You are on page 1of 20

Pengertian Mutu Pendidikan

Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari


barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan
pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa
sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu
bagi berlangsunnya proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya
manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan
sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.). Input
perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan
perundangundangan,
deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan
berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai oleh
sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari
tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula
mutu input tersebut.
Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang
lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut
input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan
bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses
pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan
catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding
dengan proses- proses lainnya.
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian
serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb)
dilakukan secara harmonis, sehingganya mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong
motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan
peserta didik. Kata memberdaykan mengandung arti bahwa peserta didik
tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan
tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik,
dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi
peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu
mengembangkan dirinya)

Bab II Pengertian dan Unsur-Unsur Pendidikan


July 11, 2008 — Hartoto
Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya denga nbaik jika memperoleh
jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud pendidikan. Jawaban yang benar
tentang pendidikan diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsepdasar yang
melandasinya, dan wujud pendidikan sebagi sistem. Bab II ini akan mengkaji pengertian
pendidikan,unsur-unsur pendidikan, dan sistem pendidikan.

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN

1. Batasan tentang Pendidikan


Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan
kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin
karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan,
atau karena falsafah yang melandasinya.

a. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya


Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi
tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang
masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung
jawab, dan lain-lain.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi


Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran
yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka
yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha
sendiri.

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan


Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi
warga negara yang baik.

d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja


Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari
pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia.

e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN


GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar
pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta
Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan
serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

2. Tujuan dan proses Pendidikan

a. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki
dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan
dazn merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan.

b. Proses pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan,
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas
komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan
meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama
pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal.

3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)


PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan
persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang
berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang
dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh comenius 3
abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefenisikan sebagai tujuan atau
ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan.
Pengorganisasian dan penstruktursn ini diperluas mengikuti seluruh rentangan
usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua.(Cropley:67)
Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:
a. Rasional
b. Alasan keadilan
c. Alasan ekonomi
d. Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan
perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi
wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek
e. Alasan perkembangan iptek
f. Alasan sifat pekerjaan

4. Kemandirian dalam belajar

a. Arti dan perinsip yang melandasi


Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang
berlangsungnya lebih didorong oleh kamauan sendiri, pilihan sendiri,
dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Konsep kemandirian
dalam belajar bertumpu pada perinsip bahwa individu yang belajar akan
sampai kepada perolehan hasil belajar.

b. Alasan yang menopang


Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988; 14-16)
mengemukakan alasan sebagai berikut:
 Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak
mungkin lagi para pendidik(khususnya guru) mengajarkan semua
konsep dan fakta kepada peserta didik.
 Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif.
 Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik
mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika
disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan
situasi dan kondidi yang dihadapi dengan mengalami atau
mempraktekannya sendiri.
 Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan
konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan
penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.

B. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi
edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan
pendidikan)

Penjelasan:
1. Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung
menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan
perlakuan manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2. Orang yang membimbing (pendidik)


Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran,
latihan, dan masyarakat.

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik


(interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan
pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif
dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)


a. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi
dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif
dan yang kuratif.
b. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan
pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat
pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

1. Pengertian Sistem
Beberapa definisi sitem menurut para ahli:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang
kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau
perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh.
(Tatang M. Amirin, 1992:10)
b. Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling
berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai
suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau
subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai
rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang
Amirin, 1992:11)

2. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen


dalam Sistem Pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen
tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan),
instrumentalinput(guru, kurikulum), environmental input(budaya, kependudukan,
politik dan keamanan).

3. Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sitem Lain dan


Perubahan Kedudukan dari Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai subsistem,
bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing sebagai sistem.
Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem dari bidang
pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.

4. Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik.

a. Cara memandang sistem


Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sitem
ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem yang lebih
besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup
suatu sitem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.
b. Masalah berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan
sebab akibat, alternatif maslah, dan latar belakang masalah.

c. Analisis sitem pendidikan


Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien
dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa
kita dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik, artinya harus
memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam maslah
pendidikan yang akan dipecahkan.

d. Saling hubungan antarkomponen


Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem
yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin
tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut
tidak berhibungan secra fungsional dengan komponen lain.

e. Hubungan sitem dengan suprasistem


Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling
berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada
dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan.
Sdangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya
memerlukan pembinaandan pengembangan.

5. Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikan


Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan adalah:
a. pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masing-masing
saling mengisis.
b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis
agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.
c. Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan
pendidikan, sebab pendidikan membentuk wadah,
sedangkan pengajaran mengusahakan isinya. Wadah
harus menetap meskipun isi bervariasi dan berubah.

6. Pendidikan prajabatan (preservice education) dan


pendidikan dalam jabatan (inservice education) sebagai
sebuah sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon
pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu. Sedangkan
pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada oramg-
orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain. Dengan
kata lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal dasar, sedangkan bekal
praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.

7. Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai


sebuah sistem.
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa
rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD,SMP,SMA, dan PT.
Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna
terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu fase pendidikan yang
berada di samping pendidikan formal dan nonformal.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan
informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-
pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya
keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangat
bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut
berperanan.

n saja dalam situasi apa saja. Hambatan-hamabatan di atas sedapat mungkin diatasi dengan cara
tertentu. Cara-cara tersebut dirancang sedemikain rupa guna mengatasi hambatan belajar baik
hambatan belajar dalam pembelajaran di dalam kelas, maupun pembelajaran di luar kelas,
misalnya pembelajaran jarak jauh. Jadi rancangan tersebut dapat berupa rancangan secara makro,
mikro dan meso. Rancangan makro adalah rancangan secara nasional yang tertuang dalam
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan sebagainya. Rancangan secara meso adalah
implikasi kebijakn nasional ke dalam kebiajakan operasional dalam ruang lingkup wilayah
Departemen atau Dinas Pendidikan Nasional di Propinsi. Sedangkan rancangan mikro adalah
aplikasi kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam satuan pendidikan baik formal ataupun
nonformal. Inilah yang disebut learning how to learn yaitu mempelajari bagaimana caranya
belajar. Dengan mempelajari bagaimana caranya agar peserta didik dapat belajar inilah maka
hambatan pencapaian tujuan pendidikan dapat diperkecil atau dihilangkan.

Untuk ’belajar bagaimana cara belajar’ maka diperlukan cara atau teknik, selanjutnya kita
sebut teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran. Tirtarahardja dan La Sulo (2005:41)
mengemukakan sebagai berikut.

Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal. Sebab berkembanmgnya tingkah laku peserta didik sebagai
tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang optimal itu. Di sini
jelas bahwa penggunaan teknologi pendidikan memegang peranan penting. Pengelolaan
prposes pendidikan harus memperhitungkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(ditebalkan oleh penulis).

Dari uraian tersebut jelas bahwa untuk mengatasi masalah belajar diperlukan suatu cara atau
teknik yang sekarang ini dikenal dengan istilah teknologi pendidikan atau teknologi
pembelajaran. Sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, Association for
Educational Communications Tacnology (AECT) pada tahun 1994 seperti dikutip Prawiradilaga
(1999:11) memberikan definisi teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran sebagai
berikut: “Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”.

Sebetulnya definisi tersebut awalnya bukan seperti itu, teknologi pendidikan hanya sebatas audio
visual saja (tahun 1963) namun konsep tersebut berkembangan menuju kesempurnaan seperti di
atas. Semula teknologi pendidikan hanya sebatas alat namun berkembang ke sistem yang lebih
luas. Dari praktek menuju teori dan praktek dan dari produk menuju ke proses dan produk dan
dalam perjalanannya teknologi pendidikan menjadi sebuah bidang ilmu dan profesi (Sudrajat,
2007:3).

Banyak pertanyaan yang muncul sekitar profesi teknologi pendidikan. Pertanyaan-pertanyaan


tersebut dapat berupa pertanyaan mengenai pengertiannya, tugas pokoknya, kompetensinya,
organisasinya, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan ini muncul sebagai reaksi adanya suatu
bidang kajian keilmuan yang dianggap baru oleh masyarakat awam. Bahkan bukan masyarakat
umum yang awam saja melainkan mahasiswa yang menempuh Program Sudi Teknologi
Pendidikan pun mempertanyakannya seperti dikemukakan oleh Chaeruman (2008). Bukan itu
saja berkemungkinan pihak pengguna profesi teknologi pendidikan pun tidak tahu, baik swasta
ataupun pemerintah. Ini berlanjut pada lapangan pekerjaan. Apakah dunia kerja sudah
mengetahui adanya profesi teknologi pendidikan yang dapat mereka manfaatkan ? Apabila
dikaitkan dengan jabatan fungsional, apakah pemerintah telah mengeluarkan peraturan untuk
mengakui jabatan fungsional teknologi pendidikan atau yang lebih dikenal Jabatan Funsional
Pengembang Teknologi Pendidikan (JF-PTP) ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan
cerminan adanya masalah seputar profesi teknologi pendidikan. Untuk itu perlu adanya bahasan
mengenai teknologi pendidikan secara tuntas, sehingga akan berguna bagi penulis sendiri
ataupun orang lain yang membacanya.

B. Masalah

Dari uraian di atas yang menjadi masalah adalah apakah fungsi, tugas, dan pendidikan profesi
teknologi pendidikan ?

