You are on page 1of 9

ALAT MUSIK KALIMANTAN TENGAH

Kalimantan Tengah adalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau
Kalimantan. Ibukotanya adalah Palangka Raya.

Provinsi ini mempunyai 13 kabupaten dan 1 kotamadya.

Kalimantan tengah memiliki berbagai macam seni musik dan instrumen musik.

Seni musik di Kalimantan Tengah :

1. Mansana Kayau

Mansana Kayau ialah kisah kepahlawanan yang dilagukan kembali. Biasanya


dinyanyikan bersahut – sahutan dua sampai empat orang baik perempuan maupun
laki – laki

1. Mansana Kayau Pulang

Mansana Kayau Pulang ialah kisah yang dinyanyikan paa waktu malam sebelum
tidur oleh para orang tua kepada anak dan cucunya dengan aksud membakar
semangat anak turunannya untuk membalas dendam kepada Tambun Baputi yang
telah membunuh nenek moyang mereka.

1. Karungut

Karungut adalah semacam sastra lisan nusantara untuk Kalimantan Tengah, atau
sama dengan Madihin kalau di Kalimantan Selatan, dan kalau di Jawa Tengah
disebut mocopat.

Karungut juga bias disebut sebagai pantun yang dilagukan. Dalam berbagai acara,
karungut sering dilantunkan, misalnya pada acara penyambutan tamu yang
dihormati. Salah satu ekspresi kegembiraan dan rasa bahagia diungkapkan dalam
bentuk karungut. Terkadang ditemukan perulangan kata pada akhir kalimat.

Untuk mengamati cara tutur orang Dayak dalam mengekspresikan perasaan


mereka, maka terjemahan kedalam bahasa Indonesia dibuat sebagaimana adanya
kata per kata.

Karungut tersebut dipakai sebagai alat oleh ibu-ibu untuk menidurkan anak-
anaknya dengan cara bernyanyi dan bersenandung.
Kesenian Karungut juga digunakan untuk hajatan misalnya untuk upacara
perkawinan, khitanan, upacara pemakaman, penyambutan tamu, hari ulang tahun,
ulang tahun kantor, bahkan sekarang digunakan kampanye pilkada.

Jumlah kelompok Karungut di Palangkaraya cukup besar yaitu ada 62 kelompok,


oLeh karena itu kelompok tersebut mempunyai potensi besar dalam
menyampaikan pesan-pesan informasi publik, pesan-pesan yang disampaikan
paling banyak pesan moral.

Mengingat potensi Karungut penting sebagai media informasi publik, perlu


perhatian pemerintah pusat maupun daerah untuk pengembangan, dan perlu
dijalin hubungan yang baik antara seniman-seniman Karungut dengan para
pengusaha setempat untuk kerjasama promosi.

4. Mohing Asang

Mohing Asang ialah nyanyian perang. Bila Pangkalima tlah membunyikan Selentak tujuh
kali kemudian terdengar nyanyian mohing Asang, itu berarti suatu perintah untuk maju.

Salah satu Mohing Asang yang merupakan komando pangkalima perang yang
menggunakan bahasa Ot Danom dengan dialek Siang Murung.

5. Ngendau

Ngendau ialah senda gurau yang dilagukan. Biasanya dilakukan oleh para remaja laki –
laki ataupun perempuan dan bersahut – sahutan.

6. Kalalai-lalai

Kalalai – lalai ialah nyanyian yang disertai tari – tarian Suku Dayak Mama di daerah
Kotawaringin

7. Natum

Natum adalah kisah sejarah masa lalu yang dilagukan

8. Natum pangpangal

Natum Pangpangal adalah ratap tangis kesedihan pada saat terjadi kematian
anggota keluarga yang dilagukan.

9. Dodoi

Dodoi adalah nyanyian ketika sedang berkayuh diperahu atau dirakit.

10. Marung
Marung adalah nyanyian pada saat upacara atau pesta besar dan meriah pada budaya
Kalimantan Tengah ini

11. Dondong

Dondong adalah nyanyian pada saat menanam padi dan memotong padi di desa.

12. Ngandan

Ngandan ialah nyanyian yang dinyanyikan oleh pada lanjut usia yang ditunjukan
kepada generasi muda sebagai pujian, sanjungan dan kasih saying yang diberikan
kepada mereka.

13. Mansana Bandar

Mansana ialah cerita epic/campuran yang dilagukan, sedangkan Bandar adalah


nama seorang tokoh yang sangat dipuja pada zamannya.

Bandar hidup dizaman Lewu Uju dan diyakini bahwa tokoh andar bukan anya
sekedar mitos. Hingga saat ini masih ada orang – orang tertentu yang bernazar
pada tokoh Bandar ini. Keharuman namanya disebabkan karena kepribadiannya
yang simpatik dan menarik, disamping memiliki sifat kepahlawanan dan
kesaktian yang tiada duanya.

