You are on page 1of 13

karya seni murni daerah bali

UBUD BALI

Kehidupan seni ini telah didukung oleh istana raja Ubud semenjak masa yangsangat
tua mungkin mulai sekitar tahun1700 an, ketika Ubud mulai berdiri sendirisebagai kerajaan
kecil lepas dari pemerintahan raja Bali yang berpusat di kota Klungkung sekarang. Besarnya
pengaruh agama Hindu dalam kehidupan masyarakat Ubud telah membawa derah ini ke
ajang internasional sebagai pusat kesenian dunia khususnya dengan adanya gaya lukisan yang
khas Ubud ( Gaya Klasik) etsotic, seni patung, seni tari dan seni musik tradisional Bali.
Unsur budaya ini telah menarik berbagai seniman dan akhli seni dari berbagai bangsa yang
diawali oleh para seniman dan ilmuwan Belanda, Amerika, Jerman, Spanyol, Belgia,
Australia, Jepang dan sebagainya. Di antara mereka ada yang mempunyai jasa yang sangat
besar bagi masyarakat Ubud khususnya, dan Bali pada umumnya dengan membawa mereka
tampilke panggung internasional.

Ubud terkenal dengan lukisannya, patung – patung, kerajinan tangan, gambelan ( traditional
musik ) dan tariannya.

( Dua Karya lukisan diatas adalah seniman :


I gusti ketut kobot , media : tinta , keretas
dan tempera )

Lukisan menggambarkan
tentang bali yang bias di dapat digallery
gallery kecil di seputaran ubud,
ada juga museum seperti Neka art Museum
SENI RUPA KALIMANTAN TENGAH

SIPET

Sumpitan (sipet) merupakan pula salah satu senjata etnik Dayak di Kalimantan.
Senjata ini umumnya digunakan sebagai alat berburu, menyerang musuh dan melawan
segala mara bahaya. Menurut kepercayaan Etnik Dayak sumpitan (sipet) tidak boleh
digunakan untuk membunuh sesama umat manusia.

Peluru atau anak sumpitan yang tajam seperti tanah disebut domek. Untuk menambah ampuh,
lazimya, domek diberikan suatu zat racun yang diperoleh dari getah sejenis

akar yang diolah sedemikian rupa disebut ipu. Ipu ditaruh (digosok) pada ujung anak
sumpitan. Karena itu manusia atau binatang yang terkena ipu akan keracunan. Sebelum
digunakan domek disimpan dalam suatu tempat khusus, disebut telep. Cara
melepaskan domek dari sumpitan ialah dengan meniup sekeras mungkin melalui lobang
sumpitan yang lurus.

Jarak capai anak sumpitan ini cukup jauh sehingga ia merupakan senjata yang praktis
untuk berburu. Menurut bentuknya itu, nenek moyang Etnik Dayak mengharapkan
bahwa setiap orang harus jujur, lurus seperti lobang sumpitan sehingga dapat
tercipta ketulusan dan perdamaian
KENDANG

SENI RUPA DAERAH JAWA BARAT

Kendang, kendhang, atau gendang adalah salah satu alat musik dalam gamelan jawa yang
berfungsi mengatur irama dan termasuk dalam kelompok “membranofon” yaitu alat musik
yang sumber bunyinya berasal dari selaput kulit atau bahan lainnya.

Menurut bukti sejarah, kelompok  membranofon telah populer di Jawa sejak pertengahan
abad ke-9 Masehi dengan nama: padahi, pataha (padaha), murawa atau muraba, mrdangga,
mrdala, muraja, panawa, kahala, damaru, kendang. Istilah ‘padahi’ tertua dapat dijumpai
pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun 821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang
tertulis pada kitab Nagarakrtagama gubahan Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi (Pigeaud,
1960), istilah tersebut terus digunakan sampai dengan jaman Majapahit.

Penyebutan kendang  dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam bentuk,
ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain : kendang berukuran kecil, yang pada arca
dilukiskan sedang  dipegang oleh dewa , kendang ini disebut “damaru“. Bukti keberadaaan
dan keanekaragaman kendang, dapat dilihat pada relief candi-candi sebagai berikut :

 Candi Borobudur (awal abad ke-9 Masehi), dilukiskan bermacam- macam bentuk
kendang seperti bentuk : silindris langsing, bentuk tong asimetris, bentuk kerucut
(Haryono, 1985; 1986).

 Candi Siwa di Prambanan (pertengahan abad ke-9 Masehi), pada pagar langkan
candi, kendang ditempatkan di bawah perut dengan menggunakan semacam tali.

 Candi Tegawangi, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14),
dijumpai relief seseorang membawa kendang bentuk silindris dengan tali yang
dikalungkan pada kedua bahu.

 Candi Panataran, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14,
relief kendang digambarkan hanya menggunakan selaput satu sisi dan ditabuh dengan
menggunakan pemukul berujung bulat. Jaap Kunst (1968:35-36) menyebut instrumen
musik ini ‘dogdog‘
Ada hal yang menarik mengenai asal muasal
kendang ini, yaitu adanya kesamaan penyebutan dari sumber tertulis Jawa Kuna dengan
sumber tertulis di India. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi  kontak budaya antara
keduanya, termasuk dalam dalam bidang seni pertunjukan.