2. Pembahasan

A. Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan

1). Pengertian Profesi Teknologi Pendidikan


Miarso (2004:96) mengartikan tenaga profesi teknologi pendidikan sebagai tenaga ahli dan atau
mahir dalam membelajarkan peserta didik dengan memadukan secara sistemik komponen sarana
belajar meliputi orang, isi ajaran, media atau bahan ajaran, peralatan, teknik, dan lingkungan.
Apa yang dikemukakan Miarso tersebut apabila dihubungkan dengan definisi teknologi
pendidikan yang dikemukakan oleh AECT 1994 sangat relevan. Dalam AECT 1994 telah
dirumuskan definisi teknologi pendidikan seperti telah disebutkan dalam Latar Belakang di atas
bahwa: “Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”. Dari kedua definisi
itu maka pengertian profesi teknologi penddidikan adalah tenaga ahli yang melakukan teori dan
praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan serta menilai proses dan sumber
untuk membelajarkan peserta didik.

Lebih lanjut Miarso mengemukakan bahwa ciri utama dalam profesi teknologi pendidikan adalah
adanya kode etik, pendidikan dan pelatihan yang memadai, serta pengabdian yang terus menerus.
Kode etik profesi sebetulnya mempunyai tujuan melindungi dan memperjuangkan kepentingan
peserta didik; melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara; melindungi dan membina
diri serta sejawat profesi; dan mengembangkan kawasan dan bidang kajian teknologi pendidikan
(Kusuma, 2008:7). Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memberikan pembelajaran
mengenai teknologi pendidikan kepada mahasiswa atau mereka yang telah menyelesaikan studi
mereka di Program Studi Pendidikan. Dengan cara ini mereka akan dapat bekerja lebih
profesional. Sedangkan pengabdian yang terus menerus merupakan bentuk karya nyata dari
seorang yang berprofesi teknologi pendidikan dalam membelajarkan peserta didik melalaui
layanannya seperti fasilitas dan sumber belajar.

Finn (1953) dalam Kusuma (2008:2) mengemukakan karakteristik profesi adalah

a. suatu teknik intelektual;

b. aplikasi teknik tersebut yang terkait dengan urusan prektis manusia;

c. pelatihan dengan priodee waktu yang lama;

d. suatu perkumpulan anggota profesi yang tergabung dalam sebuah badan dengan suatu
komunikasi bermutu tinggi agar anggota-anggotanya;

e satu rangkaian pernyataan kode etik dan standar yang disepakati;

f. pengembangan teori intelektual dengan penelitian yang terorganisasi.

Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan dapat
digolongkan sebagai sebuah profesi. Karakteristik di atas dapat dipenuhi oleh teknologi
pendidikan yaitu adanya teknik intelektual, praktek aplikasi, pelatihan dengan priode yang
panjang, adanya asosiasi dan komunikasi sesama anggota (organisasi profesi IPTI = Ikatan
Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia), kode etik dan standar, teori intelektual dan penelitian.

2). Posisi Profesi Teknologi Pendidikan


Posisi profesi teknologi pendidikan tidak jauh dari pendidikan itu sendiri. Apabila kita kaitkan
definisi teknologi pendidikan menurut AECT 1994 dengan UU No. 20 Tahun 2003, maka
tampak suatu hubungan yang jelas. Dalam AECT 1994 disebutkan bahwa

“Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan ,
pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”. Ada beberapa kata dalam definisi
di atas terdapat juga di dalam UU No. 20 Tahun 2003 atau yang mempunyai makna yang sama,
yaitu pengelolaan, pengembangan dan pelayanan teknis dan semuanya itu tergolong sebagai
tenaga kependidikan..

Tenaga kependidikan yang juga sebagai profesi teknologi pendidikan berada dalam lingkungan
kependidikan. Miarso (2004:52) menggambarkan spektrum tenaga kependidikan sebagai berikut.

Berdasarkan gambar tersebut ternyata posisi profesi teknologi pendidikan berdampingan dengan
profesi-profesi lainnya dalam bidang pendidikan. Terlihat juga pendidik dikelilingi oleh profeasi-
profesi lainnya.

3). Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan

Untuk mengetahui fungsi profesi teknologi pendidikan maka perlu kembali ke definisi teknologi
pendidikan. Bersdasarkan definisi tersebut fungsi profesi teknologi pendidikan sebagai suatu
profesi yang mencarikan jalan keluar masalah belajar baik individu atau kelompok. Jalan keluar
yang diberikan adalah berupa rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaaan, penilaian
dan penelitian terhadap belajar. Tampak di sini adanya kegiatan memfasilitasi belajar. Selain itu
profesi teknologi pendidikan juga sebagai pengembang sumber daya manusia. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa fungsi profesi teknologi pendidikan memfasilitasi kegiatan belajar
manusia melalui pendekatan-pendekatan atau cara-cara tertentu. Dengan demikian profesi
teknologi pendidikan dapat menjadikan orang bertambah dalam kegiatan belajar sekaligus
menjadikan orang bertambah cerdas baik dari jumlah orang yang cerdas maupun mutu dari
kecerdasan itu sendiri. Dengan kecerdasan ini berarti akan meningkatkan nilai tambah seseorang
sebagai sumber daya manusia, mengatasi masalah belajar baik individu ataupun kelompok, dan
juga akan meningkatkan kinerja