Banyak sansana tercipta untuk memuji dan mengagungkan tokoh Bandar ini
namu dengan versi yang berbeda – beda. Beberapa judul Sansana Bandar yang
popular ialah Pejan Tarahan, Tompi ala dia haliai dan masih banyak lagi.

14. Karunya

Karuna ialah nyanyian yang diiringi suara dan music sebagai pemuja kepada Ranying
Hatala. Dapat juga diadakan pada saat upacara pengangkatan seorang pemimpin mereka
atau untuk menyambut kedatangan tamu yang sangat dihormati.

15. Baratabe

Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan para tamu

16. Kandan

Kandan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan sahut – menyahut baik oleh
laki – laki ataupun perempuan dalam suatu pesta atau pertemuan. Apabila pesta
diadakan untuk menyambut tamu ang dihormati maka kalimat – kalimat yang
dilantunkan lebih bersifat pujian, sanjungan doa dan harapan mereka kepada tamu
yang dihormati itu.
Tradisi ini biasa ditemukan pada Suku Dayak Siang atau Murung di Kecamatan
Siang dan Murung Kabupaten Barito Hulu,

17. Dedeo / ngaloak

Dedeo atau ngeloak adalah Kandan yang istilahnya dibuat sedikit


berbeda,perbedaan itu dibuat karena sal usulnya berbeda. Dedeo atao ngaloak itu
berasal dari tradisi Suku Dayak Dusun Tengah di daerah Barito Tengah
Kalimantan tengah.

18. Selengot

Selengot ialah pantun berirama yang biasa diadakan pada pesta pernikahan,
namun dalam upacara kematian Selengot terlarang oleh adat untuk dilaksanakan.
Selengot khusus dilakukan oleh laki – laki dalam menceritaan riwayat hingga
berlangsungnya pernikahan kedua mempelai dalh pesta pernikahan tersebut

19. Setangis

Setangis ialah nyanyian yang dilaksanakan hanya dalam upacara kematian dan
terlarang oleh adat dilaksanakan dalam pesta pernikahan. Baik laki – laki maupun
perempuan boleh melakukan setangis yang intinya menceritakan riwayat
hidupnya serta mengenang jasa yang meninggal serta ungkapan kedudukan
keluarga yang ditinggalkan.

Jenis – jenis instrument musiknya :

1. Garantung

GARANTUNG atau gong merupakan salah satu alat musik yang digunakan
masyarakat Suku Dayak. Selain garantung masyarakat Dayak juga menyebutnya
dengan gong dan agung. Garatung diklasifikasikan sebagai salah satu alat musik
dalam kelompok idiophone yang terbuat dari bahan logam; besi, kuningan, atau
perunggu.

Menurut sejarah, garantung masuk ke wilayah Kalimantan, khususnya


Kalimantan Tengah dibawa oleh para pedagang dari tanah Jawa, tepatnya pada
saat hubungan dagang antara pedagang dari Kalimantan dan Kerajaan Majapahit.

Meski begitu, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa masuknya
garantung ke daratan Kalimantan dibawa oleh para pedagang asal Yunan (Cina,
Red), India dan Melayu yang pada masanya memiliki pengaruh besar bagi
perkembangan kehidupan masyarakat Suku Dayak.
Di kalangan masyarakat Suku Dayak, garantung juga dipercaya sebagai salah satu
benda adat yang diturunkan dari Lewu Tatau (surga atau khayangan, Red) sebagai
salah satu alat untuk berkomunikasi dengan roh-roh leluhur.

Dalam komunitas masyarakat Suku Dayak, garantung juga digunakan untuk


memberi tahu masyarakat luas tentang adanya suatu acara atau pesta yang
dilaksanakan oleh salah satu keluarga, dan dari salah satu kampung ke kampung
lain.

Begitu juga ketika ada acara kematian atau upacara tiwah –khususnya para
pemeluk Kaharingan, pada saat jenazah masih disemayamkan di rumah duka,
garantung akan dimainkan untuk mengantarkan roh orang yang meninggal ke
alam roh.

Tari kanjan sebagai salah satu tarian sakral untuk mengantarkan roh orang yang
meninggal ke alam roh, garantung menjadi salah satu alat untuk mengiringi tarian
tersebut. Garantung akan dimainkan dengan irama khusus dan sakral.

Selain sebagai alat musik tradisional, dalam komunitas masyarakat adat Suku
Dayak, garantung juga menjadi salah satu benda berharga yang berfungsi sebagai
barang adat dan dijadikan sebagai alat tukar untuk menilai sesuatu barang atau
jasa.

