumber bahan
baku potensial untuk pengolahan tepung ikan, merupakan salah satu kunci
mempercepat proses produksi pengolahannya. Selain ketersedian bahan
baku yang memadai, kemudahan untuk memperoleh bahan baku ikan untuk
tepung ikan juga sangat penting dalam usaha ini, agar siklus usaha
pengolahan tepung tidak terputus.
Kedekatan pendistribusian, hal ini diperlukan agar memudahkan dalam
melakukan penjualan, pengangkutan menuju usaha atau industri terkait dan
juga konsumen.
Keamanan, merupakan faktor yang sangat penting, lokasi yang keamanan
kurang terjamin hendaknya jangan dipilih sebagai alternatif pemilihan lokasi
karena akan mengakibatkan sering terjadinya pencurian dan hal ini
menyebabkan kerugian.
a. Analisa Sensitivitas
Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi perlu dilakukan
analisa sensitivitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas / pengaruh
dari beberapa variabel terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan
berdasarkan skenario-skenario yang logis.
Metode yang biasa digunakan dalam analisa sensitivitas adalah:
1. Analisa Break Event Point (BEP)
2. Analisa Sensitivitas dengan Model Sederhana
3. Analisa Sensitivitas dengan Model Discounted.
a. Depresiasi
Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu properti atau aset
karena waktu dan pemakaian. Depresiasi bisa disebabkan oleh faktor-faktor
berikut ini :
Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut.
Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih baik.
Penurunan kebutuhan produksi atau jasa.
Properti atau aset tersebut menjadi using karena adanya perkembangan
teknologi.
Penentuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik
dengan ongkos lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih memadai.
Metode perhitungan depresiasi yang sering digunakan antara lain metode
garis lurus (Straight Line), Sum of Year Digit (SOTD), Declining Balance (DB),
Sinking Fund (SF), Production Unit (UP).
A1 A2 … An
A1 W1/W1 W1/W2 … W1/Wn
A2 W2/W1 W2/W2 … W2/Wn
… . . . .
An Wn/W1 Wn/W2 … Wn/Wn
Nilai Keterangan
1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A sangat lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting B
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Skala tersebut dinilai dari sakala sama penting (equally preferred) hingga mutlak
penting (extremely preferred) penilaian (judgment) bisa dilakukan atas dua
pertanyaan : (1) Elemen mana yang lebih penting (penting, disukai, mungkin terjadi,
…), (2) Berapa kali lebih (penting, disukai, mungkin terjadi,…).
3. 1. METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 .1.Obyek Penelitian
Obyek penilitian studi kelayakan industri pengolahan tepung ikan ini tahap awal
meliputi analisis kelayakan lokasi ditiap Kabupaten di Yogyakarta, yaitu :
Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Kecamatan Temon, Desa Glagah.
Kabupaten Bantul, tepatnya di Kecamatan Kretek, Parangkritis Depok.
Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya di Kecamatan Tanjungsari, Pantai Baron.
Selain itu, obyek penelitian ini juga mempertimbangkan segala aspek dalam
kelayakannya mulai dari aspek pasar, finansial, aspek keuangan, dan juga sensitivitas
dalam perkembangan dan ketahanan usaha ini dimasa mendatang.
Ya
Tidak
Penentuan
Kesimpulan
Hasil
Analisis
Studi dan Uji
RumusanData
Keputusan
TinjauanKriteria
dandengan
Literatur
Selesa
Mula Penelitian
Studi
AHP Data Studi
Pustakan
SaranMasalah
Kelayakan
Kelayakan
danKelayakan
i ExpertChoice
i Industri
Industri
Tepung
ProgramIkan :
Ketersediaan
Pengolahan Tepung
bahan baku
Ikan
Segmen pasar
Lokasi kelayakan industri
Aspek teknis dan produksi
Aspek finansial
Organisasi perusahaan
Aspek sosial
Infrastruktur penunjang
Aspek politik (peraturan pemerintah)
3. 1 .1.Bagan Alir Penelitian
a. Data Finansial
✔ Umur ekonomis dan nilai sisa peralatan
✔ Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variable.
✔ Rincian biaya investasi awal produksi tepung ikan.
✔ Analisis manajemen dan organisasi.
✔ Data bunga bank
Data yang diperlukan untuk pengolahan didapat dari berberapa sumber. yaitu:
1. Data primer, yaitu informasi yang dikumpulkan sendiri yang langsung berkaitan
dengan proyek riset. Data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui
sejumlah alat, termaksud eksperimen, survei, kuesioner, wawancaran dan
pengumpulan pendapat.
2. Data sekunder, yaitu informasi yang telah dikumpulkan untuk beberapa tujuan,
bukan semata-mata untuk tujuan penelitian saat ini. Sumber data sekunder
meliputi :
BPS (Biro Pusat Statistik).
Dinas Kelautan dan Perikanan daerah.
Nelayan PPI (Pelabuhan dan Pelelangan Ikan ) kabupaten.
Bulletin yang diterbitkan oleh ahli profesi.
Publikasi lembaga-lembaga penelitian.
Data-data yang diperlukan untuk aspek pasar adalah :
Data permintaan masa lalu dan kecenderungannya.
Data produksi perikanan tangkap.
Variable-variabel yang berpengaruh terhadap permintaan.
Data P2HP (Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan) Dinas Dinas
Kelautan dan Perikanan.
Harga produk sejenis.
Kec.sewa
Biaya Kec.
Lokasi
Temon
Kretek
lahan
lahan
Ketersedian
Tanjungsari Bahan
Pengolahan
Ketersedian
Baku Ikan
Tepung Ikan
Bahan Bakudengan
Kedekatan Ikan
Kedekatan
Sumber Bahan Baku
dengan Sumber
Baku
Kemudahan
Bahan Baku Menuju
Kemudahan
Pencapaian
Kemudahan
Pencapaian
Lokasi Pengolahan
Menuju
Pencapaian
Lokasi
Kemudahan
Pengolahan
Menuju Lokasi
Kemudahan
Pendistribusian
Pengolahan
Pendistribusian
Kemudahan
Pendistribusian