B. Tugas Pokok Profesi Teknologi Pendidikan

Berbicara tugas pokok profesi teknologi pendidikan ada kaitannya dengan definisi teknologi
pendidikan. Kita harus tahu terlebih dahulu definisi teknologi pendidikan, dan selanjutnya
membuat suatu rumusan lebih rinci masing-masing kalimat, dengan demikian akan tergambar
jelas pokok pokok tugas profesi teknologi pendidikan. Definisi teknologi penddikan menurut
AECT tahun 1994 yang telah diadaptasi oleh Miarso (2004:64) adalah teori dan praktek dalam
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan
sistem untuk belajar. Untuk lebih jelasnya definisi tersebut dapat diuraikan dan dibuat suatu
bagan seperti di bawah ini.

Teknologi pembelajaran adalah:


• Teori dan praktek dalam desain proses, sumber dan sistem untuk belajar
• Teori dan praktek dalam pengembangan proses, sumber dan sistem untuk belajar
• Teori dan praktek dalam pemanfaatan proses, sumber dan sistem untuk belajar
• Teori dan praktek dalam pengelolaan proses, sumber dan sistem untuk belajar
• Teori dan praktek dalam penilaian proses, sumber dan sistem untuk belajar
• Teori dan praktek dalam penelitian proses, sumber dan sistem untuk belajar.

Berdasarkan definisi itu pula dapat dibuat bagan kawasan dan bidang garapan teknologi
pendidikan seperti yang digambarkan oleh Seels dan Richey (1994:28) dan telah diadaptasi oleh
Miarso (2004:65) seperti di bawah ini.

Dari bagan di atas maka dapat maka profesi teknologi pendidikan meliputi desainer,
pengembang, pemakai, pengelola dan pengevaluasi, peneliti kegiatan belajar. Chaeruman
(2008:2) mengatakan bahwa seorang sarjana teknologi pendidikan dapat menjadi profesi:

F Perancang proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaannya seperti merancang
sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik pebelajar

F Pengembang proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaannya seperti
mengembangkan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbantuan komputer, dan
sebagainya

F Pemanfaat atau pengguna proses dan sumber belajar dengan ruang lingkuperjaannya seperti
memanfaatkan media pembelajaran, difusi inovasi pendidikan, implementasi dan
institusionaliasasi model inovasi pendidikan, serta penerapan kebijakan dan regulasi pendidikan.

F Pengelola proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaaannya seperti mengelola
proyek, mengelola aneka sumber belajar, mengelola sistem penyampaian, dan mengelola sistem
informasi pendidikan

F Pengevaluasi (evaluator) atau peneliti proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup
pekerjaannya seperti melakukan analisis masalah, mengukur acuan patokan, evaluasi formatif,
evaluasi sumatif dan meneliti kawasan pendidikan.

Pendapat lain yang hampir sama dengan di atas disampaikan oleh Kusuma (2008:5) bahwa tugas
pokok ahli teknologi pendidikan adalah sebagai berikut.

1) Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan, terutama untuk mengatasi masalah
belajar di mana saja.

2) Merancang program dan sistem instruksional.

3) Memproduksi media pendidikan.

4) Memilih dan memanfaatkan media pembelajaran.


5) Memilih dan menafaatkan sumber belajar.

6) Mengelola kegiatan belajar dan instruksional yang kreatif

7) Memperhatikan perkembangan teknologi dan dampaknya dalam pendidikan.

Mengelola organisasi dan personel yang melaksanakan kegiatan pengembangan dan


pemanfaatan teknologi pendidikan.

9) Merencanakan, melaksanakan dan menafsirkan penelitian dalam bidangnya dan dalam bidang
lain yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.

10) Penyusunan rumusan kebijakan dalam bidang teknologi pembelajaran..

Selain itu tugas profesi teknologi pendidikan dikemukakan oleh Miarso (2004:70). Miarso
menyebutnya sebagai tugas pokok teknolog pembelajaran atau perekayasa pembelajaran dengan
tugasnya sebagai berikut:

• pengembangan bidang kajian dan kawasan teknologi/rekayasa pembelajaran


• perancangan dan pengembangan proses, sumber dan sistem pembelajaran
• produksi bahan belajar
• penyediaan sarana dan prasarana belajar
• pemilihan dan penilaian sistem dan komponen sistem pembelajaran
• pemanfaatan proses dan sumber belajar
• penyebaran konsep dan temuan teknologi pendidikan
• pengelolaan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar
• perumusan bahan kebijakan teknologi/ rekayasa pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik suatu rumusan tugas pokok profesi teknologi
pendidikan seperti berikut ini.