Keperluan sebagai barang adat itu masih berlangsung hingga sekarang, khususnya
pada acara adat perkawinan, garantung menjadi salah satu mas kawin atau barang
permintaan yang harus diserahkan kepada pihak ahli waris mempelai perempuan.

Pada perkembangan selanjutnya, karena terbatasnya jumlah garantung, maka nilai


sebuah garantung kemudian dihitung dalam bentuk nilai mata uang yang berlaku
pada saat perjanjian perkawinan adat kedua mempelai dilakukan.

Selain itu, dahulu, garantung juga menjadi salah satu penanda status sosial
seseorang. Semakin banyak garantung yang dimiliki oleh seseorang atau keluarga
tersebut, maka akan semakin tinggi status sosial yang bersangkutan dan semakin
tinggi pula ia dihormati.

Garantung Suku Dayak terdiri atas empat jenis dengan lima nada dasar atau laras,
masing-masing; garantung tantawak berukuran kecil dan memiliki nada dasar G
atau E, garantung lisung dengan ukuran sedang yang memiliki nada dasar D atau
C, garantung papar berukuran besar dengan nada dasar A, serta sebuah garantung
bandih yang berbentuk kecil tetapi memiliki nada yang tinggi.

1. Salung

Salung ialah alat pukul yang hamper sama dengan Sarun, tetapi bedanya, salung
ini terbuat dari kayu dan bambu.
3. Kangkanung

Kangkanung ialah sejenis gong dengan ukuran yang lebih kecil yang berjumlah
lima biji dan tebuat dari tembaga

4. Sarun

Sarun merupakan alat music pukul yang terbuat dari besi atau logam. Bunyi yang
dihasilkan hanya ada lima nada yaitu do, re, mi, sol, la.

1. Gandang

MASYARAKAT Suku Dayak mengenal dengan baik alat musik gandang sebagai
salah satu alat musik dari kelompok membranophone untuk mengiringi tarian dan
lagu yang dinyanyikan. Karena itu, alat musik gandang pun sangat populer
sebagai sebuah bagian harmoni di kalangan masyarakat Suku Dayak.

Bebunyian gandang merupakan pelengkap perangkat musik yang terdiri atas


berbagai jenis alat musik termasuk rangkaian instrumen lain di antaranya;
garantung (gong, Red), dan kangkanong (kenong, Red).

Gandang dibuat dari bahan kayu dengan rongga, sementara membran atau selaput
getar dibuat dari kulit hewan atau binatang dengan ukuran besar, antara lain; sapi,
kerbau, kambing atau jenis kulit binatang lain untuk menutupi rongga dan diikat
dengan rotan.

Sebelum kulit binatang itu dijadikan selaput getar atau membran gandang, kulit
binatang itu dikeringkan dan dipasangkan menutupi semua bagian rongga dan
untuk mengencangkan membran digunakan beberapa baji pada simpei (simpul,
Red).

Menurut sejarah dan galian kepurbakalaan, sejumlah kalangan memercayai bahwa


gandang merupakan alat musik tradisional dari daratan Cina sejak sekitar 3.000
tahun yang lalu dan kemudian berkembang ke seluruh dunia dibawa oleh para
perantau yang membawa tradisi kesenian ke luar Cina.

Pada zaman purbakala, gandang itu tidak saja digunakan untuk acara
persembayangan atau persembahan kepada dewa-dewa dengan tarian dan
nyanyian, tetapi juga untuk menggetarkan semangat perjuangan para tentara untuk
maju perang dan digunakan sebagai alat komunikasi.

Menurut catatan lainnya, gendang yang berkembang di Nusantara atau ranah


Melayu, termasuk Indonesia, dipercaya dibawa oleh unsur-unsur galur dari tanah
Parsi (Persia, Red) di wilayah Timur Tengah dan dibawa oleh para pedagang
Arab dan India pada kurun waktu sekitar abad ke-14 bersamaan dengan masuknya
agama Islam yang lebih banyak mewarnai tradisi Melayu.
Berdasarkan rilis tersebut, sejumlah sejarawan percaya bahwa gendang lebih
banyak berkembang di wilayah Timur Tengah sebagai pelengkap musik
tradisional di kalangan bangsa Arab, sebelum kemudian menyebar ke seluruh
dunia.

Di kalangan masyarakat Suku Dayak dikenal berbagai jenis gandang, antara lain;
gandang tatau, gandang manca dan gandang bontang. Ketiga jenis gandang itu
memiliki ukuran yang berbeda dan penggunaan yang berbeda pula.

Gandang tatau (gendang tunggal, Red) adalah jenis gandang yang agak besar dan
panjang. Panjangnya bisa mencapai satu-dua meter dengan garis tengah atau
diameter mencapai lebih kurang 40 centimeter.

Pada gandang tatau, salah satu bagian ujungnya dipasang membran yang terbuat
dari kulit sapi, rusa atau panganen (ular sawa atau piton, Red) dan pada bagian
pangkalnya dibiarkan terbuka untuk menguatkan suara ketika membran ditabuh.