Namun, tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa  kendang Jawa adalah pengaruh kendang India.
Karena instrumen musik jenis membranofon ini diperkirakan  telah ada sebelum adanya
kontak budaya dengan India, yang digunakan pada acara-acara ritual. Pada jaman
kebudayaan logam prasejarah di Indonesia (kebudayaan perunggu) telah dikenal adanya 
“moko” dan  “nekara”. Nekara pada zamannya berfungsi sebagai semacam genderang.

SENI RUPA DAERAH JAWA TIMUR

Wayang kulit

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama


berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada yang maha
esa, . Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-
tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan
tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik
kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu
listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari
layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita
wayang(lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang
bayangannya tampil di layar.

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak
dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon
carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.

SENI RUPA DAERAH YOKYAKARTA

BATIK

Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan
selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi
waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian
menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-
bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri
antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu,
serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi
milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal
abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan
batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik
sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
SENI RUPA DAERAH ACEH

RENCONG

Senjata satu ini sudah dikenal sejak abad ke 13 di Tanah Aceh, pada periode ini dimana masa
berkembangnya kerajaan samudera pase, selaku kerajaan Islam pertama dikawasan Asia
Tenggara. namun yang membuat saya penasaran siapa orang pertama yang menciptakan
rencong, dengan kemampuan dan bentuknya ini senjata yang sempat menjadi julukan untuk
tanah aceh dengan sebutan “Tanoh Rencong”. dari berbagai catatan sejarah belum ada
penjelasan asal usul pencipta rencong lengkap dengan biodatanya.

Jenis rencong dan pemakainya

Pada umumnya Di Aceh Bentuk rencong melambangkan golongan/tingkatan status si


pemakai. Ada 3 bentuk golongan rencong yang dikenal di aceh .

Pertama, rencong meupucok yang


dipakai oleh kalangan atas (kaum
bangsawan), perbedaan rencong
meupucok pada gagangnya
dibungkus engan perhiasan emas.

Kedua, rencong meucugeek yang


digunakan oleh kalangan menengah
di aceh. Rencong meucugeek yakni
rencong yang gagangnya dibuat dari
gading gajah yang kadang-kadang
dihiasi pula dengan perhiasan emas
pada sumbunya.

Ketiga, Rencong Pudoi atau lebih


dikenal dengan rencong biasa, pada
dasarnya rencong peudoi ini
gagangnya dibuat dari tanduk yang
sudah diulas licin, sehingga mutunya
tidak kalah dengan rencong yang
sumbunya dibuat dari gading atau
bergagang pucok yang dibungkus
dengan emas.

Bentuk Umum Rencong

Meskipun bentuk rencong berbeda-beda namun yang membedakan secara bentuk adalah
gagangnya. karena perbedaan bentuk itulah kemudian muncul nama-nama rencong itu
sendiri, selain rencong meupucok, meucugeek dan peudoi (atau biasa) ada beberapa bentuk
rencong lain yang dikenal diaceh, seperti rencong Meukuree dan rencong umum. rencong
umum yang dimaksud adalah rencong yang tidak termasuk kedalam empat golongan rencong
manapun. sedangkan dari fungsinya rencong terdiri dari beberapa jenis yang kesemuanya
berfungsi sebagai senjata tusuk, antara lain : Uléè’ lapan sagoe, S i w a ‘i h, Uléè’bdh glima,
Uléè’ paroh blesékan, Uléè’ dandan, Uléè’ mcucangge dan Uléè’janggok.

Secara umum detail gambaran rencong adalah sebagai berikut :

Gagang Rencong

1. Batang rencong
2. Fungsi kedudukan puting rencong
didalam gagang.
3. Gagang rencong bentuk
gagangmeucugek.
4. Bahagian rencong yang disebut
cugee.

Puting Rencong

1. Puting rencong.
2. Batang rencong

Batang Rencong

Batang rencong, yaitu bagian besi yang


menghubungkan puting dengan
bengkuang rencong.
1. Batang rencong
2. Bengkuang rencong yang berbentuk
kuku elang atau kuku
raja wali.
3. Bagian pangkal rencong sebelah
mata rencong.

Bangkuang rencong;

Bangkuang rencong ini bila diartikan


dalam bahasa Indonesia, agaknya
lebih tepat disebut kuku elang atau
kuku raja wali rencong. Gunanya
sebagai kuku penyangkut, apabila
disarungkan berfungsi sebagai
sangkutan bila diselipkan pada
pinggang sipemakainya.
1. Bengkuang rencong
2. Bagian pangkal rencong
3. Bagian batang rencong yang
dikatakan juga reukueng-reukueng.

Perut Rencong;

Perut rencong merupakan bagian mata


rencong yang letaknya di
tengah-tengah mata rencong. Bagian ini
diasah sehingga tajam, yang
kadang-kadang dipergunakan untuk
memotong sesuatu benda yang
agak keras.
1. Perut rencong
2. Arah kebagian pangkal rencong.
3. Arah kebagian ujung rencong
4. Bagian yang diasah sehingga
tajam, untuk memotong sesuatu
benda yang agak keras.