1. Perancang (desainer): tugas ini meliputi mendesain sistem pembelajaran, desain pesan,
stratedi pembelajaran, dan karakteristik pebelajar. Desain sistem pembelajaran adalah prosedur
yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan,
pengaplikasian dan penilaian pembelajaran. Desain pesan adalah perencanaan untuk merekayasa
bentuk fisik dari pesan. Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Karakteristik
pebelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar yang berpengaruh terhadap
efektivitas proses belajarnya (Seels dan Richey, 1994:30).

2. Pengembang (developer): tugas ini meliputi produksi dan penyampaian teknologi cetak,
teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer dan teknologi terpadu. Contoh teknologi
cetak adalah buku-buku, bahan-bahan visual yang statis atau fotografis. Teknologi cetak ini ada
dua jenis yaitu teks verbal dan bahan visual. Teknologi audio visual adalah teknologi yang
berkaitan dengan mekanik dan elektrik. Audio visual adalah gabungan dari audio (dengar) dan
visual (lihat). Ada kemungkinan alat tersebut hanya audio saja dan ada pula kemungkinan audio
visual. Sedanmgkan visual saja termasuk ke dalam teknologi cetak. Teknologi berbasis komputer
adalah teknologi yang memanfaatkan komputer baik perangkat lunak maupun perangkat keras.
Perangkat lunak berpa program-program komputer yang dapat menampilkan tayangan-tayangan
pembelajaran. Sedangkan perangkat keras dapat berupa layar monitor, CPU, LCD. In focus, dan
sebagainya. Dalam perkembangannya komputer merupakan alat untuk menampilkan internet, e-
mail, dan sebagainya. Teknologi terpadu adalah paduan beberapa jenis media yang dikendalikan
oleh komputer. Sebagai contohnya adalah video, filem, telekomprens, dan sebagainya ( Seels dan
Richey, 1994:30).

3. Pemanfaat/Pengguna (User): tugas ini meliputi pemanfaatan media, difusi inovasi,


implementasi dan pelembagaan, dan kebijakan/regulasi. Pemanfaatan media merupakan
penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Difusi inovasi adalah proses
berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi. Implementasi
adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan
tersimulasikan), sedangkan pelembagaan adalah penggunaan yang rutin dan pelestarian dari
inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi ( Seels dan Richey, 1994:30).

4. Pengelola (Manager), tugas ini meliputi pengelola proyek, pengelola sumber, pengelola
sistem penyampaian, dan pengelola informasi. Pengelola proyek meliputi merencanakan,
memonitor dan pengendalikan proyek desain dan pengembangan. Pengelola sumber meliputi
merencanakan, memantau, dan mengendalikan pendukung dan pelayanan sumber. Pengelola
sistem penyampaian merupakan kegiatan merencanakan, memantau, dan mengendalikan ”cara
bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan”. Sedangkan pengelola informasi
adalah merencanakan, memantau dan mengendalikan cara penyimpanan,
pengiriman/pemindahan atau pemprosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk
kegiatan belajar ( Seels dan Richey, 1994:30).

5. Penilai (Evaluator), tugas ini meliputi menganalisis masalah, mengukur yang beracuan
patokan, menilai secara formatif dan sumatif. Analisis masalah merupakan kegiatan penentuan
sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan informasi dan
pengambilan keputusan. Pengukuran acuan patokan adalah teknik-teknik untuk menentukan
kemampuan pebelajar menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Penilaian formatif
adalah pengumpulan informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi sebagai dasar
pengembangan selanjutnya. Sedangkan penilaian sumatif berkaitan dengan pengum[pulan
informasi tentang kecukupan untyuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan ( Seels dan
Richey, 1994:30).

6. Peneliti (Researcher), tugas ini meliputi kegiatan penelitian yang berkaitan dengan teknologi
pendidikan. Kegiatan penelitian ini mencakup penelitian dalam kawasan desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian.

C. Tempat Bekerja Profesi Teknologi Pendidikan

Dari uraian di atas maka tugas pokok profesi teknologi pendidikan tersebut begitu luas. Keluasan
ini akan menimbulkan keleluasaan bidang garapan, dalam arti lowongan pekerjaan bagi teknolog
pendidikan cukup banyak Seseorang teknolog pendidikan dapat bekerja pada lembaga
pemerintah atau swasta, pada lembaga pendidikan atau di luar lembaga pendidikan. Seorang
teknolog pendidikan dapat pula bekerja pada lembaga konsultan baik konsultan milik orang lain
atau didirikan sendiri.

Begitu luasnya bidang garapan pekerjaan profesi teknologi pendidikan sudah sepantasnya
lulusan atau mereka yang berprofesi sebagai teknolog pendidikan memiliki tempat bekerja yang
banyak pula. Lulusan atau teknolog pendidikan dapat bekerja pada lembaga-lembaga yang
berkaitan dengan pendidikan, pelatihan, penerangan, komunikasi dan sebagainya.