Gandang tatau biasanya digunakan pada upacara-upacara adat, antara lain acara
tiwah (upacara kematian, Red) dan upacara penyambutan tamu dengan alat musik
pengiring lainnya terdiri atas gong sebanyak tiga-lima buah dan seperangkat
kangkanong.

Gandang manca lebih umum dikenal masyarakat Suku Dayak sebagai gandang
kembar yang terdiri atas sepasang gendang, yang terdiri atas gandang panggulung
dan gandang paningkah yang memiliki perbedaan ketebalan membran pada
bagian penutup rongga.

Gandang manca ini juga merupakan gendang yang terdiri atas dua membran di
kedua ujung rongga dengan ukuran diamater yang berbeda, dalam artian, rongga
gandang ditutup oleh membran atau selaput getar yang melapisinya.

Pada gandang panggulung, membran yang melapisi ujung rongga pada diameter
yang lebih besar dengan kulit yang lebih tebal dan pada ujung rongga yang lebih
kecil dipasang membran dengan kulit yang lebih tipis.

Sementara gandang paningkah merupakan kebalikan dari gandang panggulung,


yang pada bagian ujung diameter yang lebih besar ditutup oleh membran yang
tipis, dan pada ujung lainnya dengan diameter yang lebih kecil menggunakan
membran yang lebih tebal.

Gandang bontang bentuknya mirip dengan gandang tatau, tetapi ukurannya jauh
lebih kecil dan lebih pendek serta berukuran diameter antara 20-30 centimeter dan
panjang antara 30-50 centimeter. Membran yang menutupinya pun dari kulit
hewan yang tebal.
Cara membunyikan gandang bontang ini pun biasanya tidak dengan cara ditabuh
menggunakan telapak tangan seperti gandang-gandang lainnya, melainkan dengan
cara dipukul menggunakan rotan dan umumnya juga digunakan untuk mengiringi
balian bawo atau balian dadas.

1. Katambung

Katambung adalah alat music perkusi sejenis gendang yang biasa digunakan
dalam upacara – upacara adat. Ukuran panjang 75cm terbuat dari kayu ulin dan
bagian yang dipukul dengan telapak tangan terbuat dari kulit ikan buntal yang
telah dikeringkan berdiameter 10cm.

1. Kecapi

Kecapi adalah alat musik petik yang terbuat dari kayu ringan. Dimasa lalu tali
yang digunakan adalah tengang atau tali liat yang terbuat dari kulit kayu, namun
saat ini tengang dapat juga digantikan dengan tali nilon. Dawai tali kecapi dapat
dua, boleh juga tiga.Apabila tali kecapi dipetik nada lagu dapat diatur. Suara
kecapi biasanya untuk mengiringi karungut dan Tari Kinyah.

1. Serunai

Serunai terbuat dari bamboo atau kayu

1. Kentong

Kentong terbuat dari sejenis tumbuhan hutan yang dalam Bahas Dayak disebt
Belang ata Pohon jako. Yang diambil peepahnya yang telah tua, kemudian
dikeringkan. Setelah kering dipotong – potong ukuran sejengkal. Tengah – tengah
kentong berlidah dan ujungnya runcing dan bila dipukul akan mengeluarkan
bunyi.

1. Suling Bahalang

Suling Bahalang ialah alat music tiup yang terbuat dari bambu barlubang tujuh.

1. Suling Balawung

Suling Balawung ialah alat music tiup yang terbuat dari bamboo berukuran kecil
dengan lima lubang dibagian bawah dan satu lubang dibagian atas. Suling
Balawang bias digunakan oleh perempuan.

1. Rebab

Rebab ialah alat musik gesek.


1. Kangkanong Humbang

Kangkanong Humbang ialah alat music yang terbuat dari bambu.

1. Tote / serupai

Tote ialah alat music tiup yang terbuat dari buluh kecil yang telah dikeringkan
dan ujung sebelahdalamnya diberi lidah. Pada batang dibuat dua atau tiga buah
lubang. Untuk menghasilkan bunyi ang merdu dan menyayat kalbu, tote atau
serupai ditiup pada baian uungnya.

1. Babun

Babun sama dengan kendang.

1. Kalali / suling panjang

Kalali ialah alat music tiup yang terbuat dari buluh kecil yang telah dikecilkan.
Ukuran panjang setengah meter dengan ujung beruas dan dibuat luang kecil dekat
ruas tersebut. Ujung ruas diraut agar dapat dipasang sepotong roan yang telah
diraut pula berbentuk tipis. Buluh rotan diikat pada batang kalali, kemudian
dibuat lima buah lubang untuk menentukan tinggi rendahnya nada.

You might also like