Ujung Rencong;
Ujung rencong adalah bagian mata
rencong yang runcing, karena
pa ‘a bagian ujung rencong itulah vang
menentukan tembus tidaknya,
sesuatu benda yang ditusuk atau
ditancapkan dengan sebilah
rencong. Di samping itu digunakan
pula untuk menggores sesuatu
benda yang hanya mempan ditembus
oleh ujung rencong.
1. Ujung rencong
2. Arah kebagian perut rencong
3. Ujung yang sangat runcing
untuk menembus sasarannya.

Karena ada rencong tertentu dianggap sebagai barang bernilai magis religius dalam
pandangan masyarakat Aceh, maka rencong sama sekali tidak digunakan sebagai alat
pemotong atau pengupas. Dia dipakai apabila amat diperlukan, misalnya jika menghadapi
musuh. Pada dasarnya setiap masyarakat Aceh memiliki sebilah rencong sebagai senjata yang
mendampingi hidupnya, sejak mereka berumur 18 tahun, walaupun rencong itu tidak dibawa
serta atau diselipkan dipinggangnya.

SENI RUPA DAERAH JAWA BARAT


KENDIL SUSU

Diperkirakan kerajaan di indonesia menjadi pemesan keramik di Cina dengan menentukan model
sendiri. Mengapa berbentuk seperti payudara? Nah, filosofinya air susu itu adalah sumber
kehidupan untuk generasi yang baru. Diyakini pula, dari sanalah penyakit juga bisa disembuhkan..
makanya orang sakit pun diberi minum dari kendi tersebut pada saat itu.
ANGKLUNG

Asal Usul Angklung

Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia, terbuat dari bambu, yang dibunyikan
dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga
menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap
ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi
Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.

Asal-usul

Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian
yang disebut angklung dan calung. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat
musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna
putih). Purwa rupa alat musik angklung dan calung mirip sama; tiap nada (laras) dihasilkan
dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu dari
ukuran kecil hingga besar.

Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Angklung gubrag di Jasinga,
Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau.
Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat
Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah
semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih
terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat
melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas
angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.

Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung dan calung berdasarkan pandangan
hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai
makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai
lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).
SENI RUPA DAERAH

GASING

Pada dasarnya bentuk gasing adalah bundar agak lonjong seperti telur dan di atasnya ada mahkota
untuk menautkan tali gasing. Namun, bentuk gasing tidak semuanya seperti itu , ada yang segitiga,
kerucut, bulat, dan elips. Tapi yang pasti, gasing-gasing ini harus bisa dimainkan atau diputar dengan
sentakan tali gasing.

jenis kayu yang digunakan tergantung potensi kayu daerah tersebut, seperti di Jawa banyak
menggunakan bambu trotol, kayu mlandingan, sawo, jeruk, jambu, kesambi, kemuning, jati,
wali kukun, trenggulun, laban, klengkeng, dan lain sebagainya.

Tentu saja dipakai kayu yang agak keras dan berat agar kuat karena dalam permainan gasing
ini kadang-kadang ada yang diadu, sehingga memerlukan kayu yang keras. Di Kalimantan
biasanya memakai kayu ulin atau kayu besi yang keras.
SENI RUPA DAERAH KECAMATN JUWIRING

PENGERAJIN PAYUNG

Mendengar nama kecamatan Juwiring, rasanya memang tidak pernah terlintas kekayaan dan
keunikan didalamnya. Tidak ada yang unik saat hanya menyebut nama lokasi tersebut, tanpa
menyusuri secara dalam rekam jejak kultural didalamnya.

Juwiring adalah salah satu kecamatan di kabupaten Klaten yang keberadaannya menarik,
karena menjadi sentra pengrajin payung hias sebagai perangkat upacara, peneduh dari terik
matahari atau hujan dengan bahan baku bambu.

Para pengrajin umumnya tinggal di desa Kewarasan, Tanjung dan Kaniban. Ketiga desa
tersebut memiliki warga yang tergantung dengan usaha kerajinan payung.

Kerajinan payung hias ini merupakan seni warisan pada era 1800-an, para pengrajin
menjadikan payung hias sebagai tulang punggung ekonomi dan pernah menjadi bagian utama
dalam kehidupan di tiga desa tersebut.

Usaha kerajinan payung hias Juwiring tersebut masih ada tanda-tanda kehidupan.
Langganan masih ada dimana-mana termasuk langganan besar, keraton Solo dan keraton
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Angklung

http://community.um.ac.id/showthread.php?63718-Asal-Usul-Wayang-Kulit

http://www.himpalaunas.com/artikel/budaya/2010/08/09/sipet-senjata-tradisional-khas-
kalimantan

http://ms.wikipedia.org/wiki/Muzik_gendang_

http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/14/rencong-aceh/

http://augustaracing.wordpress.com/2008/04/30/asal-usul-angklung/

http://oase.kompas.com/read/2009/05/18/12592686/pameran.seni.rupa.gasing.komidi.put
ar.di.bbj..

http://bisnisukm.com/payung-hias-dari-juwiring.html

You might also like