Lembaga-lembaga tersebut berupa lembaga pemerintah atau swasta, seperti berikut ini.

• Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, seperti Departemen Pendidikan Nasional,


Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Nasional, dinas-
dinas lain yang memerlukan pendidikan dan pelatihan, satuan-satuan pendidikan, Pusat
Sumber Belajar, LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan), BUMN dan
sebagainya.
• Lembaga Informasi dan Komunikasi, seperti televisi, production houses, radio, Badan
Informasi dan Komunikasi( dulu Departemen Penerangan), Unit Teknologi Komunikasi
Pendidikan, Pusat Komputer, Laboratorium Bahasa, Pustekom Depdiknas dan
sebagainya.
• Lembaga Percetakan dan Produksi Media, seperti Laboratorium Fotografi,
Laboratorium Video, Laboratorium Audio dan sebagainya.
• Lembaga Penelitian, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lembaga Survey
Indonesia, dan sebagainya.
• Lembaga Konsultan, khususnya konsultan bidang pendidikan yang menyangkut belajar
atau teknologi pendidikan.

D. Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan

Untuk dapat berprofesi sebagai teknolog pendidikan, maka pendidikan yang harus ditempuh
adalah jenjang perguruan tinggi melalui Program Studi Teknologi Pendidikan pada strata 1, 2,
atau 3. Namun tidak semua perguruan tinggi di Indonesia membuka program studi tersebut.
Sebagai contoh lembaga perguruan tinggi yang melakukan pendidikan dan pelatihan teknologi
pendidikan adalah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang akan diuraikan sebgai berikut (Miarso,
2004:68).

F Pada tahun 1972, latihan pengembangan bahan ajar melalui radio.

F Pada tahun 1974, diberikan mata kuliah Teknologi Pendidikan.

F Pada tahun 1976, dibuka Program Studi Teknologi Pendidikan.

F Pada tahun 1978, dibuka program studi Teknologi Pendidikan untuk S2, dan S3.
Selain itu pada tahun 1979 dibuka pendidikan keahlian teknologi pendidikan (S1) di tujuh IKIP
(Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang)
(Kusuma:2008)

Sebetulnya pendidikan dan pelatihan keahlian teknologi pendidikan telah dimulai pada tahun
1950 dengan mengirimkan tenaga ke luar negeri (Miarso, 2004: 57).

Sekarang ini sudah banyak perguruan tinggi yang membuka program studi teknologi pendidikan
baik strata satu, dua ataupun tiga. Ketiga strata pendidikan ini mempunyai kompetensi yang
berbeda-beda. Kompetensi Strata 1 (S1) lebih ditekankan pada kawasan pemanfaatan atau
penggunaan, Strata 2 (S2) ditekankan pada pengelolaan, penilaian dan penelitian, sedangkan
strata 3 (S3) penekanannya pada penilaian dan penelitian (Chaeruman, 2008:3).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini (Miarso, 2004:154).

E. Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan (JF-PTP)

Untuk dapat bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) terutama di lingkungan pendidikan
yang sesuai dengan profesi tersebut tentunya memerlukan sebutan atau nama resmi jabatan
seperti Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan. JF-PTP adalah jabatan yang
diperoleh oleh seseorang yang memenuhi syarat untuk memperolehnya seperti pendidikan yang
relevan, lulus seleksi dan sebagainya. Nama jabatan tersebut perlu mendapatkan pengakuan dari
pemerintah, dalam hal ini seperti Departemen Pendidikan Nasional, Badan Kepegawaian Negara,
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan sebagainya. Siahaan (2008:2) mendefinisikan
Jabatan Fungsional Teknologi Pendidikan sebagai jabatan fungsional yang diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh
pejkabat yang berwenang. Ia juga mengatakan bahwa Pengembang Teknologi pembelajaran
adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mempunyai keahlian khusus yang bertugas di
lingkungan sdepartemen, non departemen, ABRI dan Kepolisian, yang bergerak di bidang
pendidikan/pelatihan dan atau pelayanan media pembelajaran yang diberi tugas, wewenang, dan
tanggung jawab di bidang teknologi pembelajaran.

Secara de facto bidang keahlian teknologi pendidikan telah berkembang dan mendapat
pengakuan akan kegunaannya, namun secara de jure masih dalam pengusulan ke pemerintah
untuk mendapatkan pengesahan atau pengakuan atas Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi
Pendidikan atau yang disebut juga Perekayasa Teknologi Pendidikan (Miarso, 2004:57).
Sebelum mendapat pengakuan dari pemerintah sebetulnya mereka lulusan dari Program Studi
Teknologi Pendidikan telah banyak bekerja di lembaga-lembaga pemerintah dan swasta, namun
tanpa sebutan jabatan seperti di atas tadi.

Menurut keterangan Siahaan (2008:6) pada tahun 2008 ini banyak lowongan untuk bidang
keahlian Teknologi Pendidikan, seperti:

F Lowongan Dosen hampir di semua Perguruan Tinggi (UNESA, UNES, UPI, UNY, UNJ, dan
lain-lain).
F Sekretariat Jenderal Pendidikan Tinggi

F Dinas Pekerjaan Umum

F Badan Pertanahan Nasional

F Badan Narkotika Nasional

F Pustekkom Depdiknas

F Departemen Dalam Negeri

F Departemen Perdagangan dan Industri

F Dan lain-lain.

Pustekkom (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi) Departemen Pendidikan Nasional telah
banyak berbuat untuk mengajukan Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan (JF-
PTP). Pengusulan ini sudah dirintis semenjak Prof. Yusufhadi Miarso menjadi Kepala
Pustekkom yang pertama. Usulan itu pun masih berlanjut sampai sekarang. Baru-baru ini pada
Hari Jumat tanggal 12 September 2008 telah dibahas bersama antara Pustekkom Depdiknas,
Menpan, dan BKN mengenai validasi uji petik beban kerja JF-PTP. Salah satu hasilnya adalah
bahwa kenaikan pengkat JF-PTP paling cepat 2 tahun dan paling lambat 4 tahun, di samping itu
pula dibahas penyempurnaan konsep tentang kegiatan utama dan penunjang serta angka kredit
bagi JF-PTP. Sebagai kelanjutan pembahasan ini mereka menggelar pertemuan kembali pada
Hari Senin tanggal 22 September 2008 (Siahaan, 2008:1). Siahaan berharap agar usulan tersebut
akan selesai tahun 2008 ini dan akan disahkan pada tahun 2009.

Untuk lebih jelas mengenai butir-butir tugas JF-PTP yang dinilai angka kreditnya akan diuraikan
sebagi berikut (Siahaan, 2008:

Yang termasuk unsur utama adalah:

1. Pendidikan dan Pelatihan, yaitu pendidikan formal, pelatihan fungsional, dan Diklat
Prajabatan.
2. Pengembangan Teknologi Pembelajaran yaitu penganalisisan dan pengkajian
sistem/model teknologi pembelajaran, perancangan sistem/model teknologi
pembelajaran, produksi media pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran,
pengendalian sistem/model pembelajaran, evaluasi penerapan sistem/model dan
pemanfaatan media pembelajaran.
3. Pengembangan Profesi, yaitu penyusunan karya ilmiah, penterjemahan buku, pembuatan
buku petunjuk di bidang teknologi pembelajaran dan pendidikan jarak jauh, berpartisipasi
aktif dalam penerbitan buku, majalah, jurnal, dan sebagainya,

melaksanakan studi banding di bidang teknologi pembelajaran, pendidikan terbuka dan jarak
jauh.
Yang termasuk unsur penunjang adalah:

1. Mengajar/melatih di bidang teknologi pembelajaran


2. Menjadi anggota tim seminar, nara sumber dan tim penilai JF-PTP.
3. Mengelola unit kerja atau lembaga yang tugas dan fungsinya di bidang teknologi
informasi dan komunikasi untuk pendidikan./pembelajaran,.
4. Menjadi anggota organisasi profesi IPTPI atau organisasi kependidikan lainnya, tim
kelompok kerja, dan sebagainya.
5. Memperoleh penghargaan dan tanda jasa dari pemerintah atas prestasi kerja, setiap tanda
jasa tingkat nasional/internasional , Propinsi/Kabupaten/Kota, gelar kehormatan di bidang
akademik.
6. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya.
7. Menjadi tim penilai karya yang berkaitan dengan teknologi pembelajaran.

Jenjang jabatan dan kepangkatan JF-PTP di atur sebagai berikut, disusun dari yang paling rendah
(Miarso, 2004 89).

a. Asisten Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama

b. Asisten Pengembang Teknologi Pendidikan Muda

c. Asisten Pengembang Teknologi Pendidikan Madya

d. Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama

e. Pengembang Teknologi Pendidikan Muda

f. Pengembang Teknologi Pendidikan Madya

g. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Pratama

h. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Muda

i. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Madya

j. Pengembang Utama Teknologi Pendidikan Kepala

Uraian di atas cukup menggambarkan posisi dan fungsi profesi teknologi pendidikan. Selain itu
uraian di atas juga memberikan kejelasan tentang tugas pokok dan jabatan fungsional
pengembang teknologi pendidikan. Diharapkan para ahli teknologi pendidikan akan dapat
berkiprah dalam tugasnya membelajarkan peserta didik melalui cara dan pendekatan tertentu.

3. Kesimpulan dan Saran

Profesi teknologi pendidikan adalah tenaga ahli atau mahir dalam membelajarkan peserta didik
dengan memadukan secara sistemik komponen sarana belajar seperti orang, media, bahan ajaran
peralatan teknik dan lingkungan. Profesi ini sama kedudukannya dengan profesi lain dalam
bidang kependidikan, hanya cakupannya lebih luas atau menyeluruh mencakup desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian terhadap proses, sumber dan
sistem belajar untuk belajar. Dapat dikatakan bahwa profesi teknologi pendidikan adalah sebagai
perancang (desainer), pengembang (developer), pengelola (manager), penilai (evaluator), dan
peneliti (reseacher) terhadap proses belajar, sumber belajar dan sistem belajar untuk kepentingan
pembelajaran.

Dengan cakupan itu maka profesi teknologi pendidikan berfungsi sebagai pencari jalan keluar
atas masalah dalam belajar baik individu maupun kelompok, dengan cara memfasilitasi belajar.
Dengan cara ini profesi teknologi pendidikan akan meningkatkan kesempatan belajar,
kecerdasan peserta didik, meningkatkan nilai tambah peserta didik sebagai sumber daya
manusia, dan meningkatkan kinerja.

Agar dapat menjalankan fungsinya itu maka mereka yang memiliki keahlian teknologi
pendidikan tersebut dapat melakukan pekerjaan baik di lembaga pemerintah maupun swasta.
Mereka dapat bekerja di lembaga pendidikan dan pelatihan; lembaga informasi dan komunikasi;
lembaga percetakan dan multimedia, dan lembaga penelitian, serta lembaga konsultan. Selama
ini mereka telah memasuki dunia kerja di beberapa lembaga pemerintah dan swasta sesuai
dengan keahlian mereka. Namun untuk dapat menjadi PNS dengan sebutan profesi, maka profesi
teknologi pendidikan harus mendapat pengakuan dari pemerintah. Walaupun selama ini secara
de facto telah diakui, namun secara de jure masih dalam proses pengajuan.

Pengusulan Jabatan Funsional Pengembang Teknologi Pendidikan telah dilakukan sejak lama
oleh Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom) Departemen Pendidikan Nasional, namun
sampai sekarang masih dalam pembahasan antara Pustekkom Depdiknas, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), dan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Perkembangan terakhir pembahasan JF-PTP telah memasuki tahap akhir yaitu tanggal 12
September 2008 dan tanggal 22 September 2008 tinggal pengesahannya mudah-mudahan selesai
tahun 2008 ini dan disahkan tahun 2009.

Sebagai saran adalah agar pihak pemerintah segera mengesahkan jabatan JF-PTP karena
Indonesia sangat membutuhkan profesi ini. Selain itu lulusan Teknologi Pendidikan agar segera
berkiprah dalam bidangnya masing-masing, baik di lembaga pemerintah atau swasta. Selain itu
menjadi tugas kita semua untuk mensosialisasikan bidang keahlian ini ke masyarakat pengguna
pendidikan, terutama Program Sudi Teknologi Pendidikan dan Ikatan Profesi Teknologi
Pendidikan Indonesia (IPTPI).

4. Daftar Pustaka

Chaeruman, Uwes Anis, 2008, Kompetensi Sarjana Teknologi Pendidikan, Jakarta:


http://www.fakultasluarkampus.net/

Kusuma, Wijaya, 2008, Profesi dan Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan, Jakarta:
http://www.wijayalabs.wordpress.com/
Miarso, Yusufhadi, 2004, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta:

Kencana Media Grup.

Prawiradilaga, Dewi Salma, 1999, Konsep Teknologi Pendidikan/Instruksional Makalah Mk.


Pengantar Teknologi Pendidikan (1), Jakarta: http://www.teknologipendidikan.net/

Seels Barbara B., Rita C. Richey, (terjemahan Yusufhadi Miarso, dkk.), 1994, Teknologi
Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta.

Siahaan, Sudirman, 2008, Jabatan Funsional Teknologi Pendidikan, Jakarta:


http://www.teknologipendidikan_undiksha.com/

Siahaan, Sudirman, 2008, Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran: Bagaimana


Perkembangannya ?, Jakarta: http://www.e-dukasi.net/

Siahaan, Sudirman, 2008, Menguak Konsep Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi


Pendidikan, Jakarta: http://www.e-dukasi.net/

Sudrajat, Akhmad, 2008, Definisi Teknologi Pendidikan, Jakarta:


http://www.akhmadsudrajat.files.wordpress.com/

Surakhmad, Winarno, 1984, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan Teknik Metode
Pembelajaran Edisi IV, Bandung: Tarsito.

Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2006, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia tentang
Guru dan Dosen dan Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Nuansa Aulia.

Tirtarahardja, Umar, SL. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta: PT. Asdi
Mahastya.

5 tanggapan
11 07 2009

hendra (01:53:27) :

saya ingin bertanya kepada kru TP..


apakah TP juga bisa menjadi seaorang pengajar atau guru???
trimakasih atas perhatiannya.

You might also like